Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : Cindy Elvina Pane

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 045311492

Tanggal Lahir : 14 April 2001

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4205 / Kriminologi

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 12 / Medan

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 27 Juni 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Cindy Elvina Pane


NIM : 045311492
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4205 / Kriminologi
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FHISIP)
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : Medan

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Kabanjahe, 27 Juni 2023

Yang Membuat Pernyataan

Cindy Elvina Pane


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1.1 Menurut status sosial yang dimiliki para penjahat bisa diklasifikasikan menjadi penjahat miskin
dan penjahat kaya. Tentunya dengan karakteristik yang berbeda-beda. Penjahat miskin muncul karena adanya
rasa kelaparan, ketidakadilan sosial, dan kurangnya akses terhadap kebutuhan dasar yang mereka alami.
Semua faktor itulah yang mendorong mereka melakukan tindakan kriminal. Sementara itu penjahat kaya bisa
muncul hanya karena ingin mencari rasa puas dari melakukan tindak kejahatan. Motifnya memang terkesan
kurang tetapi kebutuhan akan rasa puas pada dasarnya adalah hal yang sangat penting.

Jika dilihat dari penyebabnya maka setidaknya ada 5 hal yang mungkin melatarbelakangi kejahatan. Berikut ini
penjelasannya:

• Kesenjangan sosial. Di sini para penjahat merasakan adanya ketidakadilan dan kesenjangan yang membuat
mereka kesusahan. Akhirnya hal ini memicu mereka untuk melakukan tindakan kriminal.
• Adanya ambisi. Penyebab ini masih berkaitan dengan klasifikasi penjahat kaya yang dibahas sebelumnya.
Mereka ingin memenuhi rasa puas dan ambisi yang ada di dalam dirinya.
• Penjahat profesional. Mereka yang memiliki motif ini biasanya memang sudah berpengalaman. Hal itu
membuat setiap rencana kejahatan mereka pasti dirancang dengan sistematis dan sangat rapi.
• Penjahat kekerasan. Selain melakukan tindakan seperti pencurian atau perampokan, penjahat ini tidak
segan untuk melakukan kekerasan pada korban. Bahkan pada beberapa kasus, kekerasan merupakan
tujuan utama mereka.
• Adanya kesempatan. Faktor terakhir yang menjadi penyebab fundamental kejahatan adalah adanya
peluang untuk berbuat. Misalnya ada motor yang tidak dikunci stang dapat memicu adanya pencurian.

1.2 Upaya analisis yang dapat dilakukan adalah dengan tegaknya aturan yang dibuat oleh pemerintah, baik itu
pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga pemerintah tingkat desa. Angka ini dapat ditekan jika perangkat
tersebut saling kolaborasi bekerjasama. Efek yang ditimbulkan dengan peristiwa ini akan menimbulkan
ketidaknyamanan, dan adanya kesenjangan sosial jika tidak dapat diatasi. Karena itulah, sangat perlu
dilakukan upaya-upaya yang konkrit dari pemerintah agar masyarakat terasa aman dan terjaga kenyamanan
hidupnya. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan faktor-faktor yang mendorong kriminalitas, terutama
dalam konteks individu miskin. Pemerintah perlu berupaya untuk mengatasi kesenjangan sosial, memberikan
akses yang adil terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan sosial. Dengan memberikan peluang yang setara
bagi semua warga negara, pemerintah dapat mengurangi motivasi individu untuk terlibat dalam tindakan
kriminal. Secara keseluruhan, analisis ini menunjukkan bahwa kriminalitas yang dilakukan oleh si kaya dan si
miskin memiliki dampak yang signifikan dalam masyarakat. Diperlukan aturan yang tegas dari pemerintah
untuk menertibkan kehidupan masyarakat dan menekan terjadinya tindak kriminal. Namun, penting juga
untuk memastikan bahwa penegakan hukum dilakukan secara adil, tanpa adanya perlakuan khusus terhadap
individu kaya atau miskin. Selain itu, perlu juga adanya upaya dalam mengatasi akar penyebab kriminalitas,
terutama dalam hal kesenjangan sosial dan ketidaksetaraan akses terhadap peluang dalam masyarakat.

2. Korupsi memang merupakan masalah serius yang memiliki dampak negatif yang luas terhadap upaya negara
untuk menyejahterakan rakyat dan membangun perekonomian. Analisis terhadap kasus korupsi menunjukkan
beberapa faktor yang menjadikannya sebagai duri dalam daging bagi negara, sebagai berikut:

• Pengurasan Sumber Daya


Korupsi berdampak langsung pada pengurasan sumber daya negara yang seharusnya digunakan untuk
pembangunan infrastruktur, layanan publik, pendidikan, kesehatan, dan program-program sosial lainnya.
Dana publik yang seharusnya mengalir ke sektor-sektor penting diarahkan ke tangan segelintir individu
yang terlibat dalam korupsi, sehingga menghambat pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

• Ketidakadilan Sosial

Korupsi juga berkontribusi pada ketidakadilan sosial, karena menyebabkan distribusi sumber daya yang
tidak merata. Korupsi sering kali terjadi di tingkat pemerintah dan melibatkan pejabat publik atau elit
politik yang memanfaatkan kekuasaan dan jabatan mereka untuk keuntungan pribadi. Akibatnya,
kekayaan dan peluang yang seharusnya diperoleh oleh banyak orang malah terkonsentrasi pada segelintir
orang atau kelompok yang terlibat dalam korupsi. Hal ini meningkatkan kesenjangan ekonomi dan
memperburuk kondisi sosial di masyarakat.

• Menghambat Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Korupsi menghambat iklim investasi yang sehat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ketidakpastian hukum, praktik korupsi yang meluas, dan kurangnya transparansi mempengaruhi
kepercayaan investor. Hal ini dapat mengurangi minat mereka untuk berinvestasi dalam perekonomian
negara. Ini dapat menghambat aliran modal asing, mengurangi pertumbuhan sektor swasta, dan
menghalangi pembentukan lapangan kerja baru.

• Merusak Etos Kerja dan Efisiensi Birokrasi

Korupsi merusak etos kerja dalam masyarakat dan sistem birokrasi negara. Ketika praktik korupsi meluas,
orang yang berprestasi atau berkualitas mungkin tidak mendapatkan penghargaan atau posisi yang
seharusnya mereka dapatkan. Sebaliknya, jabatan dan promosi seringkali diberikan berdasarkan
nepotisme atau suap. Hal ini mengurangi motivasi individu untuk bekerja keras dan berinovasi, serta
menghambat efisiensi dan kinerja birokrasi negara.

• Merusak Kepercayaan Publik dan Legitimasi Pemerintah

Kasus korupsi yang terungkap secara terus-menerus dan kurangnya tindakan tegas terhadap pelaku
korupsi dapat merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah dan institusi negara. Ketika rakyat
kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah, hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan politik, konflik
sosial, dan merusak legitimasi pemerintahan yang berdampak pada kemampuan negara untuk
menciptakan stabilitas dan pembangunan yang berkelanjutan.

Demikianlah alasan mengapa kasus korupsi telah menjadi duri dalam daging terhadap upaya negara
menyejahterakan rakyat dan membangun perekonomian di dalamnya. Sehingga memang penting adanya tindakan
hukum yang kuat agar tindakan merugikan seperti ini bisa diberantas sehingga tidak merugikan masyarakat pada
umumnya.

3. Mazhab "Critical Criminology" adalah sebuah pendekatan dalam studi kriminologi yang menyoroti aspek-aspek
sosial, politik, dan ekonomi dari kejahatan serta sistem hukum pidana. Pendekatan ini mengkritik eksistensi hukum
pidana secara umum dan juga melihat kelemahan dalam peraturan-peraturan kriminal yang ada. Salah satu
kritikan yang diajukan oleh mazhab "Critical Criminology" terhadap eksistensi hukum pidana adalah bahwa sistem
hukum pidana cenderung memfokuskan pada individu pelaku kejahatan, sementara mengabaikan faktor-faktor
struktural yang dapat mempengaruhi perilaku kriminal. Mazhab ini berpendapat bahwa ketidaksetaraan sosial,
ketidakadilan ekonomi, diskriminasi, dan ketidakstabilan politik merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam memahami kejahatan. Oleh karena itu, mengandalkan hukum pidana sebagai satu-satunya mekanisme
penanggulangan kejahatan dianggap tidak cukup efektif.

Dalam kaitannya dengan eksistensi hukum pidana secara umum, mazhab "Critical Criminology" menyoroti
beberapa kritikan sebagai berikut:

• Pemfokusan pada kejahatan individu:

Kritik ini menunjukkan bahwa hukum pidana cenderung terlalu memusatkan perhatian pada kejahatan
individu, sementara mengabaikan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik yang berperan dalam
timbulnya kejahatan. Hal ini mengarah pada kurangnya pemahaman terhadap akar penyebab dan konteks
sosial dari kejahatan.

• Ketidakadilan sistemik:

Kritik ini menyoroti adanya ketidakadilan sistemik dalam penerapan hukum pidana. Mazhab "Critical
Criminology" berpendapat bahwa hukum pidana cenderung mempengaruhi kelompok masyarakat
tertentu, seperti golongan miskin, minoritas, dan kelompok marginal. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
sosial, ekonomi, dan rasial yang memengaruhi sistem peradilan pidana.

• Perlindungan terhadap kepentingan elit:

Kritik ini menunjukkan bahwa hukum pidana seringkali digunakan untuk melindungi kepentingan elit dan
mempertahankan struktur kekuasaan yang ada. Penegakan hukum biasanya lebih berfokus pada
kejahatan yang dilakukan oleh kelompok sosial yang lebih rendah, sementara kejahatan yang dilakukan
oleh kelompok elit seringkali diabaikan atau tidak ditindaklanjuti dengan serius. Dalam konteks UU No.1
Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia, mazhab "Critical Criminology"
mungkin memberikan kritik terhadap bagaimana hukum pidana diatur dan diterapkan. Mereka mungkin
menyoroti apakah hukum pidana tersebut secara adil dan efektif mengatasi faktor-faktor sosial, ekonomi,
politik, dan struktural yang berkaitan dengan kejahatan.

Namun, perlu diingat bahwa analisis mazhab "Critical Criminology" tidak mencerminkan pandangan tunggal dalam
studi kriminologi. Terdapat berbagai pandangan dan pendekatan lain yang juga memiliki kontribusi penting dalam
memahami kejahatan dan sistem hukum pidana.

4.1 Banyak faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap perilaku kejahatan. Dalam sudut pandang
kriminologi, perilaku kriminalitas sangatlah kompleks. Tak semudah menebak bahwa orang yang kesulitan
ekonomi akan melakukan pencurian. Banyak faktor dan latar belakang dari si pelaku yang perlu diungkap sehingga
diketahui karateristiknya. Tujuannya, agar masyarakat dengan karateristik serupa bisa ditekan probabilitas atau
diminimalisir kecenderungannya untuk berbuat kriminal atau dikriminalisasi. Berdasarkan studi literatur terungkap
bahwa faktor pendidikan dan keterampilan, pendapatan, pekerjaan, kemiskinan, usia, keluarga dan lingkungan
memiliki pengaruh berbeda terhadap perilaku kriminalitas. Secara empiris memiliki efek berbeda pada masing-
masing individu. Faktor pendidikan sampai keluarga, pada kondisi tertentu diketahui mampu mencegah tindak
kriminalitas. Namun perbaikan terhadap salah satu faktor tersebut belum akan mengurangi peluang individu
melakukan tindak kriminalitas. Beranjak dari kondisi tersebut, perlu sejumlah kebijakan spesifik. Meliputi
kebijakan yang harus dilakukan semua pihak untuk mereduksi tingkat kriminalitas baik untuk tidak menjadi pelaku
atau korban. Kebijakan kedua meliputi tindakan rehabilitasi terhadap pelaku tindak kriminal mulai dari proses
hukum hingga ia bebas dan terintegrasi dengan masyarakat dan lingkungannya.

4.2 Manajemen administrasi memiliki peran penting dalam sebuah organisasi karena bertanggung jawab untuk
mengatur, mengarahkan, dan mengkoordinasikan kegiatan administratif yang mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efektif dan efisien. Melalui manajemen administrasi yang baik, organisasi dapat menjalankan
operasionalnya dengan lancar, menjaga kelancaran aliran informasi, mengelola sumber daya manusia,
mengoordinasikan kegiatan rutin, dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan.

Tahapan yang dilakukan dalam pengelolaan manajemen administrasi dapat mencakup langkah-langkah berikut:

• Perencanaan Administrasi:

Tahap ini melibatkan merumuskan tujuan administrasi, menetapkan kebijakan, dan mengembangkan
rencana kerja yang mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan administrasi.

• Organisasi Administrasi:

Pada tahap ini, dilakukan pembagian tugas, pembentukan struktur organisasi administrasi, dan
pengaturan hubungan kerja antara unit-unit administrasi dalam organisasi. Hal ini bertujuan untuk
memastikan adanya koordinasi yang efektif dan aliran informasi yang tepat.

• Pengarahan Administrasi:

Tahap ini melibatkan pengarahan dan supervisi terhadap kegiatan administrasi yang dilakukan oleh staf
administrasi. Hal ini mencakup pengaturan tugas, penugasan, pemantauan kinerja, serta pemberian
arahan dan bimbingan kepada staf administrasi.

• Pengendalian Administrasi:

Dalam tahap ini, dilakukan pengawasan terhadap kegiatan administrasi untuk memastikan kepatuhan
terhadap kebijakan, prosedur, dan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian administrasi juga
mencakup pemantauan kinerja, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi.

• Evaluasi dan Perbaikan Administrasi: Tahap ini melibatkan evaluasi terhadap kinerja administrasi, analisis
data, dan identifikasi kekurangan atau masalah yang mungkin terjadi. Selanjutnya, dilakukan perbaikan
proses administrasi, pengembangan kebijakan baru, atau pengaturan ulang sumber daya yang diperlukan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi.

Anda mungkin juga menyukai