“AKHLAQ”
Kelompok 8 :
Wahyu wardiyatno
Erix erlano
FAKULTAS EKONOMI
UNISS 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai kholifah yang bertugas
untuk mengelola apa yang ada di dunia ini dengan cara yang baik sesuai dengan petunjuk
dalam al-quran dan hadist. Hakekat seorang manusia adalah seorang makhluk individu
sekaligus makhluk sosial yang memiliki hak dan kewajiban untuk saling berinteraksi
dengan sesama manusia.
Manusia yang diciptakan dengan penuh kesempurnaan akal dan pikiran oleh Allah
kemudian juga harus berinteraksi dengan sekitarnya dengan cara yang dibenarkan
sehingga kehidupan bersama yang damai dan penuh dengan rasa aman dapat tercapai. Hal
yang utama yang mengatur ini semua adalah Akhlak manusia. Akhlak memiliki peranan
yang sangat penting pada diri manusia. Manusia terlahir dengan sebuah fitrah yang suci,
lingkunganlah yang kemudian akan mengarahkan manusia hendak menjadi manusia yang
baik ataukah sebaliknya menjadi manusia yang berakhlak kurang baik.
Oleh karena itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia untuk menciptakan
akhlak yang baik dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia agar hidupnya
dalam masyarakat selalu tenang dan tentram.
Tujuan
- Untuk memahami tentang akhlak manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan
- Untuk memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak
manusia
- Untuk memahami akhlak dan hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia
Manfaat
- Dapat memahami tentang akhlak manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan
- Dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak
manusia
- Dapat memahami akhlak dan hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian akhlak
Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari
لخلللل قyang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
khuluqun ق
خخلل ق
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ق
خخللاَلل قyang berarti
yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq ق
خملخلللو قyang berarti yang diciptakan.
pencipta; demikian pula dengan akhluqun ق
Kata akhlak menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri atau asli pada manusia dan
sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua bentuk,
pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriah yang terwujud
dalam perilaku.Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa akhlak ditinjau dari
aliran atau ajaran yang dianggap benar. Dalam aspek sosiologis juga didefinisikan akhlak
sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu dalam bermasyarakat). Sedangkan menurut
aliran idealisme didefinisikan sesuai dengan aliran yang dianutnya.
Menurut aliran utilitarianisme (menekankan aspek kegunaan) dan naturalisme
(menekankan oada panggilan alam atau kejadian manusia itu sendiri atau fitahnya).
Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut
ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik (mahmudah). Tetapi
manakala ia melahirkan perbuatan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk
(madzmumah).
Pengertian sikap positif yang termasuk dalam akhlak yang terlihat melalui
perilaku dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap, tabiat, watak atau kebiasaan misalkan
sikap pemaaf, amanah, sabar, rendah hati, dll. Sedangkan sikap negatif misalkan sikap
pemarah, pendendam, dengki, khianat, sombong dll. Hal yang menentukan apakah suatu
perbuatan itu baik atau buruk adalah norma-norma agama yang bersumber dari al-Haq
yaitu Tuhan YME.
Disebut akhlak karena:
1. Dilakukan berulang-ulang
2. Timbul dengan sendirinya dan tanpa berfikir panjang
Akhlak dalam islam sangatlah menjadi faktor pembeda atau penciri yang
menunjukkan perilaku hidup umat manusia dari umat pemeluk agama lain. Karakteristik
akhlak ini dapat diterapkan atau sesuai untuk semua kelas individu baik ditinjau dari ras,
suku, lingkungan, kehidupan sosial masyarakat dan lain sebagainya.
Menurut Qardhawy (1997) dalam Daras (2006) karakteristik akhlak ada tujuh, yaitu:
2. Keturunan
Salah satu yang menjadi dasar dalam penurunan moral dan etika adalah berasal
dari nenek moyang. Dalam Daras (2006) diilustrasikan bahwa manusia itu ibarat satu
pohon, dari batang ke cabang, kemudian dari cabang ke ranting akan menunjukkan
kesamaan atau paling tidak kemiripan. Begitu pula dalam diri manusia, moral
manusia adalah sebagian dari apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Selain fisik
yang sama, kemungkinan akan memiliki sikap, perasaan, dan etika dalam hidup yang
sama. Sikap umum hingga khusus yang dapat diwariskan adalah sebagai berikut ini:
a. Manusia menurunkan selain sifat fisik juga mental yang berupa pembawaan
mental, moral, etika dan perasaan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya,
hal ini adalah sebuah keistimewaan bagi manusia.
b. Selain sifat manusia yang diwariskan secara general, terdapat juga pengaruh dari
kebangsaan, suku atau ras. Umumnya setiap negara, suku dsb akan mewariskan
sifat-sifat khusus yang berasal dari hasil kebudayaan nilai norma yang terbentuk
di masyarakatnya. Hal ini termasuk ke dalam aspek Antropoligi dan Etnologi.
c. Sifat yang paling inti adalah sifat yang diturunkan oleh keluarga yang dipimpin
oleh kedua orang tua sebagai indukkan. Sifat fisik akan sangat nyata kemiripannya
atau kesamaannya, begitu juga dengan pewarisan tentang sikap, nilai dan norma
yang tertanam di dalam jiwa manusia yang menghadirkan bentuk moral padanya.
3. ‘Azam
‘Azam adalah sebuah kemauan atau keinginan yang keras yang hadir dalam
pemikiran dan hati manusia untuk dpat melaksanakan suatu hal tertentu. ‘Azam ini
akan membawa manusia dalam kekerasan hati untuk berlaku yang baik atau yang
buruk. Telah dicontohkan pada diri Rasulullah SAW, tentang sikap keras pada
pendirian dan kemauan yang besar untuk bertahan dalam menghadapai sesuatu demi
kebaikan, hal inilah yang seharusnya kita contoh. Ada dua contoh kehendak yaitu:
a. Kelemahan kehendak, yaitu sikap kurang adanya kemauan untuk berjuang, untuk
bertahan atau dengan kata lain dapat digambarkan sebagai sikap mudah menyerah.
Kurangnya kemauan menyebabkan manusia malas untuk berusaha.
b. Kehendak yang kuat tetapi kearah yang salah, hal ini dapat ditunjukkan dengan
pola hidup yang merusak dan dzalim.
4. Dlamir atau suara Batin
Suara batin adalah sebuah panggilan atau perasaan senang atau tidak senang
terhadap suatu perbuatan yang telah dia lakukan sediri. Sederhananya, apabila kita
melakukan kesalahan yang melanggar dari batasan yang telah ditetapkan maka akan
timbul rasa sesal atau rasa bersalah karena perbuatan yang telah kita lakukan. Peran
hati dalam hal ini adalah untuk mencegah kita melakukan keburukan dan berubah
untuk melakukan kebaikan. Panggilan hati lebih utamanya adalah panggilan untuk
berbuat kebaikan yang merupakan kewajiban umat manusia.
5. Kebiasaan
Perilaku yang dilakukan berulang-ulang sehingga menyebabkan syaraf otak
kita menjadi terpengaruh dan menjadikannya perbuatan rutinan yang kita lakukan.
Secara lebih rinci, setiap kali kita melakukan perbuatan maka hal itu akan membekas
di dalam otak kita, maka apabila kita diminta untuk mengulanginya maka akan lebih
mudah bagi kita. Setiap kali perbuatan itu dilakukan akan semakin memberikan bekas
dan melatih otak untuk mengingat dan melakukan perbuatan itu.
Untuk merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik maka hal yang dapat kita
lakukan adalah sebagai berikut,
o Niat yang sungguh-sungguh
o Kesadaran akan pentingnya perubahan tersebut
o Selalu istiqomah dan setia terhadap usaha yang dilakukan
o Mengisi waktu kosong dengan berlaku yang baik agar kebiasaan dapat
bergeser
o Mencari kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut
o Berusaha menolak apabila kebiasaan buruk itu akan muncul lagi
6. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini menunjukkan adanya perbedaan akhlak manusia
berdasarkan lingkungannya, baik secara geografis maupun sosial. Secara sosial maka
manusia sebagai makhluk sosial pasti melakukan interaksi dengan masyarakat, hal ini
menimbulkan hadirnya pemahaman mengenai sikap-sikap yang kemudian tertanam di
dalam dirinya sehingga terbentuk menjadi akhlak.
Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imran: 134 & 159)
PENUTUP
Kesimnpulan
Akhlak dapat menentukan perilaku suatu umat yang terwujud dalam moral dan etika
dalam kehidupan. Sehingga dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk,
sehingga manusia dapat menentukan pilihan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam islam
akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pedoman hidup kaum. Maka
dari itu umat islam selama masih berpegangan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam proses
kehidupannya, maka dijamin bahwa kualiatas hidup suatu umat akan baik, terhindar dari hal-
hal menyesatkan yang dapat membawa pada kehancuran baik di dunia dan di akhirat. Karena
semua tatanan kehidupan terdapat dalam sumber tersebut.
Dengan kata lain, akhlak adalah suatu sistem yang mengatur perbuatan manusia baik
secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan baik
secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan
Allah, manusia sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan
juga dengan alam sekitar. Maka dari itu pentingnya suatu kaum memiliki akhlak yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.