Anda di halaman 1dari 34

SEJARAH YAYASAN SUPERSEMAR DAN KASUS HUKUMNYA

Diajukan Sebagai Tugas UTS Mata Kuliah Sejarah Hukum


Pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum
Universitas Islam As-Syafi’iyah
Dosen : Siti Nur Intihani, SH, MH

Oleh :
Kelompok 4 :

Ade Nubzatus T / 2220190002

Ratna Kumalasari / 2220190017

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AS-
SYAFI’IYAH
2020
ْ‫ﺳﻡم‬
ِ ِ‫ﻥن ﷲﱠِ ﺑ‬
َ‫ﺣْ ِﻣ‬
‫ﺍاﻟﺭرﱠ‬ ‫ﺣِﻳﯾﻡم‬
‫ﺍا ﻟﺭرﱠ‬
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-


NYA penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Badan Hukum
ini yang berjudul “Sejarah Yayasan Supersemar dan Kasus
Hukumnya”, sebagai salah satu tugas Ujian Tengah Semester
dalam mata kuliah Badan Hukum Program Pascasarjana Magister
Ilmu Hukum di Universitas Islam As- Syafi’iyah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit


hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala kendala
yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Masduki Ahmad, SH., MM., selaku Rektor Universitas Islam
As-Syafi’iyah.
2. Dr. Efridani Lubis, SH., MH., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Islam As-syafi’iyah.
3. Ibu Siti Nur Intihani, S.H., M.H., Dosen Program Pascasarjana
Magister Ilmu Hukum Mata Kuliah Badan Hukum di Universitas
Islam As-Syafi’iyah yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan
menyelesaikan tugas ini.
4. Segenap Dosen dan Staff program pasca sarjana Magister Ilmu
Hukum di Universitas Islam As-Syafi’iyah. yang telah berjasa
dalam pembelajaran ilmu hukum bagi Penulis.
5. Teman-Teman di Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum
di Universitas Islam As-Syafi’iyah yang telah mendukung
penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
semoga materi penulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan .

Bekasi , 07 Nov 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i I


DAFTAR ISI ........................................................................................ iii i
i
BAB I PENDAHULUAN i

A. Latar Belakang ............................................................................ 1 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 4 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4 4

D. Metode Penelitian......................................................................... 5 5

E. Kerangka Teori..............................................................................5 5
F. Sistematika Penulisan.................................................................. 6

BAB II SEJARAH YAYASAN SUPERSEMAR DAN KASUS HUKUMNYA

A. Pengertian Yayasan dan Perkembangannya…………………........8

B. Filosofi Pembentukan Yayasan Supersemar ………………….. 13

C. Kasus Hukum Yayasan Supersemar……………………………… 18

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 26

B. Saran ............................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengenai perwujudan dari Badan hukum sudah berabad – abad lamanya

menjadi perselisihan dan perjuangan pendapat dari para ahli hukum. Selama

belum dapat diketemukan suatu pandangan dan pendapat yang tepat dan benar

didalam metode dari bentuk- bentuk pengertian umum dan nilai bagi ilmu

pengetahuan pada umumnya dan bagi tafsiran peraturan peraturan undang-

undang pada khususnya, selama itu pula akan tetap merupakan perjuangan

pendapat.

Hal ini dapat kita lihat, betapa banyaknya teori – teori mengenai badan

hukum, seperti teori fiktif dari Von Savigny, teori harta kekayaan bertujuan dari

Brinz, teori propiete collective dari Planiol, teori organ dari Von Gierke dan

masih banyak lagi teori- teori lainnya.1

Dalam pergaulan hukum, manusia ternyata bukan satu- satunya

pendukung hak – hak dan kewajiban- kewajiban. Di samping manusia, masih

ada lagi pendukung hak dan kewajiban- kewajiban yang kita namakan Badan

Hukum ( rechtpersoon) untuk membedakan dengan manusia (natuurlijk person).

Jadi ada suatu bentuk hukum (rechtsfiguur) yaitu badan hukum yang dapat

mempunyai hak-hak , kewajiban- kewajiban hukum dan dapat mengadakan

hubungan hukum.
1
   Ph.  A.N.  Houwing,  Subjectief  Recht,  Rechtsubject,  Rechtpersoon,  hoof-­‐detuk  II,  hlm.  64  dst  
2

Hukum adalah tidak lain dari pemberian hak- hak kepada subjek dalam

perhubungan hukumnya dengan subjek lainnya.

Sebelum berlakunya Undang-undang Yayasan, sebagai badan hukum

(recht persoon) yayasan sudah sejak lama diakui dan tidak diragukan. Meskipun

belum ada undang-undang yang mengaturnya. Dalam lalu lintas hukum sehari-

hari, Yayasan diperlakukan sebagai legal entity.

Yayasan sebagai badan hukum telah diterima di Belanda dalam suatu

yurisprudensi Tahun 1882 Hoge Raad, yang merupakan badan peradilan

tertinggi di negeri Belanda berpendirian bahwa Yayasan sebagai badan hukum

adalah sah menurut hukum dan karenanya dapat didirikan. Pendirian Hoge Raad

tersebut diikuti oleh Hoode Gerech Shof di Hindia Belanda (sekarang Indonesia)

dalam putusannya dari tahun 1889.

Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang-undang

yang mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia diantaranya Setiawan S.

H, Prof. Soebekti serta Prof. Warjono Projodikoro berpendapat Yayasan

merupakan Badan Hukum. Setiawan, SH berpendapat bahwa Yayasan adalah

badan hukum serta walaupun tidak ada peraturan tertulis mengenai Yayasan,

praktek hukum dan kebiasaan membuktikan bahwa di Indonesia itu dapat

didirikan suatu Yayasan bahwa Yayasan berkedudukan sebagai badan hukum.2

Prof. Soebekti menyatakan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum di

bawah pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan tujuan yang

legal. Prof. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya berjudul “Hukum Perdata

Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu”, berpendapat bahwa Yayasan


2
 Chidir  Ali,  Badan  Hukum,  PT.  Alumni,  Bandung,  2014,  hlm.  19-­‐20  
3

adalah badan hukum. Dasar suatu Yayasan adalah suatu harta benda kekayaan

yang dengan kemauan memiliki ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu.

Pengurus yayasan juga ditetapkan oleh pendiri Yayasan itu. Pendiri dapat

mengadakan peraturan untuk mengisi lowongan dalam pengurus. Sebagai

badan hukum yang dapat turut serta dalam pergaulan hidup di masyarakat,

artinya dapat dijual beli, sewa-menyewa dan lain - lain dengan mempunyai

kekayaan terpisah dari barang-barang, kekayaan orang- orang yang mengurus

Yayasan itu.

Berdasarkan pengertian Yayasan ini, Yayasan diberikan batasan yang

jelas dan diharapkan masyarakat dapat memahami bentuk dan tujuan pendirian

Yayasan tersebut. Sehingga tidak terjadi kekeliruan persepsi tentang Yayasan

dan tujuan diberikannya Yayasan.

Banyak hal yang menyebabkan Yayasan menyimpang dari tujuan filosofis

pendiriannya, antara lain karena sulit untuk mendefinisikan apa yang dimaksud

dengan kegiatan sosial. Yayasan Pendidikan yang masuk kategori kegiatan

sosial, pada kenyataannya sering dimanfaatkan untuk mengejar keuntungan,

bahkan sering dikatakan untuk mendapatkan Pendidikan yang baik seseorang

harus membayarnya dengan mahal. PIhak lain mengajukan argumentasi bahwa

walaupun tidak ada aturan yang melarang Yayasan melakukan kegiatan bisnis,

akan tetapi pada hakekatnya tujuan Yayasan bukanlah Profit- oriented,

melainkan social- oriented.3

Lantas bagaimana dengan Yayasan Supersemar yang telah dianggap

menyimpang dan menyelewengkan dana Yayasannya? Perlu setidaknya 20


3
 Arie  Kusumastuti  Maria  Suhardiadi,  Op.  Cit,  hlm.6    
4

tahun bagi pemerintah Indonesia untuk bisa menarik aset senilai Rp4,4 triliun

dari Yayasan Supersemar. Jumlah tersebut adalah nilai kerugian yang

disebabkan oleh penyelewengan yang dilakukan Yayasan yang dibentuk di era

presiden Soeharto. Dalam makalah kali ini, penulis akan menganalisanya dalam

judul “Sejarah Yayasan Supersemar dan Kasus Hukumnya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengertian Yayasan dan Perkembangannya ?

2. Bagaimana Filosofi Pembentukan Yayasan Supersemar ?

3. Bagaimana Kasus Hukum Yayasan Supersemar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dihasilkan dari penulisan ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis serta memahami Pengertian

Yayasan dan Perkembangannya

2. Untuk mengetahui dan menganalisis serta memahami Filosofi

Pembentukan Yayasan Supersemar

3. Untuk mengetahui dan menganalisis serta memahami Kasus Hukum

Yayasan Supersemar
5

D.Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif adalah

penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan

sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas,

norma, kaidah, dari perundang undangan, putusan pengadilan, perjanjian,

serta doktrin (ajaran).4 Disisi lain, penelitian hukum ini merupakan cara

penulisan yang didasarkan pada analisis terhadap beberapa asas hukum

dan teori hukum serta peraturan perundangan yang sesuai dan berkaitan

dengan permasalahan penulisan ini. Penelitian hukum normatif ini adalah

suatu prosedur dan cara penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan hukum dari segi normatifnya.5

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

historis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis tentang beberapa

aspek yang diteliti pada Sejarah kasus hukum Yayasan Supersemar.

E. Kerangka Teori

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang menjelaskan mengenai suatu faktor

4
 Mukti  fajar  nd  dan  yulianto  achmad,  2010,  Dualisme  penelitian  hokum  normative  dan  empiric,  
Pustaka  Pelajar,  Yogyakarta,  2010,  hlm.34  
5
 Johny  Ibrahim  ,  2006,  Teori  dan  metodologi  Penelitian  Hukum  Normatif,  bayu  Media  Publishing,  
Malang,  hlm  57  
6

dari sebuah disiplin ilmiah. Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan penting,

karena teori memberikan sarana untuk dapat merangkum serta memahami masalah

yang dibicarakan secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampaknya tersebar dan

berdiri sendiri dapat disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara lebih

bermakna.6 W. Friedman mengungkapkan dasar-dasar esensial dari teori hukum

menurut Hans Kelsen, yaitu:

1. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk

mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan.

2. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku,,

bukan mengenai hukum yang sebenarnya.

3. Hukum adalah ilmu pengetahuan yang normatif, bukan ilmu alam.

4. Teori hukum sebagai teori norma-norma tidak ada hubungannya dengan

daya kerja norma-norma hukum itu sendiri.

5. Teori hukum adalah formal, suatu teori cara menata, mengubah isi

dengan cara-cara khusus. Hubungan antara teori hukum dan sistem

yang khas dari hukum positif ialah hubungan apa yang mungkin terjadi

dengan hukum yang nyata.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis dan pembaca memahami isi dan materi hasil

penelitian ini, maka penulis menyusun dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

6
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, hlm. 21.
 
7

Bab I PENDAHULUAN yang terdiri atas, Latar Belakang Permasalahan,

Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Kerangka Teori, Metode Penulisan dan

Sistematika Penulisan.

BAB II SEJARAH YAYASAN SUPERSEMAR DAN KASUS HUKUMNYA terdiri

atas pengertian Yayasan dan perkembangannya, mengetahui Filosofi

pembentukan Yayasan Supersemar, dan memahami Kasus Hukum Yayasan

Supersemar .

BAB III PENUTUP yang terdiri atas Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka
8

BAB II

SEJARAH YAYASAN SUPERSEMAR DAN KASUS HUKUMNYA

A. PENGERTIAN YAYASAN DAN PERKEMBANGANNYA

Di Indonesia, dalam praktek Yayasan merupakan suatu Lembaga yang

pokok fungsinya berperan sebagai wujud kepedulian sosial masyarakat, karena

program kerja dan kegiatannya paling tidak bergerak dibidang social

kemasyarakatan dan kemanusiaan. Yayasan sebagai suatu Lembaga dikelola

atau terdiri dari pribadi – pribadi atau kelompok masyarakat umum maupun

masyarakat kolegial, yang memiliki kesamaan visi dan akumulasi dari rasa saling

peduli terhadap sesama dalam suatu wadah untuk menjalankan misi kepedulian

social. Di Indonesia sudah sejak dahulu dikenal adanya beberapa bentuk

Yayasan yang kesemuanya dalam praktek diakui sebagai subjek hukum atau

badan hukum, Yayasan yang dikenal tersebut tunduk pada hukum Eropa

sebagaimana diatur dalam KUHPerdata7 dan beberapa tunduk dalam hukum

lain, misalnya: Lembaga wakaf dalam hukum islam.8

Menurut Mr. Paul Scholten Yayasan adalah “suatu badan hukum yang

dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak, dimana pernyataan itu harus

berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu dengan

menunjukkan bagaimanakah kekayaan itu diurus atau digunakan”.

7
  Yayasan   sebagai   badan   hukum   (status   hukum   dengan   memperlakukan   Yayasan   sebagai   subjek   hukum  
mandiri   (persona   stand   in   judicial),   diatur   dalam   Wet   op   Stiching   Stb.   Nomor   327   tahun   1956,   (pada   tahun   1976  
Undang-­‐undang   tersebut   ditambahkan   ke   dalam   buku   kedua   Burgelijk   Wetboek   yang   mengatur   perihal   badan   hukum  
(buku  kedua  title  kelima  pasal  285  sampai  dengan  305  BW  Belanda)  
8
 Selain  status  badan  hukum  memberlakukan  hukum  Eropa,  namun  beberapa  yayasan  juga  
memberlakukan  hukum  islam,  hal  ini  karena  Yayasan  tersebut  dalam  mengelola  asset  atau  kekayaannya  
dalam  lingkup  lembaga  wakaf  yang  tunduk  dalam  hukum  islam.  
9

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yayasan adalah

badan hukum yg tidak mempunyai anggota, dikelola oleh sebuah pengurus dan

didirikan untuk tujuan sosial (mengusahakan layanan dan bantuan seperti

sekolah, rumah sakit, pantai asuhan, dll). Menurut Paul Scholten maupun Pitlo,

”Kedudukan badan hukum itu diperoleh bersama-sama dengan berdirinya

yayasan itu”. Berdasarkan hal tersebut, pendapat ini menurut Ali Rido dapat

berlaku juga di Indonesia.

Adapun yang dimaksud dengan Yayasan dalam Pasal 1 Undang-undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yaitu: “Yayasan adalah badan hukum

yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai

tujuan tertentu dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan yang tidak

mempunyai anggota”.

Yayasan adalah sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial,

kemanusiaan dan keagamaan. Yayasan memiliki kekayaan tersendiri dari

berbagai macam sumber. Yayasan ini sifatnya tidak memiliki anggota. Menilik

dari tujuannya, yayasan tidak mencari profit atau keuntungan. Yayasan

selanjutnya memiliki kewenangan untuk mendirikan sebuah atau beberapa buah

badan usaha sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh yayasan.

Yayasan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai

macam bentuk dan tujuan. Yayasan tersebut secara khusus berada pada bidang

kerja yang menjadi usahanya. Meskipun non-profit, yayasan dapat memperoleh

income dari badan usaha yang didirikan. Income ini bertujuan untuk menghidupi

operasional yayasan dan badan usaha yang ada dibawahnya, bukan untuk
10

memperkaya diri si pemilik yayasan. Yayasan akan memiliki banyak keuntungan

seiring dengan banyaknya badan usaha yang didirikan. Badan usaha tersebut

adalah modal hidup nyata sebuah yayasan.

Yayasan dapat dikatakan sebagai badam hukum, berarti Yayasan sebagai

sebagai subyek hukum karena memenuhi hal-hal sebagai berikut:9

1. Yayasan adalah perkumpulan orang.

2. Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum.

3. Yayasan mempunyai harta kekayaan sendiri.

4. Yayasan mempunyai pengurus.

5. Yayasan mempunyai maksud dan tujuan.

6. Yayasan mempunyai kedudukan hukum (domisili) tempat.

7. Yayasan mempunyai hak dan kewajiban.

8. Yayasan dapat digugat dan atau menggugat di muka pengadilan.

Sehubungan dengan itu pengertian Yayasan adalah badan hukum yang

mempunyai unsur – unsur sebagai berikut :10

a. Mempunyai harta kekayaan sendiri, (berasal dari suatu perbuatan

pemisahan asset),

b. Mempunyai tujuan sendiri (tertentu)

c. Mempunyai alat perlengkapan (organisasi)

Selanjutnya putusan putusan pengadilan yang menjadi Jurisprudensi

9
   Hasbullah  Syawie,  Aspek  aspek  Hukum  mengenai  Yayasan  di  Indonesia,,  Varia  Peradilan,  Tahun  
IX,  no.  98,  November,  1993,  hlm.89  
10
 Mengutip  pendapat  Paul  Scholten  dalam  A.  Rido,  Badan  Hukum  dan  Kedudukan  Badan  Hukum  
Perseroan,  Perkumpulan,  Koperasi,  Yayasan,  dan  Wakaf.,  Bandung,  Alumni,  1977,  hlm.  118  
11

mengenai Yayasan merupakan penetapan aturan umum tentang Yayasan.11 Di

Indonesia Mahkamah Agung dalam putusannya telah mempertimbangkan

kedudukan suatu Yayasan sebagai Badan Hukum.

Pengakuan terhadap kedudukan Yayasan dalam suatu perundang –

undangan baru ada pada tahun 2001, yaitu dengan diterbitkannya UU no. 16

tahun 2001 tentang Yayasan, yang diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2011

dan diberlakukan efektif 1 (satu) tahun kemudian terhitung sejak tanggal

diundangkannya.12

DItentukan dalam pasal 3 Undang undang Yayasan bahwa posisi

Yayasan hanya sebagai pendiri badan usaha, dan kedudukannya juga semata

mata sebagai pendiri badan usaha, artinya Yayasan selaku pendiri tidak dapat

mengelola badan usaha yang didirikannya. Undang-undang Yayasan melarang

dengan tegas kepada anggota Pembina, pengurus dan pengawas yayasan

merangkap menjadi anggota direksi (pengurus) atau komisaris (pengawas)

badan usaha yang didirikan yayasan.13

Azas yang dimiliki Yayasan sesuai dengan harapan Undang- undang

Yayasan antara lain :

1. Status Yayasan sebagai Badan Hukum.14

2. Prinsip Nirlaba yang merupakan prinsip yang fundamental bagi suatu

11
 Dalam  hal  ini  yurisprudensi  mengisi  kekosongan  hukum  ,di  negeri  belanda  sejak  tahun  1882,  
telah  ada  jurisprudensi  tentang  Yayasan,  A.  Rido,  Ibid,  hlm.  118  
12
 UU  ttg  Yayasan  setelah  sekian  lama  tertunda  draft  RUU  setelah  melalui  persetujuan  legislative  
(DPR),  eksekutif  (presiden)  akhirnya  disahkan  dalam  bentuk  UU  No.  16  tahuan  2001  tentang  Yayasan,  
dicatatkan  dalam  lembaran  NRI  tahun  2001  no.  112  
13
 Pasal  7  Ayat  (3)  Undang-­‐  Undang  nomor  16  Tahun  2001  tentang  Yayasan.  
14
 Pasal  1  Ayat  (1)  UU  nomor  16  tahun  2001  tentang  Yayasan.  
12

Yayasan.15

3. Keterbukaan seluruh kegiatan Yayasan dan Akuntabilitas pada

masyarakat yang harus dilakukan oleh Yayasan sebaik – baiknya.16

Dalam perkembangannya, UU nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan

ternyata belum dapat menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum

dalam masyarakat. Masih terdapat berbagai penafsiran tentang Yayasan,

sehingga menimbulkan ketidak pastian dan ketidaktertiban hukum yang akhirnya

memberi peluang bagi pendiri Yayasan untuk tidak mematuhi ketentuan –

ketentuan yang tercantum dalam UU tersebut.17

Oleh karena itu dilakukan perubahan terhadap UU Yayasan tersebut

dengan Undang undang no. 28 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

undang no. 16 tahun 2001 tentang Yayasan. Yang didalam Pasal 1 ayat (1) UU

no. 28 tahun 2004 dengan tegas menyebutkan bahwa, “ Yayasan adalah badan

hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk

mencapai tujuan tertentu di bidang social, keagamaan dan kemanusiaan, yang

tidak mempunyai anggota,” Walaupun Undang Undang ini tidak secara tegas

menyatakan Yayasan adalah badan hukum non profit atau nirlaba, namun

tujuannya yang bersifat social, keagamaan, dan kemanusiaan itulah yang

menjadikan Yayasan sebagai badan hukum non profit atau nirlaba.

Sejalan dengan itu setelah diundangkannya pengaturan mengenai

Yayasan tahun 2001, sebagaimana diubah dengan UU Yayasan tahun 2004,

kecenderungan akan timbul berbagai masalah tetap ada, baik masalah yang

15
   Penjelasan  Umum  UU  nomor  16  tahun  2001  tentang  Yayasan.  
16
 Penjeasan  Pasal  49  Ayat  (2)  UU  nomor  16  tahun  2001  tentang  Yayasan.  
17
 Ibid  
13

berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan

tujuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar, Sengketa antara Pengurus

dengan Pendiri (tanggung jawab Internal), ataupun masalah dengan pihak lain (

tanggung jawab Eksternal), misalnya tanggung jawab terhadap permberi dana

(donatur), keterbukaan informasi kepada publik, maupun adanya dugaan bahwa

Yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri

atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melakukan perbuatan melawan

hukum.18

Pengelolaan Kekayaan dan pelaksanaan kegiatan Yayasan dilakukan

sepenuhnya oleh Pengurus. Oleh karena itu, Pengurus wajib membuat laporan

tahunan yang disampaikan kepada Pembina mengenai keadaan keuangan dan

perkembangan kegiatan Yayasan. Selanjutnya terhadap Yayasan yang

memperoleh bantuan dari Negara, bantuan luar negeri atau pihak lain, atau

memiliki kekayaan dalam jumlah yang ditentukan dalam undang – undang,

kekayaannya wajib diaudit oleh akuntan public dan laporan keuangannya wajib

diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia.Ketentuan ini dalam rangka

penerapan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat.19

B. FILOSOFI PEMBENTUKAN YAYASAN SUPERSEMAR

Francois Raillon20 menyatakan bahwa Menyusun teori dari sebuah Orde

18
 Suyud  Margono,  ASpek  Hukum  Yayasan:  antara  Fungsi  Karitatif  dan  Kegiatan  Komersial,  
cetakan  -­‐1.  Jakarta,  Novindo  Pustaka  Mandiri,  2002,  hlm.  4  
19
 Penjelasan  Umum  ,  UU  RI  no.  16  tahun  2001  Tentang  Yayasan  
20
 Lihat  dalam  bukuny,  Les  itudiants  Indonisiins  et  I’ordre  NouVeau  diterjemahkan  menjadi  :  
Politik  dan  Ideologi  Mahasiswa  Indonesia,  no.16,  Oktober  1966-­‐1974,  oleh  Nasir  Tamara,  Jakarta,  :  LP3ES,  
1985,  hlm.  121-­‐122  
14

Baru berarti juga menunjuk kepada sebuah Orde Lama yang telah berfungsi

sebagai suatu ideologi, dan dimana akhir dari kehidupannya merupakan suatu

titik tolak baru. Ini berarti kita mengaitkan dua orde yang saling bertentangan

namun berkaitan dalam arti negatif.

Konsep orde lebih sering dipakai dalam pengertian yang lebih sempit yaitu

adanya rezim politik ekonomi. Dalam pengertian ini maka ia dianggap sebagai

periode waktu. Batas sejarah yang memisahkan antara kedua orde itu tidaklah

selalu jelas meskipun sering dicoba ditentukan. Soeharto diambil sumpahnya

pada tahun 1972 sebagai Presiden RI ke -2.

Sejarah Indonesia tidak dimulai dan tidak akan berakhir dengan Nama

Soeharto. Banyak yang telah dikatakan sebagai pujian dan banyak kritik yang

dilancarkan terhadapnya. Satu kenyataan yang tidak dipungkiri, Soeharto

telah menutup satu bab dari sejarah Indonesia dan telah membuka yang

lainya.

Bertolak dari pemikiran bahwa masalah Pendidikan adalah masalah yang

harus ditanggulangi Bersama antara orang tua, masyarakat dan Pemerintah.

Bahwa banyak anak muda Indonesia yang memiliki kemampuan intelektual,

namun keadaan orangtuanya kurang mendukung kelangsungan Pendidikan

formal yang tengah ditekuninya. Bahwa apabila mereka itu mendapatkan

kesempatan yang sama dengan anak- anak dari keluarga berkecukupan

niscaya akan mampu berkembang dan pada gilirannya akan menjadi sumber

daya manusia yang terdidik. Jadi apabila ada uluran tangan dari orang atau

Lembaga penyandang dana tentulah sangat berarti, setidak tidaknya sangat


15

membantu upaya mengatasi keadaan tersebut.

Memang telah banyak Yayasan, perusahaan, badan – badan sosial dan

dermawan yang mampu memberi bantuan kepada pelajar dan mahasiswa

yang kurang mampu. Akan tetapi belum semua pelajar dan mahasiswa yang

memerlukan bantuan tersantuni. Atas inisiatif dan dorongan Soeharto, Ketika

tahun 1974 masih menjadi Presiden Republik Indonesia, sejumlah dermawan

tergerak untuk menyisihkan Sebagian uangnya guna untuk turut berbakti

dalam membantu siswa dan mahasiswa yang kurang mampu.

Maka pada tanggal 16 mei 1974, bertambah lagi sebuah Yayasan

Beasiswa di Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto Presiden RI – 2, yang

siap berkiprah Bersama sama dengan Lembaga atau Yayasan lain yang

sudah membantu Pemerintah. Yayasan inilah yang dinamakan Yayasan

Supersemar.

Himbauan Soeharto kepada para pengusaha dan dermawan tidaklah sia

sia. Kehadiran Yayasan Supersemar mendapat sambutan hangat. Dipilihnya

“Supersemar” untuk nama Yayasan ini bukanlah tidak beralasan. Didepan

para rektor di Bina Graha, 27 Juli 1974, Soeharto menjelaskan bahwa

Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret 1966) mempunyai arti penting

dalam proses tegaknya Orde Baru, orde yang melaksanakan koreksi total

terhadap kesalahan di masalalu dan seterusnya bertekad melaksanakan

Pancasila dan UUD NRI 1945 secara murni dan konsekuen, yang berarti pula

suatu perjuangan yang tidak kecil dalam upaya meningkatkan kecerdasan

rakyat Indonesia. Digunakannya gambar Semar sebagai latar belakang surat-


16

surat Yayasan Supersemar juga tidak bertentangan dengan maksud dan

tujuan Yayasan ini. Sebab, Semar yang kita kenal sebagai punakawan di

dunia wayang adalah pengejawantahan dari Batara Ismaya.21 Susunan

pengurus Yayasan Supersemar terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan

Anggota. Penunjukan pengurus bertujuan agar komunikasi antara Yayasan

sebagai badan social swasta ini dengan pemerintah, yakni Departemen P dan

K dan Departemen Dalam Negeri berjalan lancar.

Pendirian Yayasan Supersemar ini bertujuan membantu Pemerintah

dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, Yayasan Supersemar ikhlas

membantu serta membina siswa dan mahasiswa yang cakap dan berbakat,

namun kurang mampu membiayai kelangsungan studinya.

Awal tahun akademik 1975, pertama kali Yayasan Supersemar

memberikan beasiswanya kepada 3.135 mahasiswa perguruan tinggi negeri di

lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Tahun

1978, IAIN untuk pertamakalinya mendapatkan Beasiswa Supersemar. Pada

tahun tahun berikutnya, Yayasan Supersemar berangsur angsur menambah

jumlah pemberian beasiswanya baik dalam jumlah uang maupun

penerimanya.

Disamping itu ada beberapa pemberian beasiswa Supersemar sebagai

partisipasinya menyukseskan program program pemerintah, misalnya,

bantuan bagi olahragawan berprestasi dan pembinanya melalui KONI,

beasiswa untuk anak peserta KB Lestari bagi program Keluarga Berencana,

21
 Suaib  Didu,  Jasa-­‐  Jasa  Pak  Harto  dan  Yayasan  Supersemar  dalam  Mencerdaskan  Bangsa,  KMA-­‐  
PBS  bekerjasama  dengan  Institute  for  Religious  and  Institutional  Studies,  IRIS  Press,  2008,  Bandung,  
hlm.68  
17

paket bantuan anak asuh untuk program wajib belajar Pendidikan dasar, dan

beasiswa bagi anak pengamat gunung api dalam rangka peningkatan

kesejahteraan petugas di daerah terpencil.22

Kondisi saat itu, tidak kurang dari 17.000 mahasiswa, 43.000 pelajar

SMTA kejuruan negeri (SMK penyebutan saat ini) dan 37.000 siswa SD

tengah menerima beasiswa Yayasan Supersemar. Terhitung dari sejak

berdirinya hingga di tahun 2008 sudah 159.375 jatah beasiswa untuk

mahasiswa, 367.717 jatah beasiswa pelajar SMTA kejuruan negeri dan

269.000 paket bantuan untuk anak asuh telah terealisasi. Bantuan partisipasi

dana penelitian LIPI yang menjalani studi pasca sarjana tercatat 2.952 kasus.

Beberapa perguruan tinggi pernah menerima bantuan sarana Pendidikan

berupa computer dan perlengkapan laboratorium Bahasa/ biologi/ Teknik.

Tidak kurang dari 38.000 sarjana sampai pada tahun 2008 pernah menerima

beasiswa Yayasan Supersemar Ketika mereka menjalani studi. Jumlah

penerima beasiswa yayasan ini kemudian bertambah baik dari sisi pemberian

beasiswanya maupun dalam jumlah penerimanya. Mulai dari tahun 1975

hingga 2015 yayasan ini telah memberikan beasiswa dan bantuan pendidikan

atas lebih dari dua juta mahasiswa S1, S2 hingga S3. Dengan lebih dari seribu

alumnusnya telah menjadi professor.23

Yayasan Supersemar sebagai salah satu dari tujuh (7) Yayasan gagasan

Soeharto memiliki tugas memberikan beasiswa Pendidikan kepada anak

22
 Suaib  Didu,  Jasa-­‐  Jasa  Pak  Harto  dan  Yayasan  Supersemar  dalam  Mencerdaskan  Bangsa,  KMA-­‐  
PBS  bekerjasama  dengan  Institute  for  Religious  and  Institutional  Studies,  IRIS  Press,  2008,  Bandung,  
hlm.70  
23
 Rizky  BMW.  "Seribu  Penerima  Beasiswa  Supersemar  Jadi  Profesor".  nasional  (dalam  bahasa  
Inggris).  Diakses  tanggal  2019-­‐10-­‐29.  
18

berpotensi asal keluarga miskin. Aktivitas kepedulian tersebut dilakukan sejak

tahun 1974. Darimana dana beasiswa Supersemar itu berasal? Administratur

Yayasan Supersemar mengungkapkan, memang tak sedikit orang ingin

mengetahui darimana dana beasiswa Supersemar berasal. Dikatakannya,

Yayasan supersemar saat itu memiliki simpanan dana abadi Rp 900 Milyar

dalam bentuk Deposito. Namun dana yang digunakan untuk beasiswa

Pendidikan berasal dari bunga deposito dana abadi.24

Hal tersebut dilakukan atas saran Ketua Yayasan, alasannya santunan

yang diberikan tidak boleh lebih dari bunga deposito dana abadi agar

pemberian beasiswa bisa berjalan terus tanpa takut kehabisan dana. Setiap

tahunnya , tak kurang Yayasan Supersemar menyalurkan dana beasiswa

sebesar Rp 45 hingga 50 Milyar.

Pada awal berdirinya, tanggal 16 mei 1974 sampai dengan tanggal 31 juli

1982, Yayasan Supersemar menempati 2 buah ruangan di lantai 2 Bina

Graha, Jalan Veteran no.14, Jakarta pusat. Tanggal 1 Agustus 1982, Yayasan

Supersemar pindah ke Hanurata Graha Lantai 5, Jalan Kebon sirih 67- 69,

Jakarta Pusat, menempati Gedung tersebut sampai tanggal 24 januari 1993.

Lalu pada tanggal 25 januari 1993, Yayasan Supersemar menempati kantor

barunya di Gedung Granadi Lantai 4, Jalan H.R Rasuna Said kav. 8-9, Jakarta

Selatan, hingga kini.

Setelah Orde Baru tumbang pada 1998, terkuak indikasi penyelewengan

24
 Suaib  Didu,  Jasa-­‐  Jasa  Pak  Harto  dan  Yayasan  Supersemar  dalam  Mencerdaskan  Bangsa,  KMA-­‐  
PBS  bekerjasama  dengan  Institute  for  Religious  and  Institutional  Studies,  IRIS  Press,  2008,  Bandung,  
hlm.109  
 
19

dalam penyaluran dana Yayasan Supersemar milik mantan Presiden

Soeharto. Proses hukum berlarut-larut hingga akhirnya diputuskan bahwa

Yayasan Supersemar harus membayar ganti rugi kepada negara. jika belum

lunas, maka aset-asetnya akan disita, termasuk Gedung Graha Dana Abadi

(Granadi) yang saat ini sedang menjadi sorotan.

C. MEMAHAMI KASUS PENYELEWENGAN DANA YAYASAN SUPERSEMAR

Yayasan Supersemar dibentuk pada 16 Mei 1974. Yayasan ini punya

tujuan mulia, membantu beasiswa pelajar untuk keluarga tak mampu. Dananya

didapat dari hasil setoran bank-bank pelat merah yang dilegitimasi Peraturan

Pemerintah Nomor 15 tahun 1976 tentang Penetapan Penggunaan Sisa Laba

Bersih Bank-Bank Milik Pemerintah, dan SK Kementerian Keuangan yang isinya

50 persen dari 5 persen sisa laba bersih bank pelat merah disetor ke rekening

Yayasan Supersemar. Mengutip Tempo edisi 1 Oktober 2007,25 yayasan

tersebut meraup dana 420 dolar AS (sekitar Rp 3,78 triliun), dan Rp185,9 miliar.

Namun dalam praktiknya, dana yang sudah terkumpul itu diselewengkan.

Menurut jaksa, dana itu tersebut justru mengalir ke sejumlah perusahaan

keluarga dan kroni Soeharto. Karena masalah itu Soeharto dan Yayasan

Beasiswa Supersemar digugat. Ia diminta ganti rugi material sebesar yang

diterima, yaitu 420 juta dolar AS dan Rp185,9 miliar. Selain itu, kejaksaan juga

menuntut ganti rugi immaterial sebesar Rp10 triliun yang dihitung akibat

pemakaian dana yang menyimpang.

Awal Kasus Hukum Yayasan milik Soeharto itu dinyatakan terbukti


25
 "Yayasan  Supersemar  Milik  Soeharto  Digugat  Perdata  Bulan  Ini",  Tempo,  8  Februari  2007  
20

menyalahgunakan dana dengan memberikan pinjaman dan penyertaan modal ke

berbagai perusahaan. Dana Yayasan Supersemar ini salah satu sumbernya

berasal dari Badan Usaha Milik Negara, sebagaimana Peraturan Pemerintah

Nomor 15 tahun 1976 yang menyatakan agar BUMN menyisihkan lima persen

dari laba bersih untuk Yayasan Supersemar. Sejak 1976 hingga Soeharto

lengser, Yayasan Supersemar mendapatkan uang sebesar US$420 juta dan

Rp185 miliar. Namun dalam perjalanannya, dana tersebut diduga

diselewengkan. Negara, yang diwakili Kejaksaan Agung pun menggugat

Yayasan Supersemar, karena telah melakukan perbuatan melawan hukum. Saat

mengajukan gugatan pertama, Juli 2007 silam, Ketua Tim Jaksa Pengacara

Negara Dachmer Munthe menyatakan, dana dari BUMN yang dikumpulkan

yayasan tersebut seharusnya ditujukan untuk membiayai pendidikan pelajar dan

mahasiswa kurang mampu. Namun, Kejaksaan menemukan hanya 2,5 persen

laba bersih BUMN masuk ke yayasan, sedangkan 2,5 persen lainnya masuk ke

pihak lain. Penyelewengan dana yayasan di antaranya mengalir ke beberapa

perusahaan antara lain PT Bank Duta US$420 juta pada 22 September 1990.

Kemudian PT Sempati Air Rp 13,173 miliar pada 23 September 1989 hingga 17

November 1997, serta PT Kiani Lestari dan Kiani Sakti Rp150 miliar.

Namun pada 27 Maret 2008, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan yang diketuai Wahjono menyatakan, Soeharto tak bersalah karena telah

mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada pengurus Yayasan. Gugatan

kemudian dilimpahkan ke Yayasan Supersemar. Mereka diwajibkan membayar

ganti rugi 25 persen dari tuntutan yang diajukan pemerintah yakni 105 juta dolar
21

AS dan Rp46 miliar.

Namun sejak putusan pengadilan negeri hingga pengadilan banding

keluar, Yayasan tak mau membayar ganti rugi tersebut. Mereka berkukuh tak

bersalah dan mengaku tak punya uang dan aset juga.

Yayasan Supersemar banyak membantu banyak untuk biaya pendidikan.

Mengutip Tempo edisi 27 April 2009, Kepala Bagian Humus dan Protokol

Yayasan Supersemar bilang, dana yang digunakan Yayasan untuk beasiswa

sampai tahun 2008 lebih dari Rp500 miliar.

Menurut kejaksaan, yayasan melakukan penyimpangan karena

mengucurkan dana ke PT Bank Duta sebanyak 419,9 juta (September 1990), PT

Sempati Air milik Tommy Soeharto sebesar Rp 13 miliar (1989-1997), PT Kiani

Lestari dan Kiani Sakti milik Bob Hassan Rp 150 miliar, PT Kalhold Utama,

Essam Timber, dan PT Tanjung Redep Hutan Tanaman Industri Rp 12,74 miliar

(1982 hingga Mei 1993), Kelompok Usaha Kosgoro Rp 10 miliar (Desember

1993).

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 27 Maret 2008 menyatakan

dalam Putusan No. 904/Pdt.G/2007/PN.Jak.Sel , Yayasan Supersemar bersalah

karena menyalahgunakan dana dengan memberikan pinjaman dan penyertaan

modal ke berbagai perusahaan. Hakim menetapkan Yayasan harus membayar

US$105 juta dan Rp46 miliar kepada negara. Putusan itu dikuatkan Pengadilan

Tinggi DKI Jakarta pada 19 Februari 2009 (465/PDT/2008/PT.DKI).

Merasa belum puas dengan putusan tersebut, Kejaksaan kemudian


22

mengajukan kasasi.26 Dalam putusan dengan nomor 2896 K/Pdt/2009 yang

diketok pada 28 Oktober 2010 itu, Majelis Kasasi MA memerintahkan Yayasan

Supersemar tetap membayar uang denda dalam dua bentuk mata uang, yakni

dolar AS dan rupiah.

Kasus supersemar terus bergulir sampai angin segar mulai muncul pada

2010. MA akhirnya memperkuat putusan PN Jaksel yang sebelumnya sudah

diperkuat Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menyatakan Yayasan Supersemar

telah melakukan perbuatan melawan hukum. Namun, ada salah ketik dalam

penulisan putusan, yang seharusnya Rp185 miliar tertulis Rp185 juta. Karena itu

putusan tak bisa segera dieksekusi.

Pada 2013 terjadi adu Peninjauan Kembali antara Kejaksaan Agung dan

Yayasan Supersemar ke Mahkamah Agung (MA) dengan No. 140 PK/Pdt/2015.

Namun pada 2015, akhirnya MA memenangkan PK Jaksa Kejagung, dan

menolak PK yang diajukan Yayasan Supersemar. Dalam putusan itu dinyatakan

bahwa keluarga Soeharto diwajibkan membayar ganti rugi senilai Rp4,4 triliun

kepada negara. Jumlah tersebut adalah nilai kerugian yang disebabkan oleh

penyelewengan yang dilakukan yayasan yang dibentuk di era Presiden Soeharto

tersebut.27

Tiga tahun kemudian, Kejagung mulai mengeksekusi aset sitaan dari

Yayasan Supersemar. Seperti diwartakan kompas.com, aset yang disita tersebut

antara lain vila di Mega Mendung, Bogor dan Gedung Granadi di Jakarta

Selatan. Selain itu, Kejagung juga menyita 113 rekening milik Yayasan

26
 "Kejaksaan  Ajukan  Kasasi  Terkait  Putusan  Yayasan  Supersemar",  KapanLagi.com,  27  Februari  
2009  
27
 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-­‐46301119
23

Supersemar oleh tim eksekutor Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk

menutupi kerugian negara. Perkara nomor 2003 K/PDT/2017 antara Kejaksaan

Agung yang diwakili HM Prasetyo melawan Yayasan Supersemar dengan ketua

umum Arisetyanto Nugroho. Putusan itu diketok oleh ketua majelis I Gusti Agung

Sumantha dengan anggota Ibrahim dan Maria Anna Samiyati.

Kejagung melakukan investigasi ases dengan menggandeng Pusat

Pemulihan Aset (PPA) untuk membuuru seluruh aset atas nama Yayasan

Supersemar baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Mereka masih akan

terus menyita aset-aset supersemar sampai memenuhi target kerugian negara

sebesar Rp4,4 triliun.

Sementara Yayasan Supersemar juga berhenti menjalankan program

utamanya. Sejak 2015, yayasan ini sudah tidak lagi memberikan beasiswa

kepada siswa tidak mampu yang berprestasi.28

Secara ringkasan berikut ini jejak sejarah kasus hukum yang menyeret

Yayasan Supersemar:

Sejarah kasus hukum yang menyeret Yayasan Supersemar

Gagasan Awal Pada Mei 1974, Presiden Soeharto menginisiasi sebuah


organisasi nirlaba yang ditujukan untuk membantu pendidikan bagi anak-
1974
anak di negeri ini lewat penyaluran dana beasiswa, yakni Yayasan
Supersemar.

28
artikel "Modus Soeharto Mencatut Uang Publik Lewat Yayasan", https://tirto.id/cDPf

 
24

Beasiswa Perdana Yayasan Supersemar untuk pertamakalinya


menyalurkan dana bantuan beasiswa. Tercatat sebanyak 3.135 orang
1975
mahasiswa dari perguruan tinggi negeri yang menerima beasiswa tersebut,
nominalnya antara Rp12.500 hingga Rp.15.000 tiap mahasiswa per bulan.

Sekolah Kejuruan Yayasan Supersemar mulai membidik para siswa


sekolah kejuruan untuk penyaluran beasiswa. Terhitung 667 orang siswa
1976
dari STM Negeri yang menerima besaran beasiswa dari Rp 5.500 hingga
Rp 6.000.

Indikasi Penyelewengan Tanggal 1 September 1998, Kejaksaan Agung


(Kejagung) mencium adanya indikasi penyelewengan dana pada beberapa
1998 yayasan milik keluarga Soeharto, termasuk Yayasan Supersemar. Maka,
dibentuk Tim Invesigasi Kekayaan Soeharto yang diketuai Jaksa Agung
saat itu, M.Ghalib.

Kroni Soeharto Diperiksa Tim dari Kejagung menemukan indikasi unsur


perbuatan melawan hukum yang dilakukan Soeharto terkait yayasan-
1999 yayasan yang dipimpinnya. Pemeriksaan pun dilakukan, termasuk kepada
Siti Hardiyanti Rukmana, Bob Hasan, Kim Yohannes Mulia, dan Deddy
Darwis. Di tahun yang sama, Soeharto terserang stroke.

Soeharto Tersangka Dengan alasan sakit, Soeharto mangkir dari panggilan


Kejagung pada Februari 2000. Akhir Maret, Soeharto ditetapkan tersangka
2000 penyalahgunaan dana yayasan sosial. Kejagung juga menyita beberapa
aset dan rekening yayasan-yayasan Soeharto. Soeharto tidak pernah hadir
dalam persidangan.

Soeharto Wafat Soeharto wafat pada 27 Januari 2008. Dua bulan


berselang, PN Jakarta Selatan menjatuhkan hukuman kepada Yayasan
2008
Supersemar, yang diwakili oleh ahli waris Soeharto, untuk membayar
kerugian negara sebesar Rp46 miliar.
25

Salah Ketik Putusan MA memperkuat putusan PN Jaksel yang sebelumnya


diperkuat Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menyatakan Yayasan
2010 Supersemar telah melakukan perbuatan melawan hukum. Namun terjadi
salah ketik dalam penulisan putusan, yang seharusnya Rp185 miliar tertulis
Rp185 juta. Alhasil, putusan tidak bisa segera dieksekusi.

Adu Peninjauan Kembali Kejagung mengajukan Peninjauan Kembali (PK)


2013 atas kasus penyelewengan dana Yayasan Supersemar ke MA. Tak mau
kalah, Yayasan Supersemar juga melakukan tindakah hukum serupa.

MA Menangkan PK Jaksa Pada Juli 2015, MA memenangkan PK Jaksa


Kejagung, dan sebaliknya, menolak PK yang diajukan Yayasan
2015
Supersemar. Dalam putusan tersebut dinyatakan bahwa keluarga Soeharto
diwajibkan membayar ganti rugi senilai Rp 4,4 triliun kepada negara.

Kontroversi Granadi Tanggal 16 Desember 2018, Komite Penyelamat Aset


2018 Negara menggelar aksi menuntut penyitaan Gedung Granadi yang
bertautan erat dengan Yayasan Supersemar. Di pihak lain, ada puluhan
orang yang mengaku pro-Soeharto berusaha “mengamankan” gedung
tersebut.
26

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan

bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan

memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang.

Di Indonesia, yayasan diatur dalam undang-undang no. 28 tahun 2014

tentang perubahan atas UU No 16 tahun 2001 tentang yayasan. Rapat

paripurna DPR pada tanggal 7 september 2004 menyetujui undang-undang

ini, dan Presiden RI Megawati Soekarno Putri mengesahkannya pada

tanggal 6 Oktober 2004. Menurut UU No. 16 tahun 2001, sebagai dasar

hukum positif yayasan. Pengertian yayasan adalah badan hukum yang

kekayaanya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk

mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian

maksud dan tujuan dengan cara mendirikan badan usaha atau ikut serta

dalam suatu badan usaha.

2. Yayasan Supersemar awal berdirinya bermula dari adanya gagasan dari

Presiden RI ke-2 HM Soeharto bahwa masalah pendidikan merupakan

masalah bersama antara orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Atas

dasar inilah Presiden Soeharto mendirikan sebuah yayasan yang bertujuan

untuk membantu pemerintah dalam upaya mengatasi masalah dunia


27

pendidikan pada tanggal 16 Mei 1974.

3. Keterangan yang dikeluarkan Kejaksaan Agung menyebutkan, pada 1998

Kejaksaan Agung mencurigai adanya "penyelewangan dari tujuh yayasan

yang didirikan Presiden Soeharto, salah satunya Yayasan Supersemar".

Dana yang "diselewengkan kala itu Rp1,4 triliun dan US$420 juta". Uang

itu "mengalir dari yayasan ke sejumlah perusahaan milik anak-anak dan

orang terdekat Soeharto sejak 1985". Menurut Kejaksaan Agung, "uang

yang diselewengkan adalah milik negara karena dikumpulkan lewat

peraturan pemerintah". Ganti rugi yang harus dibayarkan oleh Yayasan

Supersemar sebesar Rp4,4 trilun, yang merupakan akumulasi dari

Rp139,2 miliar dan US$315 juta. Berbekal keputusan MA ini, Kejaksaan

Agung melakukan inventarisasi aset-aset Yayasan Supersemar. Dari

sinilah dilakukan penyitaan satu vila di Mega Mendung, Bogor, dan

Gedung Granadi di Jakarta.

B. SARAN

Bagi pemerintah begitu Pentingnya untuk lebih mempertegas

Posisi Yayasan sebagai badan hukum agar tidak ada lagi upaya dari

Yayasan untuk menyalahgunakan lembaganya kedalam praktek prakter

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan proses yang berlarut larut dari

pengambilan asset Yayasan Supersemar dapat ditangani lebih cepat.

Dan bagi masyarakat ,badan maupun perseorangan agar dapat

memanfaatkan kehadiran Yayasan untuk mendapatkan manfaat yang


28

sebenarnya dari maksud dan tujuan sebuah Yayasan yang bergerak di

bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Dan turut serta mewujudkan

pengawasan public terhadap Yayasan yang diduga melakukan perbuatan

yang bertentangan dengan Undang- undang, Anggaran Dasar, atau

merugikan kepentingan umum.


29

DAFTAR PUSTAKA

Buku, artikel, jurnal

Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia- Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur
unsurnya, UI Press, Jakarta

Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op. Cit,

A. Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,


Koperasi, Yayasan, dan Wakaf., Bandung, Alumni, 1977

Chidir Ali, Badan Hukum, PT. Alumni, Bandung, 2014,

Djoko Prakoso, Peradilan Tata Usaha Negara ( UU no.5/1986), Liberty, Yogyakarta,


2002

Fransica Romana Harjiyatni, Peradilan Tata Usaha Negara, Suluh Media, Yogyakarta
2018

Hasbullah Syawie, Aspek aspek Hukum mengenai Yayasan di Indonesia,, Varia


Peradilan, Tahun IX, no. 98, November, 1993

Johny Ibrahim , 2006, Teori dan metodologi Penelitian Hukum Normatif, bayu Media
Publishing, Malang

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama

Koesnodiprojo, Himpunan Undang Undang, Peraturan peraturan, Penetapan

penetapan, Pemerintah Republik Indonesia, 1958

Majalah Tempo, Nomor 29 tahun XII, 18 september 1982

Mukti fajar nd dan yulianto achmad, 2010, Dualisme penelitian hukum normative dan
empiric, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Nasir Tamara ,Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia, no.16, Oktober 1966-1974,

Jakarta, : LP3ES, 1985


30

O. Notohamidjoyo,1967, Makna Negara Hukum, Badan Penerbit Kristen, Jakarta,

Ph. A.N. Houwing, Subjectief Recht, Rechtsubject, Rechtpersoon, hoof-detuk II

R. Subekti & R. Tjitrosodibio, Kamus Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1971

Rizky BMW. "Seribu Penerima Beasiswa Supersemar Jadi Profesor". nasional (dalam
bahasa Inggris)

Suaib Didu, Jasa- Jasa Pak Harto dan Yayasan Supersemar dalam Mencerdaskan
Bangsa, KMA- PBS bekerjasama dengan Institute for Religious and
Institutional Studies, IRIS Press, 2008, Bandung

Suyud Margono, ASpek Hukum Yayasan: antara Fungsi Karitatif dan Kegiatan
Komersial, cetakan -1. Jakarta, Novindo Pustaka Mandiri, 2002

KapanLagi.com, 27 Februari 2009 "Kejaksaan Ajukan Kasasi Terkait Putusan Yayasan


Supersemar",

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46301119

https://tirto.id/cDPf, artikel "Modus Soeharto Mencatut Uang Publik Lewat Yayasan",

Peraturan Perundang Undangan

Undang Undang Dasar Negara RI 1945

Undang Undang no. 16 tahun 2001 Tentang Yayasan

Undang Undang no. 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan tentang Yayasan

Undang Undang no.63 tahun 2008 Tentang Pelaksanaan tentang Yayasan

Anda mungkin juga menyukai