Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMBERIAN REMISI NARAPIDANA TINDAK


PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KELAS IIA JAMBI

Proposal Diajukan Untuk Memperoleh Masukan dan Perbaikan Dalam


Rangka Penulisan Skripsi Pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Batanghari

Oleh

Rd Eko Hadiyanto

1900874201036

Tahun Akademik

2021 / 2022

i
YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI
UNIVERSITAS BATANGHARI
FAKULTAS HUKUM

TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Rd. Eko Hadiyanto

NIM : 1900874201036

Fakultas : Hukum

Program Studi : Strata Satu (S1) Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Kepidanaan

Judul Skripsi : Kebijakan Pemberian Remisi Narapidana Tindak


Pidana Korupsi Di Lapas Klas IIa Jambi.

Jambi, Agustus 2022

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr. Supeno, S.H, M.H. Nella Octaviany Siregar, S.H, M.H.

Mengetahui

Ketuga Bagian Hukum Pidana

Sumaidi, S.Ag, S.H, M.H.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji hanya kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “KEBIJAKAN

PEMBERIAN REMISI BAGI NARAPIDANA KORUPSI DI LAPAS KLAS

IIA JAMBI”.

Selama menyusun proposal skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya pengalaman maupun penguasaan

ilmu hukum, namun demikian berkat bantuan, bimbingan serta petunjuk dari

berbagai pihak sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan

tepat waktu.

Tiada kata maupun ungkapan yang dapat penulis pilih kecuali rasa hormat
danterima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. Herri, S.E, M.B.A, PJ. Rektor Universitas Batanghari Jambi.

2. Bapak Dr. M. Muslih, S.H, M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas


Batanghari Jambi.

3. Bapak Dr. Said Sahabuddin, S.H, M.Hum, Ketua Program Studi Ilmu Hukum

4. Bapak Sumaidi, S.Ag, S.H, M.H, Ketua Bagian Hukum Kepidanaan Fakultas
Hukum Universitas Batanghari Jambi.

5. Bapak Dr. Supeno, S.H, M.H, Dosen Pembimbing I yang memberi masukan
dalam penulisan skripsi ini.

iii
6. Ibu Nella Octaviany Siregar, S.H, M.H, Dosen Pembimbing II yang memberi
saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Kemas Abdul Somad, S.H, M.H, Dosen Pembimbing Akademik .

8. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi.

9. Terimakasih kepada Bapak Raden Suhaimi dan Mamak Sukarti serta keluarga
tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa.

10.Terimakasih kepada istri ku Nadia Putri telah memberikan semangat dan


tekanan dalam pengerjaan skripsi ini.

Jambi, Agustus 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4
E. Kerangka Konsepsional ................................................................................5
F. Landasan Teori .............................................................................................. 6
G. Metode Penelitian ....................................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan .................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

v
PROPOSAL SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMBERIAN REMISI NARAPIDANA TINDAK PIDANA


KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA JAMBI

A. Latar Belakang

Sistem Peradilan Pidana merupakan suatu sistem yang “masukan” (input)

berupa pelaku-pelaku yang melakukan perbuatan melanggar hukum pidana untuk

“diproses” dan selanjutnya menjadi “keluaran” (out put) kembali pada masyarakat

seperti sediakala. Yang mana cakupan sistem ini meliputi :

(a) mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan;

(b) menyelesaikan kejahatan yang terjadi, sehingga masyarakat puas bahwa

keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana;

(c) berusaha agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi

perbuatannya.

Sedangkan komponen-komponen yang bekerjasama dalam sistem ini terutama

instansi-instansi yang kita kenal dengan nama : kepolisian, kejaksaan, pengadilan,

dan pemasyarakatan.1

Sebagaimana diketahui bahwa masalah korupsi pada saat ini menjadi suatu

permasalahan yang sangat serius dan sedang ramai diperbincangkan masyarakat

1
J.E.Sahetapy, Pidana Mati dalam Negara Pancasila, Rajawali Press, Jakarta, 2007, hal 90.

1
karena korupsi itu sendiri sudah ada zaman dulu dan sampai sekarang saya kira

korupsi masih merajarela dan bakal susah diatasi. Contohnya bisa kita lihat pada

kasus korupsi luar biasa besar seperti Century dan Hambalang. Para pelakunya

pun tidak main main, bisa dibilang merekalah pejabat tertinggi di negara kita,

dimana bisa dikatakan bahwa kemaslahatan dan kemakmuran negara kita

tergantung pada mereka. Dari realita ini nampaknya sulit untuk memberantas

korupsi jika aparat penegak hukum yang seharusnya memberantas korupsi, juga

terlibat dalam perkara korupsi. inilah yang menjadi salah satu pertimbangan dan

menjadi dasar pemikiran lahirnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Problema yang mungkin sangat ironis saat ini adalah ketika seorang

Pejabat Negara yang seharusnya mengemban tugas pemerintahan justru

melakukan tindak pidana korupsi dan di tetapkan sebagai tersangka, serta para

pejabat ini mementingkan kepentingan individu dan atau kelompok mereka

masing-masing dari pada kepentingan khalayak ramai atau masyrakat Indonesia

yang sebagian besar masih di bawah garis kemiskinan yang lebih membutuhkan

peran serta dari pendapat Negara untuk kesejahteraan umum.

Hal ini tentu saja mengundang banyak pertanyaan yang beragam dan

kontrovesial tentang tanggung jawab moral yang di emban para pejabat Negara

terhadap rakyatnya, apakah hanya sekedar jabatan yang dijabat ataukah jabatan

yang mulia yang di berikan oleh Negara selanjutnya dilaksanakan, bahkan, setelah

terpidana kasus korupsi mendapatkan hukuman pidana yang berupa pidana

penjara dan pidana denda dari pengadilan, merekapun juga ikut mendapatkan

2
remisi (Pemotongan Masa Tahanan) baik berupa remisi khusus, remisi umum,

remisi tambahan seperti yang di berikan oleh Negara terhadap narapidana lainya,

tentunya hal ini akan membuat mereka mungkin tidak akan jera dalam melakukan

kejahatannya karena pidana yang di jatuhkan oleh hakim sangatlah ringan, belum

lagi di tambah remisi yang diberikan. Pemberian remisi dalam perundangan-

undangan di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang

perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun

1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan.

Saat ini pada tahun 2022 di Lapas Jambi menampung 132 tahanan dan

1.201 narapidana, diantara narapidana tersebut 63 diantaranya narapidana tindak

pidana korupsi. Di tahun 2022 sebanyak 9 orang narapidana tindak pidana korupsi

yang mendapatkan remisi. Korupsi pada saat ini menjadi suatu permasalahan yang

sangat serius dan sedang ramai diperbincangkan masyarakat karena korupsi itu

sendiri sudah ada zaman dulu dan sampai sekarang. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, di pasal 10 syarat-syarat

pemberian hak remisi yaitu 1. Berkelakuan baik, 2. Aktif mengikuti program

pembinaan ( Pembinaan Kepribadian dan Pembinaan Kemandirian) 3. Telah

menunjukkan penurunan tingkat resiko. Berangkat dari hal inilah penulis tertarik

untuk mengetahui apakah pemberian remisi tahun 2022 sudah sesuai dengan

persyaratan tersebut. oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian

dengan judul “KEBIJAKAN PEMBERIAN REMISI NARAPIDANA KORUPSI

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A JAMBI”.

3
B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang di kemukan di atas, maka rumusan

dan pembatasan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah kendala-kendala dalam pemberian remisi bagi narapidana tindak

pidana korupsi yang tidak memenuhi syarat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Jambi?

b. Apakah yang menjadi pertimbangan narapidana yang belum memenuhi syarat

tetap diberikan remisi pada tahun 2022 ?

C. Tujuan Penulisan

Bedasarkan uraian tersebut di atas, maka tujuan yang ingin di capai dari
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pemberian remisi bagi narapidana

tindak pidana korupsi yang tidak memenuhi syarat di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Jambi.

2. Untuk mengetahui pertimbangan dalam pemberian remisi bagi narapidana yang

belum memenuhi syarat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jambi.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan informasi dan pemikiran bagi masyarakat maupun terhadap ilmu

pengetahuan hukum dalam pelaksanaan pemberian remisi narapidana korupsi.

2. Meningkatkan pengetahuan bagi penulis tetang masalah yang terkait dengan

penelitian ini khususnya hukum pidana.

4
E. Kerangka Konsepsional

1. Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku

atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara

untuk mencapai tujuan-tujuan itu.2

2. Remisi menurut Penjelasan Atas Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2022

Tentang Pemasyarakatan adalah pengurangan masa menjalani pidana yang

diberikan kepada narapidana dan anak yang memenuhi syarat-syarat dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Narapidana menurut Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2022

Tentang Pemasyarakatan adalah terpidana yang sedang menjalani pidana

penjara untuk waktu tertentu dan seumur hidup atau terpidana mati yang sedang

menunggu pelaksanaan putusan, yang menjalani pembinaan di Lembaga

Pemasyarakatan.

5. Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud

memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan

negara atau perekonomian negara.3

6. Lembaga Pemasyarakatan menurut Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 22

Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan adalah lembaga atau tempat yang

menjalankan fungsi Pembinaan terhadap Narapidana.

2
Mirriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 12

5
F. Landasan Teori

Teori Kebijakan Hukum Pidana

Ada tiga golongan utama teori untuk membenarkan penjatuhan pidana:

1. Teori Relatif atau tujuan (doeltheorien)

Menurut teori ini suatu kejahatan tidak mutlak harus diikuti dengan

suatu pidana. Pemberian pidana tidak hanya dilihat dari masa lampau

melainkan juga ke masa depan. Pemidanaan harus ada tujuan lebih jauh

dari pada hanya menjatuhkan pidana saja atau pidana bukanlah sekedar

untuk pembalasan atau pengambilan saja, tetapi mempunyai tujuan-tujuan

tertentu yang bermanfaat.4

Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai tetapi sebagai sarana

untuk melindungi kepentingan masyarakat, maka teori ini disebut teori

perlindungan masyarakat. Penjatuhan pidana yang dimaksudkan agar tidak

ada perbuatan jahat sebenarnya tidak begitu bisa dipertanggungjawabkan,

karena terbukti semakin hari kualitas dan kuantitas kejahatan semangkin

bertambah, jadi penjatuhan pidana tidak menjamin berkurangnya

kejahatan.

4
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana, h.28.

6
2. Teori Absolut atau teori pembalasan (Vergeldingstheorien)

Teori ini mengatakan bahwa di dalam kejahatan itu sendiri terletak

pembenaran dari pemidanaan terlepas dari manfaat yang hendak dicapai.

Adanya pemidanaan karena ada pelanggaran hukum. Jadi menurut teori

ini, pidana dijatuhkan sematamata karena orang telah melakukan kejahatan

atau tindak pidana.Tujuan utama dari pidana menurut teori absolut adalah

untuk memuaskan tuntutan keadilan, sedangkan pengaruh-pengaruhnya

adalah skunder. Contoh, apabila ada dua orang pelaku yang seorang

menciptakan akibat yang lebih serius dari yang lain, maka dia di pidana

lebih berat.

3. Teori gabungan (verenigingsthrorien)

Teori gabungan antara pembalasan dan pencegahan beragam pula

yang menitik beratkan pada pembalasan, ada pula yang ingin agar unsur

pembalasan dan prefensi seimbang.

a. Menitik beratkan pada unsur pembalasan dianut antara lain oleh Pompe.

Pompe mengatakan orang tidak boleh menutup mata pada pembalasan.

Memang pidana dapat di bedakan dengan saksi-saksi lain tetapi tetap ada

ciri-cirinya, tetap tidak dapat dikecilkan artinya bahwa pidana adalah suatu

saksi dan dengan demikian terikat dengan tujuan saksi-saksi itu. Karena

itu hanya akan diterapkan jika menguntungkan pemenuhan kaidah-kaidah

dan berguna bagi kepentingan umum.

7
b. Grotius mengembangkan teori gabungan yang menitik beratkan

keadilan mutlak yang di wujudkan dalam pembalasan, tetapi yang berguna

bagi masyarakat. Dasar pidana ialah penderitaan yang beratnya sesuai

dengan beratnya perbuatan yang di lakukan oleh terpidana, tetapi sampai

batas mana beratnya pidana dan beratnya perbuatan yang dilakukan oleh

terpidana dapat di ukur, di tentukan oleh apa yang berguna bagi

masyarakat. Teori yang dikemukakan oleh Grotius dilanjutkan oleh Rossi

dan kemudian Zevenbergen yang mengatakan bahwa makna tiap-tiap

pidana ialah pembalasan tetapi maksud tiap-tiap pidana ialah melindungi

tata hukum pidana mengembalikan hormat terhadap hukum dan

pemerintah.

c. Teori gabungan yaitu yang menitikberatkan pertahanan tata tertib

masyarakat. Teori ini tidak boleh lebih berat dari pada yang di

timbulkannya dan gunanya juga tidak boleh lebih besar dari pada yang

seharusnya. Pidana bersifat pembalasan karena ia hanya di jatuhkan

terhadap delik-delik, yaitu perbuatan yang di lakukan secara sukarela.

Pembalasan adalah sifat suatu pidana tetapi bukan tujuan.Tujuan pidana

adalah melindungi kesejahteraan masyarakat.

8
Dalam rancangan KUHP Nasional telah diatur tentang tujuan penjatuhan

pidana yaitu :

1) Mencegah di lakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma

hukum demi pengayoman masyarakat.

2) Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan dengan demikian

menjadikannya orang yang baik dan berguna.

3) Menyelesaikan konflik yang di timbulkan olah tindakan pidana

memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam

masyarakat.

4) Membebaskan rasa bersalah pada terpidana. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa yang tercantum dalam rancangan KUHP tersebut

merupakan penjabaran teori gabungan dalam arti yang luas. Meliputi usaha

prefensi, koreksi kedamaian dalam masyarakat dan pembebasan rasa

bersalalah terhadap terpidana.

9
G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Untuk tipe penelitian ini penulis terapkan penelitian empiris yang bertipe

Yuridis Empiris, Penelitian yuridis empiris adalah penelitian hukum mengenai

pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada

setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.5 Atau dengan kata

lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau

keadaan nyata yang terjadi dimasyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan

menemukan fakta fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan

terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya

menuju pada penyelesaian masalah.6

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah pendekatan socio-legal. Pendekatan sosio-

legal merupakan kajian terhadap hukum dengan menggunakan pendekatan ilmu

hukum maupun ilmu-ilmu sosial. Hal pertama yang perlu dipahami pendekatan

sosio-legal, tidak identik dengan sosiologi hukum, ilmu yang sudah banyak dikenal

di Indonesia sejak lama tetapi pada prinsipnya studi sosio-legal adalah studi hukum,

yang menggunakan pendekatan metodologi ilmu sosial dalam arti yang luas. Selain

itu bahwa pendekatan sosio-legal dekat dengan ilmu sosial benar-benar berada

5
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum , Bandung, Citra Aditya Bakti,
hlm 134
6
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 15

10
dalam ranah metodologinya. Metode dan teknik penelitian dalam ilmu sosial

dipelajari dan digunakan untuk mengumpulkan data. Ini merupakan upaya untuk

lebih jauh menjajaki sekaligus mendalami suatu masalah atau doktrin hukum terkait

secara lengkap diharapkan dapat memberikan kebenaran atas masalah yang terjadi

serta berupaya menemukannya solusi peyelesaiannya di lapangan.7

Dan penulis melakukan pendekatan fakta lapangan kepada pihak Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Jambi yang memberikan remisi, guna mengkaji

permasalahan terkait kebijakan pemberian remisi terhadap narapidana tindak

pidana korupsi.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil-hasil penelitian

dilapangan yang langsung diberikan oleh narasumbernya guna memperoleh data

yang konkret dan valid. Data ini didapat dari hasil wawancara dengan pegawai

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi dan narapidana tindak pidana korupsi.

b. Data Sekunder

Data sekunder atau data penunjang merupakan data yang sudah ada yang didapat

melalaui studi pustaka, yaitu sebagai berikut:

7
Sabian Utsman, Dasar-dasar Sosiologi Hukum: Dilengkapi Proposal Penelitian Hukum (Legal
Research), Cet. 3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2013, hal. 310

11
1. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang diperoleh dengan cara

menelaah dan mempelajari berbagai peraturan yang relevan dengan substansi. Dan

dalam penelitian ini bahan hukumnya terdiri dari peraturan perundang-undangan

yang terkait dengan penulisan proposal ini. Salah satunya seperti Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.

2. Bahan hukum sekunder yakni dari bahan-bahan yang penulis pelajari dari

berbagai literatur atau karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang

penulis teliti ini.

3. Bahan hukum tersier yaitu dengan mempelajari dan menelaah Kamus Umum

Bahasa Indonesia dan juga Kamus Hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu teknik atau cara-cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

5. Teknik Penarikan Sampel

Teknik yang penulis gunakan dalam menentukan sampel yaitu melalui

teknik Purposive Sampling (sampel pertimbangan), yaitu merupakan teknik

pengambilan sampel sumber data yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu.

12
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan untuk penelitian ini.8

6. Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data

yang telah tersedia, dengan tujuan mengolah data tersebut untuk menjawab

rumusan masalah dalam suatu penelitian.9 Jika selesai semua data yang

dikumpulkan dirasa telah cukup, maka untuk selanjutnya data tersebut dianalisis

secara kualitatif. Disebut sebagai penelitian kualitatif karena penelitian ini

didasarkan pada usaha menemukan data yang menekankan pada kualitas informasi

pada objek yang diteliti, dan bukan berdasarkan kuantitas objeknya.10 Jadi, pada

penelitian ini penulis menganalisa data berdasarkan keterangan atau jawaban dari

responden dan ditarik suatu kesimpulan bersifat deskriptif.

8
Sugiyono, Metode Penelitian Tindakan Komprehensif, Alfabeta, Bandung, 2015, hal 176
9
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, 2020, hlm 103
10
7Sudirman dkk, Op. Cit., hlm 11

13
H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari pembahasan proposal skripsi

ini, maka perlu disusun secara sistematis. Adapun sistematika yang dipergunakan

dalam penulisan skripsi ini adalah terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut :

Bab kesatu pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua tinjauan umum tentang remisi. Bab ini berisi tentang pengertian

remisi, dasar hukum remisi, tujuan remisi, syarat-syarat pemberian remisi.

Bab ketiga tinjauan tentang tindak pidana korupsi. Bab ini membahas

mengenai pengertian korupsi, unsur-unsur tindak pidana korupsi, sebab-sebab

terjadinya korupsi, akibat-akibat korupsi,

Bab keempat tentang pembahasan.. Pada bab ini penulis akan menguraikan

tentang Kebijakan Pemberian Remisi Narapidana Tindak Pidana Korupsi di Lapas

Kelas II A Jambi, apakah sesuai dengan persyaratannya dan yang menjadi

pertimbangan dalam pemberian remisi apabila ada narapidana yang tidak

memenuhi syarat.

Dan yang terakhir adalah bab lima. Bab ini merupakan ringkasan dari

seluruh uraian sebelumnya yang dimuat dalam beberapa kesimpulan dan diakhiri

dengan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat.

14
DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-Buku

Aminudin, & Asikin, Z. (2006). Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

Rajawali.

Amiruddin, & Asikin, Z. (2004). Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Andreas Halim, Kamus Lengkap 10 Milyar, Surabaya: Sulita Jaya, 1999

Aswanto, Jaminan Perlindungan HAM dalam KUHAP dan Bantuan Hukum

Terhadap Penegakan HAM di Indonesia, Disertasi, Fakultas Hukum Universitas

Airlangga, Makassar, 1999

Budyatmojo, Winarno 2009. Hukum Pidana Kodifikasi. Surakarta: LPP dan UPT

Cahaya, S. d. (2011). Strategi dan Teknik Korupsi . Jakarta: Sinar Grafika.

Chaerudin, Dinar, S. A., & Fadilah, S. (2009). Strategi Pencegahan dan Penegakan

Hukum Tindak Pidana Korupsi. Bandung: Refika Aditama.

Danil, E. (2011). Korupsi , Konsep , Tindak Pidana dan Pemberantasannya.

Jakarta: Rajawali Pers.

Djaja, e. (2010). Memberantas Korupsi Bersama KPK . Jakarta: Sinar Grafika.

Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, Bandung:

Refika Grafika, 2004

Ferdricka Nggeboe, Buku Panduan Metode Penelitian Hukum, Universitas

Batanghari, Jambi 2008

15
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosda.

Nasution, B. J. (2008). Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung:

CV. Bandar Maju.

Pattinasaray, S. (2009). Tersangka ,Terdakwa, Terpidana, Terhukum. Jakarta:

Gramedia Widiasarana.

Priyatno, D. (2006). Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia.

Bandung: Refika Aditama..

Sudarto. (1981). Hukum dan Hukum Pidana. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Tim Revisi Fakultas Hukum Universitas Batanghari, Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi, 2016

16
B. Peraturan Perundang- Undangan

1. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 tentang Pemasyarakatan;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

3. Keputusan Presiden Nomor 120 tahun 1955 tanggal 23 juli 1955 tentang

Ampunan Istimewa;

4. Keputusan Presiden Nomor 69 tahun 1999 tentang Pengurangan Masa Pidana

( Remisi )

5. Keputusan Menteri Hukum dan perundang-undang Nomor M.10..HN.02.01

tahun 1999 Pelimpahan Wewenang Pemberian Remisi Khusus;

6. Keputusan Menteri Hukum dan perundang-undangan Nomor M.09.HN.02.01

tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999

17
C. Jurnal Ilmiah

Dimas Hario Wibowo, “Pelaksanaan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana

Tindak Pidana Korupsi di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Semarang”,

Unnes Law Journal, Vol 2, No. 1, 2013

Mosgan Situmorang, “Aspek Hukum Pemberian Remisi Kepada Narapidana

Korupsi”, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol 16, No. 4, 2016,

Pero, O. (2015). Pelaksanaan Pemberian Remisi Bagi Narapidana Bedasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012. http://repository.unhas.ac.id.

Purwanto, A. (2012). tinjauan yuridis pemberian remisi terhadap narapidana di

LAPAS klas I A makassar. repoitori.uin-alauddin.ac.id.

D. Website

Akuntono, I., & Aritonang, D. R. (2014). batasi remisi dengan undang-undang


. www.kompas.com

9 Napi Korupsi Lapas Jambi Dapat Remisi Hari Kemerdekaan


www.jernih.id/9-napi-korupsi-lapas-jambi-dapat-remisi-hari-kemerdekaan

3.529 Narapidana Diusulkan Dapat Remisi Jelang HUT Ke-77 RI, Ada Napi
Narkoba dan Korupsi
www.jambi.tribunnews.com/2022/08/10/3529-narapidana-diusulkan
dapat-remisi-jelang-hut-ke-77-ri-ada-napi-narkoba-dan-korupsi

18

Anda mungkin juga menyukai