Anda di halaman 1dari 17

Lembar Pengantar

Ujian Akhir Semester


Final Examination Cover Sheet
Nama Mahasiswa : Joy Zaman Felix Saragih
Student Name

NIM Mahasiswa : 03051170068


Student ID

Nama Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi


Course Name

Kelas 17 – L1 (Regular)
Class

Dosen
: DR. Japansen Sinaga SH,MHum
Lecturer / Tutor

Tanggal Penyerahan : Jumat,24 April 2020


Submission Date

Saya menyatakan bahwa asesmen ujian akhir semester ini adalah merupakan karya saya sendiri, dan belum diserahkan untuk keperluan
nilai kredit akademik di institusi lain, dan menyatakan bahwa penilai dapat mempergunakannya untuk:
I declare that this Final Examination Assessment item is my own work, and has not been submitted for academic credit elsewhere, and
acknowledge that the assessor of this item may, for the purpose of assessing this item

a. Memperbanyak hasil penilaian ujian akhir semester ini dan memberikan salinannya kepada pihak terkait lainnya dalam Universitas;
dan/atau
Reproduce this final examination assessment item and provide a copy to another member of the University; and/or,

b. Menyerahkan salinan dari hasil penilaian ujian akhir semester ini kepada layanan pemeriksaan plagiarisme (untuk disimpan sebagai
arsip dalam pemeriksaan plagiarisme di masa mendatang)
Communicate a copy of this final examination assessment item to a plagiarism checking service (which may then retain a copy of the final
examination assessment item on its database for the purpose of future plagiarism checking).

c. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Peraturan Universitas sehubungan dengan Pelanggaran Akademik
Mahasiswa
I certify that I have read and understood the University Rules in respect of Student Academic Misconduct.

Ditanda tangani oleh : Joy Zaman Felix Saragih


Signed by

Tanggal Jumat,24 April 2020


Date

*Pilih salah satu/Select one


Ujian Akhir Semester Genap
Ta.2019/2020
MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
PEMAHAMAN MASYARAKAT DALAM ANTI KORUPSI DALAM
MASA PANDEMI COVID - 19

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:

JOY ZAMAN FELIX SARAGIH


(NIM : 03051170068)
KELAS : 17 – L1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
MEDAN
2020
PEMAHAMAN MASYARAKAT DALAM ANTI KORUPSI

ABSTRAK
Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat berdasarkan keadilan sosial. Survei Transparency International (TI)
menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara paling korup di dunia. Korupsi
telah meluas dan dilakukan oleh semua elemen masyarakat, termasuk pejabat publik
(Djulianto, 2009). Pemerintah Indonesia memerangi korupsi dengan menerapkan
Undang-Undang Antikorupsi, di samping membangun Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (KPK) untuk menegakkan pelaksanaan program
pemberantasan korupsi. efektivitas pelaksanaan program membutuhkan kontribusi
dari partisipasi masyarakat
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dalam makalah ini dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan juga sesuai dengan waktu
yang direncanakan.Dalam hal ini penulis memilih judul analisis
pemahaman masyarakat dalam anti tindak pidana korupsi.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini tidaklah mungkin


tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari semua pihak baik dari segi moril
maupun juga dari segi materil. Oleh karena itu sepatutnya penulis dalam
penelitian ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1 Bapak DR. Japansen Sinaga SH,MHum selaku dosen pengampu mata


kuliah Pendidikan Anti Korupsi yang dengan perantaranya sehingga
penulis mendapatkan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
2 Dan juga penulis tidak lupa kepada kedua orang tua ,Ayahanda Zani
Afoh Saragih SH,MHum dan Ibunda Lisbeth Asrianty Sinaga
SE,Ak yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang
berguna,berhasil bagi nusa dan bangsa.
3 Kepada adik saya yang tercinta George Christian Zherman Saragih
yang selalu memberikan semangat dan motivasi hingga saat ini.

Oleh karena itu ada pantun yang berbunyi “Tiada gading yang tak
retak” yang artinya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
demikian penulis ngin mengharapkan akan kritik dan saran yang
konstruktif guna untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah
ini.Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat

Medan, 22 April 2020

Penulis,

Joy Zaman Felix Saragih

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

BAB I – Pendahuluan ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 2

1.4 Manfaat .............................................................................................. 2

BAB II – Pembahasan .................................................................................. 4

2.1 Tindak Pidana Korupsi....................................................................... 4

2.2 Penetapan Sanksi Korupsi................................................................. 5

2.3 Akibat Tindak Pidana Korupsi........................................................... 6

2.4 Pentingnya Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi.8

BAB III – Kesimpulan dan Saran ............................................................... 11

A. Kesimpulan ........................................................................................ 11

B. Saran .................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

v
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini menjadi salah satu
penyebab terpuruknya sistem perekonomian bangsa yang dibuktikan dengan
semakin meluasnya tindak pidana korupsidalam masyarakat dengan melihat
perkembangannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa sisi negatif, tidak
hanya terhadap kehidupan perekonomian nasional denganmerugikan kondisi
keuangan negara, namun juga melanggar hak-hak sosial dan ekonomipada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas dengan kurangnya
pertanggungjawaban pidana yang seharusnya dilakukan oleh pelaku tindak
pidana terkait.

Dalam penyuapan di dunia perdagangan, baik yang bersifat domestik


maupun transnasional, korupsi jelas- jelas telah merusak mental pejabat.Demi
mengejar kekayaan, para pejabat negara tidak takut melanggar hukum
negara.Kasus-kasus tindak pidana korupsi sulit diungkap karena para
pelakunya terkait dengan wewenang atau kekuasaannya yang dimiliki.

Tindak pidana korupsi telah menjadi suatu kejahatan yang luar biasa
(extra- ordinary crime). Begitu pula dalam upaya pemberantasannya tidak lagi
dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa yang
dilakukan dengan cara-cara khusus, langkah-langkah yang tegas dan jelas
dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat khususnya
pemerintah dan aparat penegak hukum.Perbuatan korupsi satu negara dengan
negara lain dari intensitas dan modus operandinya sangat bergantung pada
kualitas masyarakat,adat-istiadat, dan sistem penegakan hukum suatu negara.1

1
Djoko Sumaryanto, Pembalikan Beban Pembuktian, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2009, hlm. 2.
Untuk menjamin penegakan hukum dapat dilaksanakan secara benar
dan adil, tidak ada kesewenang-wenangan, tidak ada penyalahgunaan
kekuasaan. Ada beberapa asas yang harus selalu tampil dalam setiap penegakan
hukum, yaitu :

1. Asas Tidak Berpihak (Impartiality),


2. Asas Kejujuran Dalam Memeriksa Dan Memutus (Fairness),
3. Asas Beracara Benar (Procedural Due Process),
4. Asas Menerapkan Hukum Secara Benar Yang Menjamin Dan
Melindungi Hak-Hak Substantive Pencari Keadilan (Substantive Due
Process),
5. Asas Harmonisasi Antara Kepentingan Pencari Keadilan Dan
Kepentingan Sosial (Lingkungan);
6. Asas Jaminan Bebas Dari Segala Tekanan Dan Kekerasan Dalam
Proses Peradilan2.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana akibat yang ditimbulkan dari Tindakan korupsi?
2. Bagaimana peran masyaakat dalam mewujudkan anti korupsi?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui jumlah kerugian negara diakibatkan dari Tindakan


korupsi
2. Untuk mengetahui upaya dalam memberikan perlindungan secara hukum
kepada tersangka korupsi.

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara teoritis,hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian


lebih lanjut untuk melahirkan berbagai konsep ilmiah yang pada

2
H.A. Rasyid Noor, Korupsi dan Pemberantasannya di Indonesia, Majalah Varia Peradilan tahun
XXIV,2009, hlm. 46

2
gilirannya memberikan sumbangan bagi perkembangan dalam lingkup
tindak pidana korupsi.
b. Secara praktis,dapat digunakan sebagai pedoman bagi lembaga
pemerintah,peradilan dan para praktisi hukum dalam menentukan
regulasi yang tepat agar dapat menyelesaikan dan menuntut ganti rugi
akibat korupsi.
c. Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademisi untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Pidana.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan
penyuapan manipulasi dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang
merugikan atau dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, merugikan kesejahteraan atau kepentingan rakyat/umum.3

Pemberantasan korupsi secara hukum adalah dengan


mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan berbagai ketentuan terkait
yang bersifat represif.Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-
Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001.Bila kita cermati dari awal sampai akhir tujuan khusus
yang hendak dicapai adalah bersifat umum, yaitu penegakan keadilan
hukum secara tegas bagi siapa saja yang terbukti melakukan tindak pidana
korupsi.

Dampak paling besar dari korupsi adalah terhambatnya


pembangunan secara umum, sektor-sektor pelayanan umum yang
seharusnya dibangun untuk pelayanan terhadap masyarakat menjadi
terhambat dan secara tidak langsung masyarakat luas akan merasakan
dampaknya secara ekonomis, mungkin hal ini terkadang tidak disadari
karena dampaknya tidak terjadi seketika.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 3,


Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

3
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-tindak-pidana-korupsi/12393 ,diakses pada 20
April 2020;Pkl 18:19 Wib

4
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Terdapat unsur-unsur yang memenuhi Tindak Pidana Korupsi


yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 3
yaitu sebagai berikut:

a. Setiap orang;
b. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi
c. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
d. Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;
e. Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian
Negara.

2.2 Penetapan Sanksi Korupsi


Pertanggungjawaban adalah sesuatu yang harus
dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukan, yaitu
perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan itu dipertanggungjawabakan
oleh si pembuatnya dengan kata lain kesadaran jiwa orang yang dapat
menilai, menentukan kehendaknya, tentang perbuatan tindak pidana yang
dilakukan berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Moeljatno menyatakan bahwa pertanggungjawaban pidana tidak cukup
dengan dilakukan perbuatan pidana saja, akan tetapi disamping itu harus
ada kesalahan atau sikap batin yang dapat dicela, dan mengacu pada
hukum yang tidak tertulis yaitu tidak dipidana jika tidak ada kesalahan
(green straf zonder schuld, ohneschuld keine strafe)4
Dalam hal ini sebelum dijatukan sanksi oleh majelis hakim maka
pelaku tindak pidana korupsi harus bertanggung jawab dengan cara

4
Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung,2000, hlm. 7

5
mengembalikan sejumlah uang dan harta yang diperoleh dari hasil
korupsi kepada negara.
Mengenai subyek atau pelaku perbuatan pidana secara umum
hukum hanya mengakui sebagai pelaku, sedangkan pertanggungjawaban
pidana dianut asas kesalahan, yang berarti untuk dapat menjatuhkan
pidana kepada pembuat delik disamping harus memenuhi unsur-unsur
rumusan delik juga harus ada kesalahan dan kemampuan
bertanggungjawab5

2.3 Akibat Tindak Pidana Korupsi


Tindak pidana korupsi merupakan istilah yang tidak asing bagi masyarakat
Indonesia. Pada prinsipnya pengertian yuridis tentang tindak pidana korupsi
tertuang sebagaimana ditegaskan Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dikatakan bahwa, korupsi adalah : Pasal 2 Setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara6.

Pasal 3 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara7.

Pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
terdapat beberapa unsur penting yaitu:

(1) Setiap Orang;

(2) Melawan Hukum;

(3) Memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi;

5
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, PT. Bina Aksara, Bandung,2002, hlm. 85
6
Pasal 2 UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
7
Pasal 3 UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6
(4) Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian negara8

Setiap orang adalah perseorangan termasuk koorporasi (Pasal 1 angka 3


Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), setiap orang juga dapat
berkenaan dengan jabatan atau pegawai negeri. Perihal pegawai negeri ini
banyak yang keliru memahaminya, seolah-olah pegawai negeri hanya mereka
yang dimaksud dalam undang-undang tentang kepegawaian, padahal pegawai
negeri itu cakupannya begitu luas, hal mana ditegasskan dalam Pasal 1 angka
dua Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang merumuskan:
Pegawai Negeri adalah meliputi :

a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang


kepegawaian;
b. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana
c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah
d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima
bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau
e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

Sebagai sebuah kejahatan yang dampaknya sangat luar biasa, dan


dampak Korupsi da pat menimbulkan akibat yang sangat merugikan rakyat.
maka Robert Klitgaard merinci beberapa hal akibat korupsi di antaranya9 :

a. Suap menyebabkan dana untuk pembangunan rumah murah jatuh ke


tangan yang tidak berhak.

8
Pasal 2 UU nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
9
Robert Klitgaard, 2005, hlm. 1-2, Penuntun Pemberantasan Korupsi Dalam Pemerintahan Daerah, (alih
bahasa oleh Masri Maris), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

7
b. Komisi untuk para penanggung jawab pengadaan barang dan jasa bagi
pemerintah daerah berarti bahwa kontrak jatuh ke tangan perusahaan
yang tidak memenuhi syarat.
c. Kepolisian sering kali karena telah disuap pura-pura tidak tahu bila ada
tindak pidana yang seharusnya diusutnya.
d. Pegawai pemerintah daerah menggunakan sarana masyarakat untuk
kepentingan pribadi
e. Untuk mendapatkan surat izin dan lisensi, warga masyarakat harus
memberi uang pelicin kepada petugas bahkan kadang-kadang harus
memberi suap agar surat izin atau lisensi bisa terbit
f. Dengan memberi suap, warga masyarakat bisa berbuat sekehendak hati
melanggar peraturan keselamatan kerja, peraturan kesehatan, atau
peraturan lainnya sehingga menimbulkan bahaya bagi anggota
masyarakat selebihnya.
g. Layanan pemerintah daerah diberikan hanya bila warga telah
membayar sejumlah uang tambahan di luar biaya yang resmi.
h. Keputusan mengenai peruntukan lahan dalam kota sering dipengaruhi
oleh korupsi.
i. Petugas pajak memeras warga, atau lebih bersekongkol dengan wajib
pajak, memberikan keringanan pajak pada wajib pajak dengan imbalan
suap.

2.4 Pentingnya Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi


Melihat dampak korupsi yang demikian dahsyat, dan sangat merugikan
masyarakat, maka diperlukan sebuah keseriusan dalam penegakan hukum guna
pemebrantasan tindak pidana korupsi.

Korupsi yang dilakukan dengan penggunaan kekuasaan pada intinya


dilakukan karena lemahnya kontrol sosial, atau lingkungan sosial yang

8
membentuknya demikian10, terutama lingkungan yang ada dalam kekuasaan
yang sudah dihinggapi oleh tanggung jawab yang hilang. Jadi tak berlebihan
jika James C. Scoot memiliki pendirian bahwa korupsi meliputi penyimpangan
tingkah laku standar, yaitu melanggar atau bertentangan dengan hukum untuk
memperkaya diri sendiri11,oleh karenanya diperlukan kontrol sosial.

Agar kontrol sosial terlembagakan dalam sistem perundang-undangan dan


sebagai bentuk penyerapan aspirasi masyarakat, maka Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana yang diubah oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, telah merumuskan
mengenai peran serta masyarakat, hal mana ditegaskan dalam :12

Pasal 41
1. Masyarakat dapat berpran serta membantu upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan
dalam bentuk:
a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana korupsi;
b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;

10
Topo Santoso dan Eva Achzani Zulfa, 2003, yang menyebutkan bahwa teori kontrol sosial
mendasarkan asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan merupakan bagian dari umat manusia.
Kriminologi, RadjaGrafindo Persada,hlm. 58, Jakarta

11
Azhar, op.cit. hlm.161. 31, Ahmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indinesia, Bogor
12
Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang diubah oleh
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

9
d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang
diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari.
e. hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal:
a. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf
a.b,dan c;
b. diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan dan di
sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli,
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
3. Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan
tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
4. Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-
asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangundangan
yang berlaku dan dengan menaati norma agama dan norma sosial
lainnya.
5. Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

Pasal 42 :

1 Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat


yang telah berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan,
atau pengungkapan tindak pidana korupsi.
2 Ketentuan mengenai penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.13

13
Pasal 42 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang diubah oleh
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan
penyuapan manipulasi dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang merugikan
atau dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, merugikan
kesejahteraan atau kepentingan rakyat/umum.Korupsi dapat dikategorikan
sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).

Atas perbuatan yang dilakukan oleh tersangka korupsi tersebut maka


harus bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukan.Maka
pertanggungjawaban adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan atas
perbuatan yang telah dilakukan, yaitu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan
itu dipertanggungjawabakan oleh si pembuatnya dengan kata lain kesadaran jiwa
orang yang dapat menilai, menentukan kehendaknya, tentang perbuatan tindak
pidana yang dilakukan berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum tetap,dan
juga dapat berupa mengembalikan seluruh asset dan uang yang telah digunakan
dari hasil korupsi tersebut.

B. Saran
Untuk itulah diharapkan peran serta masyarakat dalam pencegahan tindak
pidna korupsi sangat dibutuhkan dan memiliki peran yang sangat penting sebagai
bentuk dari kontrol sosial, tingginya kontrol sosial akan mampu mempersempit ruang
gerak bagi korupsi dan memperlebar ruang bagi anti korupsi. Agar tingkat
pertumbuhan korupsi dapat terus ditekan, maka uapaya mendorong kesadaran
masyarakat dalam pencegahan tindak pidana korupsi perlu terus diupayakan, salah
satunya adalah pemberian penghargaan pada masyarakat bagi pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagai mana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Negara, harus diwujudkan secara nyata,dan juga hubungan sinergis
dari aparat penegak hukum seperti polisi,jaksa,dan juga KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan hakim menjatuhkan putusan sesuai tujuan penegakkan hukum yang
ketat dan tegas.

11
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Azhar, op.cit. hlm.161. 31, Ahmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum, Ghalia
Indinesia, Bogor

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, PT. Bina Aksara,
Bandung,2002, hlm. 85

Djoko Sumaryanto, Pembalikan Beban Pembuktian, Prestasi Pustaka, Jakarta,


2009, hlm. 2

H.A. Rasyid Noor, Korupsi dan Pemberantasannya di Indonesia, Majalah Varia


Peradilan tahun XXIV,2009, hlm. 46

Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung,2000, hlm. 7

Robert Klitgaard, 2005, hlm. 1-2, Penuntun Pemberantasan Korupsi Dalam


Pemerintahan Daerah, (alih bahasa oleh Masri Maris), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Topo Santoso dan Eva Achzani Zulfa, 2003, yang menyebutkan teori kontrol
sosial mendasarkan asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan merupakan bagian
dari umat manusia. Kriminologi, RadjaGrafindo Persada,hlm. 58, Jakarta

Perundang-Undangan

1. Undang – Undang No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara


Yang Bersih dari Korupsi,Kolusi,dan Nepotisme.
2. Undang – Undang No.31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi.
3. Undang-Undang No.2 Tahun 2000 Tentang Kepolsian Negara Republik
Indonesia.
4. Undang -Undang No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
5. Undang-Undang No.16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia
6. Undang-Undang No.1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Masalah
Pidana
7. UU No.20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi

12

Anda mungkin juga menyukai