Anda di halaman 1dari 13

UNDANG-UNDANG KEPEGAWAIAN

Makalah disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Administrasi Pendidikan
Dosen Pengampu
Siti Istiqomah, M.Pd

Disusun Oleh: Kelas V B Tarbiyah


Kelompok 8
1. Dinda Nurviana (17311846)
2. Farahdilla Putri A F (17311847)
3. Farentifal Nahda (17311848)
4. Firda Afifatunnisa (17311849)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TA. 2018/2019
‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫ِب‬

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang


Maha Esa karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Administrasi Pendidikan. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan ilmu, iman dan
membimbing akhlak umat manusia sehingga sampai hari ini insya Allah manusia
yang istiqamah menerima dan menjalankan petunjuknya senantiasa berada dalam
kebenaran.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya pemahaman, pengalaman dan ilmu pengetahuan
yang penulis miliki. Berkat bimbingan dan bantuan dari Ibu Dosenpengampu
mata kuliah Administrasi Pendidikan dan berbagai pihak pada proses pembuatan
makalah ini, perkenankan penulis menyampaikan banyak terimakasih. Tak lupa
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki kesalahan pada pembuatan makalah pada masa yang
akan datang.

Jakarta 20 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ..................................................Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penulisan ....................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Daerah .................................................Error! Bookmark not defined.
B. Pendidikan Masyarakat........................................................................................ 6
C. Sertifikasi Guru.......................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Administrasi adalah kegiatan yang menduduki kedudukan sentral
didalam pembinaan dan pengembangan pada setiap kegiatan kerjasama
sekelompok manusia, dalam bidang pendidikan juga harus ada
administrasi yang mampu mengembangkan dan mencapai tujuan
pendidikan.
Administrasi sangatlah dibutuhkan demi berjalannya proses belajar
mengajar dalam dunia pendidikan. Maka dari itu, jika seorang pendidik
menginginkan membuat sebuah lembaga mengajar, harus menguasai
bidang pendidikan khususnya administrasi tentang Undang-Undang
Kepegawaian.
Komponen-komponen administrasi tentang Undang-Undang
Kepegawaian secara garis besar dapat digolongkan menjadi :
1. Peraturan Pemerintah tentang pengadaan Guru
2. Pendidikan merupakan Kewajiban Daerah (otonomi daerah),
Pendidikan masyarakat, dan Sertifikasi guru.

Dalam makalah ini, penulis akan mengulas tentang Undang-Undang


Kepegawaian, peraturan pemerintah tentang pengadaan guru, dan pendidikan
merupakan kewajiban daerah, pendidikan masyarakat, dan sertifikasi guru

B. Rumusan Makalah
1. Apa pengertian dari Undang-Undang Kepegawaian?
2. Bagaimana peraturan pemerintah tentang pengadaan guru?
3. Bagaimana pendidikan merupakan kewajiban daerah, pendidikan
masyarakat, dan sertifikasi guru?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Undang-Undang Kepegawaian
2. Untuk mengetahui peraturan pemerintah tentang pengadaan guru.
3. Untuk mengetahui pendidikan daerah, pendidikan masyarakat dan
sertifikasi guru.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Merupakan Kewajiban Daerah (Otonomi Daerah)

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarakan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Otonomi pendidikan yang benar harus bersifat accountable, artinya kebijakan
pendidikan yang diambil harus selalu dipertanggung jawabkan kepada publik,
karena sekolah didirikan merupakan institusi publik atau lembaga yang melayani
kebutuhan masyarakat. Otonomi tanpa disertai dengan akuntabilitas publik bisa
menjurus menjadi tindakan yang sewenang- wenang.1

Dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah Pasal 10 dijelaskan bahwa menyelenggarakan urusan pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.2

Dalam urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah di luar


urusan pemerintah, pemerintah dapat menyelenggarakan sendiri sebagian urusan
pemerintahan, melimpahkan sebagian urusan pemerintah kepada Gubernur selaku
wakil pemerintah dan menugaskan sebagian urusan kepada pemerintah daerah/
pemerintah desa berdasarkan asas tugas pembantuan.3 Ada 4 dampak positif untuk
mendukung kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu:

a. Peningkatan Mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah lebih


leluasa mengelola dan memperdayakan potensi sumber daya yang
dimiliki.

1
H.AR.Tilaar, 2002. Membenahi Pendidikan Nasional, ( Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 16
2
UU No. 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah sudah diganti dengan UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
b. Efisiensi Keuangan, hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-
sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional.
c. Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata birokrasi yang panjang
dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat- tingkat.
d. Perluasan dan Pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan
pendidikan pada daerah plosok sehingga terjadi perluasan dan pemerataan
pendidikan.
Otonomi pendidikan menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) adalah terungkap
pada Bagian Hak dan Kewajiban Negara, orang tua, masyarakat dan
pemerintah.4 Pada bagian ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal 8
disebutkan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Pasal 9
masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Bagian keempat Hak dan Kewajiban dan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Pasal 11 ayat (2) pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia 7- 15
tahun. Khusus ketentuan bagi Perguruan Tinggi, Pasal 24 ayat (2) yaitu
Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembagannya
sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan
pengabdian kepada masyarakat.
Untuk meningkatkan otonomi manajemen sekolah yang
mendukung peningkatan mutu pemdidikan, Pimpinan sekolah harus
memiliki kemampuan untuk melibatkan partisipasi dan komitmen dan
orang tua dan anggota masyarakat sekitar sekolah untuk mewujudkan visi,
misi dan program peningkatan mutu pendidikan secara bersama- sama,
salah satu tujuan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk
memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas,

4
William N. Dunn, 2003. AnalisaKebijakanPublik, (Yogyakarta: Hanindya Graha Widya),
hlm. 40
meningkatkan peran serta masyarakat termasuk dalam meningkatkan
sumber dana dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dijelaskan tentang Pendidikan. Pada
Pasal 4 ayat (1) menegaskan bahwa pembagian urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) berdasarkan criteria
eksternal, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian
hubungan antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Sebagaimana
telah diganti dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pada Pasal 9 ayat (3) menegaskan bahwa Urusan
pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi serta
Daerah Kabupaten/Kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi,
dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.

B. Pendidikan Masyarakat
Seiring dengan terjadinya perubahan drastis di dalam tata
kehidupan bangsa Indonesia, maka masyarakat ideal yang dicita-citakan
adalah masyarakat sispil, masyarakat demokratis, masyarakat yang
berkualitas, dan masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Perubahan tatanan hidup ini menuntut perubahan-perubahan besar di
dalam tata kehidupan manusia termasuk pendidikan.5
Penyelenggara pendidikan baik pemerintah maupun swasta harus
berani mengambil sikap dan wawasan bahwa mau tidak mau setaip
sekolah harus melibatkan masyarakat setempat, terutama orang tua peserta
didik dalam pengembangan pendidikannya. Sumber-sumber yang ada
dalam masyarakat diberdayakan seoptimal mungkin, baik itu sumber daya
manusia maupun sumber dana untuk pendidikan.
Pendekatan yang terus-menerus dikembangkan adalah pendekatan
partisipatif, di mana masyarakat khususnya orang tua peserta didik diberi

5
Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 56.
kesempatan seluas-luasnya untuk iikut “urun rembug” masalah
pendidikan. Mereka diberi kesempatan untuk bersama-sama menganalisis
seluruh infrastruktur yang ada di sekolah, apakah itu menyangkut SDM,
kurikulum, sarana prasarana, financial, sistem informasi, dan semua yang
dianggap punya keterkaitan. 6

C. Sertifikasi Guru
Secara etomologis sertifikasi dapat dimaknai sebagai surat
keterangan (sertifikat) dari lembaga berwenang yang diberikan kepada
jenis profesi dan sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi
untuk melaksanakan tugas.7
Merujuk pada ketentuan pasal 42 ayat (1) UU Sisdiknas, bahwa
guru dan dosen dituntut wajib memiliki sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pada hakikatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah
unttuk mendapatkan guru yang baik dan professional yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya
serta tujuan pendidikan pada umumnya sesuai kebutuhan masyarakat dan
tuntutan zaman.8
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengakuan
tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk

6
Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 56-58.
7
Uhar Suhar Saputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm.
215.
8
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2012), hlm. 17.
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu,
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi
yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.9
Tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan kemampuan
atau kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik di
sekolah, sehingga upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat didukung
oleh SDM yang berkualitas karena kompetensi guru meningkat sesuai
harapan masyarakat.10
Manfaat sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan diantaranya:

1. Pengawasan Mutu
a. Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan
menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat
unik.
b. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para
praktisi untuk mengembangkan tingkat
kompetensinya secara berkelnjutan.
c. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme
seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi
profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.
d. Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan
yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara
mandiri untuk mencapai peningkatan
profesionalisme.
2. Penjaminan Mutu
a. Adanya proses pengembangan profesionalisme da
evaluasi terhadap kinerja praktisi akan
9
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 33
10
Uhar Suhar Saputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),
hlm. 216.
menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah
menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi
beserta anggotanya.
b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga
bagi para pelanggan/ pengguna yang ingin
mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan
keterampilan tertentu.

Proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas


dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem
rekrutmen guru, pembinaan dan peningkatan karir guru. 11

11
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 35.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

1. Otonomi pendidikan yang benar harus bersifat accountable, artinya


kebijakan pendidikan yang diambil harus selalu dipertanggung
jawabkan kepada publik, karena sekolah didirikan merupakan
institusi publik atau lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat.
2. Penyelenggara pendidikan baik pemerintah maupun swasta harus
berani mengambil sikap dan wawasan bahwa mau tidak mau setaip
sekolah harus melibatkan masyarakat setempat, terutama orang tua
peserta didik dalam pengembangan pendidikannya.
3. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
dan dosen.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.


Mulyasa. 2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Saputra, Uhar Suhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika
Aditama.
Tilaar. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai