Kelas 17 – L1 (Regular)
Class
Dosen
: DR. Japansen Sinaga SH,MHum
Lecturer / Tutor
Saya menyatakan bahwa asesmen ujian akhir semester ini adalah merupakan karya saya sendiri, dan belum diserahkan untuk keperluan
nilai kredit akademik di institusi lain, dan menyatakan bahwa penilai dapat mempergunakannya untuk:
I declare that this Final Examination Assessment item is my own work, and has not been submitted for academic credit elsewhere, and
acknowledge that the assessor of this item may, for the purpose of assessing this item
a. Memperbanyak hasil penilaian ujian akhir semester ini dan memberikan salinannya kepada pihak terkait lainnya dalam Universitas;
dan/atau
Reproduce this final examination assessment item and provide a copy to another member of the University; and/or,
b. Menyerahkan salinan dari hasil penilaian ujian akhir semester ini kepada layanan pemeriksaan plagiarisme (untuk disimpan sebagai
arsip dalam pemeriksaan plagiarisme di masa mendatang)
Communicate a copy of this final examination assessment item to a plagiarism checking service (which may then retain a copy of the final
examination assessment item on its database for the purpose of future plagiarism checking).
c. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Peraturan Universitas sehubungan dengan Pelanggaran Akademik
Mahasiswa
I certify that I have read and understood the University Rules in respect of Student Academic Misconduct.
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:
ABSTRAK
Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat berdasarkan keadilan sosial. Survei Transparency International (TI)
menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara paling korup di dunia. Korupsi
telah meluas dan dilakukan oleh semua elemen masyarakat, termasuk pejabat publik
(Djulianto, 2009). Pemerintah Indonesia memerangi korupsi dengan menerapkan
Undang-Undang Antikorupsi, di samping membangun Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (KPK) untuk menegakkan pelaksanaan program
pemberantasan korupsi. efektivitas pelaksanaan program membutuhkan kontribusi
dari partisipasi masyarakat
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dalam makalah ini dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan juga sesuai dengan waktu
yang direncanakan.Dalam hal ini penulis memilih judul analisis
pemahaman masyarakat dalam anti tindak pidana korupsi.
Oleh karena itu ada pantun yang berbunyi “Tiada gading yang tak
retak” yang artinya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
demikian penulis ngin mengharapkan akan kritik dan saran yang
konstruktif guna untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah
ini.Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................. 11
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini menjadi salah satu
penyebab terpuruknya sistem perekonomian bangsa yang dibuktikan dengan
semakin meluasnya tindak pidana korupsidalam masyarakat dengan melihat
perkembangannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa sisi negatif, tidak
hanya terhadap kehidupan perekonomian nasional denganmerugikan kondisi
keuangan negara, namun juga melanggar hak-hak sosial dan ekonomipada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas dengan kurangnya
pertanggungjawaban pidana yang seharusnya dilakukan oleh pelaku tindak
pidana terkait.
Tindak pidana korupsi telah menjadi suatu kejahatan yang luar biasa
(extra- ordinary crime). Begitu pula dalam upaya pemberantasannya tidak lagi
dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa yang
dilakukan dengan cara-cara khusus, langkah-langkah yang tegas dan jelas
dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat khususnya
pemerintah dan aparat penegak hukum.Perbuatan korupsi satu negara dengan
negara lain dari intensitas dan modus operandinya sangat bergantung pada
kualitas masyarakat,adat-istiadat, dan sistem penegakan hukum suatu negara.1
1
Djoko Sumaryanto, Pembalikan Beban Pembuktian, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2009, hlm. 2.
Untuk menjamin penegakan hukum dapat dilaksanakan secara benar
dan adil, tidak ada kesewenang-wenangan, tidak ada penyalahgunaan
kekuasaan. Ada beberapa asas yang harus selalu tampil dalam setiap penegakan
hukum, yaitu :
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
2
H.A. Rasyid Noor, Korupsi dan Pemberantasannya di Indonesia, Majalah Varia Peradilan tahun
XXIV,2009, hlm. 46
2
gilirannya memberikan sumbangan bagi perkembangan dalam lingkup
tindak pidana korupsi.
b. Secara praktis,dapat digunakan sebagai pedoman bagi lembaga
pemerintah,peradilan dan para praktisi hukum dalam menentukan
regulasi yang tepat agar dapat menyelesaikan dan menuntut ganti rugi
akibat korupsi.
c. Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademisi untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Pidana.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan
penyuapan manipulasi dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang
merugikan atau dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, merugikan kesejahteraan atau kepentingan rakyat/umum.3
3
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-tindak-pidana-korupsi/12393 ,diakses pada 20
April 2020;Pkl 18:19 Wib
4
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
a. Setiap orang;
b. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi
c. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
d. Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;
e. Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian
Negara.
4
Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung,2000, hlm. 7
5
mengembalikan sejumlah uang dan harta yang diperoleh dari hasil
korupsi kepada negara.
Mengenai subyek atau pelaku perbuatan pidana secara umum
hukum hanya mengakui sebagai pelaku, sedangkan pertanggungjawaban
pidana dianut asas kesalahan, yang berarti untuk dapat menjatuhkan
pidana kepada pembuat delik disamping harus memenuhi unsur-unsur
rumusan delik juga harus ada kesalahan dan kemampuan
bertanggungjawab5
Pasal 3 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara7.
5
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, PT. Bina Aksara, Bandung,2002, hlm. 85
6
Pasal 2 UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
7
Pasal 3 UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6
(4) Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian negara8
8
Pasal 2 UU nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
9
Robert Klitgaard, 2005, hlm. 1-2, Penuntun Pemberantasan Korupsi Dalam Pemerintahan Daerah, (alih
bahasa oleh Masri Maris), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
7
b. Komisi untuk para penanggung jawab pengadaan barang dan jasa bagi
pemerintah daerah berarti bahwa kontrak jatuh ke tangan perusahaan
yang tidak memenuhi syarat.
c. Kepolisian sering kali karena telah disuap pura-pura tidak tahu bila ada
tindak pidana yang seharusnya diusutnya.
d. Pegawai pemerintah daerah menggunakan sarana masyarakat untuk
kepentingan pribadi
e. Untuk mendapatkan surat izin dan lisensi, warga masyarakat harus
memberi uang pelicin kepada petugas bahkan kadang-kadang harus
memberi suap agar surat izin atau lisensi bisa terbit
f. Dengan memberi suap, warga masyarakat bisa berbuat sekehendak hati
melanggar peraturan keselamatan kerja, peraturan kesehatan, atau
peraturan lainnya sehingga menimbulkan bahaya bagi anggota
masyarakat selebihnya.
g. Layanan pemerintah daerah diberikan hanya bila warga telah
membayar sejumlah uang tambahan di luar biaya yang resmi.
h. Keputusan mengenai peruntukan lahan dalam kota sering dipengaruhi
oleh korupsi.
i. Petugas pajak memeras warga, atau lebih bersekongkol dengan wajib
pajak, memberikan keringanan pajak pada wajib pajak dengan imbalan
suap.
8
membentuknya demikian10, terutama lingkungan yang ada dalam kekuasaan
yang sudah dihinggapi oleh tanggung jawab yang hilang. Jadi tak berlebihan
jika James C. Scoot memiliki pendirian bahwa korupsi meliputi penyimpangan
tingkah laku standar, yaitu melanggar atau bertentangan dengan hukum untuk
memperkaya diri sendiri11,oleh karenanya diperlukan kontrol sosial.
Pasal 41
1. Masyarakat dapat berpran serta membantu upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan
dalam bentuk:
a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana korupsi;
b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
10
Topo Santoso dan Eva Achzani Zulfa, 2003, yang menyebutkan bahwa teori kontrol sosial
mendasarkan asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan merupakan bagian dari umat manusia.
Kriminologi, RadjaGrafindo Persada,hlm. 58, Jakarta
11
Azhar, op.cit. hlm.161. 31, Ahmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indinesia, Bogor
12
Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang diubah oleh
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
9
d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang
diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari.
e. hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal:
a. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf
a.b,dan c;
b. diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan dan di
sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli,
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
3. Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan
tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
4. Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-
asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangundangan
yang berlaku dan dengan menaati norma agama dan norma sosial
lainnya.
5. Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Pasal 42 :
13
Pasal 42 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang diubah oleh
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
10
BAB III
B. Saran
Untuk itulah diharapkan peran serta masyarakat dalam pencegahan tindak
pidna korupsi sangat dibutuhkan dan memiliki peran yang sangat penting sebagai
bentuk dari kontrol sosial, tingginya kontrol sosial akan mampu mempersempit ruang
gerak bagi korupsi dan memperlebar ruang bagi anti korupsi. Agar tingkat
pertumbuhan korupsi dapat terus ditekan, maka uapaya mendorong kesadaran
masyarakat dalam pencegahan tindak pidana korupsi perlu terus diupayakan, salah
satunya adalah pemberian penghargaan pada masyarakat bagi pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagai mana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Negara, harus diwujudkan secara nyata,dan juga hubungan sinergis
dari aparat penegak hukum seperti polisi,jaksa,dan juga KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan hakim menjatuhkan putusan sesuai tujuan penegakkan hukum yang
ketat dan tegas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Azhar, op.cit. hlm.161. 31, Ahmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum, Ghalia
Indinesia, Bogor
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, PT. Bina Aksara,
Bandung,2002, hlm. 85
Topo Santoso dan Eva Achzani Zulfa, 2003, yang menyebutkan teori kontrol
sosial mendasarkan asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan merupakan bagian
dari umat manusia. Kriminologi, RadjaGrafindo Persada,hlm. 58, Jakarta
Perundang-Undangan
12