NAMA : ALBERT
NIM : 03051170070
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
pada waktunya.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada bapak dosen,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
sehingga tidak ada lagi tempat yang benar-benar steril dari tindakan korup.
Saat ini pelaku korupsi sudah beragam mulai dari artis, pengusaha, ustadz,
pendeta bahkan DPRD juga mulai ikut melakukan korupsi akhir-akhir ini.
budaya yang berkembang. Indonesia bagaikan surga bagi para pelaku dan
tahun 1999, UU nomor 20 tahun 2001 dan bentuk pelaksanaan dari pasal
korupsi.
korupsi?
2
3. Bagaimana peran pemerintah dalam memberantas korupsi?
korupsi.
korupsi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik.
Setiap individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan
diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada
kerjasama dan persaudaraan yang tulus.
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan
dukungan teoritik oleh para ilmuwan sosial menunjukkan bahwa
korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial dan
kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam
di antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal
pendapatan, prestise, kekuasaan dan lain-lain.
Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan
intelektual masyarakat. Ketika korupsi merajalela, maka tidak
ada nilai utama atau kemuliaan dalam masyarakat.
6
pemimipin tersebut, akibatnya mereka tidak akan akan patuh
dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas
dalam politik seperti pemilu yang curang.
Tampaknya money politics menjadi “biasa” dalam
kehidupan perpoltikan (sistem politik) kita dan terus
berlangsung hingga kini. Siapapun yang menjabat jabatan publik
akan terjerat pada permasalahan yang sama. Bila integritas
penjaba ublik itu rendah, maka dia akan menikmati jabatannya
itu.
Akibatnya, si pejabat busuk itu akan menggerogoti negara.
Dana yang seharusnya digunakan untuk menyejahterakan
masyarakat diakalai untuk kepentingan diri dan kelompoknya,
atau orang dapat memuluskan perbuatan korupsinya. Adapun
masyarakat harus puas dengan uang atau barang yang
diterimanya saat kampanye pemilihan berlangsung. Tragis
memang, tapi itulah kenyataan yang kita hadapi saat ini. Perlu
waktu untuk membenahi masalah ini,
Siapa yang salah? Tidak perlu mencari kambing
hitam, kita harus berani mengakui bahwa kita semua yang salah.
Kitalah membiarkan pembuatan sistem yang dapat memberi
peluang terjadinya korupsi politik sehingga memberi peluang
manusia busuk menjadi pejabat publik. Salah satu kasusyang
muncul adalah pemalsuan Daftar Pemilih tetap (dalam pilkada
Gubernur Provinsi Jawa Timur seperti yang pernah ditangani
polda Jawa Timur tapi tidak tuntas penangananya). Bahkan
dalam pemilu legislafif 2009 dan pemilihan presiden 2009, DPT
inipun masih bermasalah yang tampaknya mengunakan prinsip “
Menghalalkan segala cara” berlaku kental di bidang politik.
Kekerasan dalam pemilu, money politics dan lain-
lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk
mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan
7
menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi
lebih luas lagi di masyarakat. Di samping itu, keadaan yang
demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial politik
dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa
dan rakyat. Bahkan dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan
jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara tidak terhormat, seperti
yang terjadi di Indonesia.
Kita harus memperbaiki sistem politik di negeri ini karena
dari sinilah semua aturan bidang atau sektor ditentukan. Semua
kegiatan bangsa ini diatur oleh politik, termasuk mengartikulasi
aspirasi masyarakat yang sering terjebak ke dalam kepentingan
pribadi atau kelompok. Seyogyanya kepentingan
umumdiutamakan bukan kepentingan kelompok atau golongan
atau pribadi, hal itu harus di tuangkan dalam aturan yang
disepakati bersama dan ditegakan secara benar, lugas dan
tuntas.
8
keamanan kepada pihak keamaanan agar investasinya aman dan
lain-lain biaya yang tidak perlu). Sejak tahun 1997, investor dari
negara-negera maju (Amerika, Inggris dan lain-lain) cenderung
lebih suka menginvestasikan dananya dalam bentuk Foreign
Direct Investment (FDI) kepada negara yang tingkat korupsinya
kecil.
9
Karena itu, negara harus membuat rumah dinas setiap tahunnya,
akibatnya terjadi pemborosan yang tidak perlu dan penambahan
fasilitas dinas yang kurang diperlukan, sedangkan yang
seharusnya diperlukan tidak diadakan karena pola pendekatan
yang dilakukan penuh dengan aroma KKN. Pada level tertentu
masih terjadi pengaturan penyelesaian masalah hukum dengan
kebijakan yang dibuat oleh pemimpin penegak hukum sehingga
kasusnya tidak ditangani secara benar.
yang diketahui;
10
e. Masyarakat berhak untuk memperoleh jawaban atas laporan
dan
pemerintah.
11
e. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
dihukum pidana.
pidana korupsi.
12
Contoh LSM yang telah dibentuk di Indonesia adalah ICW
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan
juga yudikatif, karena pelaku koruptif para oknum penjabatnya baik pusat
diseminasi yang meluas dan intensif kepada semua elemen bangsa untuk
14
Nilai-nilai pancasila baik melalui peningkatan kualitas, pengamalan ajaan
3.2 Saran
Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu instrumen
15
pemerintahan yang bersih, perlu instrumen kode etik yang ditujukan
peradilan).
16
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mansyur Semma, 2008. Negara Dan Korupsi. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
17