Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
‘‘NILAI- NILAI INTEGRITAS PACASILA’’
Dosen Pengampuh : Muliadin, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Fahrun 2021070288
2. Widya Astuti 2021070280
3. Fadila 2021070443
4. Ikhsan 2021070310

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) TAMAN
SISWA BIMA
TAHUN 2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“NILAI- NILAI INTEGRITAS PANCASILA tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah anti korupsi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan anti korupsi .
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Muliadin, M.Pd selaku dosen pengampu mata
anti korupsi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan pada
bidang Pendidikan Pancasila. Saya ucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami meminta kritik dan saran diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan
kami berharap semoga para pembaca dapat menambah pengetahuan dari maklah yang kami buat.

Penyusun

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentukbentuk dan
perwujudan korupsi jauh lebih banyak daripada kemampuan untuk
melukiskannya. Iklim yang diciptakan oleh korupsi menguntungkan bagi
tumbuh suburnya berbagai kejahatan. Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh
serius dinegeri ini. Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang
dengan pesat, meluas dimana–mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang
canggih dan memanfaatkan teknologi modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari
kian marak. Hampir setiap hari berita tentang korupsi menghiasi berbagai media. Bahkan
Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga masyarakat sulit
membedakan nama perbuatan korup dan mana perbuatan yang tidak korup. Meskipun
sudah ada komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan beberapa instansi antikorupsi
lainnya, faktanya negeri ini menduduki rangking teratas sebagai negara terkorup di
dunia.Tindak korupsi di negeri ini bisa dikatakan mulai merajalela, bahkan menjadi
kebiasaan, dan yang lebih memprihatinkan adalah korupsi dianggap biasa saja atau hal
yang sepele.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
korupsi, namun tetap saja korupsi menjadi hal yang sering terjadi. Memerangi korupsi
bukan cuma menangkapi koruptor.
Sejarah mencatat, dari sejumlah kejadian terdahulu, sudah banyak usaha
menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde baru, yang berlalu, kerap
membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim Pemberantasan Korupsi di tahun
1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi pada 1970, Opstib di tahun
1977, hingga Tim Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan para koruptor tidak
membuat jera yang lain. Koruptor junior terus bermunculan.
Upaya pemberantasan korupsi semata-mata hanya lewat penuntutan korupsi,
padahal yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran setiap orang untuk taat pada
undang-undang korupsi. Bangsa Indonesia sekarang butuh penerus bangsa yang
berakhlak mulia, dalam artian mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Kesadaran
tersebut membuat pemerintah memutar otak untuk bagaimana menciptakan hal tersebut.
Lebih khusus kepada penanaman nilai antikorupsi pada setiap individu putra bangsa.
Namun masalahnya adalah Membentuk hal tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan
telapak tangan. Upaya pencegahan budaya korupsi dimasyarakat terlebih dahulu dapat
dilakukan dengan mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak bangsa Indonesia
melalui pendidikan. Semangat antikorupsi yang patut menjadi kajian adalah penanaman
pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi melalui sekolah, karena sekolah adalah proses
pembudayaan.Sedikit sekali upaya untuk pencegahan korupsi, salah satunya yaitu lewat
pendidikan antikorupsi
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu nilai Integritas anti korupsi
2. Apa saja kebijakan anti korupsi
3. Bagauman pendidikan anti korupsi
4. Apa saja strategi anti korupsi

C. Tujuan
1. Mengetahui nilai integritas anti korupsi
2. Mengetahui kebijakan anti korupsi
3. Dapat mengetahui cara pemndidikan anti korupsi
4. Mengetahui strategi anti korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
A. NILAI INTEGRASI ANTI KORUPSI
Nilai berasal dari bahasa latin vale're yang artinya berguna, mampu akan, berdaya,
berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan
paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas
suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna, dan
dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.
Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi
sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. dapat dikatakan bahwa penyebab korupsi
terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkan faktor eksternal berasal
dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan
dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi
tersebut Tetapi. Faktor internal sangat ditentukan oleh tidak kuatnya nilai-nilai anti
korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain
meliputi kejujuran, kemandirian,kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana,
keberanian dan keadilan.Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti
korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik
1. Jujur
Nilai yang paling utama ialah jujur. Jujur adalah sikap lurus hati, tidak
berbohong, tidak curang dan tulus ikhlas. Seseorang dengan nilai kejujuran di
hatinya tidak akan pernah korupsi, karena tahu tindakan tersebut adalah bentuk
kebohongan dan kejahatan.

2. Disiplin
Adapun nilai berikutnya iyalah disiplin ini adalah sikap mentaluntuk melakukan
hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu
Sikap mental tersebut perluh dilatih agar segalah perbuatanya tepat sesuai
aturan yang ada. Komitmen adalah salah salah satu kunci terbentuknya di siplin

3. Tangung jawap
Jika seseorang bertanggung jawap dan berani mengakui kesalahan yang di
lakukan, maka mereka juga amanah dan dapat di andalkan. Tangung jawap akan
membuat seseorang memenuhi tuntutan atau tangung jawab yang di berikan
Orang yanng bertanggung jawab tidak akan korupsi, karena yakin segala
tindakan buruk akan di bayar dengan setimpal pula

4. Kerja keras
Pekerja keras sangat bersemangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang
baik ,maksimal, dan tdak bermalas malasan karena akan mempengaruhi etos
kerja yang sudah dibangun.Selain itu, dia juga tidak suka menunda nunda
pekerjaan yang dapat di lakukan dengan cepat.
5. sederhana
Sederhana juga berarti hidup secara wajar.Artinya seseorang mmpu
mengunakan hartanya sesuai kebutuhan yang ada.Salah satu pemicu tidak
korupsi adalah gaya hidup mewah yang berlebihan. Kesederhaan akan membuat
seseorang menjauhi korupsi.
6.Berani
Tentunya,berani adalah tidak takut menghadapi bahaya atau kesulitan. Orang
yang berani memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar, pantang
mundur dan tidak gentar.

6. Mandiri
Mandiri dimaknai dalam keadaan dapat berdir sendiri, tidak bergantung pada
orang lain. Pribadi yang mandii tentunya berani menata diri dan menjaga diri.
Tentunya, ia terus berlatih untuk menjadi kepribadian yang terpuji. Pribadi yang
mandiri akan berani menetapkan gambaran gambaran hidup yang diiginkan.

7. Peduli
Kepedulian berarti sikap memperhatikan kondisi sekitar dan orang
lain.Atau,peduli adalah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam
persoalan,keadaan,atau kondisi di sekitar kita. Orang yang peduli adalah mereka
yang terpangil melakukan sesuatu dalam rangka memberi
inspirasi,berubahan,dan kebaikan.

8. Adil
Tentunya,seseorang yang adil selalu bersikap imparsial,tidak memihak kecuali
kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan,persamaansuku,bangsa
maupun agama. Sehinga penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknyah
berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri. Sikap ini pada akhirnyah
akn mencegah konflik kepentingan yang menjadi salah satu cikal bakal korupsi.

B. Kebijakan anti korupsi


Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat
mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor
eksternal. Selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami
dengan mendalam prinsip-prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi,
kewajaran, kebijakan,dan kontrol kebijaksebuah dalam suatu organisasi pada institusi
pada masyarakat. nilai-nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua
lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara
tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan
mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat
memberikan jawaban kepada sejumlah otoritas eksternal .
Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk
kepada kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang
yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk
melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja . Akuntabilitas publik memiliki
pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program,
akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas
hukum, dan akuntabilitas politik . Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat
diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja
administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat
baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi
menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam
prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :
Proses penganggaran, Proses penyusunan kegiatan, Proses pembahasan,
Proses pengawasan, dan Proses evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom up,
mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian
(evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait
dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran
pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja). Proses pembahasan
membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi
penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban
secara teknis. Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek
pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah
proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses evaluasi ini berlaku
terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya
pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari
setiap output kerja-kerja pembangunan.
3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini
terdiri dari lima hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi,
kejujuran dan informatif. Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran
dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya
kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti
adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value for money untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi
merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan
pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun
politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat
informatif agar dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran
dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari
kejujuran.
4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa
berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan
terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur
yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung
pada kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah
kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan
kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih
jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat
dalam pemberantasan korupsi.
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa
partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif
kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu
mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
C. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

D. STRATEGI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


1. Strategi moral knowing, yaitu guru memberikan pengetahuan yang baik pada siswa
sesuai dengan kaidah-kaidah nilai-nilai pendidikan anti korupsi seperti bersikap jujur,
berani, disiplin, dan hidup sederhana. Strategi moral knowingyakni dengan
mewariskan alasan untuk siswa dengan sebuah nilai. Makadariitu dalam
implementasinya strategi moral knowing di setiap perjalanan dan penerapannya
dapat mengenakan pendekatan kralifikasi niali (value clarification approach).
Sebabnya di dalam pemahamannya siswa di tuntut untuk menjelaskan terhadap nilai-
nilai antikorupsi yang ada di dalam sebuah peristiwa yang seseorang itu temukan.
Penerapan strategi itu dapat di pantau disaat melakukan tanya jawab atau contohnya
saja guru harus bisa memahami siswa dan guru harus bisa mengajarkan secara detail
tenatang nilai-nilai anti korupsi. Tujuannya supaya siswa lebih bijak untuk
menjelaskan nilai-nilai yang akan menjadikannya acuan di kehidupan sehari-hari.
Dan pastinya seseorang tidak akan mudah terpengaruh dengan lingkungan
masyarakat yang negative.
2. Strategi tradisional (nasihat), yaitu memberi tahu siswa secara langsung terkait nilai-
nilai antikorupsi. Tutor mengajarkan, membimbing memberi masukan, pengarahan
serta merangkul siswa agar bisa dengan mudah menerima nilainilai terkait dengan
anti korupsi seperti menasehati pada saat ulangan tidak boleh mencontek, memberi
tahu dampak negatif kedepannya apabila melakukan kecurangan. Guru menyentuh
hati siswa akibatnya siswa bisa sadar akan arti dari suatu nilai kebaikan yang
memang sewajarnya menjadi awal kehidupan . Implementasi yang dapat dilakukan
adalah berusaha merileksan diri siswa agar menginat arti dan tujuan pendidikan anti
korupsi yang di tanamkan di sekolah dan meningkatkan semua mempunyai status
lebih dari salah satu anak.
3. Strategi punishment (hukuman), yaitu memberi hukuman apabila siswa tidak
mematuhi peraturan sekolah seperti memberi teguran atau hukuman ketika siswa
yang tidak mengerjakan tugas atau terlambat datang ke sekolah. Guru mengajarkan
siswa untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah dilakukan dengan cara
memberi hukuman.
4. Strategi habituasi (pembiasaan), yaitu strategi yang dilakukan oleh guru dalam
menanamkan nilai antikorupsi terhadap siswa melalui tindakan yang dilakukan
secara pelan-pelan supaya dapat dengan mudah memaknai nilai yang sedang
diajarkan. Hal tersebut terlihat dari adanya kantin kejujuran di sekolah dan
pembiasaan sikap disiplin dan bertanggung jawab pada diri sendiri.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai