Anda di halaman 1dari 4

Nama : Qonitatul ‘Ulya

Program Studi : Sosiologi


Mata Kuliah : Sosiologi Keluarga
Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Juli 2020

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Ruang lingkup sosiologi berhubungan erat dengan paradigma sosiologi. Kajian atau
studi tentang sosiologi keluarga yang dibangun dari paradigma fakta sosial, pada
dasarnya dapat dilakukan melalui sudut pandang yang menyatakan bahwa keluarga
dapat dilihat dari bentuknya sebagai fakta sosial bersifat material dan nonmaterial
atau bahkan merupakan bentuk kombinasi dari dua jenis fakta sosial tersebut. Sifat
empiris, riil dan/atau nyata dari kehidupan keluarga yang timbul atau terjadi dari
keberadaan, sifat, proses hubungan dan tindakan maupun fungsi keluarga bisa
merupakan ruang lingkup kajian mengenai sosiologi keluarga.

Ruang lingkup sosiologi keluarga secara lebih luas bisa juga mencakup di antaranya
pembahasan mengenai hubungan keluarga dan sosial politik (Negara), keluarga,
industri dan teknologi, keluarga dan hukum, keluarga dan ekonomi; hal ini
menunjukkan bahwa studi sosiologi keluarga ke depan membutuhkan wawasan dan
kajian terus menerus (berkelanjutan) yang mendalam melalui pemahaman terhadap
fenomena sosial tentang kehidupan keluarga secara lebih luas.

2. Peran dan hubungan individu dalam keluarga saat ini punya perubahan makna dan
fungsi. Ada 3 perubahan yaitu; Perubahan peran suami istri, perubahan bentuk
keluarga dan perubahan pengambilan keputusan. Ketiga perubahan ini tidak terlepas
dari pekerjaan baik dari suami maupun istri. Peran istri maupun suami di luar keluarga
akan mempunyai dampak terhadap keluarganya, terlebih bagi anak-anaknya. Pilihan
pekerjaan orang tua akan mempengaruhi pilihan pekerjaan anak-anaknya. Pekerjaan
atau jabatan tertentu dari orang tua akan punya ruang dominasi yang berbeda dalam
sebuah keluarga.

Perubahan peran dan fungsi keluarga ini juga membawa perubahan pada proses
sosialisasi anak dalam keluarga, dimana jenis pekerjaan orang tua membawa
pengaruh terhadap kepribadian anak. Peran orang tua dalam pekerjaan membawa
posisinya pada tingkat atau status sosial tertentu, dan ini bagi anak-anaknya
cenderung membentuk suatu pola peran tertentu, dan juga tergantung pada hubungan
dengan orang tua. Dan seandainya ada semacam pemujaan terhadap bapak atau ibu,
maka ada kecenderungan meniru pekerjaan orang tua. Namun seringkali perubahan
ini juga punya dampak besar bagi anak-anaknya dalam hal negatif, ketika peran dari
orang tua tidak dijalankan secara maksimal, anak akan punya ruang sosialisasi yang
kurang tepat sehingga bisa berdampak pada kenakalan remaja.

3. Berdasarkan karakteristik Stratifikasi sosial, ada beberapa pembagian kelas atau


golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti yang
sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok dalam
masyarakat. Kelas Sosial ialah sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial
berdasarkan status ekonomi, status sosial, dan status politik.

Jika suatu kelompok tidak mampu menjaga stabilitas kelompok maka ada potensi
terjadinya konflik dan disintegrasi sosial. Pertama, Konflik adalah suatu proses sosial
dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Penyebab terjadinya konflik
antara lain:

a. Adanya perbedaan kepribadian diantara mereka, yang disebabkan oleh adanya


perbedaan latar belakang kebudayaan.
b. Adanya perbedaan pendirian atau perasaan antara individu yang satu dengan
individu yang lain, sehingga terjadi konflik diantara mereka.
c. Adanya perbedaan kepentingan individu atau kelompok diantara mereka.
d. Adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat karena adanya
perubahan nilai/sistem yang berlaku.

Akibat-akibat Konflik:

a. Bertambah kuatnya rasa solidaritas antara sesama anggota


b. Hancurnya atau retaknya kasatuan kelompok
c. Adanya perubahan kepribadian seorang individu
d. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
Kedua, disintegarasi sosial, yang dimaksud dengan disintegrasi ialah adanya
kemerosotan integritas (persatuan & kesatuan) atau hancurnya kesatuan organisasi.
Munculnya disintegrasi dalam masyarakat sebagai akibat perbedaan peran dan status
sosial tersebut dalam wujud antara lain Prasangka, kecemburuan sosial, Frustasi,
Agresivitas, dan perilaku menyimpang. Kondisi negatif tersebut di atas jika dibiarkan
dan tidak ada tindakan untuk pengendaliannya akan mengakibatkan terganggunya
ketertiban hidup bermasyarakat. Dengan demikian, pengendalian sosial untuk
mengatasi gejolak sosial menjadi penting keberadaannya sebagai unsur pembentuk
struktur masyarakat.

4. Wilayah kerja perempuan sekarang adalah di wilayah domestic (mencuci, memasak,


mengasuh anak) dan publik (mencari nafkah, aktivis perempuan). Dalam hal ini peran
perempuan yang menikah seringkali menjadi pembahasan, karena stigma masyarakat
terdahulu dan budaya patriarki menempatkan peran perempuan pada wilayah
domestik saja, padahal sejatinya perempuan maupun laki laki sama-sama harus punya
peran di wilayah domestic dan publik. Namun berkat affirmative action dari para
perempuan yang bekerja di wilayah publik (LSM/wakil rakyat), ruang perempuan
semakin di perlebar.

Menurut saya perempuan bekerja yang punya peran di wilayah publik dan domestik
ini pasti punya alasan dan faktor tersendiri, misal kebutuhan ekonomi, ruang
eksistensi dan alasan sosial baik yang sudah menikah maupun belum menikah.
Kemudian peran ganda perempuan ini sejauh dia punya kesepakatan dengan
suaminya dan keluarganya menurut saya tidak apa-apa. Ketika dari pihak perempuan
menyelesaikan tugas di wilayah domestiknya atau dalam hal ini rumah tangganya dan
dari pihak laki-laki memahami peran perempuan di wilayah domestiknya tidak akan
sama dengan perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga. Seringkali laki-
laki punya pemahaman bahwa perempuan harus pintar memasak, mencuci atau
urusan rumah tangga lainnya, padahal tidak semua perempuan bisa melakukan hal ini,
setiap orang pintar di bidang masing-masing. Yang terpenting adalah pihak
perempuan tidak merasa keberatan dengan double burdennya dan adanya kesepakatan
antara laki-laki dan perempuan.
5. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral di dalam kehidupan, saling menerima
apa adanya, saling berhubungan dengan baik, membina dan merawat rumah tangga
dengan harmonis. Ada beberapa faktor pernikahan artis tidak lagi menjadi sesuatu
yang sakral dan mengikat sehingga terkesan menjadi mudah cerai berai, terlepas dari
hukum agama yang memperbolehkan adanya perceraian. Di dalam kehidupan artis
kesakralan ini lambat laun hilang tergerus oleh aspek yang sangat duniawi atau
profan. Misalnya kemewahan, kekayaan, popularitas, dan kecantikan.

Dunia artis tidak terlepas dari glamourisme, sehingga mereka membuat citra
kehidupannya mewah. Pernikahan para artis yang terkesan mewah dan megah ini
hanya sekedar dunia citra yang mereka bentuk sesuai keinginan masing-masing,
disamping mereka memang mampu membuat pesta pernikahan yang megah mereka
juga menuruti gengsi, ego dari seorang artis yang citra kehidupannya terkesan megah
dan mewah pada umumnya. Bahkan tujuan pernikahan mereka tidak terlepas dari
memanfaatkan satu sama lain, entah dari aspek popularitas untuk mendapatkan
kekayaan. Ketika aspek yang menguntungkan ini tidak mereka dapatkan dalam
hubungan pernikahannya mereka akan memilih berpisah karna tidak mendapatkan
apa yang di inginkan. Sehingga hal-hal yang bersifat profan ini memicu
ketidaksakralan dan ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga artis. Semua
yang dilakukan artis ini menjadi konsumsi publik karna di muat di media, sehingga
masyarakat ikut menikmati fenomena pernikahan dan perceraian mereka.

Fenomena perceraian ini juga marak di kalangan masyarakat umum karna beberapa
faktor, mulai dari pernikahan dini, perselingkuhan, tidak di nafkahi, konflik
perselisihan. Pernikahan di usia muda punya potensi konflik lebih tinggi, karna secara
psikis belum sepenuhnya kuat untuk menerima realitas pernikahan, di sinilah peran
konseling pra nikah dibutuhkan. Pilihan pekerjaan ini juga bisa menjadi potensi
konflik, maka dari itu harus saling menjaga komunikasi dengan baik. Kesibukan satu
sama lain membuat komunikasi berjalan kurang baik sehingga potensi konflik dan
perbandingan penghasilan atau status sosial akan tinggi dan memicu perceraian.

Anda mungkin juga menyukai