NIM: 2202112004
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan bimbingan
dari Dosen mata kuliah kami, Dra. PURWANDARI, M.M., M.Pd. serta kritk dan
saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun
Yoana Avinka Putri
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
melancarkan aksi penyimpangan dimaksud antara lain “demi meningkatkan
kualitas, untuk menambah fasilitas (sarpras) sekolah, studi tour dan
sebagainya” dan hal itu notabene melibatkan komite sekolah sebagai jurus
untuk memuluskan aksi tersebut.
Baru-baru ini juga terdapat kasus pungli di SMA Negeri Jombang yang
saya baca dari artikel berita online yang diterbitkan oleh kabarjombang.com.
Dugaan pungli ini berdalih iuran peningkatan mutu pendidikan, besar
nominalnya Rp 180.000,- yang harus dibayarkan wali murid setiap bulannya.
Tidak hanya pungutan setiap bulan, pihak sekolah juga menarik pungutan
pengganti uang gedung atau perbaikan sarana fisik sejumlah Rp 2.500.000,-
kepada orang tua siswa. Salah satu orang tua siswa menuturkan jika, uang
sumbangan peningkatan mutu terkesan dipaksakan karena hanya diberi waktu
seminggu untuk melunasi uang sumbangan selama 3 bulan terakhir, jika
belum lunas maka siswa tidak dapat mengikuti ujian. Menurutnya sekolah
negeri tidak diperkenan menarik pungutan. Ia juga menuturkan jika sudah
empat kali melakukan rapat antara pihak sekolah dan semua wali murid siswa,
pungutan awalnya sebesar Rp 250.000,- karena banyak protes keberatan
nomimal pungutan menjadi Rp 180.000,- sampai Rp 150.000,- meskipun tidak
sedikit wali murid yang keberatan, namun pihak sekolah tetap mengambil
kesepakatan ini. Namun sangat disayangkan, terlepas pungutan setiap bulan
yang diinformasikan. Pembayaran uang gedung atau perbaikan sarana fisik ini
tanpa rapat dan persetujuan wali murid siswa. Hal ini menjadi alasan seorang
wali murid menggadaikan tanahnya agar anaknya dapat mengikuti ujian
setelah melunasi berbagai uang pungutan tersebut.
3
1.3 Tujuan analisis
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
2.1.2 Kriminologi
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang baru berkembang
pada abad ke 19, bersamaan dengan berkembangnya sosiologi.
Kelahiran kriminologi di dorong oleh aliran positivisme. Namun
elemen-elemen kriminologi telah dikenalkan oleh para filosofi
Yunani kuno yaitu Plato (427-437 SM). Dalam bukunya Republic,
yang antara lain menyatakan bahwa gold, human merupakan
sumber crimen. Aristoteles (384-322 SM) menyatakn bahwa
properti menimbulkan crimen dan rebellion. Kelahiran kriminologi
sebagai ilmu pengetahuan, didorong oleh hukum pidana baik
materil maupun formal serta system penghkuman yang sudah tidak
efektif lagi untuk mencegah dan memberantas kejahatan, bahkan
kejahatan semakin meningkat dalam berbagai aspek kehidupan.
(A.S, 2010)
Topo Santoso dan Eva Achjani mengemukakan bahwa: Objek
kajian kriminologi memiliki ruang lingkup kejahatan, pelaku dan
reaksi masyarakat atas kejahatan tersebut. Kriminologi secara
spesifik mempelajari kejahatan dari segala sudut pandang namun
lebih khusus kejahatn yang diatur dalam undang-undang. Pelaku
5
kejahatan dibahas dari segi kenapa seseorang melakukan kejahatan
(motif) dan kategori plaku (tipe kejahatan). Kemudian kriminologi
juga mempelajari reaksi masyarakat terhadap kejahatan sebagai
salah satu upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan.
(Santoso & Achjani, 2011)
6
perubahan sosial, aliran pelaksanaan, hingga permasalahan-
permasalahan pendidikan. Yatimah (2017, hlm. 354) mengatakan
bahwa secara leksikal, landasan berarti dasar, tumpuan, atau alas. Oleh
karena itu, landasan (pendidikan) merupakan tempat bertumpu, titik
tolak atau dasar pijakan dalam melaksanakan pendidikan.
7
adalah: landasan psikologi pendidikan, landasan sosiologi
pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis
pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula
sebagai landasan empiris, teori, atau faktual pendidikan.
4) Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yakni asumsi, teori,
dalil, dan hukum yang bersumber dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan.
8
dari siapa pun yang mengikat baik berupa ikatan lahir
maupun ikatan batin;
bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri
maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan;
dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir
dan batin.
3) Asas pendidikan sepanjang hayat. Mendapat kesempatan untuk
meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya.
4) Asas kemandirian belajar. Kemandirian dalam belajar diartikan
sebagai aktivitas belajar yang berlangsung karena didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
integritas yang tinggi akan tanggung jawab sebagai pendidik yang akan
menghasilkan generasi emas.
- Faktor kesempatan
Faktor kesempatan ini erat kaitannya dengan peserta didik dan
orang tuanya. Saat oknum guru atau penyelenggara pendidikan lainnya di
sekolah meminta sejumlah pembayaran ataupun barang, orang tua dan
peserta didik selalu memenuhinya tanpa mengkritisi terlebih dahulu
permintaan tersebut.
- Faktor Aturan dan Regulasi yang Tidak Jelas
Selain faktor individu dan kesempatan, secara makro pungli di dunia
pendidikan juga bersumber dari aturan yang tidak jelas tentang mekanisme
pemungutan pembiayaan pendanaan pendidikan. Adanya tarik ulur antara
kebijakan pusat dan daerah mengenai pembiayaan pendidikan selalu
berubah-ubah menyebabkan adanya celah bagi penyelenggara pendidikan
bekerjasama melakukan tindakan korupsi (awal mula munculnya pungutan
liar).
- Faktor Pengawasan
Pengawasan terhadap kebijakan sekolah atau satuan pendidikan
belum diawasi secara cermat sehingga Pungutan liar terus bertumbuh.
Belum ada tindakan pendisiplinan yang dilakukan dinas dengan tegas
terkait pembiayaan sekolah, pelaporan yang tertuang diatas kertas juga
tidak dikritisi sama sekali.
- Partisipasi Masyarakat rendah dalam Memerangi Praktik Pungli di
Sekolah
Walaupun masuk dalam tindak pidana korupsi, masih banyak
masyarakat khususnya orangtua yang tidak tahu. Selama ini Pungli
tumbuh dengan wajar-wajar saja karena pemakluman dari masyarakat.
Permintaan dana dari pihak sekolah tidak dipermasalahkan oleh orang tua
karena takut bila anaknya diintimidasi oleh gurunya, apalagi permintaan
yang dilakukan oleh perseorangan yang tidak mengatasnamakan sekolah
tersebut biasanya dilakukan secara sedikit-sedikit. Wali murid juga
11
berpikir, untuk mempersoalkan jumlah yang sedikit itu, akan memakan
waktu yang banyak.
Melihat kasus ini dari segi tujuan landasan pendidikan. Pungli yang
terjadi di sekolah ini mencerminkan bahwa landasan pendidikan pada point
ini belum tercapai, mengapa? Karena pemerintah memberikan keringanan
bagi seluruh rakyatnya terutama peserta didik untuk mengenyam pendidikan
formal namun disalahkan gunakan oleh tenaga pendidik di SMA tersebut
dengan menarik pungutan liar dengan dalih peningkatan mutu pendidikan.
12
bagi oknum tenaga pendidik yang berniat atau bahkan melakukan hal seperti
ini. Slogan “Guru pahlawan tanpa tanda jasa” seakan tidak benar-benar ada
jika dalam kenyataannya seorang guru menghitung jasanya menggunakan
dana yang harus dibayar diluar hak yang seharusnya mereka dapatkan. Tidak
dapat dibayangkan bagaimana hancurnya seorang anak yang
menggantungkan cita-citanya setinggi mungkin harus pupus terkendala biaya
karena pungutan liar yag dilakukan pihak sekolah.
13
o Melakukan pembinnaan kepada calon tenaga pendidik tentang
larangan melakukan perbuatan yang menjadikan peserta didik sebagai
objek materialis
o Bekerja sama dengan masyarakat untuk membuat pos pengaduan
pelanggaran yang ada di sekolah
o Dinas Pendidikan memiliki dan menindak tegas aturan seperti pelaku
dimutasi ke tempat lain, pencopotan jabatan, dan pemecatan.
14
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang tidak
seharusnya biaya dikenakan atau dipungut. Pungli berasal dari frasa pungutan
liar yang dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungut
bayaran/meminta uang secara paksa. Jadi pungli merupakan praktek
kejahatan.
Ada beberapa faktor pendukung yang menyebabkan Pungutan Liar ini tumbuh
subur, diantaranya ialah:
Upaya yang jadi pilihan awal adalah mencegah dan menanggulagi kejahatan
tersebut.
15
Langkah kongkrit untuk penyimpangan pendidikan seperti pemungutan
liar seperti ini tidak cukup bila hanya mengandalkan kesadaran diri, perlu
bantuan dari pemerintah juga pihak sekolah untuk menindak tegas oknum
yang bertanggung jawab atas pemungutan liar dengan dalih meningkatkan
kualitas mutu pendidikan seperti ini. Saya yakin hal seperti ini sedikit atau
banyak terjadi hampir disetiap sekolah formal, namun meskipun begitu hal ini
tidak dapat dianggap wajar karena menyangkut kualitas pendidikan di
Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, sekolah merupakan pendidikan formal
paling berpengaruh selain pendidikan informal yang didapat dalam keluarga
dan pendidikan nonformal sebagai basis bersosialisasi. Ketiga pendidikan ini
saling melengkapi untuk menghasilkan generasi muda yang dapat bersaing di
era globalisasi. Mencetak sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya.
Hal ini juga jadi harapan seluruh rakyat Indonesia agar dapat berjaya di tangan
generasi millenial yang ahli dibidangnya.
4.2 Saran
1. Sekolah dapat secara kreatif mencari sumber-sumber dana yang lain selain
orangtua siswa, misalnya dengan bekerjasama dengan pihak industri
dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler.
2. Orang tua membuat forum sendiri guna pengawasan terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran yang diminta oleh pihak sekolah kepada orang tua
murid, sebagai transparansi. Atau mengisi anggota komite sekolah dari
berbagai kalangan, bukan hanya diisi oleh orang tua yang berasal dari
strata ekonomi menengah ke atas.
3. Orang tua harus menanamkan rasa tanggung jawab dan kritis kepada anak
agar apabila di sekolahnya terjadi pungutan liar.
4. Membuat Surat Perjanjian yang ditandatangani secara bersama oleh guru,
kepala sekolah, orang tua murid, masyarakat dan dinas pendidikan berisi
perjanjian agar tidak terjadi pungutan liar.
16
5. Peran pemerintah untuk pemerataan fasilitas sekolah, tunjangan yang
layak bagi para guru atau pengajar, sistem pembelajaran yang baik
diharapkan mampu memberantas pungli di sekolah.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.silabus.web.id/pengertian-pendidikan-dan-makna-pendidikan/
https://issuu.com/jurnalhistogram/docs/3._taufan
https://kabarjombang.com/pesantren-pendidikan/pungli-jutaan-rupiah-di-sma-
negeri-jombang-orangtua-sampai-gadaikan-tanah/
https://serupa.id/landasan-pendidikan-pengertian-fungsi-tujuan-jenis-dsb/
https://www.dosenpendidikan.co.id/landasan-pendidikan/
(Rahmatullah, 2014)
18