Anda di halaman 1dari 10

Multidimensi Identitas dalam Diri SubjekIndividu Maupun Kelompok

o Multidimensi dalam hal ini adalah berbagai sudut pandang, cara, dan ukuran dari
identitas seseorang. Identitas seseorang di dalam kelompok atau masyarakat
merupakan keadaan, sifat atau ciri-ciri khusus seseorang yang dapat menandai
eksistensi atau keberadaan seseorang dimasyarakat. Multidimensi identitas dalam
subjek individu maupun kelompok muncul karena adanya pandangan yang beragam
dari anggota-anggota masyarakat terhadap seseorang yang menyandang identitas
tertentu.
o Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
1. Cara pandang yang berbeda terhadap status dan peranan seseorang dalam
kelompok.
2. Ukuran yang selalu berubah tidak sebanding dengan kemampuan seseorang
penyandang identitas.
3. Budaya masyarakat yang beragam dalam memandang identitas seseorang.
1. Cara pandang yang berbeda terhadap status dan peranan seseorang dalam
kelompok. Hal ini disebabkan perbedaan persepsi antara anggota masyarakat.
Misalnya, pada masyarakat tradisional yang cenderung paternalistis menganggap
bahwa seorang tokoh masyarakat harus mampu menyelesaikan berbagai masalah
sosial. Sementara itu, pada masyarakat modern, seorang tokoh masyarakat tidak
dapat kita harapkan mampu menangani berbagai masalah karena pada masyarakat
modern sudah ada spesialisainya. Dengan demikian, biarpun kedudukan atau
identitasnya sebagai tokoh masyarakat, kita harus tetap lihat spesialisasinya sebagai
apa.
2. Ukuran yang selalu berubah tidak sebanding dengan kemampuan seseorang
penyandang identitas. Ukuran yang dimaksud adalah tuntutan masyarakat terhadap
kemampuan seseorang yang menyandang status atau identitas. Ukuran yang berubah
ini sangat wajar sesuai dengan kebutuhan manusia yang selalu bertambah. Hal ini
dikarenakan tingkat kepuasaan seseorang selalu berubah pula. Sebagai contoh, untuk
menangani pasien penyakit jantung, dokter umum tidaklah cukup, diperlukan dokter
spesialis untuk menanganinya, seperti dokter spesialis radiologi, dan dokter spesialis
anastesi.
3. Budaya masyarakat yang beragam seseorang. Budaya ini tercermin dalam
masyarakat matrilineal, patrilineal, dan unilateral. Sebagai contoh, pada masyarakat
patrilineal, seorang ayah dianggap sebagai kepala keluarga. Pada masyarakat
matrilineal, seorang ayah tidak dianggap sebagai kepala keluarga karena kedudukan
kepala keluarga dipegang oleh seorang ibu. Sementara itu, pada masyarakat
unilateral, ayah dan ibu memiliki peran yang penting dalam keluarga.
Dari berbagai faktor penyebab di atas, dapat kita simpulkan bahwa multidimensi
identitas terjadi karena berbagai hal. Perbedaan-perbedaan pandangan terhadap
identitas individu dan kelompok tersebut dapat meniadi sumber konflik yang jelas sangat
tidak produktif dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, kita perlu menyikapi
perbedaan pandangan itu secara bijaksana. Dengan mengetahui faktor penyebab
perbedaan pandangan terhadap identitas seseorang, kita bisa mencari berbagai alternatif
solusi apabila terjadi suatu kondisi yang tidak kita harapkan.
Membahas identitas individu maupun kelompok di masyarakat pasti kita akan
membahas pula tentang status dan peranan yang disandangnya. Ini berarti bahwa setiap
individu memiliki berapa status (kedudukan) yang disandang. Misalnya, sebagai seorang
siswa SMA, ia juga sebagai anak dari kedua orang tuanya, dan sebagai warga
masyarakatnya.
Status atau kedudukan seseorang di masyarakat pasti ada kewajiban dan tanggung
jawab yang harus dilaksanakannya. Status atau kedudukan merupakan posisi secara
umum di masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Di masyarakat sederhana
dan masyarakat modern setiap orang memiliki status masing-masing. Misalnya,
kedudukan seseorang sebagai seorang orang tua, tokoh masyarakat, dan sebagainya.
Dalam tiap status . memliki peran yang disandangnya. Peran yaitu perilaku yang
diharapkan oleh pihak lain terhadap seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajiban
sesuai dengan status yang disandangnya. Kedudukan dan peran selalu berdampingan dan
memiliki peran penting untuk membentuk masyarakat yang harmonis. Apabila setiap
orang dalam masyarakat melaksanakan kewajiban dan haknya serta melakukan
peranannnya sesuai dengan status yang disandangnya niscaya kehidupan bermasyarakat
akan berjalan dengan baik
Heterogenitas Sosial dalam Kehidupan Masyarakat

Dalam masyarakat modern, keanekaragam masyarakat atau heterogenas merupakan


suatu kenisacayaan. Hal ini terbentuk karena adanya perbedden tungsi dan ciri dalam
kehidupan bermasyarakat. Maksud perbedaan Tungsi yang dimiliki individu dan kelompok
dalam masyarakat yaitu berkaitan dengan kontribusi mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Tanpa kontribusi mereka, sistem tidak akan berjalan dengan baik. Apabila kita ibaratkan
masyarakat sebagai sebuah sistem maka peran atau fungsi individu atau kelompok menjadi
elemen atau unsur-unsurnya. Ibarat sebuah mobil adalah suatu sistem, tanpa adanya roda,
bahan bakar, kemudi, rem, dan lain sebagainya, semuanya harus berfungsi dengan baik apabila
kita menginginkan mobil tersebut dapat melaju dengan baik.
Dalam kehidupan masyarakat, terdapat dua macam heterogenitas, yaitu sebagai berikut:
1. Heterogenitas berdasarkan profesi atau pekerjaan. Indonesia memiliki penduduk yang
banyak dan tempat tinggal mereka terpisah-pisah. Hal ini menyebabkan munculnya
berbagai jenis pekerjaan atau profesi yang disandangnya dalam masyarakat. Selain itu,
perkembangan masyarakat yang semakin modern juga menjadi faktor beragamnya profesi.
Profesi atau pekerjaan yang terdapat dalam masyarakat, antara lain buruh, pendidik,
pedagang, petani, nelayan, pegawai negeri, pegawai swasta, teknisi, dan lain sebagainya.
Suatu profesi atau pekerjaan agar dapat dikatakan berhasil jika dapat dipertanggung
jawabkan. Oleh karena itu, setiap profesi dituntut memiliki keahlian atau profesionalisme.
Dengan demikian, untuk mememuhi tuntutan tersebut, tiap orang harus memiliki ilmu
pengetahuan dan keterampilan tentang profesi yang disandangnya. Dalam kehidupan
masyarakat, heterogenitas profesi ini memiliki fungsi masing-masing. Meskipun demikian,
apapun profesinya, seseorang akan dihargai
2. Heterogenitas berdasarkan jenis kelamin. Secara konstitusional, di Indonesia tidak ada
diskriminasi sosial atas dasar jenis kelamin. Meskipun demikian, pandangan diskriminasi
"gender" masih melekat dalam masyarakat Indonesia. Penyebabnya, adanya faktor
agama dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Jika kita melihat kemajuan Indonesia
sekarang ini, sebenarnya sudah tidak selayaknya perbedaan jenis kelamin di masukkan
dalam diskriminasi gender. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa di dalam
pembangunan Indonesia, peran dan kontribusi perempuan tidak bisa kita abaikan. Untuk
itu, diperlukan hubungan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan, yaitu saling
menghargai, saling membutuhkan, dan saling melengkapi.
Kedua macam heterogenitas di atas, dapat kita masukkan ke dalam hubungan horizontal
atau diferensiasi karena keduanya memiliki fungsi (peran) di dalam masyarakat.

Gejala-gejala sosial akibat pengaruh heterogenitas pekerjaan


Peradaban semakin berkembang, baik di kota maupun di desa. Hal ini dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta ditunjang oleh kemajuan transportasi
dan komunikasi. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka semakin beragam jenis pekerjaan
yang ada di masyarakat. Suatu pekerjaan yang dulunya tidak ada menjadi ada dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Setiap pekerjaan tentu memerlukan
keahlian atau profesionalitas. Untuk itu, lembaga pendidikan yang mengakomodasi
kebutuhan tersebut harus disiapkan. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan dan sarana
penunjangnya harus sejalan. Apabila hal itu tidak sejalan, kadang kala muncul suatu kondisi
yang kurang kondusif sehingga muncul berbagai hal yang tidak dikehendaki, seperti adanya
pengangguran, urbanisasi, kriminalitas, korupsi, dan ketimpangan sosial.
Gejala-gejala sosial akibat heterogenitas jenis kelamin
Pada masyarakat modern, gejala-gejala sosial akibat heterogenitas jenis kelamin lebih
ditekankan pada semakin luasnya fungsi dan peran perempuan dan laki-laki dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini tercermin dari banyaknya pekerjaan laki-laki yang
dikerjakan oleh perempuan, begitu sebaliknya pekerjaan perempuan juga dikerjakan oleh
laki-laki sehingga batas pekerjaan antara laki-laki dan perempuan kian menipis. Hal
demikian ditunjang dengan berkembangnya paham demokrasi yang memberi ruang bekerja
bagi seluruh jenis kelamin yang menuntut profesionalitas.
Sejak abad ke-20, mulailah muncul laki-laki bekerja sebagai designer, juru masak, dan
lain sebagainya yang sebelumnya merupakan profesi perempuan. Begitu pula sebaliknya,
banyak perempuan bekerja sebagai pilot, dokter, peniliti, bahkan menjadi kepala eksekutif,
legislatif, dan yudikatif yang dulu merupakan pekerjaan laki-laki sudah menjadi profesi
perempuan.
Penghargaan atau Penghormatan terhadap Keanekaragaman atau Heterogenitas Sosial

Dalam masyarakat modern, keanekaragaman etnis atau suku bangsa, las, dan budaya
merupakan keniscayaan. Hal ini disebabkan oleh kemajuan arus informasi, komunikasi, dan
transportasi. Masyarakat modern juga memiliki ciri ciri sebagai berikut:
1. Terbuka terhadap hal-hal baru.
2. Menerima perubahan secara kritis.
3. Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya.
4. Berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang.
5. Menggunakan perencanaan dalam segala tindakan.
6. Yakin akan manfaat iptek.
7. Menghormati hak dan kewajiban serta kehormatan pihak lain (HAM)
8. Tidak tergantung pada nasib (selalu mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi).
9. Senantiasa memiliki informasi yang lengkap mengenai pendiriannya.
10. Yakin pada potensi/kemampuan yang dimilikinya dan mampu mengembangkannya
Sudah dijelaskan di atas bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari berbaga! cuku
bangsa,ras, kelompok mayoritas, kelompok minoritas, dan sebagainya. Dan Tenvataan di atas,
dapat kita katakan bahwa Indonesia adalah sebuah masyarakat vang sistem nasionalnya
(Bhinneka Tunggal Ika) mempersatukan beraneka ragam masyarakat dan kebudayaannya
sebagai sebuah bangsa dalam wadah negara.
Kita sering mendengar istilah bahwa dunia kita semakin tanpa sekat antara masyarakat
satu dengan masyarakat yang lain. Kondisi demikian harus dibarengi oleh sikap penghargaan
dan penghormatan terhadap kelompok masyarakat lain. Sikap menghargai masyarakat yang
memiliki perbedaan sita dan budaya mencerminkan adanya sikap toleransi.
Untuk dapat menghargai atau mengormati keanekaragaman atau heterogenitas
sosial kita harus mempelajari, memahami, dan menerapkan konsep masyarakat
multikultural.
Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern yang
anggotanya terdiri atas berbagai golongan, etnis (suku bangsa), ras, agama, dan budaya.
Mereka hidup bersama dalam wilayah lokal maupun nasional. Bahkan, mereka juga
berhubungan dengan masyarakat internasional, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Keanekaragaman dalam masyarakat ini memiliki beberapa karakteristik. Menurut
Pierre L. Van den Berghe, karakteristik keberagaman tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya segmentasi atau pembagian ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali
memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer (tidak saling melengkapi).
3. Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan) di antara anggotanya tentang nilai-
nilai yang bersifat dasar.
4. Secara relatif, sering terjadi konflik antara kelompok yang satu dan yang lain.
5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung dalam
bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain.
Di dalam masyarakat multikultural, perbedaan kelompok sosial, kebudayaan, dan
suku bangsa dijunjung tinggi. Namun, hal itu tidak berarti bahwa ada kesenjangan atau
perbedaan hak dan kewajiban di antara kelompok sosial, kebudayaan, dan suku bangsa
yang berbeda itu. Masyarakat multikultural tidak mengenal perbedaan hak dan
kewajiban antara kelompok minoritas dan mayoritas, baik secara hukum maupun sosial.
Dalam masyarakat multikultural, masyarakat dituntut untuk hidup penuh toleransi
saling pengertian antarbudaya dan antarbangsa dalam membina suatu dunia baru.
Dalam multikulturalisme, bangsa-bangsa duduk bersama. saling menghargai, saling
membantu, dan tidak memandang apakah suatu kelompok masyarakat merupakan
kelompok mayoritas atau minoritas sehingga tidak terjadi dominasi mayoritas dan tirani
minoritas. Pemahaman manusia dalam memahami multikulturalisme akan memberikan
peran dan sumbangan yang besar terhadap pembangunan dunia yang lebih baik. Suatu
masyarakat modern tidak hanya memikirkan generasinya, tetapi juga mampu
mewariskan kehidupan yang lebih baik untuk generasi yang akan datang.
Belajar dari pengalaman yang pernah dihadapi bangsa kita, usaha untuk
membentuk masyarakat multikultural menjadi sangat penting. Masyarakat multikultural
di sini adalah masyarakat Indonesia yang mengakui adanya beragam keunikan budaya di
Indonesia, masyarakat yang mengakui adanya perbedaan, tetapi tidak mengekang
kelompok lain. Perbedaan atau pluralitas dianggap sebagai kekuatan yang luar biasa
untuk membangun peradaban yang lebih baik.
Ada tiga dasar yang dapat dijadikan acuan untuk pendidikan multikultural, yaitu
sebagai berikut:
1. Pengakuan terhadap identitas budaya lain. Terkadang di dalamnya, suatu pengakuan
terhadap kekuatan yang dimiliki, sehingga akan muncul sikap jujur untuk mengakui
keunggulan yang dimiliki budaya tersebut
2. Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam suatu masyarakat merupakan tali
pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat.
3. Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kelompok-kelompok tertentu di dalam
masyarakat dilihat juga sebagai sumbangan yang besar bagi kelompok yang lebih luas,
seperti negara.
Dengan dasar seperti itu, akan tercipta suatu masyarakat yang harmonis dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini, sosialisasi masyarakat multikultural begitu
strategis dan dibutuhkan dalam rangka mewujudkan masyarakat indonesia yang ideal dan
lestari.

Kerjakan di buku hal. 89 (soal


pendalaman konsep). Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai