Anda di halaman 1dari 10

Lembar Pengantar

Ujian Akhir Semester


Final Examination Cover Sheet
Nama Mahasiswa : Carrisa Selvia
Student Name

NIM Mahasiswa : 03051170030


Student ID

Nama Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi


Course Name

Kelas 17L2 (Regular)*


Class

Dosen : Dr.Japansen Sinaga S.H., M.Hum


Lecturer / Tutor

Tanggal Penyerahan : 24 April, 2020


Submission Date

Saya menyatakan bahwa asesmen ujian akhir semester ini adalah merupakan karya saya sendiri, dan belum diserahkan untuk
keperluan nilai kredit akademik di institusi lain, dan menyatakan bahwa penilai dapat mempergunakannya untuk:
I declare that this Final Examination Assessment item is my own work, and has not been submitted for academic credit elsewhere, and
acknowledge that the assessor of this item may, for the purpose of assessing this item
a. Memperbanyak hasil penilaian ujian akhir semester ini dan memberikan salinannya kepada pihak terkait lainnya
dalam Universitas; dan/atau
Reproduce this final examination assessment item and provide a copy to another member of the University; and/or,

b. Menyerahkan salinan dari hasil penilaian ujian akhir semester ini kepada layanan pemeriksaan plagiarisme (untuk
disimp sebagai arsip dalam pemeriksaan plagiarisme di masa mendatang)
Communicate a copy of this final examination assessment item to a plagiarism checking service (which may then retain a copy o f the f
examination assessment item on its database for the purpose of future plagiarism checking).
c. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Peraturan Universitas sehubungan dengan
Pelanggaran Akademik Mahasiswa
I certify that I have read and understood the University Rules in respect of Student Academic Misconduct.

: CARRISA SELVIA
Ditanda tangani oleh
Signed by

: Jum’at/17/April 2020
Tanggal
Date

*Pilih salah satu/Select one


UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2020/2021
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

MAKALAH
Tindak Pidana Korupsi Gubernur Riau H. Annas Maamun

Nama : Carrisa Selvia


Nim : 03051170300
Program studi : Ilmu hukum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDAN
2020-2021
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Harapan saya semoga penyusunan makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan dan masih amat jauh dari kata SEMPURNA. Hal ini di karenakan saya

masih dalam tahap pembelajaran untuk kearah yang lebih baik dalam penyusunan makalah ini

serta makalah ini juga di tujukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Tahun Ajaran

2019/2020.

Oleh karena itu saya sangat mengharapakm saran dan kritik atau masukan – masukan

dari Dosen yang bernama Japansen Sinaga agar saya dapat memperbaiki kekurangan dari

makalah tersebut. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi saya dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah

isi makalah agar menjadi lebih baik lagi .

Akhir kata saya menyelesaikan makalah yang berjudul “Tindak Pidana Kasus Korupsi

Gubernur Riau H. Annas Maamun

Medan, 19 april 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kronologi kasus Korupsi H.Annas Maamun

2.2 Dugaan Pelecehan Seksual

2.3 Berbagai tanggapan tuntutan terlalu ringan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpuulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang sedemikian maju membawa dampak terhadap


berkembangnya jenis dan pola kejahatan. Salah satu jenis kejahatan yang sampai saat ini marak
di Indonesia adalah tindak pidana korupsi. Korupsi dikategorikan sebagai kejahatan yang luar
biasa, karena negara mengalami kerugian sangat besar yang nantinya berdampak bagi
masyarakat, sehingga dibutuhkan upaya pemberantasan yang luar biasa untuk memberantas
kejahatan ini. Tidak sedikit tindak pidana korupsi sulit diungkap dikarenakan minimnya barang
bukti dan alat bukti yang ditemukan, karena pelaku biasanya berusaha untuk tidak
meninggalkan jejak agar kasusnya tidak terungkap. Hal tersebut biasa terjadi karena tingginya
tingkat intelektual seseorang. Tindak pidana korupsi juga digolongkan sebagai kejahatan kerah
putih atau white collar crime karena pelakunya sebagian besar merupakan orang-orang
berintelektual dan memiliki pengaruh dalam kekuasaan. 1

Maraknya berita mengenai tindak pidana korupsi yang terus menerus dikabarkan
diberbagai media seperti media televisi, media cetak dan media online sangat memprihatinkan.
Terungkapnya berbagai kasus tindak pidana korupsi disisi memprihatinkan, terdapat
keberhasilan para penegak hukum dalam memberantas kejahatan ini. Tindak pidana korupsi
tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat seperti kasus korupsi proyek hambalang, kasus
korupsi pengadaan sapi, kasus korupsi mafia pajak dan masih banyak kasus tindak pidana
korupsi lainnya. Salah satu tindak pidana korupsi yang terjadi di pemerintahan daerah yaitu
kasus tindak pidana korupsi di Provinsi Riau. Kasus ini terkait penyuapan yang dilakukan oleh
berbagai pihak terhadap Gubernur provinsi Riau.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana kronologi kasus korupsi gubernur H.Annas Maamun?

 Mengenai terkaitnya dugaan pelecehan seksual?

1
https://yuokysurinda.wordpress.com/
1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui kronologinya kasus tersebut

 Mengetahui analisa kasus tersebut

BAB II

Pembahasan

2.1 Kronologi Kasus Korupsi H.Annas Maamun

Berhubung karena kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan ole H. Annas Maamun
ada 3, maka penulis hanya mengambil salah satu dari kasus tersebut yaitu mengenai
penerimaan uang sebesar Rp 2 miliar dalam bentuk dolar Amerika Serikat (USD)dari Gulat
Manurung. Karenanya Annas dijerat dengan pasal 12 b Undang-Undang Pemberantasan
Korupsi.

Bahwa Terdakwa H. ANNAS MAAMUN Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara


yaitu Selaku Gubernur Riau periode tahun 2014-2019 yang diangkat berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 10/P Tahun 2014 tanggal 14 Pebruari 2014, pada hari
Rabu tanggal 24 September 2014 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014,
bertempatdi Perumahan Citra Gran Blok RC 3 Nomor 2 Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, atau
setidak-tidaknya di tempat lain yang berdasarkan Pasal 5 jo Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Bandung, menerima hadiah yaitu hadiah uang sebesar USD166,100 (seratus enam puluh enam
ribu seratus dollar Amerika Serikat) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah itu dari GULAT
MEDALI EMAS MANURUNG dan EDISON MARUDUT MARSADAULI SIAHAAN
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yaitu Terdakwa mengetahui atau patut menduga bahwa
hadiah uang sebesar USD166,100 (seratus enam puluh enam ribu seratus dollar Amerika
Serikat) tersebut diberikan karena Terdakwa selaku Gubernur Riau telah memasukkan areal
kebun kelapa sawit yang dikelola oleh GULAT MEDALI EMAS MANURUNG yang terletak
di Kabupaten Kuantan Sengingi seluas kurang lebih 1.188 ha (seribu seratus delapan puluh
delapan hektar) dan di Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir seluas kurang lebih 1.214 ha
(seribu dua ratus empat belas hektar) serta kebun kelapa sawit milik EDISON MARUDUT
MARSADAULI SIAHAAN yang terletak di daerah Duri Kabupaten Bengkalis seluas 120 ha
(seratus dua puluh hektar)ke dalam usulan revisi surat perubahan luas bukan kawasan hutan di
Propinsi Riau, yang bertentangan dengan kewajibannya, yaitu kewajiban a Terdakwa selaku
Penyelenggara Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 5 angka 4 dan angka 6 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme, serta bertentangan dengan kewajiban Terdakwa selaku Kepala Daerah
sebagaimana ketentuan Pasal 28 huruf d Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang dilakukan Terdakwa dengan cara tersebut:

 Bahwa Terdakwa selaku Gubernur Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10


Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun
2012 tentang Perubahan atas Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata
cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan mempunyai kewenangan untuk
mengajukan usulan perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan
hutan kepada Menteri Kehutanan.
 Bahwa pada acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Propinsi Riau tanggal 9
Agustus 2014, Terdakwa menerima kunjungan ZULKIFLI HASAN (Menteri
Kehutanan) yang memberikan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor:
SK.673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas ±1.638.249 ha (satu juta enam
ratus tiga puluh delapan ribu dua ratus empat puluh sembilan hektar), Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan Seluas ±717.543 ha (tujuh ratus tujuh belas ribu lima ratus empat puluh
tiga hektar) dan Penunjukkan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas
±11.552 ha (sebelas ribu lima ratus lima puluh dua hektar) di Propinsi Riau. Pada
pidatonya dalam acara HUT Propinsi Riau, ZULKIFLI HASAN memberikan
kesempatan kepada masyarakat melalui Pemerintah Daerah Propinsi Riauuntuk
mengajukan permohonan revisi jika terdapat daerah atau kawasan yang belum
terakomodir dalam SK tersebut.
 Sehubungan dengan adanya kesempatan melakukan revisi atas SK.673/Menhut-
II/2014,kemudian Terdakwa memerintahkan M. YAFIZ (Kepala Bappeda Propinsi
Riau) dan IRWAN EFFENDI (Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Riau) untuk
melakukan penelaahan terkait keberadaan kawasan yang direncanakan dalam program
pembangunan daerah Propinsi Riau yang masih masuk sebagai kawasan hutan untuk
diusulkan revisi menjadi bukan kawasan hutan/Area Penggunaan Lainnya (APL).
Selanjutnya dilakukan penelaahan oleh M. YAFIZ dan IRWAN EFFENDI bersama-
sama dengan CECEP ISKANDAR (Kabid Planologi Dinas Kehutanan Propinsi Riau),
SUPRIADI (Kasi Tata Ruang Bappeda Propinsi Riau), ARDESIANTO (Kasi
Perpetaan Dinas Kehutanan Propinsi Riau), dan ARIEF DESPENSARY (Kasi
Penatagunaan Dinas Kehutanan Propinsi Riau) 2

2.2 Dugaan Pelecehan Seksual

Annas Maamun diduga melakukan pelecehan seksual terhadap WW alias Wide


Wirawaty, putri dari mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Riau, Soemardi
Thaher.[5] Annas Maamun sendiri membantah melakukan pelecehan seksual tersebut dan
kembali menuntut WW atas dengan tuduhan pencemaran nama baik. 3

Pada saat menjadi bupati Kabupaten Rokan Hilir, Annas Maamun juga pernah diduga
melaporkan pelecehan seksual terhadap pembantunya yang berinisial S. Dimana menurut
pengakuan S ia awalnya hanya diminta memijat setelah itu diminta melakukan hubungan
seksual dan seingat S mereka berdua pernah melakukan hubungan seksual sebanyak dua kali.
Menanggapi tudingan S, Annas Maamun mengaku banyak isu yang dibangun di tengah
masyarakat tentang dirinya, antara lain isu dugaan korupsi, perselingkungan, dan terlibat G30S
PKI.[7] Tepat sebulan sebelum dilaporkan oleh Soemardi Thaher, Annas Maamun juga
dilaporkan oleh DS, mantan istri Ketua DPRD Dumai, Riau, pada 25 Juli 2014. DS
mengatakan, peristiwa itu terjadi sore hari di sebuah rumah mewah dua lantai tepatnya di Jalan
Belimbing nomor 18 pada pertengahan April 2014. Menurut DS, kejadiannya bermula ketika
ia ingin mengadukan persoalan keluarga antara dia dengan suaminya ke Annas. Suami DS
adalah Ketua Golkar Dumai, sedangkan Anas Ketua Golkar Provinsi Riau. DS berharap Annas
mau menasehati suami DS. Mereka berbincang di lantai kedua rumah itu. Namun, tanpa diduga
usai mengobrol DS mengaku Annas melecehkannya secara seksual.

2.3 Berbagai tanggapan tuntutan terlalu ringan


Tuntutan enam tahun denda Rp250 juta terhadap Annas mendapat tanggapan dari
berbagai kalangan. Even Sembiring, dari Walhi Riau mengatakan, kalau lihat Pasal 12 B UU
Tipikor dengan ancaman penjara 20 tahun, tuntutan kepada Annas, terlalu ringan. “Untuk itu,
kita minta hakim menjatuhkan putusan lebih berat. Jangan sekadar merujuk tuntutan karena
ada peluang bagi hakim menjatuhkan pidana lebih berat dengan merujuk dakwaan dan fakta-
fakta persidangan,” katanya kepada Mongabay, Senin (25/5/15).
Menurut dia, poin lain perkara pelepasan kawasan ini tak boleh berhenti sampai di Atuk
saja. Sebab, dalam fakta persidangan Atuk dan Gulat jelas-jelas diketahui ada keterlibatan
korporasi seperti Duta Palma. Bahkan, katanya, ada peranan pejabat Kementerian
Kehutanan.“Jadi, jangan sekadar jadikan Atuk sebagai tumbal, pihak lain yang terlibat harus
diseret. Momen ini bisa dimanfaatkan KPK untuk menyeret korporasi yang terlibat korupsi
kehutanan

2
https://yuokysurinda.wordpress.com/
3
https://id.wikipedia.org/
Zenzi Suhadi, Manajer Kampanye Walhi Nasional mengatakan, kasus yang menjerat
Annas ini menyangkut proses pelepasan 1,6 juta hektar hutan menjadi area penggunaan lain
(APL). Selain soal tuntutan, katanya, dia sangat berharap KPK masuk lebih dalam
membongkar berbagai pihak yang terlibat dan diuntungkan dari pelepasan kawasan itu. KPK,
kata Zenzi, jangan hanya berkutat di satu atau dua kasus pengusaha yang terlibat dalam
pelepasan skala kecil. “Mestinya, KPK bisa crooss check di lahan 1,6 juta hektar di mana dan
perusahaan mana yang terlibat.”
Dia mengatakan, kasus SK pelepasan kawasan Riau ini, sangat penting karena 17
provinsi lain melakukan modus serupa. “Ada 7,8 juta hektar hutan diubah menjadi daerah
peruntukan lain. Mestinya, modus dan join skenario bersama politikus seperti ini dibongkar
habis oleh KPK. ”Menurut Zenzi, kalau melihat trend proses hukum berkaitan sumber daya
alam, di Riau yang disasar hanya pejabat pemerintah. “Korporasi yang menikmati malah tak
disentuh.”
Kecenderungan ini, katanya, membuat proses hukum tak efektif menyelamatkan
sumber daya alam. Dia mencontohkan, dari proses hukum terhadap tujuh pejabat Riau tiga
bupati, tiga kepala dinas dan satu gubernur, jumlah uang yang dikembalikan ke negara hanya
sekitar Rp 31 miliar padahal angka kerugian mencapai Rp 3,1 triliun. “Artinya, proses hukum
cuma mengembalikan satu persen dari kerugian. Ini akan membuat penjahat lingkungan dan
SDA ketagihan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh Gubernur Riau adalah melanggar undang-undang Tindak Pidana Korupsi
dan di tuntut untuk di pidana penjara. To end corruption is my dream: togetherness in fighting
it makes the dream come true.

Jadilah satu untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri pelaku maupun dari luar pelaku.

3.2 Penutup
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini, dan pencegahan
korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Jangan pernah sekali-sekali mencoba untuk
melakukan korupsi karna sekali mencoba pasti kan ingin mengulang kembali. Jangan juga
mengandalkan jabatan hanya untuk mendapatkan uang yang tidak halal. Ingat malaikat dikanan
kiri anda yang akan selalu mengawasi dan mencatat setiap perbuatan yang anda lakukan.

Daftar pustaka
https://yuokysurinda.wordpress.com/
https://id.wikipedia.org/
https://www.republika.co.id/

Anda mungkin juga menyukai