Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH TINGKAT PENGHASILAN DAN TINGKAT

PENDIDIKAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN


WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN (PBB) DI KELURAHAN BENDOSARI TAHUN
2021

Disusun Oleh:
Wahyu Wardiyatno
60118067

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS SELAMAT SRI KENDAL
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan kemurahan-
Nya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas ini. tugas ini merupakan tugas
akhir semster yang disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan studi pada semester ini di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UniversitasSelamat Sri.
Peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada kedua orang tua
tercinta, ibunda dan ayahanda yang selalu memberi doa, dukungan, motivasi,
pengorbanan serta kasih sayangnya yang begitu tinggi sehingga peneliti dapat
menyelesaikan studi ini. Semoga apa yang saya raih hari ini mampu memberi
senyum kepada mereka. Serta seluruh keluarga besar yang selalu memberi
dorongan dan motivasi kepada peneliti.
Selanjutnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung Dalam pembuatan laporan ini, tidak lupa
diucapkan trimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Tri Astuti Hendrayani, S.Pd., M.Ak. selaku Dosen Mata kuliah
Seminar Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Selamat
Sri Kendal.
2. Terima kasih Teman-teman AA6 dan angkatan 2018 Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Selamat Sri Kendal
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat baik kepada penulis
sendiri dan kepada para pembacanya.
Kendal, 13 Juni 2021
Peneliti,

Wahyu Wardiyatno

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I .....................................................................................................................1
PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7

BAB II ...................................................................................................................8
LANDASAN TEORI.............................................................................................8
2.1Kajian Teori ...................................................................................................... 8

2.2 Definisi Pajak ................................................................................................. 10

2.3 Fungsi Pajak ................................................................................................... 11

2.4 Sistem Pemungutan Pajak .............................................................................. 11

2.5 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ................................................ 14

2.6 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)........................................... 14

2.7 Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .................................... 15

2.8 Kepatuhan Wajib Pajak .................................................................................. 16

1.Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ................................................................... 16

2.9 Tingkat Pendapatan Wajib Pajak ................................................................... 17

2.10 Tingakt Pendidikan ...................................................................................... 19

2.11 Tinjauan Penelitian terdahulu ...................................................................... 20

2.12 Hipotesis....................................................................................................... 24

1.Pengaruh tingkat pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam


membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) ................................................ 24

iii
2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) ................................................ 25

BAB III ................................................................................................................26


METODE PENELITIAN ....................................................................................26
3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................................... 26

3.2 Tempat dan Waktu ......................................................................................... 26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 27

2.4 Jenis Data ....................................................................................................... 27

2.5 Sumber Data ................................................................................................... 27

2.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 28

2.7 Variabel Penelitian ......................................................................................... 28

2.8 Definisi Operasional....................................................................................... 29

2.9 Instrumen Penelitian....................................................................................... 30

2.10 Analisis Data ................................................................................................ 30

2.11 Statistik Deskriptif ....................................................................................... 30

2.12 Uji Kualitas Data .......................................................................................... 30

2.13 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 32

2.14 Uji Hipotesis ................................................................................................ 33

2.15 Model Analisis Data ..................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara, dimana penerimaan
pajak ini menduduki peringkat tertinggi di Indonesia. Karena merupakan
penerimaan terbesar/tertinggi, pajak menjadi sumber pendanaan pembangunan
yang paling besar pula. Terdapat beberapa jenis pajak yaitu PBB, PPN, PPN BM,
dan PPh. Dari berbagai macam pajak tersebut, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembiayaan pembangunan.
Karena sebagian besar pajak ini dikembalikan ke daerah untuk pembangunan
daerah dan otonomi daerah yang lain, dalam hal ini adalah 90 % dari PBB
keseluruhan, dan yang 10 % tetap diberikan Pusat.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan,
diketahui bahwa PBB yang dasar pengenaannya didasarkan pada Nilai Jual Obyek
Pajak ini, penetapan pajaknya bersifat obyektif, yaitu pajak dikenakan kepada
subyek pajak atas kepemilikan bumi/tanah dan/atau bangunan tanpa
memperhatikan kemampuan dari subyek pajak bersangkutan, dimana
penetapannya didasarkan pada keadaan riil di lapangan dari obyek pajak
bersangkutan.

Menurut UU Nomor 45 tahun 2007 tentang APBN 2009 dalam Mustofa


(2011:2), penerimaan PBB yang ditargetkan sebesar Rp24.159.700.000.000.
Tingginya target penerimaan pajak tersebut akan menjadi tugas berat bagi
pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk dapat
merealisasikannya. Partisipasi rakyat dalam membayar pajak akan memudahkan
DJP untuk merealisasikan target pajak yang sudah ditetapkan tersebut. Jika wajib

1
pajak kurang berperan aktif dalam membayar pajak maka akan menjadi masalah
dalam realisasi pajak tersebut, selain itu karena sistem pemungutan pajak yang
berlaku di Indonesia adalah Official Assesment System dimana fiskus yang lebih
proaktif dan kooperatif melakukan perhitungan pajak terutang. Fiskus akan
menetapkan besarnya PBB dalam srat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) yang
pada akhirnya akan di distriusikan kepada wajib pajak. Dengan adanya official
asesmen sistem pada pengenan PBB, kesadaran wajib pajak pada realisasinya
akan menghasilkan hasil yang positif. Fakta yang terjadi, kewenangan tidak
sepenuhnya djalankan oleh wajib pajak pribadi untuk memenuhi kewajiban
perpajakanya, justru membuat wajib pajak orang pribadi lebih mudah untuk
menyelewengkan kewajiban perpajakanya.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Penggunaan uang pajak


mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyekrumah
sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan uang yang dibayar dengan pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa
aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Pajak juga digunakan untuk mensubsidi
barang-barang yang sangat dibutuhkan masyarakat dan juga membayar hutang
negara ke luar negeri. Selain itu pajak juga digunakan untuk membantu UMKM
baik dalam hal pembinaan dan modal. Dengan demikian jelas bahwa peranan
penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dan penting dalam
menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.

Pajak negara akan meningkat jika tingkat kepatuhan masyarakat sebagai


wajib pajak dalam membayar pajak tinggi, artinya semua wajib pajak yang ada
memiliki kepatuhan yang sama dalam membayar pajak, sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
selain itu kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak, karena
pelayanan fiskus yang baik akan memberikan kenyamanan bagi wajib pajak
(Puspita 2014). Upaya yang dapat dilakukan demi mengoptimalkan peningkatan
penerimaan pajak bumi dan bangunan sehingga dapat memberi kontribusi yang
besar dalam meningkatkan pendapatan daerah adalah dengan meningkatkan

2
kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan. Kepatuhan wajib pajak bumi dan
bangunan dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana wajib pajak dapat
memenuhi kewajiban perpajakannya (PBB) sesuai dengan aturan perpajakan
pembayaran PBB, kepatuhan pembayaran sesuai dengan pajak terutang, tidak
mempunyai tunggakan PBB, dan kesukarelaan pembayaran PBB. Wajib pajak
yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Dalam pelaksanaan peraturan perpajakan, maka akan terdapat dua
pihak yang berkaitan dengan hal tersebut. Pihak tersebut yaitu pemerintah sebagai
pembuat peraturan perpajakan dan masyarakat (wajib pajak) yang melakukan
pelaksanaan perpajakan. Perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan
kepatuhan masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku guna mencapai target pajak.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas
Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah untuk meningkatkan
penerimaan pajak bumi dan bangunan. Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kendal melalui Kepala Bidang PBB
dan BPHTB mengatakan bahwa berbagai upaya dilakukan untuk mengoptimalkan
penerimaan PBB antara lain dengan mencetak SPPT lebih awal, pelayanan jemput
bola, serta fasilitas mobil keliling yang akan mempermudah wajib pajak dalam
membayar PBB. Upaya lain yaitu dengan diadakannya pekan panutan
pembayaran PBB untuk PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kebumen,
serta diwajibkannya PNS membayar kewajiban PBB pada waktu yang telah
ditentukan. Sebagai penyemangat diberikan reward
Dari beberapa upaya yang telah dilakukan DPPKAD seharusnya
kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Plantungan dalam
membayar pajak tinggi dibuktikan dengan wajib pajak membayar PBB tepat
waktu, patuh membayar PBB sesuai pajak terutang, tidak mempunyai tunggakan
PBB, dan wajib pajak secara sukarela membayar PBB. Pada kenyataanya tiga
tahun berturut-turut yaitu tahun 2017, 2018, dan 2019 dari jumlah 12 desa di
Kecamatan Plantungan baru 9 desa yang memiliki kategori kepatuhan wajib pajak

3
bumi dan bangunan baik.
Selanjutnya peneliti memutuskan memilih satu desa sebagai objek
penelitian yaitu Desa Bendosari di Kecamatan Plantungan dari 12 desa. Berkaitan
dengan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan di Desa Bendosari pada tahun
2018 tidakada dusun melakukan pelunasan PBB di awal tahun Pada tahun akan
tetapi semua dusun dapat melakukan pelunasan PBB sebelum jatuh tempo.
Namun pada tahun 2019 hanya sebanyak 2 dusun yang dapat melakukan
pelunasan PBB sebelum tanggal jatuh tempo atau melakukan pembayaran PBB
tepat waktu. Artinya terjadi peningkatan jumlah dusun yang melakukan
pembayaran PBB tepat waktu dari tahun 2017-2018, namun sebaliknya yaitu
terjadi penurunan jumlah dusun yang melakukan pembayaran PBB tepat waktu
tahun 2018-2019

Kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan pada penelitian ini melihat dari
jumlah desa yang telah lunas membayar PBB dikarenakan data rekap baku PBB
diKecamatan Plantungan menunjukan jumlah desa dan jumlah pemilik SPPT
(Surat Pemberitahuan Pajak Terutang), sedangkan seorang wajib pajak rata-rata
memiliki lebih dari satu SPPT. Tidak ada data yang menunjukan jumlah wajib
pajak bumi dan bangunan oleh karena itu peneliti menggunakan data jumlah
SPPT untuk mengasumsikan jumlah wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak bumi
dan bangunan dianalisis dari jumlah desa.
Kebijakan yang dibuat oleh Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan
Aset Daerah dalam upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak bumi dan
bangunan belum sepenuhnya mencapai target dan potensi yang direncanakan.
Seperti kondisi kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan yang ada di Desa
Bendosari mengalami penurunan dari tahun 2018 ke tahun 2019. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Bendosari dengan topik
kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan.

Faktor penghasilan dan pengetahuan merupakan dua faktor yang sangat


penting untuk faktorpendukung kpatuhan wajib pajak. Faktor penghasilan
dijadikan sebagai salah satu alasan wajib pajak tidak patuh. Bila seorang bekerja

4
dan menghasilkan uang maka secara alamiah yang pertamaadalah untuk
meemnuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Hal tersebut akan menimbulkan
konflik antarakepentingan diri sendiri dan kepentingan negara. Wajinb pajak akan
terlebih dahulu memenuhi hidupmereka sebelum membayar pajak. Sehingga
tingkat penghasilan seorang dapat mempengaruhi bagaimana seorang memiliki
kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibanya.

Demikian puladengan faktor pengetahuan, yang mempengaruhi faktor


pengetahuan adalah pemahaman wajib pajak melalui pendidikan. Pengetahuan
tersebut umumnya kita dapatkan saat kita menjalani pendidikan formal.
Darmawan (2013) menjelaskan peranan pendidikan dalam halini sebagai
mediadalam merubah mental masyarakat kearah yangpositif. Oleh karena itu,
pendidikan perpajakan harus mulai di tanamkan sejak dini khususnya di ligkungan
sekolah. Agar anak-anak dan para orang tua yang berperan sebagai wajib pajak
tahu akan pentingnya membayar pajak. Jika mereka sudah tahu akan kewajiban
mereka makamembayar pajakpun akan terasa ringan.

Berdasar data yang diperoleh daripemerintah kecamatan plantungan


menyebutkan bahwa ternyata Kelurahan/Desa Bendosari merupakan daerah yang
dirasa kurang maksimal dalam terealisasinya penerimaan pajak bumi dan
bangunan, adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Penerimaan Pajak Bumi Bangunan (PBB)

Periode 2017-2019
Tahu WP Target % WP Realisasi % Belum
n (SPPT) PBB (SPPT) PBB ReliSas
i
2017 1.992 50.597.820 100 1.223 40.490.151 80,02 19,98

2018 2. 244 55.490.536 100 1.261 44.306.839 79,84 20,16

5
2019 2.650 60.519.670 100 1. 278 45.356.928 74,94 25,06

Sumber ; data penerimaan pajak kec Platungan


Berdasarkan uraian di atas, Penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
dengan melakukan penelitian mengenai bagaimana “Pengaruh Tingkat
Penghasilan dan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
Kelurahan Bendosari tahun 2021.”

1.2 Rumusan Masalah


Dari permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Apakah tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan wajib pajak
berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa Bendosari tahun
2021?
2. Apakah tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak secara parsial dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa Bendosari tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah tingkat penghasilan dan tingkat pendididkan
wajib pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan
Bendosari tahun 2021.
2. Untuk mengetahui apakah tingkat penghasilan dan tingkat pendididkan
berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Bendosari
tahun 2021.

6
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi khasanah pendidikan tentang Pengaruh Penghasilan
dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Bendosari
tahun 2021.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti Sebagai wahana pelatihan pengembangan dalam bidang
penelitian dan penerapan teori yang didapatkan di bangku kuliah.
b. Bagi Pemerintah Memberikan bahan sumbangan pemikiran untuk
mengevaluasi kebijakan mengenai masalah perpajakan secara umum
dan juga mengenai kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
khususnya di kelurahan Bendosari.
c. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Kajian Teori
Pemahaman mendalam akan teori-teori pemungutan pajak berikut ini
diharapkan membawa satu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak yang
bukan menjadi beban semata, tetapi menjadi satu kewajiban yang menyenangkan
dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Teori-teori pemungutan pajak
dimaksud, sebagai berikut.
1. Teori Asuransi
Menurut Burton dan Ilyas (2011:21) teori akuntansi diartikan dengan satu
kepentingan masyarakat (seseorang) yang harus dilindungi oleh negara.
Masyrakat seakan mempertanggungjawabkan keselamatan dan keamanan
jiwanya kepada negara. Dengan adanya kepentingan dari masyarakat itu
sendiri, maka masyarakat harus membayar “premi” kepada negara. Teori
asuransi ini hanya memberi landasan, karena pada dasarnya teori ini tidak
tepat untuk melandasi adanya pemungutan pajak. Premi kurang tepat bila
diartikan sama dengan pajak, karena premi dalam teori ini harusnya sama
dengan retribusi yang kontra prestasinya dapat disarankan secara
langsung oleh pemberi premi. Sementara pengertian pajak tidak
demikian. Premi yang diberikan kepada negara tidak sama dengan premi
yang diberikan kepada perusahaan dalam arti premi sesungguhnya.
2. Teori Kepentingan
Menurut Burton dan Ilyas (2010:22) teori kepentingan diartikan sebagai
negara yang melindungi kepentingan harta benda dan jiwa warga
Negaradengan memperhatikan pembagian beban pajak yang harus
dipungut dari seluruh penduduknya. Segala biaya atau pengeluaran yang
akan dikeluarkan oleh negara dibebankan kepada seluruh warga
berdasarkan kepentingan dari warga negara yang ada. Warga negara yang

8
ada memiliki harta yang banyak, membayar pajak lebih besar kepada
negara untuk melindungi kepentingan dari warga negara yang
bersangkutan, demikian sebaliknya. Apabila demikian halnya, maka
landasan teori ini pun seakan sama dengan pengertian retribusi dan bukan
pajak, karena berkaitan dengan adanya kontra-prestasi yang langsung
dapat dirasakan oleh warga yang mempunyai kepentingan. Sedangkan
Resmi (2011:6) mengartikan bahwa teori ini awalnya hanya
memerhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh
penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan
masing-masing orang dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk
perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya. Oleh
karena itu, sudah sewajarnya jika biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
negara dibebankan kepada mereka.
3. Teori Gaya Pikul
Menurut Burton dan Ilyas (2011:22) dasar teori ini adalah keadilan, yaitu
setiap orang yang dikenakan pajak harus sama beratnya. Pajak yang
harus dibayar adalah menurut gaya pikul seseorang yang ukurannya
adalah besarnya penghasilan dan besarnya pengeluaran yang dilakukan.
Stuart (2011:22) menyamakan asas gaya pikul dengan sebuah jembatan
dengan menjelaskan bahwa yang pertama harus dipikul adalah bobot
jembatan itu sendiri baru kemudian dibebani dengan beban yang lain.
Artinya bahwa yang harus dipenuhi dalam kehidupan seseorang tidak
dimasukkan dalampengertian gaya pikul. Kekuatan (gaya pikul) untuk
membayar pajak baru dilakukan setelah kebutuhan primer sesorang telah
terpenuhi.
Menurut pendapat Langen (2011:23) menjelaskan gaya pikul dalam
pengertianbahwa kekuatan seseorang untuk membayar uang kepada
negara adalah setelah dikurangi dengan minimum kehidupan. Teori gaya
pikul ini ternyata diakui oleh para sarjana karena lebih menekankan pada
unsur kemampuan seseorang dan rasa keadilan.
4. Teori Gaya Beli

9
Menurt Burton dan Ilyas (2011:23) teori ini menekankan bahwa
pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara dimaksudkan untuk
memelihara masyarakat dalam negara yang bersangkutan. Gaya beli
suatu rumah tangga dalam masyarakat adalah dama dengan gaya beli
suatu rumah tangga negara. Pembayaran pajak yang dilakukan kepada
negara lebih ditekankan pada fungsi mengatur dari pajak agar masyarakat
tetap eksis.
Menurut Adriani (2011:23) teori gaya beli ini akan berlaku sepanjang
masa baikterhadap masyarakat yang menganut sistem sosialisme maupun
masyarakat yang menganut system liberalisme. Teori ini dianggap
sebagai teori yang bersifat universal dan berlaku di seluruh dunia.
Dengan kata lain, kemaslahatan suatu masyarakat akan tetap terjamin
dengan pembayaran pajak berdasarkan teori gaya beli ini.
5. Teori Bakti
Teori ini menekankan pada paham organische staatsleer yang
mengajarkan bahwa karena sifat negara suatu organisasi dari individu-
individu, maka timbul hak mutlak negara memungut pajak. Melihat
sejarah terbentuknya suatu negara, maka teori bakti ini bisa dikatakan
sebagai adanya perjanjian dalam masyarakat untuk membentuk negara
dan menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada negara untuk
memimpin masyarakat. Karena adanya kepercayaan yang diberikan
masyarakat kepada negara maka pembayaran pajak yang dilakukan
kepada negara merupakan bakti dari masyarakat kepada negara, karena
negaralah yang bertugas menyelenggarakan kepentingan masyarakat.
Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak (Burton dan
Ilyas, 2011:23)

2.2 Definisi Pajak

Pajak menurut pasal 1 angka 1 UU No.6 Tahun 1983 sebagai mana telah
disempurnakan di UU No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tatacara

10
perpajakan adalah “kontribusi wajib kepadanegara yang yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasar Undang Undang, dengan tidak
mendapat timbal aliksecra langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

2.3 Fungsi Pajak


Pajak sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu negara karena
pelaksanaan pembangunan pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak. Fungsi-
fungsi pajak antara lain:
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi Budgetair atau fungsi fiskal (fiscal function) adalah suatu fungsi
dimana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana optimal ke
kas Negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku, disebut
juga fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali
muncul. Pajak digunakan sebagai alat untuk menghimpun dana dari
masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara langsung dari zaman sebelum
masehi sudah dilakukan. Berdasarkan fungsi tersebut, pemerintah sebagai
pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan
dengan cara memungut pajak dari penduduknya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi Regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan
alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi
Regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi Regulerend ini
hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak, yaitu fungsi Budgetair
(Devano dan Siti Kurnia, 2006:26).

2.4 Sistem Pemungutan Pajak


Demi terpenuhinya target pajak yang telah ditetapkan, pemerintah
menggunakan sistem pemungutan pajak yang sederhana sehingga akan
memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajibannya

11
membayar pajak. Sistem pemungutan pajak yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah antara lain:
1. Official assessment System
Dimana wewenang pemungutan pajak pada fiskus. Utang pajak
timbul bila ada Surat Ketetapan Pajak (SKP), dilaksanakan sampai tahun
1967. Menurut Mardiasmo (2004:7), ciri-ciri Official assessment system
yaitu:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak
(SKP) oleh fiskus.
2. Semi Self Assesment System
Wewenang pemungutan ada pada wajib pajak dan fiskus. Pada
awal tahun pajak wajib pajak menaksir dulu berapa pajak yang akan
terutang untuk satu tahun pajak, kemudian mengangsurnya. Akhir tahun
pajak, pajak terutang sesungguhnya ditentukan fiskus. Dilaksanakan di
Indonesia pada periode 1968-1983.

3. Full Self Assesment System

Wewenang sepenuhnya untuk menentukan besar pajak ada pada


wajib pajak. Wajib pajak aktif menghitung, memperhitungkan, menyetor,
dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak ikut campur tangan dalam
penentuan besarnya pajak terutang selama wajib pajak tidak menyalahi
peraturan yang berlaku. Dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 atas
dasar perombakan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983. Ciri-
cirinya sebagai berikut:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung,menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.

12
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. (Mardiasmo, 2004:8)

4. With Holding System


Wewenang pemungutan ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus
dan wajib pajak. Dilaksanakan secara efektif sejak 1984 (Devano dan Siti
Kurnia R., 2006:80).
5. Self Assessment System
Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan
sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal ini dikenal dengan:
a. Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak.
b. Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang
terutang.
c. Menyetorkan pajak tersebut ke bank persepsi atau kantor pos.
d. Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak.
e. Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian
SPT (Surat Pemberitahuan) dengan baik dan benar.
Ciri Self Assesment System antara lain:
a. Wajib pajak (dapat dibantu oleh konsultan pajak) melakukan peran
aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
b. Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas
kewajiban perpajakannya sendiri.
Pemerintah, dalam hal ini instansi perpajakan, melakukan pembinaan,
penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan
bagi wajib pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi
pelanggaran dalam bidang pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku
(Devano dan Siti Kurnia R., 2006:81).

13
2.5 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa,
tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau
perairan. Asas Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan Undang-undang nomor
12 tahun 1994 yaitu:
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan.
2. Adanya kepastian hukum.
3. Mudah dimengerti dan adil.
4. Menghindari pajak berganda.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas
pemilikan atau pemanfaatan bumi dan bangunan di Indonesia.

2.6 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Segala sesuatu harus ada dasar hukumnya, begitu juga dengan PBB,
penarikan PBB tidak akan berjalan lancar tanpa adanya peraturan dan dasar
hukum yang ditetapkan dan diberlakukan. Dasar hukum PBB diantaranya:
1. Undang-Undang dasar 1945
2. Undang-undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 12 tahun 1994.
3. Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2000 tentang Besarnya Nilai Jual
Kena Pajak pada Pajak Bumi dan Bangunan.
4. Keputusan Menteri Keuangan nomor 1002/KMK.04/1985 tentang tata
cara pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bumi.
5. Peraturan Menteri Keuangan nomor 208/PMK.07/2018
6. Keputusan Menteri Keuangan nomor 1007/KMK.04/1985 tentang
pelimpahan wewenang penagihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I dan/atau Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II.
7. Peraturan Pelaksanaan lainnya

14
2.7 Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Bumi dan atau bangunan merupakan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi
jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek pajak lain
yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti.
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan undang- undang Pajak
Bumi dan Bangunan. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat
yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya
pajak yang terutang kepada wajib pajak. DJP menerbitkan SPPT berdasarkan
SPOP.
Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan
menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan
penghitungan pajak yang terutang. Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah
diperhatikan faktor letak, peruntukan, pemanfaatan, kondisi lingkungan dan lain-
lain. Sementara dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor bahan
yang digunakan, rekayasa, letak, kondisi lingkungan dan lain-lain (Mardiasmo,
2004:271).
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek
pajak yang:

1. Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dan tidak untuk


mencari keuntungan, antara lain:

2. Di bidang ibadah, contohnya masjid, gereja, dan vihara.

3. Di bidang kesehatan, contohnya rumah sakit.

4. Di bidang pendidikan, contohnya madrasah dan pesantren.

5. Di bidang sosial, contohnya panti asuhan.

6. Di bidang kebudayaan nasional, contohnya museum dan candi.

15
7. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.

8. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak.

9. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang


ditentukan oleh Menteri Keuangan (Mardiasmo, 2004:271).
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah orang atau badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi,
memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat atas bangunan, dengan demikian
tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. Subjek
pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak. Jika suatu
objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
dapat menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak (Mardiasmo, 2004:274).

2.8 Kepatuhan Wajib Pajak


1. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan adalah motivasi seseorang kelompok atau organisasi
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Perilaku kepatuhan seseorang merupakan intraksi antara
perilaku individu, kelompok dan organisasi (Purbo,2012).

Kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan perpajakan yang


didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Adanya
kepatuhan secara tidak langsung penerimaan pajak akan berjalan dengan
lancar karena kepatuhan wajib pajak telah menunjukkan bahwa wajib
pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik. Sedangkan
menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/kmk.04/2000 kepatuhan
perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara

16
2. Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut pada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan
Menteri Keuangan No.544/kmk.04/2000 bahwa kriteria kepatuhan wajib
pajak adalah.
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam
tahun terakhir.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidangperpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal
terdapat wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang
teruntang paling banyak 5%.
e. Wajib pajak yang laporkan keuangan untuk 2 tahun terakhir diaudit
oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
dapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba/rugi
fiskal.

2.9 Tingkat Pendapatan Wajib Pajak


1. Pengertian Pendapatan
Dalam pemungutan pajak perlu memperhatikan kemampuan wajib
pajak dalam membayar pajak, kemampuan membayar itu sendiri
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, oleh karena itu pajak harus
dipungut pada saat yang tepat, yaitu pada saat wajib pajak mempunyai
uang. Pendapatan menurut Lumbatoruan (1990:423) adalah tanggung
jumlah uang atau nilai yang selama tahun takwin diperoleh seseorang dari.
a. Usaha dan tenaga
b. Barang tak bergerak

17
c. Harta bergerak
d. Hak atas pembayaran berkala, dan
2. Tambahan harta yang ternyata dalam tahun takwin kecuali jika hal
sebaliknya dibuktikan oleh wajib pajak.
Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal
ini melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan
kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan meraka akan memenuhi
kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya,
tingkat pendapatan seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang
tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan
kewajibannya.
Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan individu dalam
memenuhi segala kebutuhannya. Apabila individu tersebut dapat
memenuhi semua kebutuhan tersebut, baik itu kebutuhan primer,
sekunder, maupun tersier berdasarkan pendapatan yang dimiliki tanpa
bantuan dari pihak luar berupa pinjaman, dapat dikatakan bahwa kondisi
keuangan individu tersebut sangat baik. Akan tetapi, jika individu tersebut
seringkali melakukan pinjaman dari pihak luar yang biasa diperoleh dari
keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan
individu tersebut sangat buruk (Agustiantono,2012:27).
3. Jenis-jenis dan Sumber Pendapatan
Menurut Gilarso (1994:40) dalam Haswindar (2016:19) jenis
pendapatan yang diperoleh seorang dikategorikan menjadi.

a. Pendapatan pokok, yaitu pendapatan yang diperoleh dari upah


sebagaikerja pokok

b. Pendapatan tambahan yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar


pendapatan pokok;

c. Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar


pendapatan pokok dan tambahan.

18
2.10 Tingakt Pendidikan
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana beiajar
dan proses pembeiajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiiiki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Crow dan Crow, mendefinisikan pendidikan adalah proses yang berisi
berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan sesorang untuk kehidupann
sosialnya dan membantunya meneruskan kebiasaan dan kebudayaan, serta
kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.
Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama atau insan kamil.
Demikian beberapa pendapat tentang pendidikan, dari beberapa definisi
diatas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah;
1. Suatu pengarahan atau bimbingan yang diberikan kepada anak dalam
pertumbuhannya.
2. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tentang
yang di kehendaki oleh masyarakat.
3. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak menuju
kedewasaan.
4. Suatu bimbingan yang berperan untuk membentuk insan kamil.
Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan
wajib pajak lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang beriaku, tetapi pada kenyataannya saat ini wajib pajak yang
memiiiki tingkat pendidikan tinggi malah banyak melakukan penyelewengan
dibidang perpajakan bahkan melakukan pembukuan ganda untuk kepentingan
pajak, tingkat yang minim juga akan berpeluang wajib pajak enggan
melaksanakan kewajiban perpajakan yang ditetapkan. Apabila dikaitkan dengan
pembayaran pajak maka wajib pajak yang memiiiki latar belakang pendidikan

19
lebih tinggi belum tentu lebih patuh daripada wajib pajak yang memiiiki latar
belakang pendidikan yang minim. Karena saat ini banyak wajib pajak yang
memiiiki latar belakang pendidikan tinggi melakukan penyelewengan pajak
bahkan membuat pembukuan ganda untuk kepentingan yang berbeda-beda, seperti
membesarkan laba jika untuk mengajukan kredit di bank dan membuat
pembukuan kecil untuk keperluan pajak. Wajib pajak yang berlatar belakang
pendidikan minim sama saja karena kurangnya pemahaman mereka tentang sistem
perpajakan yang diterapkan.

2.11 Tinjauan Penelitian terdahulu


Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti. Penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan dengan topik atau pembahasan tentang kepatuhan wajib
pajak bumi dan bangunan dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini:

Tabel 1.1
No Peneliti dan Variabel Hasil penelitian
tahun penelitian
1 Arif Rahman Variabel Kesadaran wajib pajak
Dependen: berpengaruh positif dan signifikan
Kepatuhan terhadap kepatuhan wajib pajak,
Membayar Pajak Tingkat pendidikan tidak
Bumi dan berpengaruh terhadap kepatuhan
Bangunan. wajib pajak, Pendapatan
Variabel berpengaruh positif tetapi tidak
independen: signifikan terhapad kepatuhan
Kesadaran, wajib pajak
Tingkat
Pendidikan,
Pendapatan.
2 Siti Salmah Variabel pengetahuan perpajakan wajib

20
(2018) Dependen: pajak berpengaruh positif
Kepatuhan signifikan terhadap kepatuhan
membayar pajak dalam membayar pajak bumi dan
Variabel bangunan,
independen: Kesadaran wajib pajak
pengetahuan berpengaruh positif yang
wajib pajak dan signifikan terhadap kepatuhan
kesadaran wajib dalam membayar pajak bumi dan
pajak bangunan,
3 Ernawati Variabel Berdasarkan hasil analisis
(2014) Dependen: data dengan bantuan SPSS
Kepatuhan wajib 20 menunjukkan bahwa
pajak hasil uji hipotesis secara
Variabel persial (t-test)
independen: membuktikan bahwa
Pengaruh variabel tingkat pendidikan
Tingkat (X1), tingkat pendapatan
Pendidikan, (X2), dan kualitas pelayanan
Pendapatan, dan fiskus (X3) berpengaruh
Kualitas positif terhadap kepatuhan
Pelayanan wajib pajak.
Fiskus.
4 Imam Variabel Pemahaman wajib pajak,
Oktafianto dan Dependen: kesadaran wajib pajak, pelayanan
Dewi Kusuma Kepatuhan wajib fiskus secara simultan
Wardani (2015) pajak bumi dan berpengaruh positif terhadap
bangunan kepatuhan wajib pajak bumi dan
Variabel bangunan
independen:
Pemahaman,

21
Kesadaran dan
Pelayanan Fiskus
5 I Gede Variabel Sikap wajib pajak berpengaruh
Prayuda, I Dependen: positif dan signifikan pada
Ketut Jati kepatuhan wajib kepatuhanwajib pajak dalam
(2016) pajak bumi dna membayar Pajak Bumi dan
bangunan Bangunan, Pengetahuan
Variabel perpajakan berpengaruh positif
independen: dan signifikan pada
Sikap, kepatuhanwajib pajak dalam
Pengetahuan membayar Pajak Bumi dan
perpajakan, dan Bangunan, Kesadaran wajib Pajak
Kesadaran Wajib berpengaruhpositif dan signifikan
Pajak pada kepatuhanwajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan
Banguna
6 Khoirul Variabel Hasil penelitian faktor
Musthofa Dependen: penghasilan dan kesadaran wajib
(2011) kepatuhan wajib pajak mempengaruhi kepatuhan
pajak bumi dan wajib pajak dalam membayar
bangunan Pajak Bumi dan Bangunan di
Variabel secara signifikan.
independen: variabel penghasilan tidak
Pengaruh berpengaruh terhadap kepatuhan
Penghasilan, dan wajib pajak, hal ini dapat dilihat
Kesadaran Wajib dari hasil uji parsial variabel
Pajak penghasilan.
variabel kesadaran wajib pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak, hal ini dapat dilihat

22
dari hasil uji parsial variabel
penghasilan.
7 Haswindar Variabel Tingkat pendapatan tidak
(2016) Dependen: berpengaruh terhadap kepatuhan
kepatuhan wajib wajib pajak.
pajak bumi dan Tingkat pengetahuan wajib pajak
bangunan berpengaruh positif terhadap
Variabel kepatuhan wajib pajak.
independen: Tingkat kesadaran wajib pajak
Pengaruh tingkat bepengaruh positif terhadap
pendapatan, kepatuhan wajib pajak.
Pengetahuan
,dan Kesadaran
Wajib Pajak
8 Wahyu Lestari Variabel Ada pengaruh secara signifikan
(2017) Dependen: pengetahuan PBB terhadap
kepatuhan wajib kepatuhan wajibpajak bumi
pajak bumi dan dan bangunan dengan
bangunan pengaruh parsial sebesar
Variabel 2,56%.
independen: Ada pengaruh secara signifikan
Pengaruh tingkat kesadaran wajib pajak terhadap
pengetahuan, kepatuhan wajib pajak bumi
Kesadaran Wajib dan bangunan pengaruh parsial
Pajak, dan sebesar 2,99%.
Kondisi ekonomi Ada pengaruh secara signifikan
kondisi ekonomi terhadap
kepatuhan wajib pajak bumi
dan bangunan sebesar 2,13%.

23
9 Banyu Ageng Variabel Hasil pengujian menunjukkan
Wahyu Utomo Dependen: bahwa secara parsial sikap wajib
(2011) kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh secara
pajak bumi dan signifikan terhadap kepatuhan
bangunan wajib pajak, kesadaran wajib
Variabel pajak berpengaruh secara
independen: signifikan terhadapap kepatuhan
Pengaruh Sikap, wajib pajak, pengetahuan
Kesadaran Wajib perpajakan berpengaruh secara
Pajak, dan signifikan terhadap kepatuhan
Pengetahuan wajib pajak, dan secara simultan
Perpajakan sikap wajib pajak, kesadaran
wajib pajak, dan pengetahuan
perpajakan berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.

2.12 Hipotesis
1. Pengaruh tingkat pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan (PBB)

Pendapatan merupakan tambahan kekayaan atau harta yang


diperoleh baik dalam maupun dari luar Negara yang dipungut untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Wajib pajak akan lebih memilih
menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari
pada menggunakan untuk membayar pajak Selain itu dalam teori ekonomi
dikatakan bahwa I atau Income = C atau Consumtion, dimana besarnya
penghasilan akan sama dengan besarnya konsumsi. Konsumsi disini
termasuk juga pengeluaran untuk membayar pajak karena wajib pajak
dianggap melakukan tindakan konsumsi yaitu menghabiskan nilai guna
dari suatu barang, dalam hal ini yang dimaksud adalah nilai guna atas

24
tanah dan bangunan.
Karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat memengaruhi
bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan
ketentuan hukum dan kewajibannya. Salah satu penelitian sebelumnya
yang terkait dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Ernawati (2014). Penelitian ini tentang identifikasi kemampuan dan
kemauan membayar masyarakat berpenghasilan menengah rendah.
Hasilnya menyimpulkan variabel pendapatan memiliki pengaruh terhadap
kesediaan membayar pajak.
H1 : Tingkat pedapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak
2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan (PBB)
Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan seorang wajib pajak
dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak yang akan
mereka bayar, maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan
mereka. Semua wajib pajak tanpa tergantung latar belakang pendidikan
mereka setuju bahwa pendidikan pajak membantu meningkatkan
kepatuhan pajak.
Salah satu penelitian yang terkait dengan penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Siti Faizah. Penelitian ini terkait dengan
faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Seseorang yang berpendidikan pajak akan mempunyai pengetahuan


tentang perpajakan, baik itu soal tarif pajak yang akan mereka bayar,
maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka.
Dengan adanya pengetahuan perpajakan tersebut akan membantu
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga tingkat kepatuhan
akan meningkat.
H2 :Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah uji hipotesis. Uji hipotesis merupakan bagian
yang sangat penting di dalam penelitian. Bagian ini menentukan apakah penelitian
yang dilakukan cukup ilmiah atau tidak. Untuk melakukan uji hipotesis, peneliti
harus menentukan sampel, mengukur instrumen, desain, dan mengikuti prosedur
yang akan menuntun dalam pencarian data yang diperlukan. Data yang
dikumpulkan kemudian dianalisis melalui prosedur analitis yang benar sehingga
peneliti dapat melihat validitas dari hipotesis. Analisis dari data yang
dikumpulkan tidak menghasilkan hipotesis terbukti atau tidak terbukti, melainkan
mendukung atau tidak mndukung hipotesis (Kuncoro, 2013:62).
Rancangan penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian
ini adalah tipe penelitian kuantitatif dengan format deskriptif, yang bertujuan
untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa
yang terjadi.

3.2 Tempat dan Waktu


Berdasarkan judul yang peneliti angkat yakni pengaruh tingkat pendapatan,
pengetahuan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan
bangunan di Desa Bendosari. Penelitian ini di lakukan di Desa Bendosari
Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal.

26
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2015:15) “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Adapun populasi dalam penelitian ini meliputi wajib pajak PBB
yang terdaftar di BEKAUDA Kabupaten Kendal, khususnya di Kecamatan
Plantungan desa Bendosari. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
50 orang wajib pajak yang mempunyai karakter berbeda yaitu wajib pajak yang
memiliki latar belakang pendidikan SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi dan
pendapatan rendah, menengah, ataupun tinggi. Penentuan jumlah sampel dalam
penelitian ini dilakukan berdasarkan saran Ernawati (2014:49) yang menyatakan
bahwa jumlah sampel yang memadai untuk penelitian adalah 30-500.
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan sample random sampling. Sample random sampling yaitu cara
pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang dilakukan secara acak
tanpa memerhatikan strata yang ada dalam anggota populasi itu.

2.4 Jenis Data


Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif yang berupa nilai atau skor yang telah diolah dari jawaban-jawaban
kuesioner yang dibagikan kepada wajib pajak. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini bersumber dari penelitian terdahulu dimana variabel tingkat
pendapatan (X1) menggunakan kuesioner Ernawati (2014), variabel tingkat
pengetahuan (x2), tingkat kesadaran wajib pajak (X3) dan kepatuhan wajib pajak
membayar pajak bumi dan bangunan (Y) menggunakan kuesioner Utomo (2011).

2.5 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media

27
perantara). Data primer yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
data hasil tanggapan responden terhadap variabel-variabel yang akan
diuji dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dapat diperoleh
dari literatur- literatur, buku, jurnal, skripsi, dan sumber lainnya yang
berkaitan dengan topik dalam penelitian ini.

2.6 Teknik Pengumpulan Data


Untuk menghimpun data yang dibutuhkan maka digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut.
1. Penelitian lapangan, yaitu data yang dikumpulkan melalui kuesioner,
yaitu dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada
responden yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diuji
dalam penelitian dan tiap jawaban diberikan nilai (score). Operasinal
penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara mendatangi langsung
wajib pajak di Desa Bendosari Kecamaan Plantungan.
2. Penelitian kepustakaan, yaitu data yang dikumpulkan dari beberapa
buku dan literatur tentang perpajakan yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian.
3. Mengakses situs-situs dan website, metode ini digunakan untuk mencari
referensi yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

2.7 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel teriakat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun

28
variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan. Sedangkan variabel terikatnya yaitu kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

2.8 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah batasan atau arti suatu variabel dengan merinci
hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut. Definisi
operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Tingkat Pendapatan (X1)
Pendapatan berasal dari kata dapat yang berarti berbuat sesuatu agar
menghasilkan sesuatu, artinya bahwa pendapatan merupakan hasil
perolehan untuk pencarian suatu pekerjaan sehingga memperoleh
penghasilan. Adapun indikator untuk mengukur tingkat pendapatan
yaitu, tingkat pendapatan, tinggi rendahnya pendapatan, dan
penghasilan dikenakan pajak.
2. Tingkat Pendidikan (X2)

Pengetahuan perpajakan adalah segala sesuatu yang diketahui dan


dipahami wajib pajak berkenaan dengan pajak khususnya Pajak
Bumi dan Bangunan. Adapun untuk mengukur pengetahuan perpajakan
menggunakan indikator yaitu, pemahaman tentang PBB, pemahaman
tentang peraturanketentuan PBB dan fungsi pajak yang dibayar.
3. Kepatuhan wajib pajak PBB (Y)
Kepatuhan wajib pajak adalah kesediaan wajib pajak untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu
adanya pemeriksaan, investigasi, peringatan dan pengancaman, dan
penerapan sanksi baik hukuman maupun administrasi (Ernawati.2014).
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepatuhan membayar pajak.

29
2.9 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Kuesioner yang


digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian. Masing-masing bagian
tersebut yang berhubungan dengan tingkat pendapatan, pengetahuan, kesadaran
wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak yang akan diisi atau dijawab oleh
responden yaitu wajib pajak di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. Jenis
pernyataan adalah tertutup dimana responden hanya memberi tick mart () pada
pilihan jawaban yang tersedia. Penelitian ini menggunakan skala likert 1 sampai
5. Angka 1 menunjukkan Sangat Tidak Setuju (STS), angka 2 menunjukkan
Tidak Setuju (TS), angka 3 menunjukkan Netral (N), angka 4 menunjukkan
Setuju (S), dan angka 5 menunjukkan Sangat Setuju (SS).

2.10 Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik menggunakan SPSS 22. Metode analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah regresi linier berganda yang bertujuan untuk
mengungkapkan pengaruh antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat.

2.11 Statistik Deskriptif


Menurut Sugiyono (2010:147) statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk menarik kesimpulan yang berlaku
secara generalisasi. Dalam statistik deskriptif, hasil jawaban responden akan
dideskripsikan menurut masing-masing variabel peneltian.

2.12 Uji Kualitas Data


Sebelum data dianalisis lebih lanjut maka akan dilakukan uji validitas dan
reliabilitas lebih dulu. Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen
penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut

30
masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan
dari penggunaan instrument.
1. Uji Validitas
Uji validitas yaitu untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner,
suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata
atau benar, karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk kuesioner maka uji validitas data yang dilakukan dengan uji
validitas isi. Pengujian validitas isi dilakukan dengan menghitung
korelasi antara skor item instrumen dengan total skor. Nilai koefisien
korelasi antara skor setiap item dengan skor total dihitung dengan
analisis corrected item-total correlation. Apabila koefisien korelasi r
hitung lebih besar dibandingkan koefisien r tabel pada taraf signifikansi
5% atau 10% suatu instrument dinyatakan valid (Ghozali 2009:49).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan
dinyatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten (Sunyoto, 2011:67). Suatu alat ukur
disebut mantap dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat
diandalkan, dan dapat diramalkan. Pengujian reliabilitas dengan
menggunakan cronbach alpha (α). Koefisien cronbach alpha yang
lebih dari 0,60 menunjukkan keandalan (reliabilitas) instrument. Selain
itu, semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi
internal kesungguhan responden dalam menjawab semua item
pernyataan penelitian (Ghozali, 2009:19).

31
2.13 Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi
klasik sebagai persyarakatan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan
bermanfaat. Uji asumsi klasik meliputi:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel independen dan dependen keduanya memiliki distribusi normal
atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah keduanya
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability
plot (P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
dengan titik-titik data yang menyebar disekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Normal
tidaknya suatu data dapat dideteksi juga lewat grafik histogram, suatu
data dikatakan normal jika kemencengan grafiknya membentuk pola
seperti lonceng. Hanya gambar grafik kadang-kadang dapat
menyesatkan karena kelihatan distribusinya normal tetapi secara
statistik sebenarnya tidak normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinieritas
menyatakan hubungan antara sesama variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel
independen (Ghozali, 2009:95). Deteksi data atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besaran VIF
(Variance Inflation factor) dan tolerance. Regresi bebas dari
multikolinieritas jika besar nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10
(Ghozali, 2009:96).
3. Uji Heteroskedastisitas
Pada bagian ini dilakukan uji untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual

32
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model
regresi yang baik adalah homokedastisitas (Ghozali, 2009:125). Deteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas. Tetapi jika
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan si bawah
angka 0 pada sumbu Y, makan tidak terjadi heteroskedasitisitas
(Ghozali, 2009:125-126).

2.14 Uji Hipotesis


Uji hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis
regresi sederhana yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh tingkat pendapatan, pengetahuan, dan kesadaran wajib pajak sebagai
variabel independen terhadap kepatuhan wajib pajak sebagai variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis mengenai tingkat pendapatan, pengetahuan, dan tingkat
kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
digunakan uji t.
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas
secara individual terhadap variabel terikat untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel
terkait digunakan tingkat signifikan 0,05 jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel
pada taraf signifikan 0,05 maka ha ditolak, sedangkan jika nilai t hitung lebih besar
dari t tabel maka ha diterima. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan untuk uji t adalah sebagai berikut:
a. Ho : B = 0, tingkat pendapatan, pengetahuan, dan tingkat kesadaran
wajib pajak tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan
wajib pajak.

b. Ha : B ≠ 0, tingkat pendapatan, pengetahuan dan tingkat kesadaran


wajib pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib

33
pajak.
Untuk mencari t tabel dengan df = N-2, taraf nyata 5% dapat dilihat dengan
menggunakan tabel statistik. Nilai t tabel dapat dilihat dengan menggunakan tabel
t. Dasar pengambilan keputusan adalah:
a. Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak,
b. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga dilakukan
berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha diterima dan Ho
ditolak.
b. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan Ho
diterima.

2.15 Model Analisis Data


Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Menurut Sularso (2003/2004:88), analisis regresi linier
berganda digunakan untuk mengembangkan persamaan (self-weighting estimating
equation) untuk memprediksikan nilai sebuah variabel dependen dari nilai
beberap variabel independen. Persamaan regresi linier berganda adalah
sebagai berikut:

Y = α0 + β1X1 + β2X2 + e

Keterangan: Y : Kepatuhan wajib pajak membayar PBB


X1 : Tingkat pendapatan
X2
: Tingkat pengetahuan
α0
: Konstanta
βe
: Koefisien regresi

: Error

34
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2004. Perpajakan. Yogyakarta : Andi Offset.


Agustiantono, Dwi. 2012. Analisis Faktor-Faktro yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi: Aplikasi TPB (Studi Empiris
WPOP Di Kabupaten Pati).Semarang: Program Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Purbo,Jati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Wajib Pajak Badan Pada Perusahaan Industri Manufaktur Di Semarang.
Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK. 04/2000 tentang “Kriteria


Wajib Pajak yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak Menteri Keuangan Republik Indonesia”

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori
dan Isu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Pasal 1 Angka 1 sebagaimana


disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Kuncoro, Mudrajad. 2013 Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi,


Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis? Edisi 4. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Utomo, B.A, Wahyu. 2011. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, dan
Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabet.

35
Ernawati. 2014. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas
Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Ghozali, Imam. 2009 Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program


SPSS.
Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Puspita, Nila. (2014). Pengaruh Kulitas Pelayanan Fiskus, Kesadaran


Wajib Pajak dan Keadilan Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak
dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Studi Empiris pada
Kecamtan Padang Utara. Artikel. Padang: Universitas Negeri
Padang.

Burton, Ilyas. 2011. Hukum Pajak. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba


Empat.

36

Anda mungkin juga menyukai