Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEBIJAKAN PEMBERANTASAN KORUPSI

Dosen Pengampu: Warjidin Aliyanto, SKM.,M.Kes

Makalah ini Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata


Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Di Susun Oleh:
Mahasiswa D-lll Kebidanan
Reguler 2 Tingkat 3
Kelompok 7

Nur Qolbi Marlinda 2115401070

Riasti Agustin 2115401079

Zalda Ayu Lestari 2115401093

PRODI D-III KEBIDANAN KELAS REGULER 2 TINGKAT 3


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
TAHUN 2023

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga tercurahkankepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan

syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat Nya, baik itu

berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan

pembuatan tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian, dengan materi “Semangat

Melawan Korupsi” Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

mahasiswa lainnya.

Walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan, kami mohon kritik dan sarannya.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Bandar Lampung, 10 Juli 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................................................5

BAB II ISI.............................................................................................................................................5
A. Kebijakan Internasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi .........................6
1) Gerakan Lembaga Swadaya Internasional............................................................................6
2) Bank Dunia (World Bank).......................................................................................................7
3) Masyarakat Uni Eropa.............................................................................................................8
B. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional.................................................................................8
1) Transparency International.....................................................................................................8
2) TIRI............................................................................................................................................9
3) Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi......................................................................9
4) Convention Bribery Foreign Publik Official in International Busines Transaction…….11
C. Kebijakan Nasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ...............11

BAB III PENUTUP 15


KESIMPULAN..................................................................................................................16
SARAN ..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat

internasional pada saat ini. Korupsi tidak hanya mengancam pemenuhan hakhak dasar

manusia dan menyebabkan macetnya demokrasi dan proses demokratisasi, namun juga

mengancam pemenuhan hak asasi manusia, merusak lingkungan hidup, menghambat

pembangunan dan meningkatkan angka kemiskinan jutaan orang di seluruh dunia. Keinginan

ini hendak diwujudkan tidak hanya di sector public namun juga di sector swasta. Gerakan ini

dilakukan baik oleh organisasi internasional maupun Lembaga Swadaya Internasional

(International NGOs). Berbagai Gerakan dari kesepakatankesepakatan internasional ini dapat

menunjukkan keinginan masyarakat internasional untuk memberantas korupsi. Gerakan

masyarakat sipil (civil society) dan sector swasta di tingkat internasional patut perlu

diperhitungkan, karena mereka telah dengan gigih berjuang melawan korupsi yang

membawa dampak negative rusaknya perkehidupan umat manusia. Bidang hukum

khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat untuk

memberantas korupsi. Merupakan sebuah realita bahwa kita sudah memiliki berbagai

perangkat hukum untuk memberantas korupsi yaitu peraturan perundangundangan. Kita

memiliki lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan tersebut

baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga

independen yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kesemuanya

dibentuk salah satunya untuk memberantas korupsi.

4
1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah yang di maksud dengan Kebijakan Internasional tentang Pencegahan dan


Pemberantasan Korupsi ?
2) Apakah yang dimaksud Gerakan Lembaga Swadaya Internasional ?
3) Apa saja Kebijakan Nasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kebijakan Internasional tentang


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ?
2) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gerakan Lembaga Swadaya Internasional ?
3) Untuk mengetahui Apa saja Kebijakan Nasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi?

5
BAB II

PEMBAHASAN

Landasan Teori

A . Kebijakan Internasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat

internasional pada saat ini. Korupsi tidak hanya mengancam pemenuhan hak-hak dasar manusia dan

menyebabkan macetnya demokrasi dan proses demokratisasi, namun juga mengancam pemenuhan

hak asasi manusia, merusak lingkungan hidup, menghambat pembangunan dan meningkatkan angka

kemiskinan jutaan orang di seluruh dunia. Keinginan masyarakat internasional untuk memberantas

korupsi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang lebih baik, lebih bersih dan lebih

bertanggung-jawab sangat besar. Keinginan ini hendak diwujudkan tidak hanya di sektor publik

namun juga di sektor swasta. Gerakan ini dilakukan baik oleh organisasi internasional maupun

Lembaga Swadaya Internasional (International NGOs). Berbagai gerakan dan kesepakatan-

kesepakatan internasional ini dapat menunjukkan keinginan masyarakat internasional untuk

memberantas korupsi. Gerakan masyarakat sipil (civil society) dan sektor swasta di tingkat

internasional patut perlu diperhitungkan, karena mereka telah dengan gigih berjuang melawan

korupsi yang membawa dampak negatif rusaknya perikehidupan umat manusia.

1) Gerakan Organisasi Internasional

a. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)

Setiap lima tahun PBB menyelenggarakan kongres tentang Pencegahan Kejahatan

dan Perlakuan terhadap penjahat. Dalam sebuah resolusinya Majelis Umum PBB

menegaskan perlunya pengembangan strtegi global melawan korupsi. Pemberantasan

korupsi harus dilakukan multidisiplin dengan memberikan pemahaman pada aspek dan

dampak buruk korupsi dalam berbagai tingkat. Pencegahan dan pemberantasan korupsi juga
6
harus dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan pencegahan korupsi di tingkat

nasional dan internasional.

Dalam Global Program Against Corruption dijelaskan bahwa korupsi diklasifikasikan

dalam berbagai tingkatan. Kongres PBB ke-10 menyatakan bahwa perhatian perlu ditekankan

pada apa yang disebut dengan Top Level Corruption yaitu korupsi yang tersembunyi dalam

jejaring yang tidak terlihat secara kasatmata, meliputi penyalahgunaan kekuasaan,

pemerasan, nepotisme, penipuan, dan korupsi. Jenis korupsi ini paling berbahaya dan dapat

menimbulkan kerusakan sangat besar di suatu negara.

2) Bank Dunia (World Bank)

Bank Dunia dalam memberikan pinjaman mempertimbangkan tingkat korupsi di suatu

negara. Untuk hal itu, World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Care Program yang

bertujuan untuk menanamkan kesadaran mengenai korupsi serta pentingnya pelibatan masyarakat

sipil untuk mencegah dan memberantas korupsi. Program yang dikembangkan Bank Dunia

didasarkan pada premis bahwa untuk memberantas korupsi secara efektif perlu dibangun tanggung

jawab bersama berbagai lembaga di masyarakat. Bank Dunia menyatakan bahwa pendekatan

untuk melaksanakan program antikorupsi dibedakan menjadi dua (2) pendekatan, yaitu:

pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).

Pendekatan dari bawah ke atas didasarkan oleh asumsi berikut.

 Semakin luas pemahaman yang ada, semakin mudah meningkatkan kesadaran memberantas

korupsi.

 Adanya jejaring yang baik akan membantu pemerintah dan masyarakat mengembangkan rasa

saling percaya.

 Penyediaan data mengenai efektivitas dan efisiensi pelayanan pemerintah membantu

masyarakat mengerti bahaya buruk dari korupsi.

 Pelatihan pelatihan yang dilaksanakan Bank Dunia akan dapat membantu mempercepat

7
pemberantasan korupsi.

 Rencana aksi yang dipilih sendiri di sebuah negara akan memiliki trickle down effect dalam

arti masyarakat mengetahui pentingnya pemberantasan korupsi.

Untuk pendekatan dari atas ke bawah dilakukan dengan melaksanakan reformasi di segala

bidang, baik hukum, politik, ekonomi, maupun administrasi pemerintahan. Pendidikan antikorupsi

adalah salah satu strategi atau pendekatan dari atas ke bawah yang dikembangkan oleh Bank

Dunia.

3) Masyarakat Uni Eropa

Di negara-negara Eropa gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi telah dimulai

sejak tahun 1996. Pemberantasan dilakukan dengan pendekatan multidisiplin, monitoring yang

efektif, dilakukan dengan kesungguhan dan komprehensif.

B. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional

1) Transparency International

Transparency International (TI) adalah sebuah organisasi internasional nonpemerintah

yang berkantor pusat di Berlin Jerman yang memantau dan memublikasikan hasil-hasil penelitian

mengenai korupsi yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi politik di tingkat internasional.

Setiap tahun TI menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index) di negara

negara seluruh dunia. TI membuat peringkat tentang prevalensi korupsi di negara negara di dunia

berdasarkan survei yang dilakukan terhadap pelaku bisnis dan opini masyarakat. CPI membuat

penilaian dengan range 1–10. Nilai10 adalah nilai tertinggi dan terbaik, sedangkan semakin

rendah nilainya ditempatkan sebagai yang paling tinggi korupsinya. Dalam survei tersebut

Indonesia setiap tahunnya menempati peringkat sangat buruk dan buruk, namun sejak tahun 2009

sedikit membaik.

8
2) TIRI

TIRI/Making Integrity Work adalah sebuah organisasi independen internasional

nonpemerintah yang berkantor pusat di London dan banyak perwakilannya di beberapa negara

termasuk di Jakarta. Organisasi ini bekerja dengan pemerintah, kalangan bisnis, akademisi dan

masyarakat sipil untuk melakukan sharing keahlian dan wawasan untuk mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengatasi korupsi dan

mempromosikan integritas. Di Indonesia TIRI mengembangkan jejaring dengan berbagai

universitas untuk mengembangkan kurikulum pendidikan antikorupsi dengan nama I-IEN

( Indonesian-Integrity Education Network). TIRI berkeyakinan bahwa dengan mengembangkan

kurikulum Pendidikan Integritas dan atau Pendidikan Anti-Korupsi di perguruan tinggi

mahasiswa dapat memahami bahaya laten korupsi bagi masa depan bangsa.

3) Instrumen Internasional Pencehagan Korupsi

 United Nations Convention against Corruption (UNCAC)

UNCAC merupakan salah satu instrumen internasional yang sangat penting dalam

rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi.

KPK bekerja sama dengan UNCAC dalam memberantas korupsi

(Sumber : ruanghati.com dan KPK)

9
Beberapa hal penting yang diatur dalam konvensi adalah:

a) Masalah pencegahan

UNCAC mengemukakan bahwa perlu dikembangkan model-model preventif sebagai berikut:

 pembentukan badan antikorupsi;

 peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan partai politik;

 promosi terhadap efisiensi dan transparansi pelayanan publik;

 rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri) dan mereka dilakukan

berdasarkan prestasi;

 adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan mereka harus

tunduk pada kode etik;

 transparansi dan akuntabilitas keuangan publik;

 penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang korupsi;

 dibuatnya persyaratan khusus terutama pada sektor publik yang sangat rawan seperti

badan peradilan dan sektor pengadaan publik;

 promosi dan pemberlakuan standar pelayanan publik;

 adanya keikutsertaan seluruh komponen masyarakat dalam upaya untuk pencegahan

korupsi yang efektif;

 perlu ada seruan kepada negara-negara untuk secara aktif melibatkan organisasi

nonpemerintah (LSM);

 peningkatan kesadaran masyarakat terhadap korupsi termasuk dampak buruk korupsi

serta hal hal yang dapat dilakukan masyarakat yang mengetahui telah terjadi tindak

pidana korupsi.

b) Kriminalisasi

Hal penting lain yang diatur dalam konvensi adalah mengenai kewajiban negara untuk

10
mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana

korupsi. Perbuatan yang dikriminalisasi tidak terbatas pada tindak pidana penyuapan dan

penggelapan dana publik, tetapi juga dalam bidang perdagangan termasuk penyembunyian dan

pencucian uang hasil korupsi.

c) Kerja sama internasional

Negara-negara yang menandatangani konvensi bersepakat untuk bekerja sama dalam setiap

langkah pemberantasan korupsi termasuk pencegahan, investigasi, dan melakukan penuntutan

terhadap pelaku korupsi. Mereka bersepakat untuk memberikan bantuan hukum timbal balik

dalam mengumpulkan bukti yang akan digunakan di pengadilan serta mengekstradisi

pelanggar. Negaranegara juga bersepakat harus melakukan langkah langkah yang mendukung

penelusuran, penyitaan, dan pembekuan hasil tindak pidana korupsi.

d) Pengembalian aset-aset negara

Kerja sama dalam pengembalian aset-aset hasil korupsi terutama yang dilarikan dan disimpan

di negara lain juga merupakan hal sangat penting yang tertuang dalam konvensi. Untuk itu,

setiap negara harus menyediakan aturan-aturan serta prosedur guna mengembalikan kekayaan,

termasuk aturan dan prosedur yang menyangkut hukum dan rahasia perbankan.

4) Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business Transaction

Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business Transaction

adalah sebuah konvensi internasional. Konvensi antisuap ini menetapkan standar-standar hukum

yang mengikat negara-negara peserta konvensi untuk mengkriminalisasi pejabat publik asing

yang menerima suap dalam transaksi bisnis internasional.

C. Kebijakan Nasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Secara garis besar upaya penanggulangan kejahatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni

11
melalui jalur penal (dengan menggunakan hukum pidana) dan jalur non-penal (diselesaikan di

luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-penal). Secara kasar menurut Barda Nawawi Arief,

upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat repressive

(penumpasan/penindasan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non-penal

lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan). Dikatakan secara kasar, karena tindakan

represif juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas (Nawawi Arief : 2008). Sifat

preventif memang bukan menjadi fokus kerja aparat penegak hukum. Namun untuk pencegahan

korupsi sifat ini dapat ditemui dalam salah satu tugas dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang

memiliki Deputi Bidang Pencegahan yang di dalamnya terdapat Direktorat Pendidikan dan

Pelayanan Masyarakat. Sasaran dari upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur non-penal

adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan dalam hal ini korupsi,

yakni berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi baik politik, ekonomi maupun sosial

yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan

(korupsi). Dengan ini, upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi penting

atau dalam istilah yang digunakan oleh Barda Nawawi Arief ‘memiliki posisi strategis dari

keseluruhan upaya politik kriminal’. Upaya yang kedua adalah upaya penal dengan memanggil

atau menggunakan hukum pidana atau dengan menghukum atau memberi pidana atau

memberikan penderitaan atau nestapa bagi pelaku korupsi. Berbagai upaya/strategi

pemberantasan korupsi antara lain:

Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi

yang dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the Global Program Against Corruption

dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti-Corruption Toolkit (UNODC : 2004)

a) Pembentukan Lembaga Anti Korupsi

Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang

12
independen yang khusus menangani korupsi. Indonesia sudah memiliki Lembaga yang secara

khusus dibentuk untuk memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga

peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.

Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak

memihak), jujur dan adil.

b) Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat public

untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun

sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat kewajaran

peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada peningkatan jumlah

kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan

melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang lain misalnya anggota keluarga.

Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan anggota militer baru.

Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan

dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga perlu

dikembangkan. Selain sistem perekruitan, sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang

menitikberatkan pada pada proses (proccess oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented)

perlu dikembangkan.

c) Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat untuk mendapatkan

akses terhadap informasi (access to information). Sebuah sistem harus dibangun di mana

kepada masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan

dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat

meningkatkan keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya secara

13
transparan. Pemerintah memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai

kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan. Salah satu cara untuk ikut memberdayakan

masyarakat dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan menyediakan sarana

bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi. Sebuah mekanisme harus dikembangkan

dimana masyarakat dapat dengan mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi

yang diketahuinya. Mekanisme tersebut harus dipermudah atau disederhanakan misalnya via

telepon, surat atau telex. Dengan berkembangnya teknologi informasi, media internet adalah

salah satu mekanisme yang murah dan mudah untuk melaporkan kasus-kasus korupsi.

d) Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

Untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup hanya

mengandalkan satu instrumen hukum yakni Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Berbagai peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu

dikembangkan. Salah satu peraturan perundang-undangan yang harus ada untuk mendukung

pemberantasan korupsi adalah Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering atau

Pencucian Uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu instrumen

hukum berupa UU Perlindungan Saksi dan Korban. Untuk memberdayakan Pers, perlu UU

yang mengatur mengenai Pers yang bebas. Bagaimana mekanisme masyarakat yang akan

melaporkan tindak pidana korupsi dan penggunaan electronic surveillance juga perlu diatur

supaya tidak melanggar privacy seseorang. Selain itu hak warga negara untuk secara bebas

menyatakan pendapatnya harus pula diatur. Pasal-pasal yang mengkriminalisasi perbuatan

seseorang yang akan melaporkan tindak pidana korupsi serta menghalang-halangi

penyelidikan, penyidikan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi seperti pasal mengenai fitnah

atau pencemaran nama baik perlu dikaji ulang dan bilamana perlu diamandemen atau

14
dihapuskan. Hal ini bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat. Masyarakat tidak

boleh takut melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Selain itu, untuk mendukung

pemerintahan yang bersih, perlu instrument Kode Etik atau code of conduct yang ditujukan

untuk semua pejabat publik, baik pejabat eksekutif, legislatif maupun code of conduct bagi

aparat lembaga peradilan (kepolisian, kejaksaan dan pengadilan).

e) Monitoring dan Evaluasi

Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka mensukseskan

pemberantasan korupsi, yakni melakukan monitoring dan evaluasi. Tanpa melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan korupsi, sulit

mengetahui capaian yang telah dilakukan. Dengan melakukan monitoring dan evaluasi, dapat

dilihat strategi atau program yang sukses dan yang gagal. Untuk strategi atau program yang

sukses, sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya. Pengalaman

negaranegara lain yang sukses maupun yang gagal dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika

memilih cara, strategi, upaya maupun program pemberantasan korupsi di negara kita. Namun

mengingat ada begitu banyak strategi, cara atau upaya yang dapat digunakan, kita tetap harus

mencari cara kita sendiri untuk menemukan solusi memberantas korupsi.

f) Kerjasama Internasional

Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi adalah melakukan

Kerjasama internasional atau kerjasama baik dengan negara lain maupun dengan International

NGOs. Sebagai contoh saja, di tingkat internasional, Transparency Internasional (TI) misalnya

membuat program National Integrity Systems. OECD membuat program the Ethics

Infrastructure dan World Bank membuat program A Framework for Integrity.

15
BAB

PENUTUP
A. Kesimpulan

Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain

yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan

kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Pada saat ini, korupsi merupakan salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh

masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi tidak hanya mengancam pemenuhan hak-

hak dasar manusia dan menyebabkan macetnya demokrasi dan proses demokratisasi, namun

juga mengancam pemenuhan hak asasi manusia, merusak lingkungan hidup, menghambat

pembangunan dan meningkatkan angka kemiskinan jutaan orang di seluruh dunia. Untuk

mengurangi dan mencegah tantangan tersebut masyarakat nasional dan internasional harus

memiliki kebijakan – kebijakan. Sebelum itu, kita harus memahami terlebih dahulu

pengertian kebijakan nasional dan internasional. Kebijakan nasional adalah Kebijakan

nasional merupakan kebijaksanaan negara yang bersifat fundamental dan strategis dalam

mencapai tujuan nasional negara sebagaimana tertera dalam Undang Undang Dasar 1945

sedangkan kebijakan internasional adalah serangkaian sasaran yang menjelaskan bagaimana

suatu negara berinteraksi dengan negara lain di bidang- bidang ekonomi, politik, sosial, dan

militer; serta dalam tingkatan yang lebih rendah juga mengenai bagaimana negara

berinteraksi dengan organisasi-organisasi non-negara. Interaksi tersebut dievaluasi dan

dimonitor dalam usaha untuk memaksimalkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari

kerjasama multilateral internasional. Terdapat keinginan masyarakat nasional maupun

internasional untuk memberantas korupsi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang

16
lebih baik, lebih bersih dan lebih bertanggung-jawab sangat besar.

Salah satu contoh kebijakan nasional dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi yaitu

melalui jalur penal (dengan menggunakan hukum pidana) dan jalur non-penal (diselesaikan

di luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-penal). Sedangkan salah satu contoh

kebijakan internasional dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah dengan ikut

serta dalam organisasi internasional maupun Lembaga Swadaya Internasional (International

NGOs) contohnya yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations), OECD (Organization

for Economic Co-Operation and Development), United Nations Convention against

Corruption (UNCAC) dan lain – lain. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan

dan pemberantasan korupsi terdapat tiga strategi pilar, yaitu: strategi represif yaitu strategi

pemberantasan korupsi melalui pendeteksian, pengunggkapan kejadian KKN, dan lain-lain.

Kemudian ada strategi edukatif yaitu strategi pencegahan korupsi melalui peningkatan

kesadaran dan kepedulian publik terhadap permasalahan korupsi; dan yang terakhir adalah

preventif yaitu strategi pencegahan korupsi dengan jalan membuat instrumen yang dapat

memperkuat pengendalian intern organisasi sehingga dapat menciptakan kondisi yang

kondusif bagi organisasi dan lingkungannya dalam melakukan upaya pencegahan tindak

pidana korupsi. Ketiga strategi pilar tersebut dapat kita lakukan sebagai upaya pencegahan

dan pemberantasan korupsi di negara kita untuk terwujudkan negara yang bersih dari korupsi.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca/pelajar.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa yang kami tulis masih banyak
kesalahan, baik dari isi materi dan cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapankan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
menjadi wawasan pengetahuan bagi pembacanya.

17
DAFTAR PUSAKA

Sandri Justiana (Dikyanmas KPK). 2014. Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya Antikorupsi
(PBAK). Jakarta. Pusdiknakes

Ns. Andi Parellangi.,S.Kep., dkk. 2020. Modul Pendidikan Budaya Anti Korupsi Di Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI

Adwirman, S.H, dkk. 2014. “Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi”. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai