Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

GERAKAN-GERAKAN, KERJA SAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN


INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Nilai Karakter dan Anti Korupsi

Dosen pengampu : Atik Purwasih, M. Pd

Disusun oleh :

Annisa Nur Rizky : 2101052003

Atika Fadela Sari : 2101052006

Qurrata A’yunin : 2101050022

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Gerakan-gerakan,
kerjasama dan beberapa instrumen internasional pencegahan korupsi” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Nilai Karakter dan Anti
Korupsi. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Atik Purwasih, M. Pd selaku dosen
pembimbing.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan untuk kebaikan makalah ini untuk masa yang mendatang.

Metro, Oktober 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

A. Gerakan dan Kerjasama Internasional Pencegahan Korupsi ................................... 6


Gerakan Internasional ............................................................................................ 6
Kerjasama Internasional ........................................................................................ 7
B. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi......................................................... 8
UNCAC ................................................................................................................ 8
Convention on Bribery Foreign Public Official in International Business Transaction
.............................................................................................................................. 9
C. Pencegahan Korupsi : Belajar dari Negara Lain ..................................................... 10
D. Arti Penting Ratifikasi Konvensi Anti-Korupsi Bagi Indonesia .............................. 11

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi merupakan sebuah masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia dan
masyarakat Internasional. Di Indonesia korupsi telah diputuskan sebagai kejahatan
yang luar biasa karena dapat merusak sebuah negara sebab mengancam pemenuhan
hak-hak dasar manusia, menghambat pembangunan, menghambat demokrasi,
merusak lingkungan hidup, dan meningkatkan angka kemiskinan ratusan juta umat
manusia baik di Indonesia maupun di dunia.

Mengingat dampak korupsi yang demikian besar, sebagai suatu bangsa, Indonesia
memiliki kewajiban untuk bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat baik
ditingkat nasional maupun internasional. Kerjasama ini dapat berwujud kerjasama
antar Negara, kerjasama dengan lembaga internasional, kerjasama dengan Lembaga
Swadaya Internasional dengan mengikut sertakan masyarakat baik sebagai individu
maupun kelompok didalam maupun diluar sektor publik.

Dalam era globalisasi dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi


serta kemudahan untuk bermigrasi ke berbagai Negara karena tipis atau kaburnya
batas territorial suatu Negara, kerjasama internasional harus terus ditingkatkan untuk
menyelamatkan aset Negara hasil korupsi dan mencegah para koruptor lari untuk
bersembunyi.

Di tingkat internasional, ada berbagai bentuk kerjasama untuk mencegah dan


memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan perjanjian
bilateral maupun multilateral dengan berbagai Negara yang bertujuan untuk
memperoleh bantuan timbal balik dalam perkara pidana (termasuk korupsi).
Makalah ini akan menjelaskan beberapa instrument, gerakan serta kerjasama
Internasional pencegahan korupsi.

4
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan gerakan dan kerjasama Internasional pencegahan korupsi !
2. Jelaskan instrumen Internasional pencegahan korupsi !
3. Sebutkan dan jelaskan cara pencegahan korupsi dari berbagai Negara !
4. Apa arti penting Ratifikasi Konvensi Anti-korupsi bagi Indonesia ?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui gerakan dan kerjasama Internasional pencegahan korupsi.
2. Agar memahami instrument Internasional pencegahan korupsi.
3. Supaya memahami pencegahan korupsi dari berbagai Negara.
4. Untuk mengetahui arti penting ratifikasi konvensi Anti-korupsi bagi
Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gerakan dan Kerjasama Internasional Pencegahan Korupsi

Gerakan Internasional
Berapa gerakan Internasional untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi di
antaranya :
a. Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nations)
Dalam kongres PBB ke-10 yang diadakan di Vienna (Austria) pada tahun
2000, isu mengenai korupsi menjadi topik pembahasan yang utama. Dalam
introduksi dibawah tema International Cooperation in Combating
Transnational Crime : New Challenges in the Twenty-first Century dinyatakan
pula bahwa tema korupsi telah lama menjadi prioritas pembahasan.

Dalam resolusi 54/128 of 17 December 1999, dibawah judul “Action Against


Corruption”, Majelis Umum PBB menegaskan perlunya pengembangan
strategi global melawan korupsi dan mengundang negara-negara anggota PBB
untuk melakukan review terhadap seluruh kebijakan serta peraturan perundang
undangan domestik masing-masing negara untuk mencegah dan melakukan
kontrol terhadap korupsi.

b. Bank Dunia (Word Bank)


Word Bank cukup aktif dalam gerakan Anti-Korupsi di tingkat Internasional.
Word Bank Institute misalnya mengembangkan Anti-Corruption Core
Program yang bertujuan untuk menanamkan Awareness mengenai korupsi dan
pelibatan masyarakat sipil untuk pemberantasan korupsi termasuk
menyediakan sarana bagi negara-negara berkembang untuk mengembangkan
rencana aksi nasional untuk memberantas korupsi.

6
c. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Setelah ditemuinya kegagalan dalam kesepakatan pada konvensi PBB pada
sekitar tahun 1970-an, OECD, didukung PBB mengambil langkah baru untuk
memerangi korupsi tingkat internasional.

Pada tanggal 21 November 1997 telah mengeluarkan Convention on


Combating Bribery of Foreign Public Official in International Business
Transaction dengan tujuan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
suap dan transaksi bisnis internasional. Konvensi ini menghimbau negara-
negara untuk mengembangkan aturan hukum, termasuk hukuman (pidana)
bagi para pelaku.

d. Masyarakat Uni Eropa


Di negara-negara Uni Eropa, gerakan pemberantasan korupsi secara
internasional dimulai sekitar tahun 1996.
Pada tahun 1997, komisi menteri-menteri negara-negara Eropa mengadopsi
Guiding Principles untuk memberantas korupsi, dengan mengidentifikasi area-
area yang rawan korupsi dan meningkatkan cara-cara efektif dan strategi
pemberantasannya. Pada tahun 1998 dibentuk GRECO yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas negara anggota memberantas korupsi.

Kerjasama Internasional

Dalam kerjasama Internasional pencegahan korupsi, terdapat dua jenis permintaan


bantuan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yakni koersif dan
nonkoersif.

Koersif diantaranya dapat berupa pengambilan bukti atau pemeriksaan untuk


digunakan di pengadilan, pelaksanaan investigasi bersama, atau penegakan perintah
pengadilan luar negeri seperti penyitaan, pembekuan, perampasan asset hasil tindak
pidana.

Nonkoersif diantaranya melakukan kegiatan survey, penelusuran lokasi saksi,


tersangka, atau buron, memberikan informasi public dan informasi tidak sensitive,

7
berbagi bukti petunjuk dalam pengembangan kasus, dan bentuk bantuan lain sesuai
dengan UU yang berlaku.

Beberapa hasil kerjasama yang pernah dilakukan KPK yakni kasus suap pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tarahan, Lampung pada 2004 yang
melibatkan perusahaan energi Alstom dan perusahaan Marubeni. Dalam menangani
kasus tersebut, KPK bekerja sama dengan FBI dan otoritas Jepang.

B. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi


United Nations Convention Against Corruption (UNCAC)
UNCAC telah ditandatangani oleh lebih dari 140 negara. Penandatanganan pertama
kali dilakukan di konvensi internasional yang diselenggarakan di Merida, Yucatan,
Meksiko, pada tanggal 31 Oktober 2003.

Beberapa hal penting yang diatur dalam konvensi adalah :


a. Masalah Pencegahan
Tindak pidana korupsi dapat diberantas melalui Badan Peradilan. Namun menurut
konvensi ini, salah satu hal yang terpenting dan utama adalah masalah pencegahan
korupsi dan dengan mempertimbangkan sektor publik maupun sektor privat
(swasta).
Salah satunya dengan mengembangkan model kebijakan seperti :
 Pembentukan badan anti-korupsi.
 Peningkatan transparasi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan
partai politik.
 Promosi terhadap pelayanan publik.
 Penerimaan pelayanan publik (pegawai negeri) dilakukan berdasarkan
prestasi.
 Adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan
mereka harus tunduk pada kode etik tersebut.
 Penerapan tindakan dan pidana bagi pegawai negeri yang korup.
 Dibuatnya persyaratan-persyaratan khusus terutama pada sektor publik
yang sangat rawan seperti badan peradilan dan sektor pengadaan publik.

8
 Untuk pencegahan korupsi yang efektif, perlu upaya dan keikutsertaan dari
seluruh komponen masyarakat.
 Seruan kepada negara-negara untuk secara aktif mempromosikan
keterlibatan organisasi non-pemerintah yang berbasis masyarakat, serta
unsur-unsur lain.
 Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap korupsi termasuk dampak
buruk korupsi serta hal-hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang
mengetahui telah terjadi tindak pidana korupsi.

b. Kriminalitas
Kewajiban negara untuk mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi termasuk mengembangkan peraturan
perundang-undangan yang dapat memberikan hukuman (pidana) untuk berbagai
tindak pidana korupsi.

c. Kerjasama Internasional
Memiliki kesepakatan untuk bekerja sama dengan satu sama lain dalam setiap
langkah pemberantasan korupsi, termasuk melakukan pencegahan,investigasi, dan
melakukan penuntutan terhadap pelaku korupsi, serta sepakat untuk memberikan
bantuan hukum timbal balik dalam mengumpulkan bukti untuk digunakan di
pengadilan dan untuk mengesktradisi pelanggar.

d. Pengembalian Aset-Aset Hasil Korupsi


Menyediakan aturan-aturan serta prosedur guna mengembalikan kekayaan negara
yang sudah dikorupsi, termasuk aturan dan prosedur yang menyangkut hukum dan
rahasia perbankan.

Convension On Bribery of Foreign Public Official in International Business


Transaction

Sebuah konvensi internasional yang dipelopori oleh OECD. Konvensi Anti Suap ini
menetapkan standar-standar hukum yang mengikat negara-negara peserta untuk

9
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang menerima suap dalam transaksi bisnis
internasional.

C. Pencegahan Korupsi : Belajar Dari Negara Lain


1. Denmark
Negara pertama yang mendapat indeks persepsi korupsi paling rendah adalah
Denmark. Ada sistem yang terintegritas bagi aparat penegak hukum dalam bidang
akademik. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan komitmen mereka
untuk memberantas tindak pidana korupsi.

Selain komitmen yang kuat dalam pemberantasan korupsi, pemerintah terus berupaya
untuk bersikap transparan terhadap publik. Bahkan Parlemen Denmark tak akan
memberikan hak imunitas bagi anggota dewannya yang terlibat dalam kasus korupsi,
atau pelanggaran pidana lainnya.

Menurut Kristensen, dua ujung tombak pemberantasan korupsi di Denmark.


Keduanya bukanlah aparat kepolisian atau lembaga antikorupsi. Melainkan
Ombudsman dan auditor lembaga keuangan (semacam BPK di Indonesia) yang akan
berperan dalam bidang pengawasan.

2.Selandia Baru
Negara kecil di Tenggara benua Australia ini menduduki, peringkat kedua paling
bersih dalam mengentaskan korupsi. Selandia Baru punya caranya tersendiri dalam
membasmi tikus-tikus koruptor yang menggerogoti keuangan negaranya.

Menurut Pengajar Politeknik Keuangan Negara STAN yang menerima beasiswa "The
New Zealand Asean Scholarship Award 2014", Rudy M Harahap, ada beberapa hal
yang bisa diperhatikan mengapa Selandia Baru bisa menjaga negara tersebut dari
tindak korupsi. Pertama adalah karena negara itu menganut sistem parlementer.
Dengan demikian, menteri otomatis menjadi anggota parlemen.

10
3.Finlandia
Selain sistem pendidikannya yang dikagumi banyak negara. Finlandia juga sukses
memangkas sistem birokrasi yang memungkinkan terjadinya tindakan korupsi.
Sistem birokrasi yang ringkas dan tidak berkelok-kelok, memungkinkan warga
Finlandia mengurus hal-hal administrasi cuma beberapa tingkatan saja. Layanan satu
pintu juga dibangun Finlandia yang mengadopsi sistem birokrasi pemerintahan
Swedia , selama kurun 1150-1809. Sistem itu tetap berlanjut hingga kemerdekaannya
pada 6 Desember 1917.

D. Arti Penting Ratifikasi Konvensi Anti-Korupsi Bagi Indonesia

Bangsa Indonesia telah berupaya ikut aktif mengambil bagian dalam masyarakat
internasional untuk mencegah dan memberantas korupsi dengan menandatangani
Konvensi Anti Korupsi pada tanggal 18 Desember 2003.

Pada tanggal 18 April 2006, Pemerintahan Indonesia dengan persetujuan DPR telah
meratifikasi konvensi ini dengan mengesahkannya di dalam UU no. 7 Tahun 2006,
LN 32 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention against
Corruption (UNCAC), 2003.

Pada tanggal 21 November 2007, dengan diikuti oleh 492 peserta dari 93 negara, di
Bali telah diselenggarakan konferensi tahunan kedua Asosiasi Internasional Lembaga-
Lembaga Anti Korupsi (the 2nd Anual Conference and General Meeting of the
International Association of Anti-Corruption Authorities / IAACA ).

Pada tanggal 28 Januari – 1 Febuari 2008, bertempat di Nusa Dua, Bali, Indonesia
kembali kembali menjadi tuan rumah konferensi negara-negara peserta yang terikat
UNCAC. Dalam konferensi ini, Indonesia berupaya mendorong pelaksanaan UNCAC
terkait dengan masalah mekanisme guna mendukung pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Selaku tuan rumah, Indonesia berupaya memberikan kontribusi secara langsung yang
dapat diarahkan untuk mendukung kepentingan Indonesia mengenai pengembalian

11
aset, guna meningkatkan kerjasama internasional dalam pemberantasan korupsi,
termasuk mengembalikan hasil kejahatan.

Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi merupakan petunjuk yang merupakan komitmen


nasional untuk meningkatkan citra Bangsa Indonesia dalan percaturan politik
Internasional.
Dalam Penjelasan UU No. 7 Tahun 2006 ditunjukkan arti penting dari ratifikasi
konvensi tersebut, yaitu :
 Untuk meningkatkan kerjasama internasional khususnya dalam melacak,
membekukan, menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil tindak pidana
korupsi yang ditempatkan di luar negeri.
 Meningkatkan kerjasama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik.
 Meningkatkan kerjasama internasional dalam pelaksanaan bantuan hokum
timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan kerjasama
penegakan hukum.
 Mendorong terjalinnya kerjasama teknis dan pertukaran informasi dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di bawah kerjasama
pembangunan ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral, regional,
dan multilateral.
 Perlunya harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Dengan telah diratifikasinya konvensi internasional ini, maka pemerintahan Indonesia


memiliki kewajiban untuk melaksanakan isi konvensi internasional ini dan
melaporkan perkembangan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi merupakan sebuah masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia dan
masyarakat Internasional. Korupsi telah diputuskan sebagai kejahatan yang luar
biasa karena dapat merusak sebuah negara sebab mengancam pemenuhan hak-hak
dasar manusia, menghambat pembangunan, menghambat demokrasi, merusak
lingkungan hidup, dan meningkatkan angka kemiskinan ratusan juta umat manusia
baik di Indonesia maupun di dunia.

Mengingat dampak korupsi yang demikian besar, maka terbentuklah gerakan


gerakan internasional pencegahan korupsi yaitu Perserikatan Bangsa Bangsa atau
sering disingkat PBB, Word Bank (Bank Dunia), OECD (Organization for
Economic Cooperation and Development), dan Masyarakat Uni Eropa. Dan sebab
dampak korupsi yang parah, Indonesia juga mengadakan kerjasama Internasional
pencegahan korupsi yang meliputi koersif dan nonkoersif.

Agar pencegahan korupsi internasional berjalan baik maka terdapat Instrumen


Internasional Pencegahan Korupsi. Meliputi United Nations Convention Against
Corruption (UNCAC) dan Convension On Bribery of Foreign Public Official in
International Business Transaction.

Kita dapat melakukan pencegahan korupsi dengan belajar dari negara lain, seperti
Denmark, Selandia Baru, dan Finlandia.

B. Saran
Alhamdulillah makalah ini telah selesai tepat pada waktunya. Dengan adanya
makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan

13
kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami
semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.

Rustandi, Fachri. 2021. “Mengenal Bentuk Kerjasama Internasional Penanganan


Tindak Korupsi”, https://www.jentera.ac.id/mengenal-bentuk-kerja-sama-
internasional-penanganan-tindak-pidana-korupsi/ , diakses pada 9 Oktober 2021
pukul 15.00

Febrian, Ramdan. 2019. “Belajar Mengentaskan Korupsi dari 3 Negara Paling


Bersih”, https://voi.id/analisis/695/belajar-mengentaskan-korupsi-dari-3-negara-
paling-bersih , diakses pada 8 Oktober 2021

15

Anda mungkin juga menyukai