Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut mampu mempengaruhi ketiga indikator
kesejahteraan dan pembangunan nasional, yakni ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan menurunnya tingkat
perekonomian, tingkat pendidikan, dan tingkat kesehatan masyarakat. Hal ini
dikarenakan semakin banyak jumlah penduduk berpengaruh terhadap semakin
besarnya kesenjangan pendapatan dan sosial antar wilayah, yakni penduduk yang
kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin miskin. Kondisi masyarakat yang
mengalami kesmiskinan ini tentu berpengaruh terhadap tingkat pendidikan dan
kesehatan mereka yang rendah, karena untuk dapat mengakses pelayanan pendidikan
dan kesehatan, masyarakat harus memiliki kondisi ekonomi yang cukup untuk
membayar biaya pelayanan-pelayanan tersebut. (Gina Indah P. Nastia, 2014)
Di Indonesia, tingkat kesehatan masyarakat justru masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya, seperti Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina, bahkan Vietnam. Hal ini dilihat dari besarnya Angka Harapan
Hidup (AHH) di Indonesia. Angka Harapan Hidup (AHH) di Indonesia memang
meningkat dari tahun ke tahun, namun laju peningkatan tersebut sangat lambat. Hal
ini salah satunya dikarenakan masih tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak (Gina
Indah P. Nastia, 2014).
Tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan salah satu permasalahan
yang terjadi di Indonesia dalam bidang kesehatan, sebagai akibat dari rendahnya
tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat di bidang kesehatan. Hal ini dapat
diketahui dari faktor-faktor penyebab tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak di
Indonesia yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni faktor pendidikan dan perilaku
masyarakat yang minim di bidang kesehatan, faktor lingkungan, faktor pelayanan
kesehatan, serta faktor status gizi masyarakat yang minim. (Gina Indah P. Nastia,
2014)
Selama ini, upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia melalui
Program Kesehatan Ibu dan Anak telah dilaksanakan oleh pemerintah, sehingga
pemerintah selama ini merupakan satu-satunya sektor formal yang memiliki

1
tanggungjawab atas penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak di Indonesia. Namun,
upaya pemerintah belum berhasil menurunkan laju Angka Kematian Ibu dan Anak
secara cepat. Pemerintah dalam hal ini membutuhkan bantuan berbagai sektor lainnya
untuk dapat menurunkan laju Angka Kematian Ibu dan Anak secara cepat. (Gina
Indah P. Nastia, 2014)
Salah satu penyebab terhambatnya pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu
dikarenakan adanya konflik social dan interaksi social di masyarakat. Konflik sudah
menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah area,
mereka tidak hanya memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya
alam seperti air dan hutan yang terkandung di dalamnya. Menurut Robin; Walton dan
Duton menjelaskan tentang sumber konflik antar pribadi/kelompok melalui kondisi-
kondisi pemula seperti persaingan terhadap sumber-sumber, ketergantungan terhadap
tugas, kekaburan deskripsi tugas, masalah status, rintangan komunikasi, dan sifat-sifat
individu. Atas dasar pemahaman bahwa konflik tersebut adalah proses yang dinamis
dan bukan statis atau kaku yang berarti konflik itu dapat berubah-ubah mengikuti
perkembangan hal-hal yang terjadi ketika konflik. Maka konsekuensi terjadinya
konflik dapat digambarkan melalui proses perkembangannya (Sosial, n.d. 2014)
Konflik dapat menimbulkan rasa trauma, selalu merasa tidak aman, bahkan
berkurang/hilangnya rasa kepercayaan diri dari individu dalam masyarakat
tersebut.Hal ini pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda
dengan yang lainnya, dan kebutuhan itu harus terpenuhi sesuai dengan kadarnya
masing-masing (Dasar & Pd, 2015)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari konflik social dan interaksi social?
2. Bagaimana bentuk-bentuk konflik social dan interaksi social?
3. Bagaimana cara penanggulangan dan penanganan konflik social dan interaksi
sosial?
4. Apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan konflik sosial dan interaksi sosial?
5. Apakah pengertian dari pelayanan kesehatan ibu dan anak?
6. Bagaimana tujuan pelayanan kesehatan ibu dan anak?
7. Bagaimana prinsip pengelolaan pelayanan kesehatan ibu dan anak?
8. Bagaiman jenis-jenis pelayanan kesehatan ibu dan anak?
9. Bagaimana hal yang harus dilakukan dalam melakukan pelayanan kesehatana ibu
dan anak?

2
10. Bagaimana hubungan konflik social dan interasksi social dengan pelayanan
kesehatan ibu dan anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konflik social dan interaksi social.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk konflik social dan interaksi social.
3. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan penanganan konflik social dan
interaksi social.
4. Untuk mengetahui hal hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik social dan
interaksi social.
5. Untuk mengetahui apa itu pelayanan kesehatan ibu dan anak.
6. Untuk mengetahui tujuan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
7. Untuk mengetahui prinsip pengelolaan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
8. Untuk mengetahui jenis-jenis pelayanan kesehatan ibu dan anak.
9. Untuk mengetahui hal yang harus dilakukan dalam melakukan pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
10. Untuk mengetahui hubungan konflik social dan interasksi social dengan
pelayanan kesehatan ibu dan anak.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Konflik Sosial dan Interaksi Sosial


1. Pengertian Konflik Sosial dan Interaksi Sosial
Konflik berasal dari kata kerja Latin “configure” yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik
adalah sesuatu yang wajar terjadi di masyarakat, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan
integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.
Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik (Restoratif, 2016).
Konflik merupakan gejala sosial yang bersifat inheren dalam masyarakat dan
tentunya masyarakatlah arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa
berlangsung. Perbedaan dan persamaan kepentingan merupakan penyebab koflik
dan integrasi sosial yang selalu mengisi kehidupan sosial. Secara etimologis terms
konflik berasal dari bahasa latin “con” yang memiliki arti bersama dan “fligere”
yang memiliki pengertian benturan atau tabrakan (Labola, Kristen, & Wacana,
2018).
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang
terlibat, melainkan terjadi saling mempengaruhi Stimulasi dan tanggapan antara
manusia (Dasar & Pd, 2015).
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi
sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu
dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya

4
hubungan yang saling timbal balik. Interaksi sosial merupakan salah satu cara
individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu
tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain. Interaksi sosial dapat pula
meningkatkan jumlah atau kuantitas dan mutu atau kualitas dari tingkah laku
sosial individu sehingga individu makin matang di dalam bertingkah laku sosial
dengan individu lain di dalam situasi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci
semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada
kehidupan bersama (Dasar & Pd, 2015).
2. Bentuk-bentuk konflik social dan interaksi sosial
Soekanto (2012), mengemukakan bahwa bentuk-bentuk konflik social dan
interaksi sosial yaitu:
a. kerja sama yang berarti suatu uasaha bersama antara perorangan ataukelompok
untuk mencapai suatu tujuan,
b. akomodasi, sebagai suatu proses di mana orang perorangan saling
bertentangan, kemudian saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan,
c. persaingan, diartikan sebagai suatu proses di mana individu atau kelompok
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan
kekerasan atau ancaman, dan
d. konflik/pertentangan, adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan
dengan ancaman atau kekerasan. (Dewi & Handayani, n.d. 2013)
3. Penanggulangan dan penanganan
Konflik harus diselesaikan secara baik sehingga memberi efek yang positif
bagi pribadi, organisasi atau kelompok bahkan dalam kerangka yang lebih luas
yaitu Negara. Kegagalan dalam mengelola konflik berakibat mencelakakan dan
menciptakan pemisah. Alat yangdigunakan untuk menyelesaikan konflik pun
berlainan, tergantung pada keadaan. Memilih sebuah resolusi konflik yang cocok
tergantung pada beberapa faktor termasuk alasan mengapa konflik terjadi dan
hubungan khusus diantara pimpinan dan kelompok yang berkonflik. Dalam
kehidupan masyarakat terjadi proses sosial yang bersifat associative processes dan
dissociative processes.

5
Proses sosial yang bersifat asosiatif diarahkan pada terwujudnya nilai-nilai
seperti keadilan sosial, cinta kasih, kerukunan, solidaritas sebaliknya proses sosial
yang bersifat dissosiatif bertujuan terciptanya nilai-nilai negatif atau asosial,
seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan, perpecahan
dan sebagainya. Karena itu, proses sosial yang asosiatif dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik (Labola et al., 2018)
4. Hal-Hal Yang Dapat Menyebabkan Konflik Sosial dan Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), konflik social dan
interaksi sosial dapat berlangsung jika terjadi hal di bawah ini, yaitu :
a. Kontak social adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang
merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling
bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara
fisik.
b. Komunikasi
Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. (Labola et al., 2018)
B. Konsep Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pengertian
Pelayanan Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal. Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan
anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan
primer. (Colti Sistiarini, 2014)
Kesehatan ibu dana anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. (Agustian, 2015)
2. Tujuan
Tujuan program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
(Agustian, 2015)

6
3. Prinsip dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
a. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
b. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
c. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
d. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya. (R.H. HART, 2013)
4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
antenatal. Standar minimal “10 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Ukur Lingkar Lengan Atas
4) Ukur tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Pemberian Imunisasi TT lengkap
7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8) Test laboratorium (rutin dan khusus)
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali
pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
b. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada
masyarakat:
7
1) Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
2) Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan
tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak
terlatih ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
3) Deteksi dini ibu hamil berisiko
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
b) Anak lebih dari 4
c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau
lebih dari 10 tahun
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm
f) Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kengenital.
g) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan
normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi. Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
a) Hb kurang dari 11 gram %
b) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole
lebih dari 90 mmHg
c) Oedema yang nyata
d) Eklampsia
e) Pendarahan pervaginaan
f) Ketuban pecah dini
g) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
h) Letak sungsang pada primigravida
i) Infeksi berat atau sepsis
j) Persalinan premature
k) Kehamilan ganda

8
l) Janin yang besar
m) Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
n) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
a) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
b) Bayi dengan tetanus neonatorum
c) Bayi baru lahir dengan asfiksia
d) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah
lahir
e) Bayi baru lahir dengan sepsis
f) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
g) Bayi preterm dan post term
h) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
i) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan. (R.H. HART, 2013)
c. Pelayanan Masa Nifas
Pelayanan ini diberikan melalui kunjungan kerumah-rumah untuk memantau
kesehatan ibu nifas dan anak. Dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi ibu
nifas, anjuran ASI ekslusif, anjuran KB serta pemberian kapsul vitamin A.
(Fana Nanda Dhevy, 2013)
5. Hal-Hal Yang Dilakukan Dalam Pelayanan KIA
a. Pencatatan pendaftaran pasien KIA;
b. Pencatatan pemeriksaan dan kunjungan ulang peserta Keluarga Berencana
(KB);
c. Pencatatan surat pasien KIA (surat tindakan medic (informed consent)
pelayanan kontrasepsi dan surat rujukan);
d. Pencatatan pemeriksaan dan perkembangan kehamilan;
e. Pencatatan pemeriksaan dan pelayanan bayi (pemeriksaan bayi sakit dengan
sistemmanajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) usia < 2 bulan, pemeriksaan
balita sakit dengan system Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) usia > 2
bulan-5 tahun, pemeriksaan bayi neonatus (usia 6 jam-28 hari), dan
pemeriksaan bayi (usia 29 hari-1 tahun));
f. Pencatatan pemeriksaan dan pelayanan balita (pemeriksaan balita sakit dengan
sistem Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pemeriksaan balita dengan

9
sistem Simulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) usia 3
bulan-5 tahun, dan pemeriksaan balita);
g. Pencatatan rekam medis pasien KIA;
h. Laporan pelayanan peserta KB (laporan bulanan klinik KB);
i. Laporan kohort (kohort ibu hamil, kohort bayi, dan kohort balita). (Lutfi
Ambarwati, 2015)
C. Hubungan Konflik Sosial dan Interaksi Sosial dengan Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak
Pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat bergantung pada konflik social dan
interaksi social yang terjadi di masyarakat. Konflik ini menjadi salah satu penghambat
dalam peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Sosial, n.d. 2014). Contoh
konflik social dan interaksi social yang ada di masyarakat berhubungan dengan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, yaitu:
1. Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Suntik Tetanus Toksoid Dengan
Pelaksanaannya
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan ibu primigravida tentang
imunisasi TT dengan pelaksanaanya di BPM Hj. Umi Salamah Amd. Keb di Desa
Kauman Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang tahun 2014 menunjukkan
adanya hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang imunisasi TT dengan
pelaksanaannya. Semakin tinggi pengatahuan pada ibu primigravida akan
mempengaruhi terhadap pelaksanaan imunisasi sesuai dengan jadwal. Selain itu
didukung oleh tenaga kesehatan (Bidan) kepada klien, yaitu memberikan
informasi tentang imunisasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi TT ,
menganjurkan ibu kembali datang untuk imunisasi baik secara lisan maupun
tulisan kembali dibuku KIA maupun kartu TT. (Azizah, Ninik. 2015)
2. Pantangan Makan Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan di Desa Bongkot Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang
Berdasarkan hasil penelitiaan yang dilakukan masih adanya kepercayaan
terhadap makanan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya di Desa
Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang sehingga diharuskan untuk
berpantang makanan pada Ibu hamil dan pasca melahirkan (Anggraini, Dinar.
2013).
3. Faktor budaya dalam perawatan ibu nifas

10
Dalam penelitian ini, didapatkan adat istiadatdari daerah setempat tidak bisa
dipisahkan dari budaya perawatan nifas, karena dimanapun mereka berada akan
ada adat istiadat tersendiri dari daerah tersebut, yang tanpa terkecuali semua
masyarakat juga mengikuti hal-hal tersebut karena bagi mereka itu harus
dilakukan. (Rahayu, Sri Inong,. Dkk. 2017)
4. Factors And Challenges Influencing Mothers’ Choice Of Birth Attendance In
Bunyala Sub-County, Kenya
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pemerintah sudah menyelanggarakan
program kesehatan ibu dan anak gratis masyaratkat di Bunyala Sub-Country
Kenya lebih memilih melahirkan di dukun dikarenakan:
a. Masalah biaya, dimana jika melahirkan di dukun bisa membayar
menggunakan barang.
b. Kebudayaaan yang dipercayai, seperti dapat melahirkan di jam-jam ganjil
menurut kepercayaan mereka.
c. Mudah berkomunikasi dengan dukun karena menggunakan bahasa local.
d. Memakan waktu yang lama jika bersalin di petugas kesehatan.
e. Susahnya berkomunikasi dengan petugas kesehatan.
f. Jauhnya jarak fasilitas kesehatan.
g. Biaya transportasi yang mahal.
h. Ibu menghindari test HIV dengan progtam PMTC yang di lakukan tenaga
kesehatan, dan
i. Ibu mendapatkan pelecehan secara verbal. (Omollo, June Victoria. 2016)
5. VACCINATION CONFIDENCE AND PARENTAL REFUSAL/DELAY OF
EARLY CHILDHOOD VACCINES
Hasil riset penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan data dari
sampel orang tua yang besar dan representatif secara nasional, ditemukan bahwa
kepercayaan vaksinasi secara konsisten dikaitkan dengan perilaku yang berkaitan
dengan vaksinasi anak usia dini. Skor rata-rata pada Skala Vaccination
Confidence sangat terkait dengan ukuran penolakan vaksin, dengan masing-
masing peningkatan poin dalam skor skala rata-rata yang sesuai dengan
pengurangan kemungkinan penolakan mulai dari 42% untuk setiap vaksin hingga
61% untuk MMR.
Selain penolakan vaksin, ditemukan bahwa keyakinan vaksinasi secara
konsisten dikaitkan dengan ukuran penundaan vaksin dan status vaksinasi.

11
Dalam kasus status vaksinasi, setiap peningkatan satu poin dalam skor skala
rata-rata dikaitkan dengan peningkatan peluang vaksinasi mulai dari 32%
untuk vaksin flu menjadi 54% untuk vaksin varisela. (Gilkey MB, et al., 2016)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik Sosial adalah Pertentangan antar anggota atau antar kelompok dalam
masyarakat yang sifatnya menyeluruh, yang di sebabkan oleh adanya beberapa
perbedaan. Diantaranya, Individu, Pola Budaya, Status Sosial, Kepentingan dan
Terjadinya perubahan sosial.
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam
interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat,
melainkan terjadi saling mempengaruhi Stimulasi dan tanggapan antara manusia.
Pelayanan Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal.
Hubungan yang terjadi antara konflik social dan interaksi social dengan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, dimana konflik social menjadi penghambata dalam
peningkatan pelayanan tesebut sehingga kematian ibu dan anak di Indonesia masih
terbilang tinggi.
B. Saran
Penulis menyarankan bagi pembaca untuk membaca beberapa buku referensi
lainnya, agar lebih mengetahui dan memahami tentang konflik sosial, interaksi sosial
dan kebijakan kesehatan yang ada di masyarakat.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalan-
makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, N. I. (2015). Perancangan Aplikasi Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Berbasis
Android. Jurnal Ilmiah Media Proccesor , 570-582.
Anggraini, Dinar. (2013). Pantangan Makan Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan di Desa
Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. II; 02.
Azizah, Ninik. (2015). Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Suntik Tetanus Toksoid
Dengan Pelaksanaannya. Volume 2
Colti Sistiarini, E. G. (2014). Analisis Kualitas Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Jurnal Kesehatan Masyarakat , 14-20.
Dasar, B., & Pd, S. (2015). Interaksi sosial. (November).
Dewi, T. H., & Handayani, A. (n.d.). (2013).Kemampuan Mengelola Konflik Interpersonal
Komunikasi Interpersonal Dan Tipe Kepribadian Ekstrovert, 32–43.
Fana Nanda Dhevy, A. M. (2013). Implementasi Program Kesehatan Ibu Dan Anak Bidang
Pelayanan Antenatal Care Dan Nifas.
Gina Indah P. Nastia, H. A. (2014). Promosi Kesehatan Ibu Dan Anak Melalui Corporate
Social Responsibility (Csr) Bidang Kesehatan Ibu Dan Anak. Prosiding KS:Riset&PKM
, 301-444.
Labola, Y. A., Kristen, U., & Wacana, S. (2018). Konflik Sosial : Dipahami , Identifikasi
Sumbernya dan Dikelola-Kajian Literature, (January).
Lutfi Ambarwati, W. W. (2015). Aplikasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal
Teknologi Informasi , 92-97.
Restoratif, K. (2016). Penanganan Konflik Sosial Dengan Pendekatan Keadilan Restoratif
Sukardi* *, 46(1), 70–89.
R.H. HART, M. B. (2013). Panduan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Indonesia:
Karisma.
Sosial, H. (n.d.). (2014). Konflik sosial dalam hubungan antar umat beragama, 189–208.

14

Anda mungkin juga menyukai