Di Susun Oleh:
Mahasiswa D-lll Kebidanan
Reguler 2 Tingkat 3
Kelompok 7
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tercurahkankepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
Melawan Korupsi” Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
mahasiswa lainnya.
Walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan, kami mohon kritik dan sarannya.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................................................5
BAB II ISI.............................................................................................................................................5
A. Kebijakan Internasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi .........................6
1) Gerakan Lembaga Swadaya Internasional............................................................................6
2) Bank Dunia (World Bank).......................................................................................................7
3) Masyarakat Uni Eropa.............................................................................................................8
B. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional.................................................................................8
1) Transparency International.....................................................................................................8
2) TIRI............................................................................................................................................9
3) Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi......................................................................9
4) Convention Bribery Foreign Publik Official in International Busines Transaction…….11
C. Kebijakan Nasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ...............11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat
internasional pada saat ini. Korupsi tidak hanya mengancam pemenuhan hakhak dasar
manusia dan menyebabkan macetnya demokrasi dan proses demokratisasi, namun juga
pembangunan dan meningkatkan angka kemiskinan jutaan orang di seluruh dunia. Keinginan
ini hendak diwujudkan tidak hanya di sector public namun juga di sector swasta. Gerakan ini
masyarakat sipil (civil society) dan sector swasta di tingkat internasional patut perlu
diperhitungkan, karena mereka telah dengan gigih berjuang melawan korupsi yang
khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat untuk
memberantas korupsi. Merupakan sebuah realita bahwa kita sudah memiliki berbagai
memiliki lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan tersebut
baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Teori
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat
internasional pada saat ini. Korupsi tidak hanya mengancam pemenuhan hak-hak dasar manusia dan
menyebabkan macetnya demokrasi dan proses demokratisasi, namun juga mengancam pemenuhan
hak asasi manusia, merusak lingkungan hidup, menghambat pembangunan dan meningkatkan angka
kemiskinan jutaan orang di seluruh dunia. Keinginan masyarakat internasional untuk memberantas
korupsi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang lebih baik, lebih bersih dan lebih
bertanggung-jawab sangat besar. Keinginan ini hendak diwujudkan tidak hanya di sektor publik
namun juga di sektor swasta. Gerakan ini dilakukan baik oleh organisasi internasional maupun
memberantas korupsi. Gerakan masyarakat sipil (civil society) dan sektor swasta di tingkat
internasional patut perlu diperhitungkan, karena mereka telah dengan gigih berjuang melawan
dan Perlakuan terhadap penjahat. Dalam sebuah resolusinya Majelis Umum PBB
korupsi harus dilakukan multidisiplin dengan memberikan pemahaman pada aspek dan
dampak buruk korupsi dalam berbagai tingkat. Pencegahan dan pemberantasan korupsi juga
6
harus dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan pencegahan korupsi di tingkat
dalam berbagai tingkatan. Kongres PBB ke-10 menyatakan bahwa perhatian perlu ditekankan
pada apa yang disebut dengan Top Level Corruption yaitu korupsi yang tersembunyi dalam
pemerasan, nepotisme, penipuan, dan korupsi. Jenis korupsi ini paling berbahaya dan dapat
negara. Untuk hal itu, World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Care Program yang
bertujuan untuk menanamkan kesadaran mengenai korupsi serta pentingnya pelibatan masyarakat
sipil untuk mencegah dan memberantas korupsi. Program yang dikembangkan Bank Dunia
didasarkan pada premis bahwa untuk memberantas korupsi secara efektif perlu dibangun tanggung
jawab bersama berbagai lembaga di masyarakat. Bank Dunia menyatakan bahwa pendekatan
untuk melaksanakan program antikorupsi dibedakan menjadi dua (2) pendekatan, yaitu:
pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).
Semakin luas pemahaman yang ada, semakin mudah meningkatkan kesadaran memberantas
korupsi.
Adanya jejaring yang baik akan membantu pemerintah dan masyarakat mengembangkan rasa
saling percaya.
Pelatihan pelatihan yang dilaksanakan Bank Dunia akan dapat membantu mempercepat
7
pemberantasan korupsi.
Rencana aksi yang dipilih sendiri di sebuah negara akan memiliki trickle down effect dalam
Untuk pendekatan dari atas ke bawah dilakukan dengan melaksanakan reformasi di segala
bidang, baik hukum, politik, ekonomi, maupun administrasi pemerintahan. Pendidikan antikorupsi
adalah salah satu strategi atau pendekatan dari atas ke bawah yang dikembangkan oleh Bank
Dunia.
sejak tahun 1996. Pemberantasan dilakukan dengan pendekatan multidisiplin, monitoring yang
1) Transparency International
yang berkantor pusat di Berlin Jerman yang memantau dan memublikasikan hasil-hasil penelitian
mengenai korupsi yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi politik di tingkat internasional.
Setiap tahun TI menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index) di negara
negara seluruh dunia. TI membuat peringkat tentang prevalensi korupsi di negara negara di dunia
berdasarkan survei yang dilakukan terhadap pelaku bisnis dan opini masyarakat. CPI membuat
penilaian dengan range 1–10. Nilai10 adalah nilai tertinggi dan terbaik, sedangkan semakin
rendah nilainya ditempatkan sebagai yang paling tinggi korupsinya. Dalam survei tersebut
Indonesia setiap tahunnya menempati peringkat sangat buruk dan buruk, namun sejak tahun 2009
sedikit membaik.
8
2) TIRI
nonpemerintah yang berkantor pusat di London dan banyak perwakilannya di beberapa negara
termasuk di Jakarta. Organisasi ini bekerja dengan pemerintah, kalangan bisnis, akademisi dan
masyarakat sipil untuk melakukan sharing keahlian dan wawasan untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengatasi korupsi dan
mahasiswa dapat memahami bahaya laten korupsi bagi masa depan bangsa.
UNCAC merupakan salah satu instrumen internasional yang sangat penting dalam
9
Beberapa hal penting yang diatur dalam konvensi adalah:
a) Masalah pencegahan
peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan partai politik;
rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri) dan mereka dilakukan
berdasarkan prestasi;
adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan mereka harus
penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang korupsi;
dibuatnya persyaratan khusus terutama pada sektor publik yang sangat rawan seperti
perlu ada seruan kepada negara-negara untuk secara aktif melibatkan organisasi
nonpemerintah (LSM);
serta hal hal yang dapat dilakukan masyarakat yang mengetahui telah terjadi tindak
pidana korupsi.
b) Kriminalisasi
Hal penting lain yang diatur dalam konvensi adalah mengenai kewajiban negara untuk
10
mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana
korupsi. Perbuatan yang dikriminalisasi tidak terbatas pada tindak pidana penyuapan dan
penggelapan dana publik, tetapi juga dalam bidang perdagangan termasuk penyembunyian dan
Negara-negara yang menandatangani konvensi bersepakat untuk bekerja sama dalam setiap
terhadap pelaku korupsi. Mereka bersepakat untuk memberikan bantuan hukum timbal balik
pelanggar. Negaranegara juga bersepakat harus melakukan langkah langkah yang mendukung
Kerja sama dalam pengembalian aset-aset hasil korupsi terutama yang dilarikan dan disimpan
di negara lain juga merupakan hal sangat penting yang tertuang dalam konvensi. Untuk itu,
setiap negara harus menyediakan aturan-aturan serta prosedur guna mengembalikan kekayaan,
termasuk aturan dan prosedur yang menyangkut hukum dan rahasia perbankan.
adalah sebuah konvensi internasional. Konvensi antisuap ini menetapkan standar-standar hukum
yang mengikat negara-negara peserta konvensi untuk mengkriminalisasi pejabat publik asing
Secara garis besar upaya penanggulangan kejahatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni
11
melalui jalur penal (dengan menggunakan hukum pidana) dan jalur non-penal (diselesaikan di
luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-penal). Secara kasar menurut Barda Nawawi Arief,
upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat repressive
lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan). Dikatakan secara kasar, karena tindakan
represif juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas (Nawawi Arief : 2008). Sifat
preventif memang bukan menjadi fokus kerja aparat penegak hukum. Namun untuk pencegahan
korupsi sifat ini dapat ditemui dalam salah satu tugas dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang
memiliki Deputi Bidang Pencegahan yang di dalamnya terdapat Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat. Sasaran dari upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur non-penal
adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan dalam hal ini korupsi,
yakni berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi baik politik, ekonomi maupun sosial
yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan
(korupsi). Dengan ini, upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi penting
atau dalam istilah yang digunakan oleh Barda Nawawi Arief ‘memiliki posisi strategis dari
keseluruhan upaya politik kriminal’. Upaya yang kedua adalah upaya penal dengan memanggil
atau menggunakan hukum pidana atau dengan menghukum atau memberi pidana atau
Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi
yang dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the Global Program Against Corruption
dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti-Corruption Toolkit (UNODC : 2004)
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
12
independen yang khusus menangani korupsi. Indonesia sudah memiliki Lembaga yang secara
khusus dibentuk untuk memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga
peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.
Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat public
untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun
peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada peningkatan jumlah
kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan
melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang lain misalnya anggota keluarga.
Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan anggota militer baru.
Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan
dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga perlu
dikembangkan. Selain sistem perekruitan, sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang
menitikberatkan pada pada proses (proccess oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented)
perlu dikembangkan.
Upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat untuk mendapatkan
akses terhadap informasi (access to information). Sebuah sistem harus dibangun di mana
kepada masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat
13
transparan. Pemerintah memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai
kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan. Salah satu cara untuk ikut memberdayakan
masyarakat dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan menyediakan sarana
bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi. Sebuah mekanisme harus dikembangkan
dimana masyarakat dapat dengan mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi
yang diketahuinya. Mekanisme tersebut harus dipermudah atau disederhanakan misalnya via
telepon, surat atau telex. Dengan berkembangnya teknologi informasi, media internet adalah
salah satu mekanisme yang murah dan mudah untuk melaporkan kasus-kasus korupsi.
dikembangkan. Salah satu peraturan perundang-undangan yang harus ada untuk mendukung
Pencucian Uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu instrumen
hukum berupa UU Perlindungan Saksi dan Korban. Untuk memberdayakan Pers, perlu UU
yang mengatur mengenai Pers yang bebas. Bagaimana mekanisme masyarakat yang akan
melaporkan tindak pidana korupsi dan penggunaan electronic surveillance juga perlu diatur
supaya tidak melanggar privacy seseorang. Selain itu hak warga negara untuk secara bebas
penyelidikan, penyidikan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi seperti pasal mengenai fitnah
atau pencemaran nama baik perlu dikaji ulang dan bilamana perlu diamandemen atau
14
dihapuskan. Hal ini bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat. Masyarakat tidak
boleh takut melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Selain itu, untuk mendukung
pemerintahan yang bersih, perlu instrument Kode Etik atau code of conduct yang ditujukan
untuk semua pejabat publik, baik pejabat eksekutif, legislatif maupun code of conduct bagi
Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka mensukseskan
monitoring dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan korupsi, sulit
mengetahui capaian yang telah dilakukan. Dengan melakukan monitoring dan evaluasi, dapat
dilihat strategi atau program yang sukses dan yang gagal. Untuk strategi atau program yang
sukses, sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya. Pengalaman
negaranegara lain yang sukses maupun yang gagal dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika
memilih cara, strategi, upaya maupun program pemberantasan korupsi di negara kita. Namun
mengingat ada begitu banyak strategi, cara atau upaya yang dapat digunakan, kita tetap harus
f) Kerjasama Internasional
Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi adalah melakukan
Kerjasama internasional atau kerjasama baik dengan negara lain maupun dengan International
NGOs. Sebagai contoh saja, di tingkat internasional, Transparency Internasional (TI) misalnya
membuat program National Integrity Systems. OECD membuat program the Ethics
15
BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Pada saat ini, korupsi merupakan salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi tidak hanya mengancam pemenuhan hak-
hak dasar manusia dan menyebabkan macetnya demokrasi dan proses demokratisasi, namun
juga mengancam pemenuhan hak asasi manusia, merusak lingkungan hidup, menghambat
pembangunan dan meningkatkan angka kemiskinan jutaan orang di seluruh dunia. Untuk
mengurangi dan mencegah tantangan tersebut masyarakat nasional dan internasional harus
memiliki kebijakan – kebijakan. Sebelum itu, kita harus memahami terlebih dahulu
nasional merupakan kebijaksanaan negara yang bersifat fundamental dan strategis dalam
mencapai tujuan nasional negara sebagaimana tertera dalam Undang Undang Dasar 1945
suatu negara berinteraksi dengan negara lain di bidang- bidang ekonomi, politik, sosial, dan
militer; serta dalam tingkatan yang lebih rendah juga mengenai bagaimana negara
dimonitor dalam usaha untuk memaksimalkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari
16
lebih baik, lebih bersih dan lebih bertanggung-jawab sangat besar.
Salah satu contoh kebijakan nasional dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi yaitu
melalui jalur penal (dengan menggunakan hukum pidana) dan jalur non-penal (diselesaikan
di luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-penal). Sedangkan salah satu contoh
kebijakan internasional dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah dengan ikut
Corruption (UNCAC) dan lain – lain. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan
dan pemberantasan korupsi terdapat tiga strategi pilar, yaitu: strategi represif yaitu strategi
Kemudian ada strategi edukatif yaitu strategi pencegahan korupsi melalui peningkatan
kesadaran dan kepedulian publik terhadap permasalahan korupsi; dan yang terakhir adalah
preventif yaitu strategi pencegahan korupsi dengan jalan membuat instrumen yang dapat
kondusif bagi organisasi dan lingkungannya dalam melakukan upaya pencegahan tindak
pidana korupsi. Ketiga strategi pilar tersebut dapat kita lakukan sebagai upaya pencegahan
dan pemberantasan korupsi di negara kita untuk terwujudkan negara yang bersih dari korupsi.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca/pelajar.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa yang kami tulis masih banyak
kesalahan, baik dari isi materi dan cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapankan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
menjadi wawasan pengetahuan bagi pembacanya.
17
DAFTAR PUSAKA
Sandri Justiana (Dikyanmas KPK). 2014. Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya Antikorupsi
(PBAK). Jakarta. Pusdiknakes
Ns. Andi Parellangi.,S.Kep., dkk. 2020. Modul Pendidikan Budaya Anti Korupsi Di Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI
Adwirman, S.H, dkk. 2014. “Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi”. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
18
19
20