DINAS PERDAGANGAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH METROLOGI LEGAL
KOTA TEBING TINGGI
(Mulai dari tanggal 15 Juli s/d 15 September 2019)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
Menyetujui,
Kepala Program Studi D3 Metrologi dan Instrumentasi FMIPA USU
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Yang telah memberikan
kesehatan dan melimpahkan rahmat-Nya serta memberi saya kesempatan dalam
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang saya buat ini.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini berjudul “Pengujian Timbangan Pegas
kaapasitas 2kg dalam rangka Tera Ulang”. Kerja praktek ini telah penulis
laksanakan dengan baik di UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Metrologi
Legal Dinas Perdagangan Kota Tebing Tinggi, yang berlokasi di Jalan Gunung
Krakatau II Lk.03 Kelurahan Lalang Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Praktek Kerja Lapangan bagi para Mahasiswa Jurusan Diploma 3 (D3) Metrologi
dan Instrumentasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan AlaUniversitas
Sumatera Utara.
Tujuan utama dari praktek kerja lapangan ini adalah untuk memantapkan
teori dan praktek yang telah dipelajari di kampus dan dapat diselesaikan dengan
serta diaplikasikan di lapangan. Dan saya harap praktek kerja ini akan memberi
banyak manfaat bagi para mahasiswa maupun bagi pembaca.
Dikesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah memberi dukungan moral dan juga bimbingannya selama pelaksaaan
PKL. Ucapan terima kasih ini saya tujukan kepada :
1. Orang Tua dan teman-teman saya yang ikut mendukung proses PKL sampai
selesai.
2. Ibu Dr.Diana Alemin Barus, M.Sc selaku Ketua Program Studi D3 Metrologi
dan Instrumentasi Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Junedi Ginting, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing
4. Bapak Gul Bakhri Siregar,S.I.P, M.Si selaku Kepala Dinas Perdagangan yang
telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan praktek kerja lapangan.
5. Bapak Zainal Abidin Harahap, S.AB selaku Kepala UPTD Metrologi Kota
Tebing Tinggi.
6. Para staf asn yang telah membimbing penulis selama melakukan PKL di UPTD
Metrologi Tebing Tinggi.
iii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
segala kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
apapun yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan dari
laporan kerja praktek ini.
Akhir kata penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan mahasiswa/i dan pembaca sekaligus demi menambah pengetahuan
tentang Praktek Kerja Lapangan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB III KEGIATAN SELAMA PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Gambaran Umum Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ..........................27
3.2 Kegiatan Praktek Kerja Lapangan .............................................................27
3.2.1 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Sentisimal .............................................28
3.2.2 Kegiatan Tera Ulang Anak Timbangan .....................................................28
3.2.3 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Bobot Ingsut .........................................29
3.2.4 Kegiatan Tera Ulang Bejana Ukur .............................................................30
3.2.5 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Elektronik .............................................31
3.2.6 Kegiatan Tera Ulang SPBU .......................................................................31
3.2.7 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Dacin ....................................................32
3.2.8 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Jembatan……………………………..33
3.2.9 Kegiatan Tera Ulang Batching Plant…………………………………….34
3.3 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan .................................................35
BAB IV METODE PENGUJIAN PU BBM
4.1 Pengujian PU BBM ....................................................................................41
4.2 Pembubuhan Cap Tanda Tera PU BBM ....................................................49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................50
5.2 Saran ...........................................................................................................51
Daftar Pustaka ......................................................................................................52
Lampiran
1. Cerapan Tera/Tera Ulang PU BBM
2. Syarat Teknis Meter bahan bakar minyak & pompa ukur elpiji
3. Formulir Penilaian
4.Logbook PKL 2019
5. Absensi Kegiatan PKL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3.9 (a) Pengujian Batching Plant; (b) Penyegelan pad Timbangan
Elektronik Batching Plant…………………………………………..35
Gambar 4.0 (a) (1) Tanda Pegawai Berhak Plombir (by) ; (2) Tanda Sah Plombir
(2019)………………………………………………………………59
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Ruang Lingkup dan Standar yang dimiliki ................................15
Tabel 2.2 Daftar Personil UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi ...............20
Tabel 2.3 Jumlah Alat UTTP di Kota Tebing Tinggi ...........................................21
Tabel 3.1 Kegiatan PKL Minggu I.........................................................................35
Tabel 3.2 Kegiatan PKL Minggu II .......................................................................36
Tabel 3.3 Kegiatan PKL Minggu III ......................................................................36
Tabel 3.4 Kegiatan PKL Minggu IV .....................................................................37
Tabel 3.5 Kegiatan PKL Minggu V .......................................................................37
Tabel 3.6 Kegiatan PKL Minggu VI ......................................................................38
Tabel 3.7 Kegiatan PKL Minggu VII ....................................................................38
Tabel 3.8 Kegiatan PKLMinggu VIII……………………………………………39
Tabel 3.9 Kegiatan PKL Minggu IX……………………………………………..39
Tabel 4.0 BKD Pengujian anti drain ......................................................................53
ix
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapangan:
a) Untuk mengetahui apa itu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang
Metrologi Legal dan perannya dalam hal kebenaran Alat Ukur, Takar, Timbang
dan Perlengkapannya (UTTP) dalam transaksi perdagangan.
b) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama di bidang Metrologi
Legal.
c) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengujian terhadap
alat-alat UTTP.
2
tersebut adalah di Kantor UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi yang
berlokasi di Jalan Gunung Krakatau II Lk.03 Kelurahan Lalang Kecamatan
Rambutan Kota Tebing Tinggi, kode pos: 20614.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Perkembangan kegiatan kemetrologian modern, yang merupakan awal
perkembangan organisasi metrologi internasional saat ini, diawali dengan
keputusan yang dibuat oleh pemerintah Prancis pada saat Revolusi Prancis untuk
memberikan tanggung jawab standar pengukuran kepada para ilmuwan dalam
Akademi Sains (Académie des sciences). Tanggung jawab kepada standar ini
sebelumnya ditetapkan dengan kewenangan negara. Salah satu standar
pengukuraan pertama yang direkomendasikan oleh Akademi Sains dan
didefinisikan dari tetapan alam adalah meter, yang didefinisikan di dalam
keputusan Majelis Nasional (Assemblée nationale, 7 April 1795) sama dengan
sepersepuluh juta bagian dari seperempat meridian, yang direalisasikan dengan
sepersepuluh juta bagian dari jarak antara Dunkerque dan Barcelona.
Dengan keputusan yang sama pada saat itu ditetapkan pula definisi kilogram
sebagai berat air dalam volume tertentu, dalam bentuk cairan yang dimurnikan.
Keputusan Akademi Nasional Prancis ini membuahkan Undang-Undang
Timbangan dan Ukuran 1795 yang menetapkan Sistem Metrik Desimal, yang
tercatat sebagai peraturan perundang-undangan modern pertama yang mengatur
kegiatan kemetrologian. Sebagai implementasi dari Undang-Undang Timbangan
dan Ukuran 1795 ini dibuatlah prototipe standar meter dan kilogram yang
pertama, yang kemudian digunakan untuk seluruh salinan prototipe dan
didedikasikan untuk seluruh umat manusia di setiap waktu yang menggunakan
Sistem Metrik Desimal.
Karena kesederhanaan dan sifat universal, Sistem Metrik Desimal menyebar
dengan cepat ke negara-negara lain. Pembangunan jalan kereta, pertumbuhan
industri dan meningkatnya kebutuhan pertukaran sosial dan ekonomi memerlukan
satuan pengukuran yang akurat dan handal. Sistem ini kemudian diadopsi pada
permulaan abad ke 19 di beberapa propinsi di Italia, diadopsi oleh negeri Belanda
sejak 1816 dan dipilih oleh Spanyol pada tahun 1849. Di Prancis sistem metrik
desimal kemudian diadopsi secara eksklusif dengan Undang-Undang pada 4 Juli
1837. Setelah 1860, beberapa negara Amerika Latin menggunakan meter, dan
terdapat peningkatan adopsi sistem metrik oleh negara-negara lain selama akhir
abad ke 19 (sebagai contoh, AS pada tahun 1866, Kanada pada tahun 1871, dan
Jerman pada tahun 1871) .
5
Dengan semakin besarnya peran kemetrologian dalam pertukaran produk
manufaktur antar negara, mulai timbul kesulitan karena negara-negara industri
pada saat itu kemudian bergantung pada duplikat prototipe internasional. Dalam
hal ini diperlukan keseragaman pembuatan duplikat prototipe internasional, yang
ternyata masih memiliki variasi yang cukup tinggi sehingga menjadi penghambat
bagi standardisasi sistem pengukuran yang diharapkan oleh masyarakat
internasional pada saat itu. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, Bureau
International des Poids et Mesures (BIPM) didirikan melalui perjanjian
diplomatik yang dikenal dengan Convention du Mètre (Konvensi Meter) pada 20
Mei 1875. Untuk memperingati penandatanganan konvensi tersebut, tanggal 20
Mei kemudian dinyatakan sebagai Hari Metrologi Dunia.
6
2.1.3 Peraturan Kemetrologian
Peraturan tentang kemetrologian legal di Indonesia meliputi :
a. Undang - Undang Metrologi Legal
Penyelenggaraan kemetrologian di Indonesia sebagai salah satu tanggung
jawab pemerintah dalam menyempurnakan ukuran, takaran, timbangan
dan perlengkapannya (UTTP) secara adil. Upaya untuk menyempurnakan
sudah dimulai sejak ditetapkan Ordonansi Tera 1923 oleh Pemerintah
Hindia Belanda pada saat itu. Upaya untuk menyempurnakan UTTP
secara adil diimplementasikan dengan tera/tera ulang bagi pemilik UTTP
yang dipergunakan untuk perniagaan serta dimulainya penerapan
keseragaman penggunaan satuan ukuran (sistem metrik) dengan kelipatan
sepuluh (desimal), dan pembentukan panitia induk untuk mengelola
standar nasional untuk massa kilogram prototipe K-46 dan standar
nasional untuk ukuran panjang yaitu prototipe dengan kode X-27 yang
terdapat di Laboratorium SNSU Direktorat Metrologi di Bandung. Pada
tanggal 1 April 1981 disahkan Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal dan Menteri Perdagangan sebagai
penanggungjawab pelaksanaannya. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
1981 yang selanjutnya disebut Undang-Undang Metrologi Legal
(UUML) merupakan dasar hukum paling utama dalam pelaksanaan
kegiatan kemetrologian. UUML terdiri dari XI bab dan 40 pasal yang
berisi ketentuan umum, satuan-satuan, standar-standar satuan, UTTP
(alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya), tanda tera, barang
dalam keadaan terbungkus, perbuatan yang dilarang, ketentuan pidana,
pengawasan dan penyidikan, aturan peralihan dan ketentuan penutup.
7
ditera/tera ulang, Permendag Nomor 78 Tahun 2016 sebagaimana telah
di ubah menjadi Permendag Nomor 115 Tahun 2018 tentang Unit
Metrologi Legal, dan Permendag Nomor 48 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian serta didukung oleh
Peraturan Pemerintah dan Surat Keputusan Menteri seperti Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 tentang tarif biaya tera, Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Standardisasi Nasional,
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Urusan Metrologi
Legal berada pada Pemerintah Provinsi. Serta Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
8
Tanda sah berbentuk segilima beraturan, dibubuhkan dalam tiga
ukuran yaitu jarak antara titik sudut dan sisi berhadapan masing-masing 6
mm, 4 mm, dan 2 mm. Dalam segilima beraturan tersebut terdapat angka
yang merupakan kode tentang tanda tera sah yang berlaku dalam tahun
bersangkutan dan angka tersebut tiap tahun berubah, contoh tanda tera
sah :
9
c. Tanda Jaminan
Tanda Jaminan dibubuhkan pada tempat atau bagian-bagian tertentu dari
alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang sudah disahkan
untuk mencegah penukaran atau perubahan. Dengan tujuan agar UTTP
yang telah disahkan tidak diubah dan jika diubah akan dapat segera
diketahui sebab tanda jaminannya rusak.
Tanda jaminan berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat 8
(delapan) daun bunga teratai, dibubuhkan dalam empat ukuran, yaitu
dengan garis tengah lingkaran masing-masing 8 mm, 6 mm, 4 mm, dan 2
mm serta tiap tahun tidak berubah, contoh tanda jaminan:
d. Tanda Daerah
Tanda Daerah dibubuhkan pada bagian tertentu dari UTTP dengan
maksud agar dapat diketahui dalam wilayah kerja Unit metrologi
manakah suatu UTTP pertama kalinya ditera. Tanda daerah berbentuk
ellips, yang di dalamnya terdapat kode angka yang menyatakan kode
wilayah, untuk Kota Tebing Tinggi memiliki tanda daerah dengan kode
angka 115. Contoh tanda daerah:
10
e. Tanda Pegawai Berhak
Tanda pegawai berhak dibubuhkan pada salah satu bagian UTTP dengan
maksud untuk mengetahui siapa penera UTTP tersebut. Tanda pegawai
berhak berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat kombinasi dua
huruf yang ditentukan oleh Direktorat Metrologi untuk pegawai berhak
(yang melakukan peneraan) dibubuhkan dalam ukuran 8 mm, 5 mm, dan
4 mm. Contoh tanda pegawai berhak :
(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Tang Segel; (b) Sticker Tanda Tera
11
Gambar 2.7 Kantor UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
Gambar 2.8 Prasasti peresmian UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
12
Kegiatan kemetrologian di Kota Tebing Tinggi merupakan urusan bidang
Perdagangan dibawah Dinas Perdagangan. Tugas tersebut secara langsung
ditangani oleh UPTD Metrologi Legal Dinas Perdagangan Kota Tebing Tinggi.
Sebelum UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi dapat melakukan pelayanan,
urusan kemetrologian dibawah Seksi Perlindungan Konsumen dan Metrologi yang
bertugas hanya dapat melakukan penyuluhan dan pengawasan, sedangkan untuk
pelaksanaan peneraan masih dilaksanakan oleh UPTD Metrologi Legal Kota
Medan di bawah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 50/M-
DAG/PER/10/2009 tentang Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi
Legal, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-
DAG/PER/10/2009 tentang Penilaian terhadap Unit Pelaksana Teknis Daerah
Metrologi Legal yang telah direvisi menjadi Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 78/M-DAG/PER/11/2016 tentang Unit Metrologi
Legal, maka Dinas Perdagangan Kota Tinggi mulai melakukan persiapan
pendirian Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Standar yang berada di UPTD
Metrologi Kota Tebing Tinggi diverifikasi setiap tahunnya ke BSML Regional I
Sumatera dan/atau ke Direktorat Metrologi Bandung, yang penyimpanannya di
dalam laboratorium standar yang berada di UPTD Metrologi Kota Tebing Tinggi.
Untuk menjalankan pelaksanaan tersebut, UPTD Metrologi Kota Tebing
Tinggi melaksanakan fungsi-fungsi berikut :
1. Pemeliharaan ketertelusuran standar ukuran
2. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) internal UPTD Metrologi
Kota Tebing Tinggi
3. Pemeliharaan Dokumen Panduan Mutu dan Prosedur Mutu
4. Partisipasi dalam kegiatan Interkomparasi
5. Pelaksanaan tera/tera ulang alat UTTP
Berdasarkan Dokumen Mutu UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penyelenggaraan Tera/Tera Ulang alat UTTP,
dalam rangka tertib administrasi diminta kepada seluruh Penera dalam
melaksanakan Tera/Tera Ulang, alat UTTP agar melengkapi berkas sebagai
berikut:
13
1. Adanya permohonan dari pemilik alat UTTP
2. Surat Perintah Tugas (SPT)
3. Cerapan
4. Surat Keterangan Pemeriksaan
5. Nota Penagihan kepada pemilik alat UTTP
2.2.2 Visi dan Misi UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
Adapun Visi dan Misi UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi sebagai
berikut:
a. Visi UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
“ Menjamin tertib ukur dalam upaya melindungi kepentingan konsumen
dan produsen guna memperkuat daya saing produk di Kota Tebing
Tinggi ”.
b. Misi UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
1. Menertibkan penggunaan satuan ukuran berdasarkan satuan
internasional.
2. Meningkatkan penggunaan dan pengelolaan standard satuan ukuran.
3. Meningkatkan pelayanan tera dan tera ulang UTTP dalam rangka
melindungi kepentingan umum.
4. Meningkatkan kompetensi SDM serta sarana dan prasarana
pendukung kemetrologian.
14
Tera/Tera Ulang UTTP Nomor:38/PKTN/SKKPTTU/02/2017 terdapat dalam
Tabel 2.1 dibawah ini:
9 Timbangan Cepat
10 Neraca
11 Dacin
12 Timbangan
Sentisimal
13 Timbangan Bobot
Ingsut
14 Timbangan Meja
15
15 Anak Timbangan Anak Timbangan Kelas F2 (1 mg s.d 20 kg)
Ketelitian Biasa Anak Timbangan Kelas M2 (100 mg s.d 20 kg)
(Kelas M2, M3) Timbangan Elektronik Kapasitas 20 kg / 0,5 g
16 Anak Timbangan Timbangan Elektronik Kapasitas 10 kg / 1 g
Ketelitian Khusus Timbangan Elektronik Kapasitas 6 kg / 0,05 g
(Kelas M1)
17 Meter Arus Bejana Ukur Standar Kelas III 5 L, 10 L, 20 L
Volumetrik (Pompa Landasan Bejana Ukur
Ukur Bbm) Penyipat Datar
Stopwatch
KEPALA UPTD
ZAINAL ABIDIN HARAHAP, S.AB
Gambar 2.9 Bagan Struktur Organisasi UPTD Metrologi Legal Kota Tebing
Tinggi
16
c. Pemantauan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
3. Kepala UPTD bertindak sebagai penanggungjawab atas kelancaran
seluruh pelaksanaan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
dalam mencapai maksud dan tujuan UPTD.
4. Bertanggung jawab terhadap pengembangan UPTD.
5. Melakukan kaji ulang manajemen atau evaluasi kerja terhadap
implementasi, pemeliharaan, peningkatan sistem manajemen di
UPTD.
6. Melakukan koordinasi dengan Pejabat Struktural dibawahnya guna
mengoptimalkan kemampuan UPTD.
7. Menunjuk pelaksana tugas Kepala UPTD saat berhalangan hadir atau
sedang tugas di luar kantor.
8. Menunjuk personil UPTD untuk menjadi Penanggungjawab Mutu
guna menjamin mutu yang dipersyaratkan tetap terjamin serta
bertanggung jawab dan berwenang untuk memastikan sistem
manajemen mutu diterapkan, diikuti setiap waktu oleh seluruh
personil. Kepala UPTD juga menunjuk personil UPTD untuk menjadi
Penanggungjawab Teknik yang berwenang mengkoordinir atas
pelaksanaan teknis tera dan tera ulang UTTP serta Penanggungjawab
Administrasi dan Keuangan sebagai pejabat yang sepenuhnya
bertanggungjawab atas administrasi dan pelaporan keuangan.
9. Menunjuk personil UPTD untuk menjadi Tim Audit internal
10. Menunjuk Petugas Administrasi
11. Mengesahkan/menandatangani Dokumen Mutu dan Kebijakan Mutu
UPTD.
12. Menandatangani SKHP.
13. Dalam hal belum ditetapkannya Kepala UPTD yang defenitif maka
SKHP ditandatangani oleh Pelaksana Kepala UPTD yang diketahui
oleh Kepala Dinas Perdagangan Kota Tebing Tinggi.
17
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha selaku Penanggung Jawab
Administrasi dan Keuangan.
1. Mengumpulkan, mengolah data informasi, menginventarisasi
permasalahan serta melaksanakan pemecahan yang berkaitan dengan
urusan umum, kepegawaian, program, keuangan, administrasi data
dan pelaporan.
2. Menyiapkan rencana, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan laporan
pelaksanaan kegiatan UPTD.
3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta
petunjuk teknis yang berkaitan dengan urusan umum, kepegawaian,
program, keuangan, administrasi data dan pelaporan.
4. Menyiapkan bahan koordinasi dan petunjuk teknis kebutuhan,
perumusan sistem dan prosedur, tata hubungan kerja, serta
permasalahan yang berkaitan dengan organisasi dan tata laksana.
5. Memberikan pelayanan naskah dinas, kearsipan, pengetikan,
penggadaan dan pendistribusian.
6. Memberikan pelayanan penerimaan tamu, kehumasan dan
keprotokolan.
7. Melaksanakan pengurusan perjalanan dinas, keamanan kantor dan
pelayanan kerumahtanggaan lainnya.
8. Melayani keperluan dan kebutuhan serta perawatan ruang kerja, ruang
rapat/pertemuan, kendaraan dinas, telepon dan sarana/prasarana
kantor.
9. Menyusun analisa kebutuhan pemeliharaan gedung dan sarana
prasarana kantor.
10. Membuat usulan pengadaan pemeliharaan gedung dan sarana
prasarana kantor.
11. Menetapkan uraian tugas personil yang mendukung tugas-tugas
ketata-usahaan.
18
c. Penera/Pegawai Berhak
1. Menjaga dan memelihara kondisi laboratorium/instalasi sesuai dengan
ketentuan yang dibuat.
2. Merawat peralatan standar laboratorium/instalasi sesuai dengan
perencanaan yang sudah ada.
3. Menyiapkan Instruksi Kerja Alat dan cerapan.
4. Menyiapkan dan melaksanakan tera dan tera ulang, serta menyerahkan
hasil pengolahan datanya kepada Penanggung jawab Teknik.
5. Membubuhkan cap tanda tera.
e. Penanggungjawab Teknik
1. Menyiapkan bahan dan pelaksanaan kegiatan teknik kemetrologian.
2. Menyiapkan Panduan Mutu, Prosedur Mutu, Instruksi Kerja Alat dan
Cerapan UPTD
19
3. Merencanakan dan mengembangkan ruang lingkup UPTD
4. Bertanggung jawab atas metode pengujian, validasi metode, dan
pengendalian rekaman teknis.
5. Bertanggung jawab atas ketertelusuran pengukuran dan menjamin
mutu hasil tera dan tera ulang UTTP.
6. Bertanggung jawab mengkoordinir pelaksanaan tera dan tera ulang
UTTP.
7. Menyelesaikan pengaduan/komplain dari Wajib Tera/Pemilik UTTP.
8. Berkoordinasi dengan Penanggung Jawab Mutu.
9. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh penera.
Tabel 2.2 Daftar Personil UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
No Nama Jabatan
1 Zainal Abidin Harahap, S.AB Pl. Kepala UPTD Metrologi
2 Thamrin Sitorus, Amd Kasubbag TU
3 Basa Adelima Sitorus, Amd Penera Terampil/Pegawai
Berhak/Penanggung Jawab Teknik
4 Khairul Akmal, S.T Penera Ahli
5 Rico Daniel Agustitus Penera Ahli/Penanggung Jawab Mutu
Lumbantobing, S.Si
6 Nur Fadlika, S.T Penera Ahli
7 Herwandi Utama Lubis Staf Penerima dan Penyerahan UTTP
8 Evta Maisyaroh Siregar, Amd Tenaga Administrasi dan Keuangan /
staf Penerima Retribusi
9 Fahrizal Ahmad, Amd Staf Teknik
10 Predy Haryanto, S.E Tenaga Administrasi dan Keuangan /
staf Resepsionis
11 Adelia Susanti Staf Administrasi Kantor
12 Sudirman Penjaga malam kantor UPTD
Metrologi Tebing Tinggi
20
Tabel 2.3 Jumlah Alat UTTP di Kota Tebing Tinggi
21
b. Alur Pelayanan Tera/Tera Ulang UTTP di Kantor Metrologi Legal Kota
Tebing Tinggi
22
Penjelasan dari Flowchart Prosedur Pelayanan Tera/Tera Ulang :
a. Alur Pelayanan Tera/Tera Ulang UTTP di luar Kantor Metrologi Legal Kota
Tebing Tinggi.
1. Wajib tera/pemilik UTTP mengajukan surat permintaan (tera/tera ulang,
atau pengujian) dengan disertai daftar UTTP yang akan ditera dan tera ulang
kepada Kepala UPTD.
2. Penanggungjawab Teknik menunjuk petugas untuk melakukan tera dan tera
ulang di luar kantor (on site) dengan dilengkapi Surat Perintah Tugas dari
Kepala UPTD.
3. Penera/Pegawai Berhak menjamin pemenuhan persyaratan spesifikasi
peralatan standar yang dibawa sebelum digunakan harus menunjukkan hasil
yang baik pada saat dilakukan cek fungsi dan status kalibrasinya, demikian
juga setelah selesai digunakan atau sudah kembali ke UPTD. Peralatan yang
digunakan harus dikemas dan diyakini terjaga keamanan dan fungsinya
selama di dalam perjalanan.
4. Penera/Pegawai Berhak melakukan identifikasi lebih lanjut terhadap UTTP
yang akan ditera/tera ulang atau pengujian, terutama keadaan manualnya
serta mencatat spesifikasinya.
5. Penera/Pegawai Berhak harus memeriksa kondisi UTTP yang akan
ditera/tera ulang atau pengujian dan memastikan bahwa UTTP tersebut
dalam keadaan siap untuk ditera dan tera ulang atau pengujian.
23
alat dan ketentuan dalam metode pengujian tera/tera ulang (apabila
diperlukan UTTP dibersihkan terlebih dahulu).
3. UTTP dikondisikan pada tempat yang telah ditentukan.
4. Setelah proses pengkondisian, Penera/Pegawai Berhak melakukan tera/tera
ulang dan pengujian dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya
kerusakan.
5. UTTP yang sudah selesai ditera/tera ulang diberi label/stiker pengujian yang
dibubuhkan tanggal pelaksanaan (tera/tera ulang, atau pengujian) dan
selanjutnya disimpan di almari penyimpanan UTTP yang sudah ditera/tera
ulang. Jika tidak memungkinkan, penyimpanannya harus dijamin
keamanannya.
6. Apabila dalam pelaksanaan (tera/tera ulang, atau pengujian) terjadi
kerusakan atau penyimpangan lainnya, harus dilakukan konfirmasi kepada
wajib tera/pemilik UTTP.
7. Pada saat penyerahan UTTP kepada wajib tera/pemilik UTTP, pastikan
bahwa UTTP yang diserahkan dalam keadaan baik/sesuai saat diterima.
24
bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh
pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian
yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya
yang belum dipakai.
d. Tera ulang adalah menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah atau
tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan keterangan tertulis
yang bertanda tera sah atau batal.
25
6. Catatan kerusakan, kesalahan pemakaian, modifikasi, atau perbaikan pada
peralatan.
26
BAB III
KEGIATAN SELAMA PRAKTEK KERJA LAPANGAN
27
3.2.1 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Sentisimal di Kantor UPTD Metrologi
Legal Kota Tebing Tinggi
Timbangan sentisimal termasuk timbangan majemuk kelas menengah yang
banyak digunakan para pedagang. Lantai muatannya luas, sehingga timbangan ini
dapat menimbang muatan yang relatif besar dan tanpa memerlukan anak
1
timbangan yang besar, karena anak timbangan yang diperlukan hanya dari
100
(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Tera Ulang Timbangan Sentisimal; (b) Pembubuhan Cap
Tanda Tera
28
digunakan adalah anak timbangan dengan kelas M3 dimana saat ini biasanya anak
timbangan tersebut terbuat dari besi cor. Diluar anak timbangan yang digunakan
untuk proses perdagangan dengan kelas M3 tersebut masih banyak kelas anak
timbangan lainnya dari anak timbangan kelas M2 hingga yang paling akurat
adalah anak timbangan kelas E1. Perbedaan anak timbangan kelas M3 dengan
anak timbangan kelas diatasnya adalah:
Ketelitian anak timbangan, hal ini adalah pembeda utama dari berbagai
kelas anak timbangan.Misalnya: anak timbangan 1 kg dengan kelas M3
menurut Syarat Teknis tentang Ketentuan Metrologis dan Teknis Anak
Timbangan kelas E1, E2, F1, F2, M1, M1-2, M2, M2-3, dan M3.
Bahan pembuatan anak timbangan, semakin tinggi kelas anak timbangan
maka bahan yang digunakan juga harus semakin bagus. Untuk anak
timbangan kelas M3 hingga M1 masih menggunakan bahan baku besi.
Namun semakin tinggi kelas anak timbangan, misalnya mulai M1 lebih
baik jika menggunakan stainless steel. Bahan untuk pembuatan anak
timbangan berpengaruh terhadap ketahanan anak timbangan.
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Tera Ulang Anak Timbangan; (b) Pembubuhan Cap Tanda
Tera pada Anak Timbangan
29
gram, platformnya berukuran 425x340 mm. Cara penggunaan timbangan dengan
cara menggeser penunjuk berat, tanpa menggunakan anak batu timbangan.
3.2.4 Kegiatan Tera Ulang Bejana Ukur Di Kantor UPTD Metrologi Legal
Kota Tebing Tinggi
Bejana Ukur adalah salah satu alat ukur volume yang dikategorikan sebagai
alat standar dan digunakan sebagai pembanding dalam pelaksanaan pengujian alat
ukur volume lainnya. Waktu tetes adalah rentang waktu tertentu (10 sekon atau 30
sekon) yang dihitung dari mulai aliran utama putus dan berubah menjadi tetesan.
Syarat Penggunaan Bejana Ukur:
a) Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem kering, bagian dalam Bejana
Ukur dipastikan berada dalam keadaan kering.
b) Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem basah memperhatikan waktu
tetes.
c) Waktu tetes Bejana Ukur dengan kapsitas nominal kurang dari atau sama
dengan 20 liter adalah 10 sekon dan lebih dari 20 liter adalah 30 sekon.
(a) (b)
Gambar 3.4 (a) Pengisian air ke Bejana Ukur; (b) Penakaran Masuk Bejana
Ukur
30
3.2.5 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Elektronik Di UPTD Metrologi Legal
Kota Tebing Tinggi
Timbangan Elektronik/Neraca Digital adalah alat pengukur massa yang
dapat dioperasikan dengan adanya arus listrik. Timbangan elektronik dalam
kondisi normal memiliki standardisasi kapasitas dan ketelitian tertentu.
31
Sesuai yang diatur syarat teknis untuk pengujian PU BBM dengan
menggunakan Bejana Ukur Standar 20 L, memiliki Batas Kesalahan yang
Diijinkan (BKD) yaitu sebesar ± 100 mL atau 0,5% dari nilai Volume nominal
dari BUS yang digunakan dalam pengujian.
(d) (e)
Gambar 3.6 (a) Pengeluaran BBM sebelum di uji sebanyak 10 liter; (b)
Pengisian BBM ke Bejana Ukur Standar;(c) Pembacaan skala pada Bejana
Ukur Standar; (d) Penyegelan Cap Tanda Tera pada PU BBM; (e)
Pemberian stiker Tanda Tera Sah
3.2.7 Kegiatan Tera Ulang Timbangan Dacin Di UPTD Metrologi Legal Kota
Tebing Tinggi
Timbangan dacin adalah balok atau beam lurus dengan lengan yang
panjangnya tidak sama, bekerja dengan massa penyeimbang yang digeser
disepanjang lengan untuk menyeimbangkan beban dan untuk menunjukkan berat,
tentunya massa penyeimbang ini harus dikalibrasi terlebih dahulu.
32
Konstruksi timbangan dacin terdiri dari balance beam yang digantungkan
dari poros yang sangat dekat dengan satu ujung balok. Bagian dibagi menjadi dua
dipisahkan oleh poros. Lengan untuk benda yang ditimbang adalah lengan lebih
pendek dan di tempatkan didekat ujung. Lengan yang lebih panajng memiliki
tanda ukuran dan sebagai tempat menggantungkan timbangan yang bisa
dipindahkan sepanjang lengan sampai seimbang dengan lengan satunya. Berat
beban yang ditimbang ditunjukkan oleh imbangan tepat pada tanda yang berapa.
33
(a) (b)
(c)
Gambar 3.8 (a)Pengujian Timbangan jembatan; (b)Penyegelan Timbangan
Jembatan;(c)Pemberian Cap tanda tera pada mesin digital
34
belakang jasa kontruksi, mereka memiliki armada truc mixer yang cukup,
termasuk bila ingin stok tersedia baik itu material seperti semen, material batu,
(a) (b)
Gambar 3.9 (a)Pengujian Batching Plan; (b)Penyegelan pada timbangan
elektronik batching plan
Kamis /
4. Loco SPBU, Kampung Lalang
18 Juli 2019
Jumat / Melakukan kegiatan Olahraga dengan Pegawai
5.
19 Juli 2019 dan penera UPTD
35
Tabel 3.2 Kegiatan PKL Minggu II
NO HARI/TGL KEGIATAN
Senin /
1. Melakukan Pelatihan Bejana Ukur
22 Juli 2019
Selasa /
2. Asistensi Laporan PKL Bab 1
23 Juli 2019
Rabu / Melakukan sidang tera ulang di pasar gambir
3.
24 Juli 2019 blok C
Jumat /
5. Tera Ulang Timbangan Sentisimal
2 Agustus 2019
36
Tabel 3.4 Kegiatan PKL Minggu IV
NO HARI/TGL KEGIATAN
1. Berdikusi dengan salah satu penera mengenai
Senin /
1. timbangan sentisimal dan timbangan dacin
5 Agustus 2019
2. Pengujian Bejana Ukur standard
Selasa /
2. Pengujian Timbangan Pegas
6 Agustus 2019
Rabu /
3. Loco SPBU, Tambangan
7 Agustus 2019
Kamis /
4. Tera Ulang Timbangan Sentisimal
8 Agustus 2019
Jumat / 1. Tera ulang timbangan sentisimal
5.
9 Agustus 2019 2. Tera ulang bejana ukur
NO HARI/TGL KEGIATAN
Senin /
1. Asistensi Laporan PKL bab 1 dan 2
12 Agustus 2019
Selasa /
2. Diskusi hasil asitensi Lapoiran PKL bab 1 dan 2
13 Agustus 2019
Rabu /
3. Tera ulang timbangan sentisimal
14 Agustus 2019
Kamis /
4. Loco SPBU, Kampung Keling
15 Agustus 2019
37
Tabel 3.6 Kegiatan PKL Minggu VI
NO HARI/TGL KEGIATAN
Senin /
1. Pembahasan Cerapan PU BBM
19 Agustus 2019
Rabu /
3. Asistensi Laporan PKL bab 3
21 Agustus 2019
Kamis /
4. Diskusi laporan PKL bab 3
22 Agustus 2019
Jumat /
5. Diskusi Laporan secara internal
23 Agustus 2019
NO HARI/TGL KEGIATAN
Senin /
1. Tera Ulang Timbangan Sentisimal
26 Agustus 2019
Selasa /
2. Diskusi Laporan PKL bab 4
27 Agustus 2019
Rabu /
3. Asitensi Laporan PKLbab 4
28 Agustus 2019
Kamis /
4. Tera ulang bejana ukur
29 Agustus 2019
Jumat /
5. Berolahraga dengan pegawai UPTD
30 Agustus 2019
38
Tabel 3.8 Kegiatan PKL Minggu VIII
NO HARI/TGL KEGIATAN
NO HARI/TGL KEGIATAN
Senin /
1. Tera Ulang Anak Timbangan Kelas M3
1. 09 September
2. Tera Ulang Timbangan Sentisimal
2019
Selasa /
2. Loco SPBU Simpang Beo
10 September
Rabu /
3. 11 September Tera Ulang Timbangan Sentisimal
2019
39
Kamis /
4. 12 September Pengesahan Laporan PKL
2019
Jumat /
5. 13 September Perpisahan dengan personil UPTD
2019
40
BAB IV
41
Total Volume untuk = +77 L
Penguji
Qmin dan Qmaks = 6/60 L/min
Merek = Tatsuno
Tipe = GSA1221
Pemilik = RUDI
Alamat = Jln. Prof. H.M. Yamin Tebing Tinggi
A. Persiapan pengujian:
a. Keselamatan kerja
1. Memakai baju kerja pengaman dari bahan anti static (bahan katun
100%)
2. Memakai sepatu pengaman (safety shoes)
3. Memakai topi pengaman (safety foot wear)
42
4. Memastikan ada tabung pemadam api yang masih bekerja dengan baik
dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau.
5. Memastikan tidak ada sumber pengapian yang potensial.
6. Menempatkan tanda “POMPA SEDANG DITERA” pada tempat yang
mudah dilihat.
7. Menempatkan alat pengaman untuk menghalangi orang/kendaraan
masuk ke pompa yang sedang diuji.
43
i. Model
j. Nomor pompa ukur
k. Nomor seri pompa ukur
l. Nomor Izin Tipe/Izin Tanda Pabrik
m. Produk bahan bakar pompa ukur yang disetujui untuk diserahkan
n. Laju alir maksimum dan minimum
2. Karakteristik instrumen
a. Apakah PU BBM ini dilengkapi dengan IT/ITP?
b. Apakah PU BBM ini digunakan dengan benar?
c. Apakah semua deskripsi yang wajib jelas terpasang pada pelat data
dan terpasang tetap pada PU BBM?
d. Apakah Pompa Ukur BBM dalam kondisi lengkap dan bersih?
e. Apakah semua panel eksternal dalam kondisi terlindungi?
f. Apakah PU BBM terpasang tetap pada pondasinya?
g. Apakah tutup penunjukan rusak?
h. Apakah gelas penglihat berisi spinner atau bola plastik, bersih serta
penuh produk?
i. Apakah penunjukan volume, harga satuan, dan harga total sesuai
dengan selang yang dipilih?
j. Apakah semua penunjukan kelihatan dengan jelas pada siang dan
malam hari?
k. Apakah selang dalam kondisi baik, misalnya tidak lecet, retak, atau
pembungkus selangnya tidak usang?
l. Apakah masing-masing nozzle menghentikan aliran cairan ketika
dikembalikan ke tempat penyimpanannya?
m. Apakah ada kebocoran?
n. Untuk penunjukan kontinyu: apakah pergerakan roda penunjuk harga
mengikuti pergerakan tuas internal penyetel harga?
44
B. Prosedur Pengujian
Untuk Pompa Ukur BBM dengan laju alir maksimum tidak lebih besar
daripada 60 L/menit harus mempunyai kuantitas minimum yang diukur (Vmin)
2 L. Dari data pengujian di lapangan didapat Qmin 6 L/min dan Qmaks 60
L/min
a. Pemeriksaan fasilitas untuk alat penunjukan elektronik harus dilakukan
pemeriksaan visual untuk semua tampilan, yang harus memenuhi
persyaratan:
1. Menampilkan semua elemen;
2. Menghilangkan semua tampilan; dan
3. Menampilkan nol pada semua elemen tampilan
Pengujian ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengujian untuk
penyetelan nol dengan menggunakan mekanisme reset elektronik
1. Mengangkat nozzle dari posisi hang-up dan periksa:
a. Pengujian tampilan dilakukan; dan
b. Segmen tampilan tidak rusak
2. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal
3. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian
b. Penyetelan nol
1. Mekanisme reset mekanik
Untuk alat penunjukan mekanis, penunjukan volume sisa setelah kembali
ke nol tidak boleh lebih dari setengah deviasi volume minimum yang
ditentukan (Emin). Demikian juga penunjukan harga sisa setelah kembali
ke nol tidak boleh lebih dari setengah deviasi harga minimum yang
ditentukan (H) dimana H = Emin x harga satuan.
a. Mengangkat nozzle dari posisi menggantung.
b. Jika penjualan sebelumnya tetap ada di penunjukan, pindah tuas start
ke posisi ON dan pastikan motor pompa tidak menyala atau pompa
ukur tidak diaktifkan. Jika motor pompa menyala atau pompa ukur
aktif maka mekanisme interlock rusak.
c. Mereset penunjukan ke nol dan memeriksa apakah penunjukan
volume adalah nol
45
d. Memindahkan tuas secara pelan ke posisi ON sampai motor menyala
(atau pompa ukur aktif) dan kemudian pindah secara pelan ke posisi
OFF sampai motor berhenti (atau pompa ukur tidak aktif).
e. Memindahkan tuas secara pelan ke posisi ON dan periksa apakah
interlock telah bekerja dan mencegah motor menyala.
f. Mengembalikan tuas start ke posisi OFF.
g. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
h. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
2. Mekanisme reset elektronik
Untuk alat penunjukan elektronik, penunjukan volume/harga setelah
kembali ke nol harus benar nol.
a. Mengangkat nozzle dari posisi menggantung dan memastikan bahwa
pengujian penunjukan dilakukan, penunjukan volume dan harga
adalah nol sebelum penyerahan.
b. Mengembalikan nozzle ke posisi menggantung dan memastikan
bahwa ketika nozzle diangkat tidak ada lagi penyerahan sebelum
pengujian penunjukan dimulai dan penunjukan kembali ke nol.
c. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
d. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
3. Perhitungan harga
Penunjukan harga harus sama dengan perhitungan harga dari
penunjukan volume dan harga satuan dalam batas kesalahan yang
diizinkan.
a. Mereses pompa ukur ke nol.
b. Melakukan penyerahan volume yang kita kehendaki.
c. Menghitung harga total dari harga satuan dan volume total yang
ditunjukkan.
d. Membandingkan harga yang dihitung dengan yang ditunjukkan
pompa ukur.
e. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
f. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
4. Nozzle cut-off
46
Ketika selang dipasang dengan nozzle cut-off otomatis, nozzle harus
menutup secara otomatis ketika port sensor pada nozzle bersentuhan
dengan cairan atau buih. Pengujian ini dapat dilakukan selama pengujian
akurasi atau antidrain. Langkah-langkah pengujian:
a. Melakukan penyerahan pada laju alir operasional.
b. Melakukan kontak antara port sensing dari nozzle dengan cairan atau
buih.
c. Memastikan nozzle cut-off mati.
d. Mengulangi langkah a s.d. c sebanyak 2 kali.
e. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
f. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
5. Interlock
Penggunaan perangkat penunjukan yang sama untuk penunjukan dari
beberapa sistem pengukuran (yang mempunyai perangkat penunjukkan
bersama) diperbolehkan selama tidak dimungkinkan untuk
menggunakan keduanya secara bersamaan. Persyaratan ini berarti tidak
ada bahan bakar yang dapat dikeluarkan kecuali bahan bakar diukur dan
bahwa harga satuan yang ditunjukkan bersesuaian dengan harga satuan
dari bahan bakar yang dipilih dan diserahkan.Tentukan apakah selang
mempunyai penunjukan bersama atau apakah selang mempunyai
pompa bersama dan laksanakan pengujian yang sesuai seperti
dijelaskan berikut.
a. Beberapa selang dengan satu perangkat penunjukan.
1. memilih satu selang dan angkat nozzle dari posisi menggantung.
2. Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih harus
tetap menunjuk nol:
a. Dengan penunjukan harga satuan yang terpisah: Penunjukan
harga satuan untuk tipe bahan bakar yang dipilih ditransfer ke
penunjukan utama.
b. Tanpa penunjukan harga satuan terpisah: Penujukan harga
satuan untuk selang yang dipilih ditampilkan dan semua
47
penunjukan harga satuan lainnya tidak ditampilkan sampai
penyerahan selesai.
3. Memeriksa dan memastikan bahwa selang yang lain dalam
kondisi non-aktif, dengan cara mengangkat nozzle lain dari
posisinya.
4. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
5. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
48
d. Laju alir maksimum
Laju alir maksimum yang dapat dicapai harus berada dalam rentang
yang diperbolehkan (Qmin ke Qmaks) yang tercantum pada pelat
data.Pada pengujian ini (Qmin ke Qmaks = 6/60 L/Min)
Pengujian ini untuk menunjukkan bahwa laju alir maksimum yang
dapat dicapai berada dalam rentang yang diperbolekan dan dapat
dilakukan saat pengujian akurasi pada laju alir maksimum yang
dapat dicapai.
1. Selang dengan unit pompa sendiri
a. Mulai penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat
dicapai.
b. Menghentikan penyerahan pada setidaknya setelah 10 sekon.
c. Mencatat penunjukan pada pompa ukur dan hitung laju alir.
d. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal
e. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
2. Selang yang berbagi pompa bersama Persyaratan ini untuk tera
atau ketika ada perubahan lokasi.
a. Memilih sejumlah selang yang dihubungkan pada unit pompa
yang sama.
b. Melakukan penyerahan pada semua selang yang beroperasi
pada laju alir maksimum yang dapat dicapai,
c. Menghentikan penyerahan setelah sekurang-kurangnya 10
sekon dan hitung laju alir.
d. Menentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
e. Mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
6. Akurasi
Langkah-langkah pengujian:
a. Menyiapkan bejana ukur.
49
b. Melakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai.
Catat volume yang ditunjukkan oleh Pompa Ukur BBM (VFD) dan
volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF).
c. Menghitung dan mencatat kesalahan relatif (EFD) EFD = ((VFD – VREF)/
VREF) x 100 %
d. Mengulangi langkah b) s.d. c) dua kali.
e. Melakukan penyerahan pada laju alir operasional dan laju alir
minimum masing-masing sebanyak 3 kali. mencatat volume yang
ditunjukkan oleh pompa ukur (VFD) dan volume yang ditunjukkan
oleh bejana ukur (VREF).
f. menghitung dan mencatat kesalahan relatif (EFD).
1. Kecepatan alir minimum pada nozzle (Dexlite)
Penyerahan 1 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/laju alir
operasional/laju alir minimum
𝑉𝐹𝑑 −𝑉𝑟𝑒𝑓
EFD = × 100%
𝑉𝑟𝑒𝑓
20.000−19,96536
EFD = × 100%
19,96536
EFD = 0,17 %
EFD = 0,22 %
EFD = 0,29 %
50
VFD Laju alir VREF EFD
(Q)
20 L Q1 19,96536 L 0,17 %
20 L Q2 19,95636 L 0,22 %
20 L Q3 19,94136 L 0,29 %
EFD = 0,27 %
EFD = 0,36 %
EFD = 0,39 %
VFD Laju alir VREF EFD
(Q)
20 L Q1 19,94536 L 0,27 %
20 L Q2 19,92836 L 0,36 %
20 L Q3 19,92136 L 0,39 %
51
3. Kecepatan alir maksimum pada nozzle (Premium)
Penyerahan 1 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/laju alir
operasional/laju alir minimum
𝑉𝐹𝑑 −𝑉𝑟𝑒𝑓
EFD = × 100%
𝑉𝑟𝑒𝑓
20.000−19,942.36
EFD = × 100%
19,942.36
EFD = 0,29 %
EFD = 0,29 %
EFD = 0,31 %
52
7. Akurasi dari penjatah Langkah-langkah pengujian:
a. Menyiapkan Bejana ukur
b. Memasukkan dan catat nilai penjatah volume/harga menggunakan
fasilitas penjatah. Nilai penjatah yang diserahkan harus mendekati
kuantitas bejana ukur yang digunakan.
c. Melakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai
sampai penyerahan berhenti. Catat volume yang ditunjukkan oleh
pompa ukur (VFD) dan volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur
(VREF).
d. menghitung dan catat kesalahan relatif (EFD) EFD = ((VFD – VREF)/
VREF) x 100 e) menentukan apakah hasil berada dalam kesalahan
maksimum yang diizinkan.
e. mencatat hasilnya pada laporan pengujian.
8. Anti-drain
Untuk sistem pengukuran selang penuh yang dilengkapi dengan hose
reel, kenaikan volume internal selama perubahan dari posisi selang yang
digulung ketika tidak bertekanan ke posisi selang yang tidak digulung
ketika bertekanan tanpa aliran cairan harus tidak melebihi dua kali
deviasi volume minimum yang ditentukan.
Jika sistem pengukuran tidak dilengkapi hose reel, kenaikan volume
internal tidak boleh melebihi deviasi volume minimum yang ditentukan.
Tabel 4.1BKD untuk pengujian anti-drain
Vmin BKD tanpa hose reel BKD dengan hose reel
2L 20 mL 40 mL
5L 50 mL 100 mL
Jika Vmin tidak terdapat pada Tabel 2 maka nilai BKD dapat dihitung
dengan persamaan:
Tanpa hose reel (BKD dalam mL)
BKD = Vmin(L) x 10
53
Dengan hose reel (BKD dalam mL)
BKD = = Vmin(L) x 20
54
9) Menutup nozzle ketika aliran berhenti, atau setelah 30 sekon. Jika nozzle
masih menetes setelah 30 sekon nozzle harus diperbaiki.
10) Mencatat volume pengosongan bahan bakar yang ditunjukkan oleh bejana
ukur standar .
Menentukan apakah pompa ukur lolos atau tidak
(1) (2)
Gambar 4.0 (1) Tanda Pegawai Berhak Plombir (by) ; (2) Tanda Sah
Plombir (2019)
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pembahasan dan perhitungan untuk pengujian dalam rangka tera
ulang Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak di dapat:
1. PUBBM pada Nomor Seri AA155344 memiliki Kesalahan Rata-rata
(EAV) pada 3 penyerahan yaitu :
a. Kecepatan alir pada nozzle Dexlite: EAV rata-rata = 0,23 %
b. Kecepatan alir pada nozzle Pertalite: EAV rata-rata = 0,22 %
c. Kecepatan alir pada nozzle Premium: EAV rata-rata = 0,29 %
2. Batas Kesalahan yang Diijinkan dalam rangka tera ulang PUBBM
berdasarkan syarat teknis adalah sebesar ±0,5 %. Hasil pengujian
secara rata-rata keseluruhan pada kecepatan aliran uji minimum,
menengah, dan maksimum pada nozzle di dapat sebesar 0,23 %, 0,22
%, dan 0,29 % dinyatakan SAH dalam arti telah memenuhi syarat
teknis.
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal Tebing Tinggi
adalah unsur pelaksana tugas teknis di bidang metrologi legal yang
berada dibawah naungan Dinas Perdagangan Tebing Tinggi. UPTD
Meterologi Tebing Tinggi bertujuan untuk melindungi kepentingan
umum dalam hal kebenaran pengukuran UTTP
4. Kegiatan Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan
yang sangat penting bagi seorang mahasiswa untuk lebih mengetahui
implementasi dari ilmu yang diperoleh di perkuliahan dalam dunia
kerja.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pengujian PUBBM pelaksanaan dalam pembacaan
Bejana Ukur Standar dilaksanakan oleh satu orang yang sama (Penera)
dalam 3 kali pengujian untuk menghindari kesalahan pembacaan.
56
2. Sebaiknya pemilik SPBU memperhatikan tumpahan minyak dari Bejana
Ukur Standar ke wadah sementara, agar tidak memicu terjadinya
kebakaran yang disebabkan oleh tumpahan minyak.
3. UPTD Metrologi legal Kota Tebing Tinggi sebaiknya lebih meningkatkan
pengujian dan pengawasan terhadap UTTP konsumen yang akan diuji serta
memaksimalkan penggunaan standar untuk satuan ukuran, ruang
laboratorium beserta instalasi uji yang tersedia.
4. Sebaiknya Dinas Perdagangan Kota Tebing Tinggi menyediakan kendaraan
di UPTD Metrologi Legal Tebing Tinggi untuk menunjang tugas
dilapangan yang dibutuhkan untuk membawa peralatan-peralatan standard
an SDM metrologinya
57
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Mutu UPTD Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi Tahun 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_timbang
http://www.ilmusipil.com//pengertian-batching-plant-adalah
Made putra, I G. 1995. Pengantar Metrologi. Bandung: Balai Diklat Metrologi
Mahsun, M. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE
Moeheriono. 2000. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia
Indonesia
Nasrul, Isa. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tera Ulang Metrologi
Legal. Jakarta: FISIP
Puska, Dagri. 2007. Kajian Sistem Metrologi Legal. Kementerian Perdagangan.
Puska, Dagri. 2013. Analisis Pelayanan Tera/Tera Ulang UTTP di Pasar
Tradisional. Kementerian Perdagangan.
PP Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Syarat-Syarat Teknis Kemetrologian (SSTK)
Permendag RI Nomor: 126 Tahun 2018 Tentang Tanda Sah Tahun 2019
SK Dirjen Standardisasi Dan Perlindungan Konsumen No. 134 Tahun 2015
tentang Syarat Teknis Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur
UPTD Metrologi Legal Diskouperindag. 2016. Data Potensi Alat UTTP Kota
Tebing Tinggi. Tebing Tinggi: UPTD Metrologi Legal Diskouperindag.
58