Anda di halaman 1dari 16

Lembar Pengantar

Ujian Akhir Semester


Final Examination Cover Sheet
Nama Mahasiswa :
Josephine Koeswoyo
Student Name

NIM Mahasiswa : 03051170008


Student ID

Nama Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi


Course Name

Kelas : 17L2 (Regular/Retake)*


Class

Dosen : Dr Japansen Sinaga, SH., M. Hum


Lecturer / Tutor

Tanggal Penyerahan : 24 April 2020


Submission Date

Saya menyatakan bahwa asesmen ujian akhir semester ini adalah merupakan karya saya sendiri, dan belum diserahkan untuk
keperluan nilai kredit akademik di institusi lain, dan menyatakan bahwa penilai dapat mempergunakannya untuk:
I declare that this Final Examination A ssessment item is my own work, and has not been submitted for academic credit elsewhere, and
acknowledge that the assessor of this item may, for the purpose of assessing this item

a. Memperbanyak hasil penilaian ujian akhir semester ini dan memberikan salinannya kepada pihak terkait lainnya dalam
Universitas; dan/atau
Reproduce this final examination assessment item and provide a copy to another member of the University; and/or,

b. Menyerahkan salinan dari hasil penilaian ujian akhir semester ini kepada layanan pemeriksaan plagiarisme (untuk disimpan
sebagai arsip dalam pemeriksaan plagiarisme di masa mendatang)
Communicate a copy of this final examination assessment item to a plagiarism checking service (which may then retain a copy of the final
examination assessment item on its database for the purpose of future plagiarism checking).

c. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Peraturan Universitas sehubungan dengan Pelanggaran Akademik
Mahasiswa
I certify that I have read and understood the University Rules in respect of Student A cademic Misconduct.

Ditanda tangani oleh :


Signed by

Tanggal : 24 April 2020


Date

*Pilih salah satu/Select one


MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
Topik :
KASUS KORUPSI DANA PENSIUN PERTAMINA

Disusun oleh :

JOSEPHINE KOESWOYO
03051170008

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDAN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang
berjudul “Kasus Korupsi Dana Pensiun Pertamina”.

Selain itu saya juga ingin berterima kasih kepada Bapak Dr Japansen Sinaga,
SH., M. Hum yang telah mengajarkan mata kuliah mengenai Pendidikan Anti
Korupsi dengan baik sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.

Saya penyusun makalah menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih amat jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan saya masih
dalam tahap pembelajaran untuk ke arah yang lebih baik dalam penyusunan makalah
ini.

Saya berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca.

Medan, 21 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KASUS KORUPSI DANA PENSIUN PERTAMINA ............................................... 1


KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I ....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
BAB 2....................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
2.1 BPK Temukan Penyimpangan di Kasus Dana Pensiun Pertamina ................... 6
2.2 Hasil Analisis .................................................................................................. 8
2.3 Putusan Pengadilan .......................................................................................... 9
2.4 Keputusan Dianggap Janggal ......................................................................... 10
BAB 3..................................................................................................................... 14
PENUTUP .............................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era modern ini, kata korupsi sudah tidak asing lagi di telinga
masyarakat Indonesia. Bahkan ada slogan, “Tiada hari tanpa adanya berita tentang
kasus korupsi.” Pemberitaan tentang kasus korupsi yang terjadi di negeri ini bukan
menjadi hal yang aneh lagi banyaknya para pejabat pemegang kekuasaan di negeri ini
yang silih berganti melakukan tindak pidana korupsi dari pejabat rendahan sampai
pejabat yang tertinggi sekalipun.

Celah kelemahan hukum selalu menjadi senjata ampuh para pelaku korupsi
untuk menghindar dari tuntutan hukum. Mata, hati, dan telinga masyarakat sudah
lelah mendengar, melihat dan merasakan dampak dari korupsi yang di lakukan oleh
petinggi-petinggi negara yang haus akan kekayaan duniawi, para koruptor memang
benar sudah dirasuki oleh setan sehingga hatinya tertutup dan buta untuk merasakan
penderitaan rakyat, bayangkan saja berapa banyak uang milik negara yang masuk ke
rekening para koruptor yang seharusnya dengan uang tersebut bisa dimanfaatkan
untuk kepentingan negara terutama kemakmuran rakyat, bermilyar-milyaran bahkan
triliunan uang yang telah dicuri oleh para koruptor dengan mudahnya untuk
memenuhi kepuasaan kekayaan mereka.

Terkait dengan masalah korupsi, terdapat salah satu kasus yang telah
menggunakan dana negara dan merugikan banyak masyarakat indonesia adalah
kasus dana pensiun Pertamina. Oleh sebab itu, kami tertarik mengulas kembali apa
sesungguhnya yang terjadi dalam kasus ini.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologis kasus korupsi dana pensiun pertamina?


2. Hukuman yang diterima oleh tersangka?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kronologis kasus
2. Untuk mengetahui pasal apa yang seharusnya dipakai dalam mengadili suatu
kasus..

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 BPK Temukan Penyimpangan di Kasus Dana Pensiun Pertamina

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan dua kasus dugaan


penyimpangan di PT Pertamina kepada Kejaksaan Agung. dua kasus yang
menimbulkan kerugian negara lebih dari Rp 630 miliar itu bersumber dari dana
pensiun dan pengadaan kapal PT Pertamina Trans Kontinental.

Kedatangan tim auditor BPK di Gedung Bundar Jampidsus, Kejaksaan


Agung, Jumat pagi tadi diterima Jampidsus Arminsyah. Kemudian tim
menyampaikan dan menyerahkan laporan hasil pemeriksaan terkait dugaan
kerugian negara yang melibatkan Pertamina.Menurut auditor BPK Nyoman
Warga, pada kasus dana pensiun ini diduga ada penyimpangan dalam pembelian
PT Sugih Energy TBK dengan kerugian mencapai Rp 599 miliar.

Sedangkan untuk pengadaan kapal di PT Pertamina Trans Kontinental,


diduga ada penyimpangan dengan kerugian mencapai Rp 35 miliar lebih. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan kerugian keuangan negara akibat
dugaan korupsi pengelolaan dana pensiun PT Pertamina tahun 2014-2015
mencapai Rp 599,2 miliar.

"Kami sudah menyerahkan laporan hasil pemeriksaannya kepada


Kejaksaan Agung," kata Auditor Utama Investigasi BPK, I Nyoman Wara di
Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (2/6).

6
Angka kerugian negara itu muncul karena dana pensiun dipakai untuk
membeli saham PT SUGI Energi Tbk seharga Rp 599,2 miliar. Nyoman
mengatakan ada penyimpangan dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pembayaran untuk kegiatan investasi saham.

Selain itu, BPK juga menyerahkan laporan hasil pemeriksaan dugaan


korupsi pengadaan kapal Anchor Handling Tug Supply (AHTS)/kapal Transko
Andalas dan kapal Transko Celebes tahun anggaran 2012-2014 dengan kerugian
keuangan negara Rp35,32 miliar.

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Arminsyah mengatakan


dengan adanya audit BPK, pihaknya akan mempercepat penanganan perkara
tersebut. "Tentunya perkara ini untuk yang dana pensiun akan segera kita
limpahkan ke pengadilan dan perkara pembelian dua kapan Transkontinental
akan kita segera tetapkan tersangkanya," katanya. Dalam kasus itu, penyidik
Jampidsus telah menetapkan mantan Presiden Direktur (Presdir) PT Dana
Pensiun Pertamina, M. Helmi Kamal Lubis, sebagai tersangka dan telah ditahan
di Rutan Salemba Cabang Kejagung. Penetapan tersangka Helmi berdasarkan
surat perintah penyidikan Direktur Penyidikan Jampidsus bernomor Print-
02/F.2/Fd.1/01/2017.

Kasus ini bermula dari penempatan dana pensiun Pertamina dalam bentuk
investasi saham ELSA, saham KREN, saham SUGI dan saham MYRX senilai
Rp 1,3 triliun yang diduga tanpa melalui prosedur yang berlaku. Selain itu,
saham yang dibeli tidak termasuk dalam unggulan (blue chip) dan terlalu
berisiko.

7
2.2 Hasil Analisis
Berdasarkan dua sumber berita diatas, dapat diambil beberapa hal
berkaitan dengan penyimpangan penggunaan uang oleh pertamina, di antaranya
yaitu:
1. Pertamina melakukan penyimpangan dalam penggunakan dana pensiun
2. Menurut BPK, dalam kasus penyimpangan dana pensiun ini, negara telah rugi
sekitar 630 Milyar rupiah. Uang dana pensiun ini digunakan untuk membeli
PT Sugih Energy TBK sebesar 599 Milyar rupiah dan pengadaan kapal PT
Pertamina Trans Kontinental diperkirakan 35 Milyar rupiah lebih.
3. Perkara ini telah dibawa oleh BPK ke Gedung Bundar Jampidsus, dan telah
diterima oeh Jampidsus Arminsyah.
4. Menurut Auditor Utama Investigasi BPK, I Nyoman Wara penyimpangan
dana pensiun ini adalah penyimpangan dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pembayaran untuk kegiatan investasi saham.
5. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Arminsyah mengatakan dengan
adanya audit BPK, pihaknya akan mempercepat penanganan perkara
tersebut. Dalam kasus itu, penyidik Jampidsus telah menetapkan mantan
Presiden Direktur (Presdir) PT Dana Pensiun Pertamina, M. Helmi Kamall
Lubis, sebagai tersangka dan telah ditahan di Rutan Salemba Cabang
Kejagung.
6. Kasus ini bermula dari penempatan dana pensiun Pertamina dalam bentuk
investasi saham ELSA, saham KREN, saham SUGI dan saham MYRX
senilai Rp 1,3 triliun yang diduga tanpa melalui prosedur yang berlaku. 1

1
Dipublikasikan di https://nayacreation.blogspot.com/2017/11/makalah-kasus-korupsi-dana-
pensiun.html pada tanggal 23 April 2020

8
2.3 Putusan Pengadilan

Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Jakarta Pusat Dr Sugeng Riyanta SH


MH mengatakan bahwa aset terpidana Lubis yang dirampas telah diperhitungkan
tim appersial. Jika nanti dalam perhitungan tidak mencukupi denda yang
dibebankan kepada terpidana, maka Kejari Jakarta Pusat selaku eksekutor akan
mencari aset lainnya yang ada hubungannnya dengan terpidana.

Mahkamah Agung (MA) sebelumnya menjatuhkan hukuman 8 tahun


penjara kepada mantan Presdir Dana Pensiun Pertamina, M Helmi Kamal Lubis.
Dia dinyatakan telah melakukan tindak pidana korupsi yang merugikan negara
sebesar Rp 612 miliar.

Tindak pidana korupsi itu sendiri bermula saat dirinya berkenalan dengan
Edward Soeryadjaja, pemegang saham mayoritas PT Sugih Energi Tbk (SUGI)
pada tahun 2014 lalu. Perkenalan itu pun kemudian menjadi pintu bagi keduanya
untuk saling membantu menguras harta kekayaan negara. Tidak tanggung-
tanggung, Helmi pun menggasak uang bernilai ratusan miliar rupiah dari kas
yayasan ke SUGI dengan cara membeli saham. Namun perbuatan keduanya
terendus. Helmi dan Edward harus duduk di kursi pesakitan. "Menjatuhkan
pidana kepada terdakwa (Helmi) dengan penjara selama 8 tahun dan denda
sebesar Rp 250 juta. Apabila tidak dibayar maka diganti kurungan selama 6
bulan," kata majelis hakim kasasi.

Majelis hakim kasasi juga menjatuhkan hukuman uang pengganti sebesar


Rp 46 miliar. Jika uang tersebut tidak dibayar 1 bulan sejak putusan berkekuatan
hukum tetap, maka hartanya dilelang.

9
"Jika terpidana tidak mempunyai harta yang cukup maka dipidana dengan
penjara selama 3 tahun," ujar majelis yang diketuai Suhadi dengan anggota Prof
Krisna Harahap dan Prof Abdul Latief. Majelis meyakini Helmi telah
memperkaya diri sendiri serta orang lain yakni Edward Soeryadjaja dan suatu
korporasi dengan membeli saham SUGI dan mengakibatkan negara merugi
ratusan miliar rupiah. "Sehingga kerugian negara adalah Rp 612 miliar," ujar
majelis dengan suara bulat.

Edward pada kasus sama dijatuhi hukuman penjara selama 12,5 tahun
ditambah denda dan membayar uang pengganti. “Tapi saat ini perkaranya masih
dalam proses banding di Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakart,” kata seorang jaksa
di Kejari Jakarta Pusat, Jumat (20/9/2019).2

2.4 Keputusan Dianggap Janggal


Walaupun putusan sudah ditetapkan namun masih ada pihak yang
merasa janggal Para pakar hukum pidana mempertanyakan vonis yang dijatuhkan
oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat terhadap mantan
Presiden Direktur Dana Pensiun PT. Pertamina M. Helmi Kamal Lubis. Mereka
menilai, sejak awal, dakwaan Jaksa Penuntun Umum (JPU) sudah keliru.

Hakim Pengadilan Tipikor Sumpeno memvonis Helmi 5 tahun 6 bulan


penjara dan denda Rp250 juta subsider tiga bulan kurungan, Senin (29/1/2017).
Selain itu, terdakwa juga harus membayar denda Rp53 miliar atau menggantinya
dengan tambahan hukuman kurungan 3,5 tahun.

2
DItulis oleh Wilmar Pasaribu dan dipublikasian dihttps://www.suarakarya.id/detail/100444/Hasil-
Kejahatan-Helmi-Yang-Dirampas-Dikembalikan-Ke-Dapen-Pertamina pada tanggal 20 September
2020

10
Hakim Sumpeno menyatakan Helmi terbukti secara sah melanggar Pasal
2 ayat (1) dan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) Kitap Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).

Pakar hukum pidana Universitas Al-Azhar Indonesia Suparji Ahmad


menilai, hakim telah keliru dalam mengambil keputusan vonis Helmi. Ia
menjelaskan, kejanggalan proses hukum terkait dugaan korupsi dana pensiun
pegawai pertamina itu sudah terjadi sejak JPU dari Kejaksaan Agung
mengenakan dakwaan pasal tindak pidana korupsi.

Dana pensiun Pertamina, kata dia, jelas bukan bagian dari keuangan
negara, karena diambil dari iuran pejabat negara yang sudah berstatus tidak aktif.
Sumber dananya juga bukan dari APBN maupun BUMN. Karena itu,
memposisikan dana pensiun pegawai pertamina sebagai uang negara merupakan
sebuah kesalahan fatal.

“Logikanya begini, PNS yang dapat gaji, lalu gaji itu dicopet di tengah
jalan. Kan copet itu tidak mencuri uang negara, tapi mencuri uang pribadi PNS
tersebut,” kata Suparji di acara diskusi bertajuk "Eksaminasi Putusan Hakim
Mantan Presdir Dana Pensiun Pertamina" di Jakarta, Rabu (14/2/2018).

Norma hukum yang lebih tepat, menurut Ketua Program Studi


Pascasarjana Ilmu Hukum itu, adalah Pasal 8 UU Tipikor mengatur tindak pidana
penggelapan uang yang sedang disimpan. Pasal itu bisa menjerat PNS maupun
non PNS, sepanjang yang bersangkutan telah menyalahgunakan jabatannya.

11
“Ada semacam euforia dari apa yang selama ini dilakukan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi. Sehingga orang yang didakwa korupsi mesti dihukum.
Inilah nuansa diskriminatif dai hukum, belum memenuhi rasa keadilan,”
ucapnya.

Suparji heran, mengapa Broker PT. Sucorinvest Cnetral Gani yang


menjadi penghubung, sama sekali tidak dilirik oleh JPU. Padalah, kata dia, posisi
broker sangat vital dalam pembelian dua miliar lembar saham PT Sugih Energy
Tbk (SUGI). “Paling tidak, mereka bisa kena Pasal 55 UU Tipikor karena
keterlibatan secara langsung,” ujar dia.

Hal serupa juga diutarakan oleh Ketua Perhimpunan Magister Hukum


Indonesia (PMHI) Fadli Nasution. Kejanggalan pertama, kata Fadli, adalah
keterlibatan Badan Pengawas Keuangan (BPK) dalam mengestimasi kerugian
negara. Hasil audit BPK menunjukkan, negara merugi lebih dari Rp599,4 miliar.
“Apakah dana pensiun itu objek BPK? itu jelas-jelas bukan uang negara.
Harusnya ada auditor independen,” ujarnya.

Sementara itu, praktisi hukum Pahrozi menegaskan, hakim seharusnya


mampu untuk mendiskualifikasi pasal tindak pidana korupsi keuangan negara
dalam kasus PT. Dana Pensiun. Delik hukum yang lebih tepat, katanya, adalah
penggelapan uang lembaga publik yang berbentuk yayasan. Karena itu,
penanganan perkara ini harus tunduk pada UU No.16 tahun 2001 tentang
Yayasan.“Deliknya adalah penggelapan keuangan yayasan. Saya belum bisa
mengerti, kenapa kerugian yayasan dikenakan pasal UU Tipikor,” kata Pahrozi.

Kasus tersebut bermula pada 22 Desember 2014 sampai dengan bulan


April 2015. Terdakwa Helmi selaku Presiden Direktur Dana Pensiun PT.
Pertamina, telah melakukan penempatan investasi dengan pembelian saham PT.

12
SUGI sejumlah dua miliar lembar tanpa melakukan kajian dan tidak mengikuti
Prosedur Transaksi Pembelian dan Penjualan Saham, sebagaimana ditentukan
dalam Keputusan Presdir Dapen PT. Pertamina; serta tanpa persetujuan dari
Direktur Keuangan dan Investasi.

Pada 7 April 2015, Helmi telah memerintahkan saksi Tamijan yang


menjabat sebagai asisten/sekretaris Presdir membuat surat instruksi untuk
menyerahkan saham kepada broker PT Sucorinvest Central Gani yang dibuat
tidak melalui sistem SIAPDANA, melainkan dibuat secara manual. Lalu terjadi
kesalahan input serta terlambat diterima oleh Bank CIMB Niaga
Custody, sehingga telah melewati batas waktu input transaksi.

Maka transaksi tersebut tidak dapat diinput dan tidak bisa diproses oleh
Bank CIMB Niaga Custody, sehingga terjadi kegagalan penyerahan saham
kepada broker PT Sucorinvest Central Gani.

Kegagalan penyerahan saham tersebut, mengakibatkan broker PT


Sucorinvest Central Gani mengenakan denda ACS kepada Dana Pensiun
Pertamina sebesar Rp11.956.024.791. Setelah terjadi transaksi pembelian saham
SUGI oleh Dapen PT Pertamina tersebut, tersangka telah menerima imbalan
berupa uang total sejumlah Rp 42.000.000.000 dan saham SUGI sejumlah
77.920.500 juta lembar saham. Selain itu juga menerima Rp14.000.000.000 dari
PT Pratama Capital Assets Management. Terdakwa juga menerima marketing
fee berupa uang sejumlah total Rp7.200.000.000 dari PT Pasaraya International
Hedonisarana.3

3
https://www.law-justice.co/artikel/42534/penanganan-kasus-korupsi-dana-pensiun-pertamina-
dinilai-janggal/

13
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan audit BPK, terjadi dua kasus penyalahgunaan dana yang
dilakukan oleh PT. Pertamina. Dua kasus yang menimbulkan kerugian negara
lebih dari Rp 630 miliar itu bersumber dari dana pensiun dan pengadaan kapal
PT Pertamina Trans Kontinental. Berdasarkan surat perintah penyidikan Direktur
Penyidikan Jampidsus bernomor Print-02/F.2/Fd.1/01/2017, penyidik Jampidsus
telah menetapkan mantan Presiden Direktur (Presdir) PT Dana Pensiun
Pertamina, M. Helmi Kamal Lubis, sebagai tersangka dan telah ditahan di Rutan
Salemba Cabang Kejagung.

3.2 Saran
Pemberantasan korupsi hanya akan berhasil bila para pemimpin,
terlebih pemimpin tertinggi, dalam sebuah negara bersih dari korupsi. Sebaiknya,
seorang pemimpin melaksanakan tugasnya dengan penuh amanah. Para koruptor
seharusnya diberikan hukuman yang setimpal, sehingga membuat orang jera dan
kapok melakukan korupsi. Masyarakat dapat berperan mengurangi banyaknya
koruptor dengan cara turut mengawasi jalannya pemerintahan dan menolak
aparat yang mengajaknya berbuat menyimpang.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://prezi.com/p/ey9guftem9t4/hukum-dagang-internasional/
Jurnal Bina Mulia Hukum, Volume 1, Nomor 1, September 2016 [ISSN 2528-7273]
https://www.suarakarya.id/detail/100444/Hasil-Kejahatan-Helmi-Yang-Dirampas-
Dikembalikan-Ke-Dapen-Pertamina
https://www.law-justice.co/artikel/42534/penanganan-kasus-korupsi-dana-pensiun-
pertamina-dinilai-janggal/

15

Anda mungkin juga menyukai