Anda di halaman 1dari 20

STUDY KASUS

PUNGLI JUTAAN RUPIAH DI SMA NEGERI JOMBANG

TUGAS UAS PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

OLEH : YOANA AVINKA PUTRI

NIM: 2202112004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, Salawat dan salam selalu
tertuju kepada tokoh agung revolusioner Rasulullah Muhammad SAW. Sebagai
seorang manusia pilihan yang paling berpengaruh menghantarkan manusia kejalan
yang lurus dengan pedoman hidup yaitu kitab suci Al-quran dan Sunnahnya.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mandiri
untuk mata kuliah pengantar ilmu pendidikan, dengan judul bab : Study Kasus
Pungli Jutaan Rupiah Di Sma Negeri Jombang Tugas UAS Pengantar Ilmu
Pendidikan.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan bimbingan
dari Dosen mata kuliah kami, Dra. PURWANDARI, M.M., M.Pd. serta kritk dan
saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Madiun, 3 Januari 2023

Penyusun
Yoana Avinka Putri

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 2
1.1 Latar belakang ............................................................................................ 2
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan analisis ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat dan tujuan kasus ........................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Definisi menurut beberapa ahli : ................................................................. 5
2.1.1 Pendidikan ........................................................................................... 5
2.1.2 Kriminologi ......................................................................................... 5
2.1.3 Pungutan Liar (Pungli) ......................................................................... 6
2.1.4 Landasan dan Asas-Asas Pendidikan .................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 10
3.1 Faktor penyebab Pungutan Liar ................................................................ 10
3.2 Pembahasan yang berkaitan dengan Landasan dan Asas-Asas Pendidikan 12
3.3 Upaya penanganan Pungutan Liar............................................................. 13
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 15
4.2 Saran ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Korupsi merupakan ancaman bagi keberlangsungan negara. Korupsi di


Indonesia seperti tidak ada habisnya dari tahun ke tahun, bahkan
perkembangannya semakin meningkat, baik dalam jumlah kasus dan kerugian
negara maupun kualitasnya. Perkembangan korupsi semakin sistematis dan
terpola, lingkupnya juga menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Akibat tindak pidana korupsi berdampak sangat luas, bukan hanya
menyangkut keuangan negara, tetapi juga mampu merusak system
pemerintahan, perekonimian dan pembangunan. Salah satu bentuk tindak
pidana korupsi yang paling sering dalam kehidupan sehari-hari adalah pungli
(pungutan liar).

Pungutan liar dilarang dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan


Undang-Undang No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, yang isinya (1) Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi (2) Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
(3) Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan aau kedudukan (4) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara (5) Memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada Hakim (6) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advokat
(7) Pemborong/ahli bangunan yang berbuat curang.

Pungli lahir dari tingginya ketidakpastian pelayanan sebagai akibat


adanya prosedur pelayanan yang panjang dan melelahkan. Hal ini merupakan
salah satu factor yang menyebabkan masyarakat cenderung semakin toleran
terhadap praktik pungutan liar. Ironisnya, lembaga pendidikan yang dituntut
melahirkan insan-insan yang berbudi pekerti luhur tidak luput dari kasus
pungli ini. dari Akhir-akhir ini pungutan liar di sekolah memiliki banyak
modus operasi baru. Di antara alasan yang sering dijadikan tameng dalam

2
melancarkan aksi penyimpangan dimaksud antara lain “demi meningkatkan
kualitas, untuk menambah fasilitas (sarpras) sekolah, studi tour dan
sebagainya” dan hal itu notabene melibatkan komite sekolah sebagai jurus
untuk memuluskan aksi tersebut.

Baru-baru ini juga terdapat kasus pungli di SMA Negeri Jombang yang
saya baca dari artikel berita online yang diterbitkan oleh kabarjombang.com.
Dugaan pungli ini berdalih iuran peningkatan mutu pendidikan, besar
nominalnya Rp 180.000,- yang harus dibayarkan wali murid setiap bulannya.
Tidak hanya pungutan setiap bulan, pihak sekolah juga menarik pungutan
pengganti uang gedung atau perbaikan sarana fisik sejumlah Rp 2.500.000,-
kepada orang tua siswa. Salah satu orang tua siswa menuturkan jika, uang
sumbangan peningkatan mutu terkesan dipaksakan karena hanya diberi waktu
seminggu untuk melunasi uang sumbangan selama 3 bulan terakhir, jika
belum lunas maka siswa tidak dapat mengikuti ujian. Menurutnya sekolah
negeri tidak diperkenan menarik pungutan. Ia juga menuturkan jika sudah
empat kali melakukan rapat antara pihak sekolah dan semua wali murid siswa,
pungutan awalnya sebesar Rp 250.000,- karena banyak protes keberatan
nomimal pungutan menjadi Rp 180.000,- sampai Rp 150.000,- meskipun tidak
sedikit wali murid yang keberatan, namun pihak sekolah tetap mengambil
kesepakatan ini. Namun sangat disayangkan, terlepas pungutan setiap bulan
yang diinformasikan. Pembayaran uang gedung atau perbaikan sarana fisik ini
tanpa rapat dan persetujuan wali murid siswa. Hal ini menjadi alasan seorang
wali murid menggadaikan tanahnya agar anaknya dapat mengikuti ujian
setelah melunasi berbagai uang pungutan tersebut.

1.2 Rumusan masalah

- Apa itu Pungli ?


- Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya Pungutan Liar di
Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan?
- Apa saja upaya yang dilakukan oleh Masyarakat, orang tua murid, dan
seluruh pihak yang terkait untuk mengatasi Pungutan Liar di Sekolah

3
1.3 Tujuan analisis

- Untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi


terjadinya Pungutan Liar di Sekolah sebagai Penyelenggara Pendidikan.
- Untuk mempelajari dan menganalisis upaya yang dilakukan oleh
Masyarakat, orang tua murid, dan juga seluruh pihak terkait untuk
mengatasi Pungutan Liar di Sekolah
- Untuk mengetahui hubungan kasus Pungli dengan materi mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan (Case Base learning)

1.4 Manfaat dan tujuan kasus

- Untuk menambah pengetahuan tentang definisi Pungutan Liar dan upaya


penanganannya
- Untuk memberi sumbangan pengetahuan dan informasi kepada mahasiswa
maupun masyarakat tentang Pungutan Liar

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi menurut beberapa ahli :

2.1.1 Pendidikan
 Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

2.1.2 Kriminologi
 Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang baru berkembang
pada abad ke 19, bersamaan dengan berkembangnya sosiologi.
Kelahiran kriminologi di dorong oleh aliran positivisme. Namun
elemen-elemen kriminologi telah dikenalkan oleh para filosofi
Yunani kuno yaitu Plato (427-437 SM). Dalam bukunya Republic,
yang antara lain menyatakan bahwa gold, human merupakan
sumber crimen. Aristoteles (384-322 SM) menyatakn bahwa
properti menimbulkan crimen dan rebellion. Kelahiran kriminologi
sebagai ilmu pengetahuan, didorong oleh hukum pidana baik
materil maupun formal serta system penghkuman yang sudah tidak
efektif lagi untuk mencegah dan memberantas kejahatan, bahkan
kejahatan semakin meningkat dalam berbagai aspek kehidupan.
(A.S, 2010)
 Topo Santoso dan Eva Achjani mengemukakan bahwa: Objek
kajian kriminologi memiliki ruang lingkup kejahatan, pelaku dan
reaksi masyarakat atas kejahatan tersebut. Kriminologi secara
spesifik mempelajari kejahatan dari segala sudut pandang namun
lebih khusus kejahatn yang diatur dalam undang-undang. Pelaku

5
kejahatan dibahas dari segi kenapa seseorang melakukan kejahatan
(motif) dan kategori plaku (tipe kejahatan). Kemudian kriminologi
juga mempelajari reaksi masyarakat terhadap kejahatan sebagai
salah satu upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan.
(Santoso & Achjani, 2011)

2.1.3 Pungutan Liar (Pungli)


 Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang
tidak seharusnya biaya dikenakan atau dipungut. Pungli berasal
dari frasa pungutan liar yang dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang memungut bayaran/meminta uang secara paksa. Jadi pungli
merupakan praktek kejahatan.
 Pungutan liar merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan cara meminta
pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak
berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut.
Hal ini sering disamakan dengan perbuatan pemerasan.
(Sinambela, 2006)
 Menurut Koordinator Koalisi Pendidikan Lodi Faap, sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 Tahun
2011 Tentang Larangan Pungutan Biaya Pendidikan Pada Sekolah,
dalam pendidikan, ada tiga jenis biaya yaitu biaya operasional yang
sudah ditutupi Biaya Operasional Sekolah (BOS), biaya personal
merupakan tanggungjawab siswa dan orang tua dan biaya investasi
yang menjadi tanggung jawab pemerintah, misalnya biaya untuk
pembangunan perpustakaan, rehab gedung sekolah, oleh karena itu,
sekolah negeri dilarang melakukan pungutan.

2.1.4 Landasan dan Asas-Asas Pendidikan


Landasan pendidikan adalah tumpuan, dasar, atau asas
konseptual yang menyelubungi pendidikan secara keseluruhan.
Biasanya yang dibahas terkait dengan landasan pendidikan ini adalah
hakikat manusia sebagai makhluk pembelajar, situasi, proses,

6
perubahan sosial, aliran pelaksanaan, hingga permasalahan-
permasalahan pendidikan. Yatimah (2017, hlm. 354) mengatakan
bahwa secara leksikal, landasan berarti dasar, tumpuan, atau alas. Oleh
karena itu, landasan (pendidikan) merupakan tempat bertumpu, titik
tolak atau dasar pijakan dalam melaksanakan pendidikan.

Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi landasan


pendidikan ini, salah satunya adalah pendapat dari Ki Hajar
Dewantara yakni, “Pendidikan dilihat sebagai tuntunan dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, yang senantiasa menuntun kekuatan kodrat
mereka agar mencapai kebahagiaan yang setinggi-tinggi.” Tujuan dari
landasan pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan menjadi hak seluruh manusia tanpa syarat apa pun.


2. Pemerataan pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas
bagi seluruh umat manusia.
3. Terjaganya hak pendidikan bagi seluruh kalangan tanpa
terkecuali.
4. Pendidikan berfungsi sebagaimana mestinya, yakni memajukan
dan membantu manusia untuk dan tidak disalahgunakan untuk hal
yang negatif.

Terdapat 4 jenis landasan pendidikan

1) Landasan religius pendidikan, yang mencakup asumsi dan teori


yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak
dalam rangka praktik pendidikan.
2) Landasan filosofis pendidikan, berbagai asumsi hingga teori yang
bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan.
3) Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi dan teori yang
bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu lain yang
berhubungan dengan rangka praktik pendidikan. Contohnya

7
adalah: landasan psikologi pendidikan, landasan sosiologi
pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis
pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula
sebagai landasan empiris, teori, atau faktual pendidikan.
4) Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yakni asumsi, teori,
dalil, dan hukum yang bersumber dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan.

Asas pendidikan Asas pendidikan merupakan suatu


kebenaran-kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir pada

tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Terdapat


beberapa Asas – asas pendidikan, sebagai berikut :

1) Asas Tut Wuri Handayani. Tut Wuri Handayani mengandung arti


pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari
belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan,
membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan
kesalahan baru pendidik membantunya (Junaid, 2012, hlm. 96)
2) Asas 1922
 setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya
sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam
perikehidupan umum;
 pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah,
yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri;
 pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan
kebangsaan sendiri;
 pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau
kepada seluruh rakyat;
 bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-
penuhnya lahir maupun batin hendaknya diusahakan
dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan

8
dari siapa pun yang mengikat baik berupa ikatan lahir
maupun ikatan batin;
 bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri
maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan;
 dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir
dan batin.
3) Asas pendidikan sepanjang hayat. Mendapat kesempatan untuk
meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya.
4) Asas kemandirian belajar. Kemandirian dalam belajar diartikan
sebagai aktivitas belajar yang berlangsung karena didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor penyebab Pungutan Liar

Kejahatan secara spontan dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang


merugikan orang lain atau masyarakat umum, atau yang lebih sederhana lagi
kejahatan adalah suatu tindakan yang bertentangan dengan norma. Dalam
kajian pustaka pada bab kriminologi, kejahatan adalah sesuatu yang relative
pada suatu kondisi dan tergantung pada nilai-nilai dan skala sosial. Pungutan
Liar ini merupakan salah satu contoh kejahatan pada bidang pendidikan yang
terjadi karena suatu kondisi dan kesempatan yang terjadi.

Pungutan liar, biasanya banyak terjadi setelah siswa diterima di sekolah,


bukan pada saat proses penerimaan siswa baru. Bentuk pungutan tersebut
dapat bermacam-macam, mulai dari uang bangunan, uang buku, uang
bangku,uang studi tour bahkan uang pensiun guru, dan sebagainya. Dalam
konsideran menimbang Permendikbud Nomor 60 Tahun 2011 dinyatakan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya
program wajib belajar pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
Selain itu juga ditegaskan bahwa pungutan membebani masyarakat sehingga
dapat menghambat akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan pendidikan
dasar.

Pada kenyataannya kita tidak dapat mengatakan bahwa penyelenggaraan


pendidikan bersih dari praktik pungutan liar. Bahkan pungutan liar ini sudah
bersifat massif dan dilakukan serentak oleh hampir sebagian sekolah. Ada
beberapa faktor pendukung yang menyebabkan Pungutan Liar ini tumbuh
subur, diantaranya ialah:

- Faktor Individu Pelaku


Faktor individu pelaku disini dimaksudkan bahwa tenaga pendidik dan
penyelenggara pendidikan di sekolah tidak lagi memiliki karakter

10
integritas yang tinggi akan tanggung jawab sebagai pendidik yang akan
menghasilkan generasi emas.
- Faktor kesempatan
Faktor kesempatan ini erat kaitannya dengan peserta didik dan
orang tuanya. Saat oknum guru atau penyelenggara pendidikan lainnya di
sekolah meminta sejumlah pembayaran ataupun barang, orang tua dan
peserta didik selalu memenuhinya tanpa mengkritisi terlebih dahulu
permintaan tersebut.
- Faktor Aturan dan Regulasi yang Tidak Jelas
Selain faktor individu dan kesempatan, secara makro pungli di dunia
pendidikan juga bersumber dari aturan yang tidak jelas tentang mekanisme
pemungutan pembiayaan pendanaan pendidikan. Adanya tarik ulur antara
kebijakan pusat dan daerah mengenai pembiayaan pendidikan selalu
berubah-ubah menyebabkan adanya celah bagi penyelenggara pendidikan
bekerjasama melakukan tindakan korupsi (awal mula munculnya pungutan
liar).
- Faktor Pengawasan
Pengawasan terhadap kebijakan sekolah atau satuan pendidikan
belum diawasi secara cermat sehingga Pungutan liar terus bertumbuh.
Belum ada tindakan pendisiplinan yang dilakukan dinas dengan tegas
terkait pembiayaan sekolah, pelaporan yang tertuang diatas kertas juga
tidak dikritisi sama sekali.
- Partisipasi Masyarakat rendah dalam Memerangi Praktik Pungli di
Sekolah
Walaupun masuk dalam tindak pidana korupsi, masih banyak
masyarakat khususnya orangtua yang tidak tahu. Selama ini Pungli
tumbuh dengan wajar-wajar saja karena pemakluman dari masyarakat.
Permintaan dana dari pihak sekolah tidak dipermasalahkan oleh orang tua
karena takut bila anaknya diintimidasi oleh gurunya, apalagi permintaan
yang dilakukan oleh perseorangan yang tidak mengatasnamakan sekolah
tersebut biasanya dilakukan secara sedikit-sedikit. Wali murid juga

11
berpikir, untuk mempersoalkan jumlah yang sedikit itu, akan memakan
waktu yang banyak.

3.2 Pembahasan yang berkaitan dengan Landasan dan Asas-Asas Pendidikan

Melihat kasus ini dari segi tujuan landasan pendidikan. Pungli yang
terjadi di sekolah ini mencerminkan bahwa landasan pendidikan pada point
ini belum tercapai, mengapa? Karena pemerintah memberikan keringanan
bagi seluruh rakyatnya terutama peserta didik untuk mengenyam pendidikan
formal namun disalahkan gunakan oleh tenaga pendidik di SMA tersebut
dengan menarik pungutan liar dengan dalih peningkatan mutu pendidikan.

Oknum - oknum seperti ini yang membuat sekolah sebagai rumah


kedua bagi peserta didik kehilangan kepercayaan dari sebagian orang tua,
sekolah yang seharusnya menjadi salah satu tempat pembentukan karakter
malah melakukan hal yang seharusnya tidak jadi permasalahan di masa
sekarang karena banyaknya dana pemerintah yang di alokasikan untuk
pendidikan baik untuk segi sarana prasarana maupun untuk tenaga pendidik.
Sebagai orang tua pastinya kita akan melakukan segala cara agar anak dapat
bersekolah dengan baik, pungutan liar seperti ini mungkin bisa dipenuhi oleh
beberapa orang tua yang memiliki ekonomi lebih (orang mampu), namun
bagaimana bagi orang tua yang untuk makan sehari-hari di keluarganya saja
kurang? Tentulah mereka akan sangat kesulitan untuk membayarnya
sedangkan sang anak membutuhkan pendidikan untuk masa depan yang lebih
baik dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, parahnya banyak dari
orang tua terpaksa memilih untuk menghentikan pendidikan sang anak karena
biaya yang tidak mampu mereka bayar

Sebagai tenaga pendidik pasti dalam prosesnya mengetahui bahwa


selain dalam bidang akademik, pembentukan karakter penting bagi setiap
peserta didik. Lalu, bagaimana seorang tenaga pendidik membentuk karakter
peserta didiknya jika dia sendiri memiliki karakter yang kurang baik dan jauh
dari landasan pendidikan yang ada? Seharusnya hal ini menjadi cambukan

12
bagi oknum tenaga pendidik yang berniat atau bahkan melakukan hal seperti
ini. Slogan “Guru pahlawan tanpa tanda jasa” seakan tidak benar-benar ada
jika dalam kenyataannya seorang guru menghitung jasanya menggunakan
dana yang harus dibayar diluar hak yang seharusnya mereka dapatkan. Tidak
dapat dibayangkan bagaimana hancurnya seorang anak yang
menggantungkan cita-citanya setinggi mungkin harus pupus terkendala biaya
karena pungutan liar yag dilakukan pihak sekolah.

Pada point kedua dan ketiga tujuan landasan pendidikan, Pemerataan


pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas bagi seluruh umat
manusia dan Terjaganya hak pendidikan bagi seluruh kalangan tanpa
terkecuali. Hal ini jelas bahwasanya setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan baik yang segi ekonominya mapan maupun kurang. Tidak ada
pembedaan dari segi apapun untuk mendapat pendidikan yang baik. Dengan
landasan ini juga banyak upaya pemerintah yang dilakukan agar pendidikan
semakin rata disetiap daerah dan penerimanya. Salah satunya memberikan
bantuan dari segi biaya pendidikan formal. Kualitas mutu pendidikan pun
pastinya tidak lepas dari focus pemerintah untuk perbaikannya, jadi
pemungutan liar tersebut termasuk hal menyimpang dalam dunia pendidikan.

3.3 Upaya penanganan Pungutan Liar

Bagaimanapun pungutan liar ini sanngat sulit dihilangkan, kebiasaan


masyarakat melegalkan pungutan agar lebih mudah dalam proses
administratif menjadi salah satu faktor utama hampir di seluruh sektor
kehidupan , bahkan dalam beberapa kasus dianggap bukan kejahatan. Pidana
hukum yang tertuang dalam Undang-undang bahkan tidak memberi efek bagi
pelaku kejahatan pungli jika di bentengi oleh instansi besar yang juga bekerja
sama melakukan korupsi. Upaya yang jadi pilihan awal adalah mencegah dan
menanggulagi kejahatan tersebut.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pungli :
o Pihak-pihak penegak hukum dapat melakukan penyuluhan kepada
tenaga pendidik, pegawai negeri, maupun instansi pemeritah

13
o Melakukan pembinnaan kepada calon tenaga pendidik tentang
larangan melakukan perbuatan yang menjadikan peserta didik sebagai
objek materialis
o Bekerja sama dengan masyarakat untuk membuat pos pengaduan
pelanggaran yang ada di sekolah
o Dinas Pendidikan memiliki dan menindak tegas aturan seperti pelaku
dimutasi ke tempat lain, pencopotan jabatan, dan pemecatan.

14
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang tidak
seharusnya biaya dikenakan atau dipungut. Pungli berasal dari frasa pungutan
liar yang dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungut
bayaran/meminta uang secara paksa. Jadi pungli merupakan praktek
kejahatan.

Ada beberapa faktor pendukung yang menyebabkan Pungutan Liar ini tumbuh
subur, diantaranya ialah:

- Faktor Individu Pelaku


- Faktor kesempatan
- Faktor Aturan dan Regulasi yang Tidak Jelas
- Faktor Pengawasan yang kurang ketat
- Partisipasi Masyarakat rendah dalam Memerangi Praktik Pungli di
Sekolah

Upaya yang jadi pilihan awal adalah mencegah dan menanggulagi kejahatan
tersebut.

 Pihak-pihak penegak hukum dapat melakukan penyuluhan kepada tenaga


pendidik , pegawai negeri, maupun instansi pemeritah
 Melakukan pembinnaan kepada calon tenaga pendidik tentang larangan
melakukan perbuatan yang menjadikan peserta didik sebagai objek
materialis
 Bekerja sama dengan masyarakat untuk membuat pos pengaduan
pelanggaran yang ada di sekolah
 Dinas Pendidikan memiliki dan menindak tegas aturan seperti pelaku
dimutasi ke tempat lain, pencopotan jabatan, dan pemecatan.

15
Langkah kongkrit untuk penyimpangan pendidikan seperti pemungutan
liar seperti ini tidak cukup bila hanya mengandalkan kesadaran diri, perlu
bantuan dari pemerintah juga pihak sekolah untuk menindak tegas oknum
yang bertanggung jawab atas pemungutan liar dengan dalih meningkatkan
kualitas mutu pendidikan seperti ini. Saya yakin hal seperti ini sedikit atau
banyak terjadi hampir disetiap sekolah formal, namun meskipun begitu hal ini
tidak dapat dianggap wajar karena menyangkut kualitas pendidikan di
Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, sekolah merupakan pendidikan formal
paling berpengaruh selain pendidikan informal yang didapat dalam keluarga
dan pendidikan nonformal sebagai basis bersosialisasi. Ketiga pendidikan ini
saling melengkapi untuk menghasilkan generasi muda yang dapat bersaing di
era globalisasi. Mencetak sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya.
Hal ini juga jadi harapan seluruh rakyat Indonesia agar dapat berjaya di tangan
generasi millenial yang ahli dibidangnya.

4.2 Saran

Terhadap uraian diatas, maka penulis mempunyai beberapa saran, yaitu:

1. Sekolah dapat secara kreatif mencari sumber-sumber dana yang lain selain
orangtua siswa, misalnya dengan bekerjasama dengan pihak industri
dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler.
2. Orang tua membuat forum sendiri guna pengawasan terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran yang diminta oleh pihak sekolah kepada orang tua
murid, sebagai transparansi. Atau mengisi anggota komite sekolah dari
berbagai kalangan, bukan hanya diisi oleh orang tua yang berasal dari
strata ekonomi menengah ke atas.
3. Orang tua harus menanamkan rasa tanggung jawab dan kritis kepada anak
agar apabila di sekolahnya terjadi pungutan liar.
4. Membuat Surat Perjanjian yang ditandatangani secara bersama oleh guru,
kepala sekolah, orang tua murid, masyarakat dan dinas pendidikan berisi
perjanjian agar tidak terjadi pungutan liar.

16
5. Peran pemerintah untuk pemerataan fasilitas sekolah, tunjangan yang
layak bagi para guru atau pengajar, sistem pembelajaran yang baik
diharapkan mampu memberantas pungli di sekolah.

17
DAFTAR PUSTAKA

A.S, A. (2010). Pengantar Kriminologi. Makassar: Pustaka Refleksi.


Atmasasmita, R. (1992). Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Bandung: Erecsa.
Rahmatullah, N. Z. (2014). TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP
PUNGUTAN LIAR. 99.
Santoso, T., & Achjani, E. (2011). Kriminologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sinambela, L. P. (2006). Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan
Implermentasi. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

https://www.silabus.web.id/pengertian-pendidikan-dan-makna-pendidikan/

https://issuu.com/jurnalhistogram/docs/3._taufan

https://kabarjombang.com/pesantren-pendidikan/pungli-jutaan-rupiah-di-sma-
negeri-jombang-orangtua-sampai-gadaikan-tanah/

https://serupa.id/landasan-pendidikan-pengertian-fungsi-tujuan-jenis-dsb/

https://www.dosenpendidikan.co.id/landasan-pendidikan/

(Rahmatullah, 2014)

18

Anda mungkin juga menyukai