Anda di halaman 1dari 46

STUDI KASUS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA:

PUTUSAN PERKARA NO. 02/KPPU-L/2006


MENGENAI PENUNJUKAN LANGSUNG OLEH PT. PERTAMINA (PERSERO)
DALAM PROYEK PEMBUATAN LOGO BARU PERTAMINA

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS)


Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha

Dosen:
Prof. M. Taufik Makarao, SH., MH. / Slamet Riyanto, SH., MH.

Dipersentasikan Tanggal : 21 November 2020

Oleh:
M. Hilmi Kamil Ahmad Syabhani
NIM : 2220190010 NIM : 2220190003

Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum


Fakultas Hukum (FH)
Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta
2020 M./1442 H.
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-NYA Penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Persaingan Usaha ini yang berjudul “STUDI
KASUS PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA: PUTUSAN
PERKARA NO. 02/KPPU-L/2006 MENGENAI PENUNJUKAN LANGSUNG
OLEH PT. PERTAMINA (PERSERO) DALAM PROYEK PEMBUATAN LOGO
BARU PERTAMINA”, sebagai pemenuhat tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah
Hukum Persaingan Usaha, Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Islam
As- Syafi’iyah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang Penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala yang Penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Masduki Ahmad, SH., MM., selaku Rektor Universitas Islam As-Syafi’iyah.
2. Dr. Efridani Lubis, SH., MH., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam As-
syafi’iyah.
3. Prof. M. Taufik Makarao, SH., MH. dan Slamet Riyanto, SH., MH., Dosen
Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha
di Universitas Islam As-Syafi’iyah yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
4. Segenap Dosen dan Staff program pasca sarjana Magister Ilmu Hukum di Universitas
Islam As-Syafi’iyah. yang telah berjasa dalam pembelajaran ilmu hukum bagi Penulis.
Semoga materi penulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan bacaan bagi
kita semua. Kritik dan saran serta masukan yang membangun akan selalu Penulis tampung
sebagai usaha pengembangan keilmuan, khususnya bagi Penulis yang sedang belajar dan
terus belajar guna menjalankan perintahNya dalam hal menuntut ilmu.

Billahi Taufiq Wal Hidayah.


Bekasi , 21 November 2020 M.
06 Rabi’ul Akhir 1442 H.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Maksud Dan Tujuan Pembahasan ........................................................................... 5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS.................................................................................................... 6
A. Kegiatan Yang Dilarang Dalam Bentuk Penguasaan Pasar ................................ 6
a. Pengertian Penguasaan Pasar ............................................................................ 6
b. Konsep............................................................................................................... 7
c. Teori .................................................................................................................. 8
d. Norma Dalam Undang-Undang ........................................................................ 9
e. Sifat Yang Dilarang......................................................................................... 12
BAB III
KAJIAN DAN ANALISIS KASUS: PUTUSAN PERKARA NO. 02/KPPU-L/2006
MENGENAI PENUNJUKAN LANGSUNG OLEH PT. PERTAMINA (PERSERO)
DALAM PROYEK PEMBUATAN LOGO BARU PERTAMINA (KEGIATAN
YANG DILARANG DALAM BENTUK PENGUASAAN PASAR).......................... 13
A. Posisi Kasus ......................................................................................................... 13
B. Analisi Kasus ....................................................................................................... 15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 19
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
B. Saran...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21
LAMPIRAN..................................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Subjek hukum secara historis berkembang secara evolutif. Subjek hukum hukum
orang (person), dahulu, hanya diakui orang dengan status bebas. Budak bukan merupakan
subjek hukum, tetapi sebagai objek hukum1 yang disamakan dengan benda. Selain itu,
orang bebas yang kemudian statusnya menjadi terdakwa atau ditahan, secara langsung
menjadi objek dalam hukum yang dapat diperlakukan tidak manusiawi.2 Seiring
berjalannya waktu, budak sebagai objek hukum mulai bergeser menjadi subjek hukum
sebagai konsekuensi logis perkembangan penghargaan terhadap hak asasi manusia yang
mulai membaik.3 Subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban.4 Dalam studi
ilmu hukum atau materi pembahasan keilmuan yang berlatar belakang hukum, secara
umum dikenal ada 2 (dua) subjek hukum menjadi subjek hukum orang (person) dan subjek
hukum dalam pengertian badan hukum (rechtperson).
Praktik dalam hukum administrasi pemerintahan, peran orang dan badan hukum
diakui pula. Orang atau badan hukum memiliki hak5 untuk mengajukan permohonan
perizinan atau permohonan pengakuan hukum secara administratif dalam bentuk
beschiking (ketetapan/keputusan). Sama halnya ketika terdapat sengketa atau masalah

1
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: 1999, CV. Pustaka Setia), hal. 61.
2
Lihat Wirjono Projodikoro, Hukum Atjara Pidana Di Indonesia, (Bandung: t.t., Vorkink – Van Hoeve), hal.
26. Dalam buku tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum di indonesia sudah tidak mengenal lagi istilah
penyiksaan dan pemaksaan terhadap terdakwa oleh para pemeriksa di pengadilan. Lebih jelasnya Prof.
Wirjono menjelaskan sebagai berikut:

“Salah satu konsekwensi dari sistem accusatoir ialah, bahwa terdakwa, seperti halnja dengan
semua subject, tidak boleh dipaksa untuk menerangkan hal sesuatu kepada siapa sadja, baik kepada
Polisi, maupun kepada Djaksa atau kepada Hakim. Ini berarti, bahwa kalau pedjabat-pedjabat
tersebut memadjukan pertanjaan kepada terdakwa, terdakwa tidak berkewadjiban untuk
menjawab. Ia dapat tinggal diam sadja.
. . . sudah pernah dikatakan, bahwa titik berat dari sistim inquisitor ialah untuk mendapat dari
terdakwa suatu keterangan pada umumnja dan suatu pengakuan salah pada chususnja, dengan
djalan bagaimanapun djuga, kalau perlu dengan siksaan atau lain matjam paksaan.
Sistim penjiksaan dengan ,,pijnbank” atau ,,torture” (penganiajaan) pada zaman sekarang
sekiranja sudah terang tidak diturut dimanapun . . .”

3
Terutama ketika DUHAM disepakati bersama oleh negara-negara di seluruh dunia.
4
Pipin Syarifin, Op. Cit.
5
Dengan syarat-syarat yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

1
dalam beschiking (ketetapan/keputusan) yang diterbitkan atau tidak diterbitkan oleh badan
atau pejabat tata usaha negara yang diajukan oleh orang atau badan hukum.6
Badan hukum dalam hukum tata negara diakui sebagai subjek hukum. Pasal 51
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 menyebutkan pihak-pihak yang dapat berperkara
di Mahkamah Konstitusi antara lain: 1. Perorangan atau kelompok warga negara; 2.
Kesatuan hukum masyarakat adat yang masih hidup; 3. Badan hukum privat atau badan
hukum publik; 4. Lembaga negara.7 Misalnya, Hamdan Zoelva pernah mengajukan
pengujian UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara terhadap
UUD 1945. Ia mewakili banyak perusahaan yang merasa kepentingan konstitusionalnya
dirugikan dengan berlakunya Undang-Undang tersebut.8
Dalam hukum pidana, badan hukum dapat juga menjadi subjek hukum. Sebagai
subjek hukum, badan hukum dapat melaporkan secara pidana terhadap suatu subjek hukum
akibat tindakan yang diduga sebagai pelanggaran hukum pidana. Sewajarnya pula negara
dapat melakukan tindakan aktif-represif berupa hukum pidana terhadap badan hukum yang
secara sah dan meyakinkan terbukti di pengadilan melakukan tindak pidana.
Dalam hukum perdata, subjek hukum orang dan subjek hukum dalam bentuk badan
hukum mempunyai peran yang sama.9 Baik orang atau badan hukum dapat melakukan
perbuatan hukum, serta memiliki hak dan kewajiban, seperti melakukan kesepakatan
kontrak atau perjanjian. Keikutsertaan badan atau perkumpulan, yang juga dapat memiliki

6
W. Riawan Tjandra, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Yogyakarta: 2002, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta), hal. 7. Dalam bukunya diterangkan bahwa:

“Mengacu pada rumusan pengertian istilah sengketa tata usaha negara pasal 1 angka 4 dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur sengketa tata usaha negara terdiri dari:
a. subyek yang bersengketa adalah orang atau badan hukum privat di satu pihak dan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara di lain pihak.
b. obyek sengketa adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara.”

7
Jimly Asshiddiqie, Pengatar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I, (Jakarta: 2006, Setjend dan Kepaniteraan MK),
hal. 335.
8
Antara lain PT. Purna Bintang Manggala, PT. Lebong Tandai, PT. Meruch Ama Coal, dll. Lihat: Tim Penyusun
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: 2010, SetJend dan
Kepaniteraan MKRI), hal. 283-310.
9
Walaupun secara administratif, jenis dokumen-dokumen hukum yang dimiliki antara orang dan badan
hukum berbeda. Selain itu, ada perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh orang tetapi tidak dapat
dilakukan oleh badan hukum, misalnya perceraian antara suami istri, pernikahan, pengangkatan anak
angkat. Ada pula perbuatan hukum yang hanya dapat dilakukan oleh badan hukum, orang tidak dapat
melakukannya, misalnya merger dan akuisisi. Ada pula perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh orang
dan badan hukum, misalnya menggugat atau digugat dalam pengadilan, verzet, derden verzet, banding,
kasasi, peninjauan kembali, dan mempailitkan debitur.

2
hak dan melakukan perbuatan hukum seperti manusia.10 Ketika berperkara di pengadilan
perdata, memiliki peran yang sama yaitu dapat menggugat atau digugat, atau dapat
melakukan upaya permohonan, serta melakukan upaya-upaya hukum lain, seperti verzet,
derden verzet, banding, kasasi, atau peninjauan kembali. Selain orang, yang dapat menjadi
pihak di dalam suatu perkara di muka pengadilan perdata adalah badan hukum, yang
bertindak melalui pengurus atau wakilnya.11
Dalam hukum internasional, khususnya hukum perdata internasional, badan hukum
dapat menjadi subjek hukum. Perusahaan multinasional diakui secara internasional
menjadi subjek hukum yang memiliki posisi strategis dalam menentukan perekonomian
suatu negara, bahkan ekonomi dunia. Namun peran perusahaan multinasional tetap diatur.
Misalnya, Pasal 2 (2) (b) Piagam Hak dan Kewajiban Ekonomi negara-negara
menyebutkan bahwa perusahaan multinasional tidak boleh ikut campur terhadap masalah-
masalah dalam negeri suatu negara.12
Badan hukum menurut tujuannya ada yang bertujuan profit, non-profit, dan
campuran antara profit dan non-profit. Yang bertujuan profit misalnya Perseroan Terbatas
(PT) dan Perusahaan Umum. Yang dengan tujuan non-profit ialah yayasan, perkumpulan,
dan partai politik. Sedangkan yang memiliki tujuan campuran misalnya adalah koperasi.
Usaha-usaha yang dijalankan oleh badan hukum dalam kaitannya dengan tujuan apapun
harus diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pengaturannya secara umum terdapat
dalam undang-undang yang mengatur bentuk badan hukum itu sendiri serta peraturan-
peraturan turunannya. Khusus mengenai pengaturan usaha yang bersifat profit diatur
secara tegas dalam undang-undang.
Pengaturan mengenai usaha-usaha yang bersiftat profit sangat penting diperhatikan
sebagai jaminan negara terhadap potensi persaingan usaha yang tidak sehat, yaitu Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat Jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Undang-
undang tersebut mengatur larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pelaku usaha
untuk mendapatkan keuntungan atau berpotensi merugikan pelaku usaha lain, sehingga
keseimbangan dan ekosistem dalam dunia usaha di Indonesia dapat selalu terjaga. Setiap

10
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: 1992, PT. Intermasa), hal. 21.
11
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: 2006, Liberty Yogyakarta), hal. 74.
12
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: 2009, PT Rajagrafindo Persada), hal. 70.

3
usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha harus berada dalam situasi persaingan yang sehat
dan wajar, sehingga tidak menimbulkan pemusatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu.13
Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perdagangan global dalam
tatanan dan kesatuan ekonomi dunia tanpa batas. Pembangunan ekonomi yang seiring
dengan timbulnya kecenderungan globalisasi perekonomian, maka semakin banyak
tantangan yang dihadapi dalam dunia usaha, seperti persaingan usaha atau perdagangan
yang menjurus kepada persaingan produk/komoditi dan tarif, sebab perekonomian
sekarang merupakan perdagangan globalisasi antarnegara.14
Dari penelusuran Penulis, badan hukum mendominasi dalam perkara-perkara
persaingan usaha. Penulis menelusuri perkara-perkara yang sudah diputus oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terdapat 350 perkara yang sudah diputus. Dari 350
putusan tersebut, semua terkait dengan korporasi, khususnya perseroan terbatas. 15 Oleh
karenanya, badan hukum dalam bentuk perseroan terbatas memiliki posisi strategis untuk
melakukan penguasaan pasar secara penuh, selain perusahaan-perusahaan yang menurut
peraturan perundang-undangan diharuskan dimonopoli oleh negara.16 Khusus mengenai
perusahaan yang diperbolehkan untuk melakukan monopoli, dikecualikan sebagai
perusahaan yang dikenakan sanksi dalam peraturan yang mengatur persaingan usaha dan
monopoli.
Pertamina sebagai badan usaha milik negara pernah melakukan tindakan yang
menurut keputusan KPPU melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Melalui putusan KPPU
NO. 02/KPPU-L/2006, Pertamina dinyatakan bersalah melanggar Pasal 19 huruf d
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Putusan tersebut menurut Penulis menarik untuk dibahas
lebih lanjut, karena yang menjadi terlapor adalah salah satu perusahaan BUMN yang

13
Lihat konsideran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Lembar Negara Nomor 33 Tahun 1999/Tambahan Lembar Negara
Nomor 3817.
14
Mohammad Taufik Makarao dan Suharsil, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, (Bogor: 2010, Ghalia Indonesia), hal. 3.
15
Lihat http://putusan.kppu.go.id/simper/menu/, dikases tanggal 13 November 2020, Pukul 20.00 WIB.
16
Secara normatif landasan hukumnya adalah dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat 2. Selain itu, BUMN terdiri
dari dua bentuk yaitu perseroan dan perum (perusahaan umum). Yang paling memungkinkan untuk
melakukan monopoli oleh negara adalah perusahaan negara dalam bentuk Perum karena 100%
modalnya dimiliki oleh negara, misalnya Perum Peruri (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik
Indonesia), walaupun perseroan terbatas juga memiliki peluang itu, misalnya PT. PLN. Lihat Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, Lembar Negara Nomor 70 Tahun
2003, Tambahan Lembar Negara 4297.

4
seharusnya secara profesional menjalankan kebijakan perusahaan dengan baik serta tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, Penulis akan
membahasnya lebih lanjut dalam makalah yang berjudul: “STUDI KASUS PUTUSAN
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA: PUTUSAN PERKARA NO. 02/KPPU-
L/2006 MENGENAI PENUNJUKAN LANGSUNG OLEH PT. PERTAMINA (PERSERO)
DALAM PROYEK PEMBUATAN LOGO BARU PERTAMINA”.

B. Rumusan Masalah
Setelah memaparkan latar belakang masalah di atas serta agar pembahasan lebih
fakus dan terarah, Penulis merumuskan pembahasan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah posisi kasus dalam putusan perkara KPPU Nomor: 02/KPPU-L/2006
mengenai penunjukan langsung dalam proyek pembuatan logo baru Pertamina oleh
PT. Pertamina (Persero) pada tingkat KPPU?
2. Bagaimanakah analisis putusan perkara KPPU Nomor: 02/KPPU-L/2006 mengenai
penunjukan langsung dalam proyek pembuatan logo baru Pertamina oleh PT.
Pertamina (Persero) menurut Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada tingkat KPPU?

C. Maksud Dan Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui posisi kasus dalam putusan perkara KPPU Nomor: 02/KPPU-
L/2006 mengenai penunjukan langsung dalam proyek pembuatan logo baru Pertamina
oleh PT. Pertamina (Persero) pada tingkat KPPU.
2. Untuk mengetahui analisis putusan perkara KPPU Nomor: 02/KPPU-L/2006
mengenai penunjukan langsung dalam proyek pembuatan logo baru Pertamina oleh
PT. Pertamina (Persero) menurut Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada tingkat KPPU.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Kegiatan Yang Dilarang Dalam Bentuk Penguasaan Pasar


a. Pengertian Penguasaan Pasar
Penguasaan pasar atau dengan kata lain menjadi penguasa di pasar merupakan
keinginan dari hampir semua pelaku usaha, karena penguasaan pasar yang cukup besar
memiliki korelasi positif dengan tingkat keuntungan yang mungkin bisa diperoleh oleh
pelaku usaha. Untuk memperoleh penguasaan pasar ini, pelaku usaha kadangkala
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum. Kalau hal ini yang terjadi,
maka mungkin saja akan berhadapan dengan para penegak hukum karena melanggar
ketentua-ketentuan yang ada dalam hukum persaingan. Walaupun pasal ini tidak
merumuskan berapa besar penguasaan pasar atau berapa pangsa pasar pasti mempunyai
posisi dominan di pasar17
Oleh karena itu penguasaan pasar yang cukup besar oleh pelaku usaha biasanya
selalu menjadi perhatian bagi penegak hukum persaingan untuk mengawasi perilaku
pelaku usaha usaha tersebut di dalam pasar, karena penguasaan pasar yang besar oleh
pelaku usaha tertentu biasanya dimanfaatkan untuk melakukan tindakan-tindakan
antipersaingan yang bertujuan agar dia dapat tetap menjadi penguasa pasar dan
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya (maksimal)
Pengaturan mengenai penguasaan pasar di dalam UU No. 5 Tahun 1999 terdapat
di Pasal 19 yang menyebutkan bahwa: “pelaku usaha dilarang melakukan satu atau
beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
a. Menolak atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha
yang sama pada pasar bersangkutan, atau
b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak
melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu, atau

17. Departemen Perindustrian dan Perdaganagn dan GTZ, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan UsahaTidak
Sehat, 2000, hal. 273.

6
c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan, atau d. Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha
tertentu”18
Pihak yang dapat melakukan penguasaan pasar adalah para pelaku usaha yang
mempunyai market power, yaitu pelaku usaha yang dapat menguasai pasar sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa di pasar yang bersangkutan. Wujud penguasaan
pasar yang dilarang dalam UU No. Tahun 1999 tersebut dapat terjadi dalam berbagai
bentuk perilaku penjualan barang dan/ atau jasa di antaranya, jual rugi (predatory pricing)
dengan maksud untuk “mematikan” pesaingnya, dan praktik penetapan biaya produksi
secara curang serta biaya lainnya yang menjadi komponen harga barang.
Berbagai wujud penguasaan pasar seperti ini hanya dapat dilakukan oleh pelaku
usaha yang mempunyai market power. Kriteria penguasaan tersebut tidak harus 100%,
penguasaan sebesar 50% atau 75% saja sudah dapat dikatakan mempunyai market power.
Pasal 19 19 UU No. 5 Tahun 1999 ini dirumuskan secara rule of reason sehingga
penguasaan pasar itu sendiri menurut pasal ini tidak secara mutlak dilarang. Penguasaan
pasar dilarang apabila dari penegasan pasar yang dimiliki oleh pelaku usaha tersebut
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat atau
mempunyai alasan-alasan yang dapat diterima. Perlu disimak, bahwa penguasaan pasarnya
sendiri belum tentu bertentangan dengan UU No. 5 Tahun 1999, yang kemungkinan
bertentangan dengan UU No. 5 Tahun 1999 adalah jenis-jenis kegiatan yang dilakukan
oleh pelaku usaha perusahaan yang menguasai pasar yang ada pada akhirnya anti terhadap
persaingan usaha yang sehat.
b. Konsep
Suatu industri dikatakan berstruktur monopoli (monopoli) bila hanya ada satu
produsen atau penjual (Single Firm) tanpa pesaing langsung atau tidak langsung, baik
nyata maupun potensial. Output yang dihasilkan tidak mempunyai substitusi (no closed
substitusi). Perusahaan tidak memiliki pesaing karena karena adanya hambatan (barriers
to entry) bagi perusahaan lain untuk memasuki industri yang bersangkutan 19.
Pasar monopoli mempunyai beberapa karateristik khusus seperti yang diuraikan di
bawah ini:

18
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, Lembar NegaraNomor 33 Tahun 1999/Tambahan Lembar NegaraNomor 3817.
19.
Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Tri Anggraini, et. all.2009. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks Dan
Konteks, Jakarta: Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.

7
1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan
Sifat ini sesuai dengan definisi dari monopoli yaitu struktur pasar atau industry dimana
terdapat hanya seorang penjual saja
2. Tidak memiliki barang substitusi yang mirip
Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli tidak dapat disubstitusikan oleh barang
lain yang ada dalam perekonomian.
3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam pasar
Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai
kekuasaan monopoli
4. Dapat menguasai penentuan harga
Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual di dalam pasar,
maka penetuan harga dapat dikuasainya.
5. Promosi kurang diperlukan
Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan di dalam industry,
ia tidak perlu melakukan promosi penjualan secara iklan20.
c. Teori
Dalam makalah ini pemakalah akan memakai teori sifat larangan dalam hukum
persaingan usaha yaitu: Rule of Reason. Rule of reason adalah suatu pendekatan yang
digunakan oleh lembaga otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai
akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suatu perjanjian
atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau mendukung persaingan21. Pendekatan ini
memungkinkan pengadilan melakukan interpretasi terhadap UU seperti
mempertimbangkan faktor-faktor kompetitif dan menetapkan layak atau tidaknya suatu
hambatan perdagangan. Hal ini disebabkan karena perjanjian-perjanjian maupun kegiatan
usaha yang termasuk dalam UU Antimonopoli tidak semuanya dapat menimbulkan praktek
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat atau merugikan masyarakat. Sebaliknya,
perjanjian-perjanjian maupun kegiatan-kegiatan tersebut dapat juga menimbulkan
dinamika persainga usaha yang sehat. Oleh karenanya, pendekatan ini digunakan sebagai

20. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Hukum Persaingan Usaha Buku Teks Edisi Kedua hal 48
21. Supianto, Pendekatan Per Se Illegal dan Rule of Reason Dalam Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jurnal Rechtens, Vol. 1 Juni

2013, hlm, 50.

8
penyaring untuk menentukan apakah mereka menimbulkan praktek monopoli atau
persaingan usaha yang tidak sehat atau tidak22.
d. Norma dalam Undang-Undang
1. Unsur pelaku
Pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 angka 5 UU No. 5 Tahun 1999, pelaku usaha
adalah ”Setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum atau
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi”.
Pelaku usaha lain. Pelaku usaha lain adalah pelaku usaha yang melakukan satu atau
beberapa kegiatan secara bersama-sama pada pasar bersangkutan. Pelaku usaha lain
menurut penjelasan Pasal 17 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1999 adalah: “Pelaku usaha
yang mempunyai kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar bersangkutan”.
Pelaku usaha tertentu. Pelaku usaha tertentu adalah pelaku usaha yang dirugikan oleh
kegiatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 19 huruf a dan d UU No. 5 Tahun 1999.
Pelaku usaha pesaing. Pelaku usaha pesaing adalah pelaku usaha yang berada dalam
pasar bersangkutan yang sama. Konsumen. Menurut Pasal 1 angka 15 UU No. 5 Tahun
1999, konsumen adalah: “Setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa untuk
kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain”. 23 Pelanggan. Pelanggan
adalah pemakai atau pengguna dari barang dan atau jasa untuk kepentingan sendiri maupun
kepentingan pihak lain yang menggunakan secara berkesinambungan, teratur, terus
menerus baik melalui perjanjian tertulis maupun tidak tertulis.
2. Unsur tindakan
Penguasaan pasar. Kemampuan pelaku usaha dalam mempengaruhi
pembentukan harga atau kuantitas produksi atau aspek lainnya dalam sebuah pasar. Aspek
lainnya dapat berupa, namun tidak terbatas pada pemasaran, pembelian, distribusi,
penggunaan atau akses atas barang atau jasa tertentu di pasar bersangkutan. Kegiatan ini
dapat dilakukan sendiri oleh pelaku usaha atau secara bersama-sama dengan pelaku usaha
lainnya dan dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan sekaligus. 24

. HukumOnline.com, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4b94e6b876a9/pentingnya-prinsip-per-se-dan-
22

ruleof-reason-di-uu-persaingan-usaha, diakses pada 18 November 2020 Pukul 2:28


23
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, Lembar NegaraNomor 33 Tahun 1999/Tambahan Lembar NegaraNomor 3817.
24 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Hukum Persaingan Usaha Buku Teks Edisi Kedua hal 166.

9
3. Praktik monopoli
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1999, praktik monopoli adalah:
“Pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum”.25
4. Persaingan usaha tidak sehat
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU No. 5 Tahun 1999, persaingan usaha tidak sehat
adalah: “Persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha”.26
5. Pasar bersangkutan
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU No. 5 Tahun 1999, pasar bersangkutan adalah:
“Pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha
atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan jasa
tersebut”.27 Sejalan dengan pengertian di atas dan dari sudut pandang ekonomi, ada dua
dimensi pokok yang harus dipertimbangkan untuk menentukan pengertian pasar
bersangkutan, yaitu produk (barang atau jasa yang dimaksud) dan wilayah geografis.
6. Melakukan sendiri maupun bersama-sama
Kegiatan yang dilakukan sendiri oleh pelaku usaha merupakan keputusan atau
perbuatan independen tanpa kerja sama dengan pelaku usaha yang lain. Kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha
dalam pasar bersangkutan yang sama di mana pelaku usaha mempunyai hubungan dalam
kegiatan usaha yang sama.28
7. Melakukan satu atau beberapa kegiatan
Satu atau beberapa kegiatan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan secara terpisah
ataupun beberapa kegiatan sekaligus yang ditujukan kepada seorang pelaku usaha. 29

25
Ibid.
26
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, Lembar NegaraNomor 33 Tahun 1999/Tambahan Lembar NegaraNomor 3817.
27
Ibid.
28
Op., Cit., hal.‫ز‬167
29
Ibid.

10
8. Kegiatan usaha yang sama.
Kegiatan usaha yang sama adalah kegiatan usaha yang sejenis dengan yang
dilakukan oleh pelaku usaha.30
9. Hubungan usaha.
Hubungan usaha adalah kegiatan ekonomi antar pelaku usaha dalam bentuk
berbagai transaksi dan atau kerja sama.31
10. Barang
Berdasarkan Pasal 1 angka 16 UU No. 5 Tahun 1999 barang adalah: “Setiap benda
baik berwujud maupun tidak bewrujud, baik bergerak maupun tidak bergerak yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku
usaha”.32
11. Jasa
Berdasarkan Pasal 1 angka 17 UU No. 5 Tahun 1999 jasa adalah: “Setiap layanan
yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang diperdagangkan dalam masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha”.33
12. Menolak
Menolak adalah ketika pelaku usaha tidak bersedia melakukan kegiatan usaha
dengan pelaku usaha lainnya.34
13. Menghalangi
Menghalangi adalah ketika pelaku usaha melakukan kegiatan yang menciptakan
hambatan bagi pelaku usaha lain atau pelaku usaha pesaingnya untuk masuk ke dalam
suatu pasar bersangkutan yang sama.35
14. Membatasi peredaran
Membatasi peredaran adalah kegiatan yang dilakukan pelaku usaha dengan tujuan
untuk mengendalikan distribusi atau wilayah peredaran barang dan atau jasa.36
15. Praktik diskriminasi
Praktik diskriminasi adalah termasuk di dalamnya menolak sama sekali melakukan
hubungan usaha, menolak melakukan hubungan usaha, menolak syarat-syarat tertentu atau

30
Ibid. Hal. 168.
31
Ibid. Hal. 168.
32
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, Lembar NegaraNomor 33 Tahun 1999/Tambahan Lembar NegaraNomor 3817.
33
Ibid.
34
Op. Cit., Hal. 168.
35
Ibid.
36
Ibid.

11
perbuatan lain, di mana pelaku usaha lain diperlakukan dengan cara tidak sama. Terjadi
perbedaan perlakuan oleh pelaku usaha tertentu kepada pelaku usaha lainnya dalam suatu
pasar bersangkutan.37
e. Sifat Larangan
Sifat larangan bagi perjanjian tertutup adalah sifat Per Se Illegal. Hal ini disebabkan
karena perjanjian tertutup yang diatur didalam Pasal 15 Undang-Undang a quo itu
berbunyi, “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian…”. Dari sini dapat disimpulkan
secara sederhana jika perjanjian tertutup bersifat per se illegal sebab definisi dari per se
illegal itu sendiri adalah pernyataan bahwa setiap perjanjian atau kegiatan usaha tertentu
sebagai illegal, tanpa perlu pembuktian lebih lanjut atas dampak yang ditimbulkan dari
perjanjian atau kegiatan tersebut tanpa ada tambahan kalimat, “…yang dapat
mengakibatkan…”. Dan jika dilihat maka tidak ada satupun Pasal 15 UU a quo itu terselip
kalimat “…yang dapat mengakibatkan…”.38
Sedangkan sifat larangan bagi penguasaan pasar adalah bersifat Rule of Reason.
Sebabnya adalah pasal penguasaan pasar yang diatur didalam Pasal 19 huruf d ini
terkandung kalimat, “…yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat…”. Kalimat ini merupakan salah satu ciri dari teori atau
pendekatan rule of reason yaitu dengan adanya penggunaan redaksi “yang dapat
mengakibatkan” dan atau “patut diduga”. Kata-kata tersebut menyiratkan perlunya
penelitian secara lebih mendalam, apakah suatu tindakan dapat menimbulkan praktek
monopoli yang bersifat menghambat persaingan.

37
Ibid.
38
Lihat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, Lembar NegaraNomor 33 Tahun 1999/Tambahan Lembar NegaraNomor 3817.

12
BAB III
KAJIAN DAN ANALISIS KASUS:
PUTUSAN PERKARA NO. 02/KPPU-L/2006 MENGENAI PENUNJUKAN
LANGSUNG OLEH PT. PERTAMINA (PERSERO)
DALAM PROYEK PEMBUATAN LOGO BARU PERTAMINA
(KEGIATAN YANG DILARANG DALAM BENTUK PENGUASAAN PASAR)

A. Posisi Kasus
1. Profil PT. Pertamina (Persero)
Pada dasarnya, pembahasan hukum persaingan usaha berhubungan erat dengan
pembahasan dalam mata kuliah Masalah Badan Hukum. Menurut Penulis, pembahasan
dalam mata kuliah Masalah Badan Hukum merupakan masalah yang lebih luas dari hukum
persaingan usaha. Artinya, hukum persaingan usaha hanya salah satu permasalahan dalam
pembahasan mata kuliah Masalah Badan Hukum. Walaupun demikian, pembahasan
hukum persaingan usaha memiliki dimensi yang lebih khusus dan spesifik sehingga
menurut Penulis ada baiknya digali dan dibedakan dengan pembahasan dalam mata kuliah
Masalah Badan Hukum. Oleh karena masalah dalam hukum persaingan usaha terkait
dengan badan hukum, maka dalam tinjauan teoritis ini disajikan secara sepintas status
badan hukum yang terkait dengan masalah yang dibahas, yaitu posisi Pertamina sebagai
subjek hukum dalam bentuk badan hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik
negara.
Badan usaha milik negara atau biasa disingkat dan disebut BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.39 Dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN ditegaskan bahwa badan usaha milik
negara dapat berbentuk perseroan terbatas dan perusahaan umum. Artinya, Pemerintah
dapat memilih dalam bentuk seperti apakah perusahaan negara yang akan dibangun.

39
Lihat Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, Lembar Negara Tahun 2003
Nomor 70, Tambahan Lembar Negara Nomor 4297.

13
Selain disingung dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN,
PT. juga diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas Jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. PT.
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas Jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau Badan
Hukum perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan mengenai Usaha Mikro dan Kecil.40 Perseroan
terbatas dapat didirikan oleh pemerintah atau swasta.
Susunan PT adalah komisaris, direksi dan pemegang saham. Modal PT. didapatkan
dari internal berupa penyetoran aset yang dikonversi menjadi jumlah kepemilikan saham
oleh pemegang saham penyetor. Sedangkan secara eksternal, modal dapat diperoleh dari
pinjaman kepada lembaga keuangan atau mengeluarkan saham dan menjualnya kepada
publik baik dalam bentuk right issue, private placement, atau Initial Public Offering (IPO)
di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau mengeluarkan surat utang (obligasi). Oleh karenanya,
PT. dapat bersifat tertutup dan dapat bersifat terbuka. Selain itu, PT. tidak boleh
mendapatkan modal dari sumbangan yang bersifat sosial. Forum pengambilan keputusan
tertinggi dalam Perseroan ialah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Perusahaan Umum merupakan representasi dari realisasi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2003 Tentang BUMN. Bentuk badan hukum Badan Usaha Milik Negara dapat
berupa Perseroan Terbatas (PT) serta dalam bentuk Perusahaan Umum (Perum).
Perusahaan Umum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi
atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau

40
Lihat Bagian Kelima Perseroan Terbatas Pasal 109 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja, Lembar Negara Tahun 2007 Nomor 245 Tahun 2020, Tambahan Lembar Negara Nomor 6573, yang
menegaskan perubahan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Lembar Negara Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembar Negara Nomor 4756. Definisi
Perseroan Terbatas dalam undang-undang cipta kerja di atas dapat dibandingkan dengan Pasal 1 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Lembar Negara Tahun 2007 Nomor
106, Tambahan Lembar Negara Nomor 4756, PT. didefinisikan sebagai “ badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”

14
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan.41
Secara sederhana, prinsip perusahaan umum sama dengan perseroan terbatas.
Perbedaannya secara signifikan terletak pada organnya, yaitu menteri, direksi dan
komisaris. Selain itu, kepemilikan perusahaan umum tidak berbentuk saham, atau tidak
memiliki saham. Perusahaan umum didirikan oleh pemerintah.
Bahwa PT PERTAMINA (Persero) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu Perseroan Terbatas yang
didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 20 tanggal 17 September 2003 yang dibuat
oleh Notaris Leny Ishak S.H. dan disahkan dengan Keputusan Mentri Kehakiman Republik
Indonesia No. C-24025.H.T.01.01.TH.2003 tanggal 9 Oktober 2003 dan diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.93 tanggal 21 November 2003.
2. Kronologi Kasus
Kasus ini bermula dari laporan kepada Sekretariat Komisi tertanggal 15 Desember
2005 dan tanggal 11 Januari 2006 tentang adanya dugaan adanya pelanggaran berkaitan
dengan proyek penunjukan langsung terhadap perubahan logo PT PERTAMINA (Persero).
Inti laporan tersebut yaitu bahwa PT PERTAMINA (Persero) telah melakukan pelanggaran
ketentuan yang berlaku dalam melakukan perubahan logonya dengan menunjuk langsung
LANDOR tanpa melalui proses tender sehingga mendiskriminasikan pelaku usaha lain.
Kebijakan PT PERTAMINA (Persero) dalam proyek perubahan logo diduga telah
mengakibatkan kerugian bagi Negara. Setelah menjalani proses pemeriksaan, KPPU pada
tanggal 12 September 2006 telah memutuskan perkara tentang Penunjukan Langsung
dalam pengadaan Logo Baru PERTAMINA yang dibacakan dalam siding yang terbuka
untuk umum pada tanggal 13 September 2006.

B. Analisis Kasus
1. Pertimbangan Hukum atau unsur Dalam Putusan
Adapun pertimbangan hukum dalam putusan perkara No. 02/KPPU-L/2006
mengenai penunjukan langsung oleh PT PERTAMINA (Persero) dalam proyek pembuatan
logo baru pertamina (kegiatan yang dilarang dalam bentuk penguasaan pasar)
a. Adanya Pelaku Usaha

41
Pasal 1 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, Lembar Negara
Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembar Negara Nomor 4297.

15
b. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu
c. Persaingan Usaha tidak sehat
2. Pasal yang dilanggar
Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, persaingan tidak sehat
adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha, pemakalah setuju dengan KPPU bahwa PT
PERTAMINA memang bersalah telah melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
dan putusan yang diajukan KPPU sudah sesuai dengan syarat-syarat serta unsur-unsur
pasal 19 huruf d yaitu unsur persaingan tidak sehat Terpenuhi
3. Putusan
Setelah proses pemeriksaan, KPPU memutuskan sebagai berikut:
1 Menyatakan PT PERTAMINA (Persero) secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena menununjuk secara langsung
LANDOR untuk pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero) tanpa alasan yang sah.
2 Menghukum PT PERTAMINA (persero) untuk membayar denda sebesar Rp.
1000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke kas Negara sebagai
setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jendral
Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta I yang beralamat
di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui bank pemerintah dengan kode
penerimaan 1212. Kemudian terkait dengan putusan KPPU tersebut diatas, KPPU
menghimbau masyarakat untuk menyadari keberadaan hukum persaingan dan
menjalankannya dalam praktek berbisnis demi kesejahteraan masyarakat.
4. Analisis Putusan
Dalam masa kajian Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah melakukan
penelitian tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 dalam PT PERTMINA (Persero) yaitu pada Pasal 19 huruf d yang menyatakan “
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun
bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat berupa (d) melakukan praktek diskriminasi terhadap
pelaku usaha tertentu” komisi menetapkan menetapkan untuk dilanjutkan ke tahap
penyelidikan, setelah dilakukanya penyelidikan dan ditemukan bukti permulaan yang kuat
terhadap pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
16
Setelah mendapatkan bukti yang cukup, kejelasan dan kelengkapan dugaan
pelanggaran yang dituangkan dalam Laporan hasil penyelidikan kemudian dinilai layak
untuk dilakukan Gelar Laporan dan disusun dalam bentuk Rancangan Laporan dugaan
pelanggaran yang sampai dalam rapat komisi menyetujui rancangan laporan dugaan yang
akan dituangkan dalam laporan dugaan pelanggaran, kemudian ketua Komisi menerbitkan
penetapan Komisi Nomor 04/PEN/KPPU/II/2006 tanggal 7 Februari 2006 tentang
Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006, untuk melakukan
Pemeriksaan Pendahuluan terhitung sejak tanggal 7 Februari 2006 sampai dengan 20
Maret 2006.
Berasarkan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan tersebut, Ketua Komisi
menerbitkan Keputusan Nomor: 14/KEP/KPPU/II/2006 tanggal 7 Februari 2006 tentang
penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa Pemeriksaan Pendahuluan Perkara
Nomor: 02/KPPU-L/2006. Selanjutnya, untuk membantu Tim Pemeriksa dalam
Pemeriksaan Pendahuluan, maka Direktur Eksekutif menerbitkan surat Tugas Nomor:
15/SET/DE/ST/II/2006 tanggal 7 Februari 2006, menimbang bahwa dalam Pemeriksaan
Pendahuluan , Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan dari para Pelapor dan Terlapor.
Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Komis menilai hal-
hal sebagai berikut: PT PERTAMINA (Persero) telah melakukan pelanggaran ketentuan
yang berlaku dalam melakukan perubahan logonya dengan menunjuk LANDOR tanpa
melalui proses tender, Kebijakan PT PERTAMINA (Persero) dalam proyek perubahan
logo telah mendiskriminasikan pelaku usaha lain dengan memperlakukan LANDOR
secara istimewa, Kebijakan PT PERTAMINA (Persero) dalam proyek perubahan logo
telah mengakibatkan kerugian bagi negara. PT PERTAMINA (Persero) mengistimewakan
LANDOR dalam pengadaan jasa pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero) tidak
berupaya untuk mencari perusahaan pembuat logo pembanding, bahwa PT PERTAMINA
(Persero) hanya mengundang LANDOR untuk melakukan presentasi dan memasukan
proposal penawaran untuk pelaksanaan perubahan logo PT PERTAMINA (Persero),
bahwa beberapa perusahaan pembuat logo lain menyatakan bersedia dan atau mampu
mengerjakan perubahan logo PT PERTAMINA (Persero), bahwa dengan demikian, PT
PERTAMINA (Persero) tidak berupaya untuk mencari perusahaan pembuat logo
pembanding. Bahwa terdapat beberapa metode pemilihan penyedia jasa pembuatan logo
yang umum dilakukan oleh perusahaan pengguna jasa, yaitu a). Pelelangan Umum yaitu,
pemilihan dengan cara mengeluarkan pengumuman secara terbuka yang memberikan
kesempatan bagi semua penyedia jasa pembuatan logo untuk mengikuti lelang, b).
17
Pelelangan Terbatas yaitu, (beauty contest), yaitu pemilihan dengan cara mengundang
beberapa penyedia jasa pembuatan logo untuk mengajukan penawaran, c). Penunjukan
Langsung yaitu, pemilihan dengan cara menunjuk satu penyedia jasa pembuatan logo yang
telah ditetapkan
Merujuk dari uraian-uraian di atas pemakalah dapat menganlisis bahwa
investigator mendapatkan bukti pelanggaran Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999, persaingan tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha,
pemakalah setuju dengan KPPU bahwa PT PERTAMINA memang bersalah telah
melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan putusan yang diajukan KPPU sudah
sesuai dengan syarat-syarat serta unsur-unsur pasal 19 huruf d yaitu unsur persaingan tidak
sehat Terpenuhi

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Apa yang telah dilakukan oleh PT PERTAMINA terhadap Landor merupakan suatu
perilaku yang salah dan jahat karena hanya ingin menguntungkan sebesar-besarnya
terhadap dirinya sendiri tanpa memperhitungkan dampak atau efek buruk yang akan
terjadi pada pelaku-pelaku usaha lainnya, sehingga KPPU melakukan langkah-
langkah yang tepat dalam menyelesaikan persoalan tersebut setelah mendapatkan
lapora-laporan dari para pelaku-pelaku usaha lainnya, melalui putusan perkara No.
02/KPPU-L/2006 mengenai penunjukan langsung oleh PT PERTAMINA (Persero)
dalam proyek pembuatan logo baru pertamina (kegiatan yang dilarang dalam bentuk
penguasaan pasar) inilah sebagai senjata pamungkas dalam menjaga stabiltas dan
efektifitas dalam berusha.
2. PT PERTAMINA dihukum dengan:
a. Menyatakan PT PERTAMINA (Persero) secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena menununjuk secara langsung
LANDOR untuk pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero) tanpa alasan yang
sah.
b. Menghukum PT PERTAMINA (persero) untuk membayar denda sebesar Rp.
1000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke kas Negara sebagai
setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jendral
Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta I yang
beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui bank pemerintah dengan
kode penerimaan 1212.

B. Saran
1. PT. PERTAMINA telah lalai dalam melakukan strategi branding perusahaan dengan
melakukan penunjukkan lansung tanpa lelang terkait pembuatan logo baru PT.
Pertamina. Oleh karenanya, bagi para pelaku sudah harus selalu hati-hati dalam
melakukan keputusan bisnis apapun, karena hal yang terlihat “spele” dapat berujung
pada pelanggaran aturan hukum yang berlaku.

19
2. Hukuman Komisi kepada PT. Pertamina terlalu ringan untuk sekala perusahaan
nasional dengan kapasitas besar dan dominan. Oleh karenanya, Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dapat dikatakan baik dengan menyatakan
penghukuman miniman, namun tidak membatasi penghukuman maksimal. Artinya
hakim Komisi dapat melakukan penghukuman denda lebih besar sesuai dengan
keadilan dan kapasitas perusahaan yang melanggar. Oleh karenanya, hakim harusnya
lebih leluasa dalam memberikan efek jera terhadap siapapun yang melanggar
ketentuan hukum persaingan usaha.

20
DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Buku

Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Tri Anggraini, et. all.2009. Hukum Persaingan Usaha
Antara Teks Dan Konteks, Jakarta: Deutsche Gesellschaft für Technische
Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.
-------------. 2017. Edisi Kedua Hukum Persaingan Usaha Buku Teks,Jakarta: Deutsche
Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.
Huala Adolf. 2009. Hukum Perdagangan Internasional, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I, Jakarta: Setjend dan
Kepaniteraan MK.
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. 2008. Buku Penjelasan Katalog Putusan KPPU
Periode 2000-Agustus 2008, Jakarta: KPPU.
Mohammad Taufik Makarao dan Suharsil. 2010.Hukum Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak SehatBogor: Ghalia Indonesia.
Pipin Syarifin. 1999.Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Subekti. 1992. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa.
Sudikno Mertokusumo. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Tim Penyusun Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. 2010. Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi, Jakarta: SetJend dan Kepaniteraan MKRI.
Wirjono Projodikoro. t.t. Hukum Atjara Pidana Di Indonesia, Bandung: Vorkink – Van
Hoeve.
W. Riawan Tjandra. 2002. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

B. Daftar Internet
http://putusan.kppu.go.id/simper/menu/, dikases tanggal 13 November 2020, Pukul 20.00
WIB.
HukumOnline.com,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4b94e6b876a9/pentingny
a-prinsip-per-se-dan-ruleof-reason-di-uu-persaingan-usaha, diakses pada 18
November 2020 Pukul 2:28
21
C. Daftar Putusan PKPU
Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor: 02/KPPU-L/2006, dibacakan di
muka persidangan yangdinyatakan terbuka untuk umum pada hari Rabu,
Tanggal 13 September 2006 oleh MajelisKomisi.

D. Daftar Peraturan Perundang-Undangan


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Lembar NegaraNomor 33 Tahun
1999/Tambahan Lembar NegaraNomor 3817.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, Lembar
Negara Nomor 70 Tahun 2003, Tambahan Lembar Negara 4297.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Lembar Negara


Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembar Negara Nomor 4756.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, Lembar Negara Tahun 2007
Nomor 245 Tahun 2020, Tambahan Lembar Negara Nomor 6573.

22
Lampiran Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Nomor: 02/KPPU-L/2006 Mengenai Penunjukan Langsung
Oleh PT. Pertamina (Persero) Dalam Proyek Pembuatan Logo Baru Pertamina

23
SALINAN

PUTUSAN
Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi


yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
selanjutnya disebut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan penunjukan
langsung proyek perubahan logo PT PERTAMINA (Persero), yang dilakukan oleh:----------

TERLAPOR: PT PERTAMINA (Persero) yang beralamat kantor di Jl. Merdeka Timur


Nomor 1 A, Jakarta Pusat 10110;----------------------------------------------------------------------

telah mengambil Putusan sebagai berikut:------------------------------------------------------------

Majelis Komisi;------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;---------------
Setelah mendengar keterangan para Pelapor; -----------------------------------------------
Setelah mendengar keterangan Terlapor; ----------------------------------------------------
Setelah mendengar keterangan para Saksi; --------------------------------------------------
Setelah menyelidiki kegiatan Terlapor; ------------------------------------------------------
Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut “BAP”); -----------

TENTANG DUDUK PERKARA

1. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi menerima laporan tertanggal 15 Desember 2005


dan tanggal 11 Januari 2006 tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan proyek perubahan logo
PT PERTAMINA (Persero);-----------------------------------------------------------------------
2. Menimbang selanjutnya Sekretariat Komisi melakukan klarifikasi atau penelitian
terhadap laporan tersebut yang pokoknya adalah sebagai berikut: ---------------------------
SALINAN
2.1 PT PERTAMINA (Persero) telah melakukan pelanggaran ketentuan yang berlaku
dalam melakukan perubahan logonya dengan menunjuk langsung LANDOR
tanpa melalui proses tender; ----------------------------------------------------------------
2.2 Kebijakan PT PERTAMINA (Persero) dalam proyek perubahan logo telah
mendiskriminasikan pelaku usaha lain dengan memperlakukan LANDOR secara
istimewa;--------------------------------------------------------------------------------------
2.3 Kebijakan PT PERTAMINA (Persero) dalam proyek perubahan logo telah
mengakibatkan kerugian bagi negara;-----------------------------------------------------
3. Menimbang bahwa setelah melakukan klarifikasi dan penelitian atas laporan tersebut,
maka Komisi menyatakan laporan tersebut telah lengkap dan jelas; -------------------------
4. Menimbang bahwa berdasarkan laporan yang telah lengkap dan jelas, Komisi
menerbitkan Penetapan Nomor 04/PEN/KPPU/II/2006 tanggal 7 Februari 2006 tentang
Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006, untuk melakukan
Pemeriksaan Pendahuluan terhitung sejak tanggal 7 Februari 2006 sampai dengan
20 Maret 2006; --------------------------------------------------------------------------------------
5. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, Komisi
menerbitkan Keputusan Nomor: 14/KEP/KPPU/II/2006 tanggal 7 Februari 2006
tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa Pemeriksaan Pendahuluan
Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006. Selanjutnya, untuk membantu Tim Pemeriksa dalam
Pemeriksaan Pendahuluan, maka Direktur Eksekutif menerbitkan Surat Tugas
Nomor: 15/SET/DE/ST/II/2006 tanggal 7 Februari 2006;-------------------------------------
6. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa telah mendengar
keterangan dari para Pelapor dan Terlapor;------------------------------------------------------
7. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
menemukan adanya indikasi kuat pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf d Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut: ----------
7.1 Bahwa ketentuan Bab VII Surat Keputusan Direksi PT PERTAMINA (Persero)
Nomor 036/C0000/2004-SO tentang Manajemen Pengadaan Barang/Jasa
(selanjutnya disebut SK 036) berpotensi mengakibatkan persaingan usaha tidak
sehat; ------------------------------------------------------------------------------------------
7.2 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) telah melakukan tindakan diskriminasi
dengan cara memperlakukan LANDOR secara istimewa melalui penunjukan
langsung sehingga menghilangkan atau menutup persaingan usaha pada pasar
jasa konsultan komunikasi; -----------------------------------------------------------------
8. Menimbang bahwa selanjutnya, Tim Pemeriksa merekomendasikan agar pemeriksaan
dilanjutkan ke tahap Pemeriksaan Lanjutan; ----------------------------------------------------

2
SALINAN
9. Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa tersebut, Komisi
menerbitkan Penetapan Komisi: 08/PEN/KPPU/III/2006 tanggal 21 Maret 2006 tentang
Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006, menetapkan untuk
melanjutkan Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006 ke dalam tahap Pemeriksaan Lanjutan
terhitung sejak tanggal 21 Maret 2006 sampai dengan 16 Juni 2006;------------------------
10. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 57/KEP/KPPU/III/2006 tanggal 21 Maret 2006 tentang Penugasan
Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor:
02/KPPU-L/2006. Selanjutnya, untuk membantu Majelis Komisi dalam Pemeriksaan
Lanjutan, maka Direktur Eksekutif menerbitkan Surat Tugas Nomor:
56/SET/DE/ST/III/2006 tanggal 21 Maret 2006; -----------------------------------------------
11. Menimbang bahwa sehubungan dengan libur dan cuti bersama, maka Ketua Komisi
menerbitkan Penetapan Komisi Nomor: 09/PEN/KPPU/III/2006 tanggal 27 Maret 2006
tentang penyesuaian jangka waktu penanganan perkara sehubungan dengan libur dan
cuti bersama sehingga jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor:
02/KPPU-L/2006 disesuaikan menjadi sejak tanggal 21 Maret 2006 sampai dengan
19 Juni 2006;-----------------------------------------------------------------------------------------
12. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi telah mendengar
keterangan para Saksi; ------------------------------------------------------------------------------
13. Menimbang bahwa masih terdapat pihak yang akan dimintai keterangannya dalam
proses pemeriksaan Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006, Komisi menilai perlu untuk
melakukan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan. Untuk itu Majelis Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 08/KEP/KMK-PL/KPPU/VI/2006 tanggal 20 Juni 2006 tentang
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006 terhitung sejak
tanggal 20 Juni 2006 sampai dengan 31 Juli 2006; ---------------------------------------------
14. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi
menerbitkan Keputusan Nomor: 91/KEP/KPPU/VI/2006 tanggal 20 Juni 2006 tentang
Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Perpanjangan Pemeriksaan
Lanjutan Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2006. Selanjutnya, untuk membantu Majelis
Komisi dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, maka Direktur Eksekutif
menerbitkan Surat Tugas Nomor: 156.2/SET/DE/ST/VI/2006 tanggal 20 Juni 2006;-----
15. Menimbang bahwa dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi telah
mendengar keterangan dari para Saksi dan Terlapor; ------------------------------------------
16. Menimbang bahwa identitas serta keterangan para Pelapor, Terlapor dan para Saksi
telah dicatat dalam BAP yang telah ditandatangani oleh para Pelapor, Terlapor dan para
Saksi;--------------------------------------------------------------------------------------------------

3
SALINAN
17. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Lanjutan, dan
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Majelis Komisi telah mendapatkan, meneliti dan
menilai sejumlah surat dan atau dokumen, BAP serta bukti-bukti lain yang diperoleh
selama pemeriksaan dan penyelidikan;-----------------------------------------------------------
18. Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan
penilaian yang cukup untuk mengambil Putusan;-----------------------------------------------

TENTANG HUKUM

1. Menimbang bahwa berdasarkan keterangan-keterangan dan dokumen-dokumen yang


diperoleh selama pemeriksaan, Majelis Komisi menemukan fakta-fakta sebagai berikut:
1.1 Identitas Pelaku Usaha: -------------------------------------------------------------------
1.1.1 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa
suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian
Nomor 20 tanggal 17 September 2003 yang dibuat oleh Notaris Lenny
Ishak S.H. dan disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia No. C-24025.H.T.01.01.TH.2003 tanggal 9 Oktober 2003 dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 93
tanggal 21 November 2003 dengan kegiatan usaha antara lain meliputi
(vide Bukti B4, C24):---------------------------------------------------------------
1.1.1.1 Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta
hasil olahan dan turunannya;--------------------------------------------
1.1.1.2 Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang
ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi
dan berhasil menjadi milik perseroan; ---------------------------------
1.1.1.3 Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural
Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG; ----
1.1.1.4 Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau
menunjang kegiatan usaha tersebut; -----------------------------------
1.2 Pasar Bersangkutan;-----------------------------------------------------------------------
Bahwa pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah pengadaan jasa pembuatan
logo PT PERTAMINA (Persero); --------------------------------------------------------
1.3 Struktur Pasar Penyedia Jasa Pembuatan Logo di Indonesia ;-------------------
1.3.1 Bahwa pekerjaan pembuatan logo baik logo identitas perusahaan maupun
logo produk dapat dilakukan oleh semua pelaku usaha yang mempunyai
keahlian di bidang desain graphis yaitu meliputi namun tidak terbatas

4
SALINAN
pada perusahaan branding consultant, perusahaan advertising, perusahaan
desain graphis dan perusahaan strategic marketing (vide Bukti B6, B7,
B8, B10, B11, B12);----------------------------------------------------------------
1.3.2 Bahwa di antara pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada butir 1.3.1.
tersebut, perusahaan yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam bidang
perancangan logo dan strategi pengembangannya adalah perusahaan
branding consultant yang memiliki kompetensi untuk melakukan riset
brand (brand audit) dan strategi pengembangannya, eksplorasi atau
penggalian konsep untuk logo baru, pengembangan logo baru yang telah
dipilih dan desain aplikasinya, serta membuat buku panduan (manual)
yang dapat digunakan sebagai petunjuk atau pedoman dalam
implementasi logo baru (vide Bukti B6, B7, B8, B10, B11); -----------------
1.3.3 Bahwa beberapa branding consultant internasional yang melakukan
kegiatan usaha di Indonesia antara lain (vide Bukti B6, B7, B9, C25, C29,
C31, C35): ---------------------------------------------------------------------------
Branding Consultant Beberapa Klien
LANDOR Federal Express (FedEx), Caltex, British
Petroleum (BP), Indosat, BNI, BII,
Danamon, Medco Energy, Cathay Pasific,
Garuda Indonesia Airways, Indofood.
Interbrand Master Card, British Airways, BMW,
Deutsche Telekom, Adidas, Heinz, Pepsi,
Fuji, Nescafe, Gillette, Compaq, DHL,
Thomas J. Lipton, Rabobank.
Brandz Group China Airlines, China Development Bank,
Telecom Malaysia, British American
Tobacco Malaysia, Sheraton Hotel KL,
Bangkok Bank, Ajinomoto Thailand, Bank
Danamon, BRI, Bank Niaga, Hero Group,
Bakrie Group, Bentoel, Danone Indonesia,
Nutricia, Friesche Vlag, Indosat, Indofood,
Darya-Varia.

1.3.4 Bahwa selain perusahaan tersebut di atas, terdapat beberapa branding


consultant lokal antara lain BD+A, Nuage, Inkara, dan Makki-Makki
yang memiliki klien antara lain Bank Permata, Aqua, Ades, Astra Graphia
(vide Bukti B6, B7, B8, B9); ------------------------------------------------------

5
SALINAN
1.4 Metode Pemilihan Penyedia Jasa Pembuatan Logo; --------------------------------
1.4.1 Bahwa terdapat beberapa metode pemilihan penyedia jasa pembuatan
logo yang umum dilakukan oleh perusahaan pengguna jasa, yaitu (vide
Bukti B6, B7, B8, B9); -------------------------------------------------------------
1.4.1.1 Pelelangan Umum, yaitu pemilihan dengan cara mengeluarkan
pengumuman secara terbuka yang memberikan kesempatan bagi
semua penyedia jasa pembuatan logo untuk mengikuti lelang; ----
1.4.1.2 Pelelangan Terbatas (beauty contest), yaitu pemilihan dengan
cara mengundang beberapa penyedia jasa pembuatan logo untuk
mengajukan penawaran; -------------------------------------------------
1.4.1.3 Penunjukan Langsung, yaitu pemilihan dengan cara menunjuk
satu penyedia jasa pembuatan logo yang telah ditetapkan; ---------
1.4.2 Bahwa dalam setiap metode pemilihan tersebut, pengguna jasa
melakukan tahapan – tahapan sebagai berikut (vide Bukti B6, B7, B8,
B9): -----------------------------------------------------------------------------------

NO Tahapan Pelelangan Pelelangan Penunjukan


Umum Terbatas Langsung
1. Pengumuman terbuka √ Undangan terbatas -
2. Pemasukan proposal √ √ √
3. Presentasi peserta √ √ √
4. Evaluasi peserta √ √ -
5. Shortlisted peserta √ √ -
6. Negosiasi √ √ √
7. Penunjukan pemenang √ √ -
8. SPK (kontrak kerja) √ √ √

1.5 Pengadaan Jasa Pembuatan Logo PT PERTAMINA (Persero); -----------------


1.5.1 Latar Belakang Perubahan Logo PT PERTAMINA (Persero); ---------
1.5.1.1 Bahwa dalam rangka memperbaiki citra dan menyesuaikan visi
serta misi perusahaan maka Direksi PT PERTAMINA (Persero)
mengeluarkan kebijakan mengubah logo perusahaan (vide Bukti
B4, B5, B18, C20, C42 );------------------------------------------------
1.5.1.2 Bahwa menurut keterangan PT PERTAMINA (Persero),
kewenangan untuk mengubah logo merupakan kewenangan
penuh dari Direksi PT PERTAMINA (Persero) sebagaimana
diatur secara tersirat pada Pasal 11 Anggaran Dasar
PT PERTAMINA (Persero) (vide, Bukti B4, C24); -----------------

6
SALINAN
1.5.1.3 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) merencanakan untuk me
launching logo baru pada tanggal 10 Desember 2004 yaitu pada
saat ulang tahun PT PERTAMINA (Persero) (vide, Bukti B17,
C21, C22);-----------------------------------------------------------------
1.5.1.4 Bahwa kegiatan pengadaan barang dan jasa PT PERTAMINA
(Persero) didasarkan pada Surat Keputusan Direksi Nomor Kpts-
036/C00000/2004-S0 tentang Manajemen Pengadaan Barang
/Jasa (vide, Bukti B4, B5, B17, B18, C7); ----------------------------
1.5.1.5 Bahwa pengadaan jasa pembuatan logo PT PERTAMINA
(Persero) dikategorikan sebagai jenis pengadaan “konsultan
komunikasi” karena menurut PT PERTAMINA (Persero),
pengertian konsultan komunikasi meliputi Integrated Marketing
Communication (IMC), Advertising, Public Relation (Perception
Managemen Consulting), Branding Consultant dan Direct
Marketing (vide, Bukti B5);---------------------------------------------
1.5.1.6 Bahwa selanjutnya pengadaan konsultan komunikasi tersebut
dimasukkan sebagai pengadaan barang dan/atau jasa yang
diperlakukan khusus sebagaimana ditetapkan pada ketentuan
BAB VII SK 036 karena karakteristik bisnis yang berkaitan
dengan kompetensi konsultan dan hal-hal tertentu yang sulit
untuk dinilai secara ekonomis (vide, Bukti B4, B5, C22); ----------
1.5.2 Penunjukan Langsung LANDOR; ---------------------------------------------
1.5.2.1 Latar Belakang Penunjukan Landor;-----------------------------------
1.5.2.1.1 Bahwa sejak awal Direksi PT PERTAMINA
(Persero) berkeinginan agar perubahan logo
PERTAMINA (Persero) dilakukan oleh LANDOR
karena pertimbangan reputasi dan pengalaman
LANDOR selama ± 30 (tiga puluh) tahun dalam bisnis
merancang logo-logo perusahaan dunia khususnya
perusahaan-perusahaan minyak dunia (vide, Bukti B4,
B5, B16, B17, C23);-----------------------------------------
1.5.2.1.2 Bahwa selanjutnya, pada bulan Agustus 2004
Direktorat Umum & SDM PT PERTAMINA (Persero)
menghubungi dan melakukan pertemuan dengan Tim
Branding Bank BNI dengan tujuan untuk mempelajari
perubahan logo Bank BNI termasuk pelaksana
perancang logo yaitu LANDOR (vide, Bukti B7, B9,
B16); ----------------------------------------------------------

7
SALINAN
1.5.2.1.3 Bahwa selanjutnya, pada bulan Agustus 2004,
PT PERTAMINA (Persero) mengundang LANDOR
Indonesia untuk melakukan presentasi mengenai
perubahan logo di PT PERTAMINA (Persero) (vide,
Bukti B7, B16, C13);----------------------------------------
1.5.2.1.4 Bahwa pada tanggal 31 Agustus 2004, LANDOR
diwakili oleh Daniel Surya dan LANDOR Hongkong
melakukan presentasi di hadapan Direksi
PT PERTAMINA (Persero) (vide, Bukti B7, B16,
C13); ----------------------------------------------------------
1.5.2.2 Proses Persetujuan Penunjukan Langsung LANDOR; --------------
1.5.2.2.1 Bahwa pada tanggal 3 September 2004, Direktur
Umum & SDM PT PERTAMINA (Persero) meminta
persetujuan prinsip penunjukan langsung pekerjaan
desain logo PT PERTAMINA (Persero) kepada
Direktur Utama PT PERTAMINA (Persero) (vide,
Bukti C22); ---------------------------------------------------
1.5.2.2.2 Bahwa dalam permintaan persetujuan prinsip tersebut,
Direktur Umum & SDM PT PERTAMINA (Persero)
menyampaikan hal-hal sebagai berikut (vide, Bukti
C22): ----------------------------------------------------------
1.5.2.2.2.1. Estimasi biaya desain logo baru
diperkirakan sebesar US$ 300.000 (tiga
ratus ribu dollar Amerika); ------------------
1.5.2.2.2.2. Berdasarkan SK 036, pekerjaan desain
logo harus dilakukan melalui proses
pelelangan umum, namun karena ketatnya
target waktu pelaksanaan desain logo
(lebih kurang tiga bulan) dan
mengasumsikan bahwa jenis pekerjaan
desain logo termasuk dalam pengadaan
barang/jasa yang bersifat khusus yaitu
termasuk kategori konsultan komunikasi
maka sistem pengadaan yang paling
memungkinkan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan pergantian logo
agar tepat waktu adalah proses
penunjukan langsung;------------------------

8
SALINAN
1.5.2.2.2.3. Berdasarkan pertimbangan kompetensi
dan hasil pengumpulan informasi di
pasar, Branding Consultant & Designers
World Wide yang terkemuka dan paling
mempunyai pengalaman dalam
perancangan logo perusahaan minyak
adalah LANDOR; ----------------------------
1.5.2.2.3 Bahwa dengan pertimbangan tersebut di atas
maka Direktur Umum & SDM menyarankan
sebaiknya PT PERTAMINA (Persero)
menggunakan LANDOR sebagai pelaksana
perubahan logo PT PERTAMINA (Persero)
(vide, Bukti C22);-----------------------------------------
1.5.2.2.4 Bahwa alasan lain PT PERTAMINA (Persero)
untuk penunjukan langsung LANDOR karena
LANDOR tidak bersedia untuk ikut serta dalam
tender atau “beauty contest” dalam pemilihan
pelaksana perancangan logo perusahaan (vide, Bukti
B4); ---------------------------------------------------------
1.5.2.2.5 Bahwa pada tanggal 15 September 2004, Direktur
Utama PT PERTAMINA (Persero) menyetujui
permintaan persetujuan prinsip penunjukan
langsung pekerjaan yang disampaikan oleh Direktur
Umum & SDM PT PERTAMINA (Persero) (vide,
Bukti C22); -----------------------------------------------
1.5.2.2.6 Bahwa pada Rapat Direksi Terbatas ke-VI tanggal
6 Oktober 2004, Direksi PT PERTAMINA
(Persero) menyetujui penunjukan langsung Landor
sebagai pelaksana pekerjaan perubahan logo dengan
mempertimbangkan kredibilitas dan kompetensi
LANDOR dalam pembuatan logo-logo perusahaan
kelas dunia (vide, Bukti C23); --------------------------
1.5.2.3 Penawaran Awal LANDOR ke PT PERTAMINA (Persero); ------
1.5.2.3.1 Bahwa penawaran awal LANDOR disampaikan
pada saat presentasi tanggal 31 Agustus 2004,
dengan perincian sebagai berikut (vide, Bukti B7,
C13):--------------------------------------------------------

9
SALINAN
a. Ruang lingkup kerja & penawaran harga; ---------
KEGIATAN BIAYA (US$)
Brand Strategy Development 85.000
Identity Development 105.000
Look and Feel System 95.000
Guideline 95.000
TOTAL PENAWARAN 350.000
b. Jangka waktu pekerjaan selama 19 (sembilan
belas) sampai dengan 23 (dua puluh tiga) minggu
kerja dengan perkiraan awal kerja pada bulan
September 2004; --------------------------------------
c. Jumlah aplikasi sebanyak 10 (sepuluh) sampai
dengan 12 (dua belas) buah diselesaikan tanggal
20 November 2004; -----------------------------------
1.5.2.3.2 Bahwa berdasarkan presentasi tersebut, pada
tanggal 3 September 2004 Direktur Umum dan
SDM PT PERTAMINA (Persero) meminta agar
LANDOR menyampaikan proposal dan penawaran
secara resmi dengan ruang lingkup pengembangan
identitas perusahaan yang meliputi Analisa &
Pengembangan Strategi, Creative Development,
Identity System Development, dan Technical
Guideline of Logo Design and Its Application (vide,
Bukti C14): ------------------------------------------------
1.5.2.4 Negosiasi PT PERTAMINA (Persero) dengan LANDOR (vide,
Bukti B7, B16, C15, C16, C17, C18, C19, C36, C37, C38); -------
1.5.2.4.1 Bahwa pada rapat tanggal 8 September 2004,
PT PERTAMINA (Persero) meminta agar
LANDOR menurunkan penawaran awal dengan
ruang lingkup pekerjaan yang sama; -------------------
1.5.2.4.2 Bahwa selanjutnya, LANDOR bersedia menurunkan
penawaran sebesar 10% (sepuluh persen) dari
penawaran awal menjadi US$315.000 (tiga ratus
lima belas ribu dollar Amerika); ------------------------
1.5.2.4.3 Bahwa atas penawaran LANDOR tersebut,
PT PERTAMINA (Persero) masih tetap meminta

10
SALINAN
LANDOR menurunkan harga sehingga LANDOR
mengajukan 3 (tiga) alternatif proposal penawaran
sebagai berikut: -------------------------------------------
a. Basic Program terdiri dari Brand Audit &
Strategy, Identity Development, Look & Feel,
System Development dan Brand Guidelines tidak
termasuk global benchmarking dan external
interview dengan penawaran harga US$210.000
(dua ratus sepuluh ribu dollar Amerika);-----------
b. Brand Audit & Strategy, Identity Development,
Look & Feel System Development, termasuk
global benchmarking dan external interview
dengan penawaran harga US$250.000 (dua ratus
lima puluh ribu dollar Amerika);--------------------
c. Brand Book Development, Guidelines
Development dengan harga penawaran
US$65.000 (enam puluh lima ribu dollar
Amerika); ----------------------------------------------
1.5.2.4.4 Bahwa pada tanggal 17 September 2004,
PT PERTAMINA (Persero) dan LANDOR
membahas 3 (tiga) alternatif penawaran tersebut dan
setelah melakukan negosiasi akhirnya
PT PERTAMINA (Persero) dan LANDOR sepakat
dengan harga penawaran sebesar US$ 255.000
(dua ratus lima puluh lima ribu dollar Amerika)
dengan perincian ruang lingkup kerja meliputi
Brand Audit & Strategy Development, Identity
Development, Look and Feel System Development,
Brand Guideline Development; -------------------------
1.5.2.5 Tim Inti Perubahan Logo/Identitas PT PERTAMINA (Persero)
(vide, Bukti B16, B17, C20, C21, C46); ------------------------------
1.5.2.5.1 Bahwa pada tanggal 23 September 2004
PT PERTAMINA (Persero) membentuk Tim Inti
Perubahan Logo/Identitas Korporat (”Tim Inti”)
yang dikoordinir oleh Direktur Umum dan Sumber
Daya Manusia (SDM) PT PERTAMINA (Persero);-
1.5.2.5.2 Bahwa Tim Inti tersebut memiliki tugas antara lain:-

11
SALINAN
a. Mengkaji, mengevaluasi dan memutuskan desain
logo PT PERTAMINA (Persero) serta
aplikasinya sebagai identitas korporat,
berdasarkan usulan konsultan yang ditunjuk; -----
b. Mempersiapkan perubahan budaya korporat
dalam mendukung perubahan logo perusahaan; --
c. Mengkoordinir implementasi desain logo baru di
masing-masing direktorat; ---------------------------
d. Mensosialisasikan perubahan logo/identitas
korporat kepada pihak eksternal perusahaan; -----
e. Melaporkan hasil kerja kepada Direktur Utama
PT PERTAMINA (Persero);-------------------------
1.5.2.5.3 Bahwa Tim Inti melaksanakan tugasnya selama
4 (empat) bulan karena PT PERTAMINA (Persero)
merencanakan me-launching logo baru pada saat
ulang tahun PT PERTAMINA (Persero) yaitu pada
tanggal 10 Desember 2004; -----------------------------
1.5.2.5.4 Bahwa karena kegiatan perubahaan logo masih
dalam tahap proses pembuatan desain, maka pada
tanggal 7 Pebruari 2005 Direktur Utama
PT PERTAMINA (Persero) memperpanjang masa
kerja Tim Inti selama 1 (satu) tahun terhitung sejak
tanggal 23 Januari 2005; ---------------------------------
1.5.3 Kontrak PT PERTAMINA (Persero) dengan LANDOR (vide Bukti
B7, B16, C12, C39);----------------------------------------------------------------
1.5.3.1 Bahwa pada tanggal 3 November 2004, LANDOR
menyampaikan proposal penawaran final hasil kesepakatan
tentang ruang lingkup kerja dan harga penawaran, yaitu: ---------
KEGIATAN BIAYA(US$) WAKTU

Brand Audit & Strategy Development 70.000 5-6 minggu


mencakup:
Kick off Briefing & Planning Meeting,
Information Preview, Brand Audit,
Global Benchmarking, Management
Interviews, External Interviews, Strategy
Development, Manajement Presentation,
Final Strategy Recomendation

12
SALINAN
Identity Development 70.000 5-6 minggu
mencakup:
creative development, Prototype
development, Work session, design
refinement, Management presentation,
Master artwork development
Look and Feel System Development 65.000 6-7 minggu
mencakup:
system development, work session &
refinements, manegement presentation,
final atwork development
Brand Guideline Development 50.000 5-6 minggu
mencakup:
content outline, guideline developments,
work session, final identity guidelines
TOTAL PENAWARAN 255.000 21-24 minggu

1.5.3.2 Bahwa proposal final tersebut sekaligus berlaku sebagai kontrak


kerja antara LANDOR dengan PT PERTAMINA (Persero) dan
PT PERTAMINA (Persero) menandatangani lembar
persetujuan pada proposal penawaran final LANDOR tersebut
pada tanggal 4 November 2004; --------------------------------------
1.6 Fakta Lain; ----------------------------------------------------------------------------------
1.6.1 Bahwa pada tahun 2000, Interbrand Indonesia mengerjakan pembuatan
logo produk-produk PT PERTAMINA (Persero) seperti Pertamax dan
Pertamax Plus (vide, Bukti B10) ; ------------------------------------------------
1.6.2 Bahwa Interbrand Indonesia juga pernah melakukan pekerjaan mendesain
ulang logo dan kemasan pelumas Prima SP (vide, Bukti B10);---------------
1.6.3 Penawaran Interbrand Indonesia kepada PT PERTAMINA (Persero)
(vide, Bukti B10, C11); ------------------------------------------------------------
1.6.3.1 Bahwa pada tanggal 8 Oktober 2004 Interbrand Indonesia
mengajukan penawaran mengenai program perubahaan logo
PT PERTAMINA (Persero) yang disampaikan langsung
kepada Direktur Umum & SDM PT PERTAMINA (Persero); ---
1.6.3.2 Bahwa dalam penawaran tersebut, Interbrand Indonesia
mengajukan program perubahan logo dengan ruang lingkup
pekerjaan yang meliputi tahap audit, tahap konsep desain logo,

13
SALINAN
tahap pengembangan konsep desain dan aplikasinya, tahap
visual guide communication dan tahap aplikasi peluncuran logo
korporat;------------------------------------------------------------------
1.6.3.3 Bahwa untuk ruang lingkup pekerjaan tersebut, Interbrand
Indonesia mengajukan penawaran awal sebesar
Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah);---------------------------
1.6.3.4 Bahwa surat penawaran Interbrand Indonesia tersebut tidak
pernah mendapat tanggapan dari PT PERTAMINA (Persero);---
1.6.4 LANDOR sebagai pelaksana pekerjaan perubahaan logo Bank BNI dan
Indosat (vide, Bukti B4, B7, B9, C49, C50); ------------------------------------
1.6.4.1 Bahwa sebelum ditunjuk untuk melakukan pekerjaan perubahan
logo baru PT PERTAMINA (Persero), LANDOR juga
mengerjakan perubahan logo perusahaan lain di Indonesia
seperti Bank BNI dan Indosat ----------------------------------------
1.6.4.2 Bahwa penunjukan LANDOR menjadi pelaksana pekerjaan
perubahan logo pada perusahaan tersebut di atas dilakukan
melalui proses beauty contest; ----------------------------------------
1.6.4.3 Bahwa dalam mendapatkan pekerjaan tersebut, LANDOR
bersaing dengan perusahaan pembuat logo lain seperti
Interbrand Indonesia, Brandz, Bridge, Makki-Makki, dan
Nuage; --------------------------------------------------------------------
2. Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Majelis Komisi menilai
hal-hal sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------------------
2.1 PT PERTAMINA (Persero) mengistimewakan LANDOR; -----------------------
2.1.1 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) telah mengistimewakan LANDOR
dalam pengadaan jasa pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero) dalam
bentuk: -------------------------------------------------------------------------------
2.1.1.1 Tidak berupaya untuk mencari perusahaan pembuat logo
pembanding; -------------------------------------------------------------
2.1.1.1.1 Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan
selain LANDOR terdapat beberapa perusahaan
pembuat logo di Indonesia yang memiliki
kompetensi dan mampu mengerjakan perubahan
logo PT PERTAMINA (Persero) sebagaimana telah
diuraikan pada butir 1.3.3;-------------------------------
2.1.1.1.2 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) hanya
mengundang LANDOR untuk melakukan presentasi

14
SALINAN
dan memasukkan proposal penawaran untuk
pelaksanaan perubahaan logo PT PERTAMINA
(Persero);---------------------------------------------------
2.1.1.1.3 Bahwa beberapa perusahaan pembuat logo lain
menyatakan bersedia dan atau mampu mengerjakan
perubahan logo PT PERTAMINA (Persero); ---------
2.1.1.1.4 Bahwa dengan demikian, PT PERTAMINA
(Persero) tidak berupaya untuk mencari perusahaan
pembuat logo pembanding;------------------------------
2.1.1.2 PT PERTAMINA (Persero) mengabaikan branding consultant
lain; -----------------------------------------------------------------------
2.1.1.2.1 Bahwa selain LANDOR terdapat branding
consultant yang mengajukan penawaran pekerjaan
perubahan logo kepada PT PERTAMINA (Persero)
sebagaimana diuraikan pada butir 1.6.3;---------------
2.1.1.2.2 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) tidak pernah
menanggapi dan/atau mempertimbangkan
penawaran tersebut, padahal branding consultant
tersebut memiliki pengalaman melakukan pekerjaan
perubahan dan atau pengembangan brand atau
produk dari PT PERTAMINA (Persero);--------------
2.1.1.2.3 Bahwa dengan demikian PT PERTAMINA
(Persero) telah melakukan tindakan yang
mengabaikan branding consultant lain yang
kompeten;--------------------------------------------------
2.2 Alasan PT PERTAMINA (Persero) melakukan penunjukan langsung tidak
berdasar dan tidak benar; ----------------------------------------------------------------
2.2.1 Keterbatasan waktu untuk launching logo baru;--------------------------------
2.2.1.1 Bahwa alasan PT PERTAMINA (Persero) memilih metode
penunjukan langsung terhadap LANDOR adalah karena
keterbatasan waktu untuk launching logo yang akan dilakukan
pada tanggal 10 Desember 2004 sebagaimana telah diuraikan
pada butir 1.5.2.2.2 di atas; --------------------------------------------
2.2.1.2 Bahwa pelaksanaan launching logo PT PERTAMINA (Persero)
ternyata dilakukan pada tanggal 10 Desember 2005 atau kurang
lebih 13 (tiga belas) bulan sejak Direksi memutuskan untuk
menunjuk langsung LANDOR; ---------------------------------------

15
SALINAN
2.2.1.3 Bahwa sebenarnya dalam jangka waktu 13 (tiga belas) bulan
tersebut PT PERTAMINA (Persero) memiliki waktu yang
cukup untuk memilih penyedia jasa pembuatan logo secara
lebih kompetitif melalui tender atau beauty contest; ---------------
2.2.1.4 Bahwa dengan demikian alasan PT PERTAMINA (Persero)
memilih metode penunjukan langsung karena keterbatasan
waktu yang tersedia tidak berdasar; ----------------------------------
2.2.2 LANDOR tidak bersedia untuk mengikuti proses beauty contest; -----------
2.2.2.1 Bahwa salah satu alasan PT PERTAMINA (Persero) menunjuk
langsung LANDOR karena LANDOR tidak bersedia mengikuti
proses beauty contest; --------------------------------------------------
2.2.2.2 Bahwa sebelum ditunjuk untuk melakukan pekerjaan perubahan
logo baru PT PERTAMINA (Persero), LANDOR juga
mengerjakan perubahan logo Bank BNI dan Indosat; -------------
2.2.2.3 Bahwa proses penunjukan LANDOR menjadi pelaksana
pekerjaan perubahan logo pada kedua perusahaan tersebut di
atas dilakukan melalui proses beauty contest;-----------------------
2.2.2.4 Bahwa dengan demikian alasan PT PERTAMINA (Persero)
yang menyatakan LANDOR tidak bersedia mengikuti beauty
contest tidak benar; -----------------------------------------------------
2.3 Ketentuan BAB VII SK 036 Tidak Dapat Diterapkan Dalam Penunjukan
LANDOR; -----------------------------------------------------------------------------------
2.3.1 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) memasukkan pengadaan jasa
konsultan komunikasi sebagai pengadaan barang/jasa yang diperlakukan
khusus sebagaimana ditetapkan pada ketentuan BAB VII SK 036;----------
2.3.2 Bahwa dalam proyek pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero),
Majelis Komisi menemukan LANDOR bukanlah konsultan komunikasi
dan ruang lingkup pekerjaan LANDOR tidak termasuk penyediaan jasa
konsultan komunikasi; -------------------------------------------------------------
2.3.3 Bahwa dengan demikian penunjukan langsung LANDOR dalam perkara
ini tidak dapat didasarkan pada ketentuan BAB VII SK 036;-----------------
2.4 Dampak Penunjukan Langsung LANDOR; ------------------------------------------
2.4.1 Dampak terhadap pelaku usaha lain; -----------------------------------------
2.4.1.1 Bahwa pengadaan jasa pembuatan logo yang dilakukan
PT PERTAMINA (Persero) sebagai perusahaan besar
merupakan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan
monumental, yang dapat menambah referensi dan
meningkatkan reputasi bagi perusahaan pembuat logo; -----------
16
SALINAN
2.4.1.2 Bahwa tindakan PT PERTAMINA (Persero) yang sejak awal
menginginkan LANDOR sebagai pembuat logo telah
menghilangkan kesempatan bagi perusahaan pembuat
logo lainnya untuk menambah referensi dan meningkatkan
reputasi; ------------------------------------------------------------------
2.4.2 Dampak terhadap PT PERTAMINA (Persero); ----------------------------
2.4.2.1 Bahwa tindakan PT PERTAMINA (Persero) yang sejak awal
menginginkan LANDOR sebagai perusahaan pembuat logo
PT PERTAMINA (Persero) telah menghilangkan persaingan
penawaran dari perusahaan pembuat logo lain; ---------------------
2.4.2.2 Bahwa dengan tidak adanya persaingan, maka tidak ada pilihan
sebagai pembanding bagi PT PERTAMINA (Persero) dalam
menilai penawaran LANDOR baik dari segi harga, ruang
lingkup kerja maupun kualitas kerja;---------------------------------
2.4.2.3 Bahwa dengan demikian, tindakan tersebut mengakibatkan
hilangnya kesempatan bagi PT PERTAMINA (Persero) untuk
mendapatkan harga, ruang lingkup dan kualitas kerja yang
bersaing;------------------------------------------------------------------
3. Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut dan dikaitkan dengan dugaan
pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999,
maka Majelis Komisi menilai pemenuhan unsur-unsur pasal sebagai berikut; -------------
3.1 Bahwa ketentuan Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
menyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan,
baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa: ------
(d) melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu”;---------------
3.2 Menimbang bahwa Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: -----------------------------------------------
3.2.1 Pelaku Usaha; -----------------------------------------------------------------------
3.2.1.1 Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1
angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang
perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
dalam bidang ekonomi; ------------------------------------------------

17
SALINAN
3.2.1.2 Bahwa pelaku usaha yang dimaksud adalah PT PERTAMINA
(Persero) selaku badan usaha yang melakukan kegiatan usaha di
bidang perminyakan yang dalam perkara ini melakukan
kegiatan pengadaan jasa pembuatan logo untuk perubahan
logonya; ------------------------------------------------------------------
3.2.1.3 Bahwa PT PERTAMINA (Persero) merupakan pelaku usaha
sebagaimana telah diuraikan pada butir 1.1 Bagian Tentang
Hukum;-------------------------------------------------------------------
3.2.1.4 Bahwa dengan demikian maka unsur pelaku usaha terpenuhi; --
3.2.2 Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu; ------------
3.2.2.1 Bahwa yang dimaksud dengan praktek diskriminasi adalah
tindakan, sikap dan perlakuan yang berbeda terhadap pelaku
usaha tertentu untuk mendapatkan kesempatan yang sama
dengan pelaku usaha lain pada pasar bersangkutan yang sama; --
3.2.2.2 Bahwa tindakan PT PERTAMINA (Persero) sebagaimana
diuraikan pada butir 2.1 dapat dikategorikan sebagai tindakan
diskriminasi karena PT PERTAMINA (Persero) telah
mengistimewakan LANDOR dan tidak memberikan
kesempatan kepada perusahaan pembuat logo lain untuk
mendapatkan pekerjaan pembuatan logo PT PERTAMINA
(Persero);-----------------------------------------------------------------
3.2.2.3 Bahwa selanjutnya berkaitan dengan alasan PT PERTAMINA
(Persero) menunjuk langsung LANDOR karena reputasi,
kompetensi dan pengalaman sebagaimana diuraikan pada butir
1.5.2.1.1., Majelis Komisi menilai bahwa alasan tersebut tidak
dapat dijadikan sebagai pembenar karena berdasarkan hasil
pemeriksaan terdapat pelaku usaha lain yang memiliki reputasi,
kompetensi dan pengalaman yang setingkat dengan LANDOR
sebagaimana diuraikan pada butir 1.3; -------------------------------
3.2.2.4 Bahwa dengan demikian unsur praktek diskriminasi terhadap
pelaku usaha tertentu terpenuhi; -------------------------------------
3.2.3 Persaingan usaha tidak sehat; -----------------------------------------------------
3.2.3.1 bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999, persaingan usaha tidak sehat adalah
persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha; -------------------------------------
18
SALINAN
3.2.3.2 Bahwa tindakan PT PERTAMINA (Persero) menunjuk
langsung LANDOR melanggar ketentuan BAB VII SK 036
karena LANDOR bukan konsultan komunikasi; -------------------
3.2.3.3 Bahwa tindakan PT PERTAMINA (Persero) yang menunjuk
langsung LANDOR sebagai pelaksana pembuatan logo
merupakan tindakan menghambat persaingan karena menutup
kesempatan perusahaan pembuatan logo lain untuk memberikan
jasa pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero); -----------------
3.2.3.4 Bahwa dengan demikian, maka tindakan penunjukan langsung
LANDOR oleh PT PERTAMINA (Persero) adalah tindakan
persaingan usaha tidak sehat sehingga unsur persaingan usaha
tidak sehat terpenuhi;--------------------------------------------------
4. Menimbang bahwa berdasarkan fakta serta kesimpulan di atas, dan dengan mengingat
Pasal 43 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi: -----------------

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan PT PERTAMINA (Persero) secara sah dan meyakinkan melanggar


Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena menunjuk secara langsung
LANDOR untuk pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero) tanpa alasan yang
sah;----------------------------------------------------------------------------------------------------

2. Menghukum PT PERTAMINA (Persero) untuk membayar denda sebesar


Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke kas negara
sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui bank
pemerintah dengan kode penerimaan 1212; -------------------------------------------------

Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi pada
hari Selasa, tanggal 12 September 2006 dan dibacakan di muka persidangan yang
dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Rabu , tanggal 13 September 2006 oleh Majelis
Komisi yang terdiri dari Erwin Syahril, S.H., sebagai Ketua Majelis, Faisal H. Basri, S.E.,
M.A. dan Dr. Syamsul Maarif, S.H., LL.M., masing-masing sebagai Anggota Majelis,

19
SALINAN
dengan dibantu oleh: M. Hadi Susanto, S.H. dan Akhmad Muhari, S.H. masing-masing
sebagai Panitera. -----------------------------------------------------------------------------------------

Ketua Majelis,

ttd.

Erwin Syahril, SH.

Anggota Majelis, Anggota Majelis,

ttd. ttd.

Faisal H. Basri, SE, MA Dr. Syamsul Maarif, LL.M

Panitera,

ttd. ttd.
M. Hadi Susanto, S.H. Akhmad Muhari, S.H

20

Anda mungkin juga menyukai