Anda di halaman 1dari 11

Lembar Pengantar

Ujian Akhir Semester


Final Examination Cover Sheet
Nama Mahasiswa : Thesia Simanjuntak
Student Name
NIM Mahasiswa : 03051170064
Student ID
Nama Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi
Course Name
Kelas : 17L2 (Regular)
Class
Dosen : Dr. Japansen Sinaga, SH., M.Hum
Lecturer / Tutor
Tanggal Penyerahan : 24 April 2020
Submission Date

Saya menyatakan bahwa asesmen ujian akhir semester ini adalah merupakan karya saya sendiri, dan belum
diserahkan untuk keperluan nilai kredit akademik di institusi lain, dan menyatakan bahwa penilai dapat
mempergunakannya untuk:
I declare that this Final Examination Assessment item is my own work, and has not been submitted for
academic credit elsewhere, and acknowledge that the assessor of this item may, for the purpose of assessing
this item

Memperbanyak hasil penilaian ujian akhir semester ini dan memberikan salinannya kepada
pihak terkait lainnya dalam Universitas; dan/atau
Reproduce this final examination assessment item and provide a copy to another member of the
a. University; and/or,
Menyerahkan salinan dari hasil penilaian ujian akhir semester ini kepada layanan pemeriksaan
1lagiarism (untuk disimpan sebagai arsip dalam pemeriksaan 1lagiarism di masa mendatang)
Communicate a copy of this final examination assessment item to a plagiarism checking service
(which may then retain a copy of the final examination assessment item on its database for the
b. purpose of future plagiarism checking).
Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Peraturan Universitas sehubungan
dengan Pelanggaran Akademik Mahasiswa
I certify that I have read and understood the University Rules in respect of Student Academic
c. Misconduct.

Ditanda tangani oleh :


Signed by
Tanggal : 24 April 2020
KASUS KORUPSI OLEH
M. NAZARUDDIN

Disusun Oleh :
THESIA SIMANJUNTAK
03051170064

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “KASUS KORUPSI OLEH M. NAZARUDDIN” ini dapat
tersusun hingga selesai. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen saya selaku dosen
mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi Bapak Japansen Sinaga yang telah memberikan tugas
membuat suatu makalah yang bertujuan untuk lebih menambahkan ilmu selaku mahasiswi
Universitas Pelita Harapan Medan.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi saya selaku mahasiswi dan selaku para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk kekurangan yang ada di makalah ini maupun menambah isi makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan bimbingan berupa
saran dan kritik yang membangun dari dosen saya demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 19 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................................i


Daftar Isi ............................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah ..............................................................................................................................1
Tujuan Penelitian ...............................................................................................................................1
BAB II : ISI
2.1 Pengertian dari korupsi ....................................................................................................2
2.2 Kronologi kasus suap oleh M. Nazaruddin ......................................................................3
2.3 Putusan Mahkamah Agung terhadap kasus suap M. Nazaruddin ....................................5
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................6
3.2 Saran ................................................................................................................................6
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kasus korupsi menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Korupsi yang terus bergulir
dan berkembang, menjadi permasalahan yang sangat kompleks di Indonesia karena dampak yang
ditimbulkan dapat memperburuk kondisi perekonomian negara yang berimbas pada kesejateraan
masyarakat.
Image mengenai pelaku korupsi, atau yang biasa disebut dengan koruptor, justru sangat
melekat di tubuh pejabat pemerintahan. Mengapa? Karena beberapa kasus korupsi yang kerap
kali terjadi di Indonesia terbukti dilakukan oleh para wakil rakyat.
Contoh kasus korupsi yang terjadi beberapa waktu lalu, yaitu dugaan penyelewengan
dana pembangunan proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan, yang
menyeret beberapa nama penting di pemerintahan. Dalam kasus ini, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) telah menetapkan empat orang tersangka utama yang menjadi dalang dari tindak
pidana korupsi proyek bernilai Rp 191,6 miliar tersebut salah satunya adalah Anggota Badan
Anggaran DPR RI, Muhammad Nazaruddin. Namun Nazarudddin mengatakan bahwa semua
tudingan atas dirinya itu tidak benar, sampai pada akhirnya ia ditetapkan sebagai tersangka
utama yang terlibat dalam kasus dugaan suap Wisma Atlet.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian korupsi ?
B. Bagaimana kronologi kasus korupsi yang dilakukan oleh M. Nazaruddin?
C. Apakah putusan Mahkamah Agung atas kasus korupsi oleh M. Nazaruddin?
1.3 Tujuan Penelitian
A. Untuk mengetahui pengertian dari korupsi
B. Untuk mengetahui kronologi kasus korupsi yang dilakukan oleh M. Nazaruddin
C. Untuk mengetahui putusan Mahkamah Agung atas kasus korupsi oleh M. Nazaruddin

1
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Korupsi


Kata korupsi atau rasuah berasal dari bahasa Latin “corruption” dari kata
kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:
 perbuatan melawan hukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah
 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri)
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah – pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat
yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.

2
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan
antara korupsi dan kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan
antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
2.2 Kronologi Kasus Suap M. Nazaruddin
A. Kasus Korupsi Wisma Atlet
Keterlibatan mantan bendahara umum Partai Demokrat M Nazaruddin dalam kasus suap
pembangunan Wisma Atlet akhirnya terbongkar dalam sidang perdana Manager Marketing PT
Duta Graha Indah (DGI), Muhammad El Idris. Nazaruddin ternyata mendapat jatah uang sebesar
Rp4,34 miliar dalam bentuk empat lembar cek dari PT DGI yang diberikan oleh Idris. Pemberian
tersebut karena Nazaruddin selaku anggota DPR RI telah mengupayakan agar PT Duta Graha
Indah Tbk menjadi pemenang yang mendapatkan proyek pembangunan wisma atlet dan Gedung
Serbaguna Provinsi Sumatera Selatan. Idris yang mempunyai tugas mencari pekerjaan (proyek)
untuk PT DGI, bersama-sama dengan Dudung Purwadi selaku Direktur Utama PT DGI, pada
sekitar Juni atau Juli 2010, bertemu dengan Nazaruddin yang sudah lama dikenalnya. Dalam
pertemuan itu, Idris dan Dudung menyampaikan keinginan PT DGI untuk bekerjasama dengan
Nazaruddin.

Mantan anggota Komisi III DPR itu, langsung merespons niatan Idris dan Dudung. Dia
memanggil Mindo Rosalina Manulang, manager Marketing PT Anak Negeri. Terdakwa lalu
diminta untuk berhubungan dengan Mindo Rosalina Manulang untuk menindaklanjuti kerjasama
tersebut. Nazaruddin sendiri lalu bertemu dengan Sesmenpora Wafid Muharam dengan ditemani
oleh anak buahnya Rosa. Dalam pertemuan yang terjadi sekitar Agustus 2010 di sebuah rumah
makan di belakang Hotel Century Senayan itu, Nazaruddin meminta Wafid untuk dapat
mengikutsertakan PT DGI dalam proyek yang ada di Kemenpora.

3
Rosa pun menjalankan tugasnya sebagai "pengawal" PT DGI. Dia lalu memperkenalkan
Dudung Purwadi dan Idris pada Wafid. Perkenalan kedua petinggi PT DGI tersebut dengan
Wafid, dibungkus dalam sebuah pertemuan di ruang kerja Wafid. Dalam pertemuan itu, Dudung
dan Idris lalu menyampaikan niatan mereka untuk "berpartisipasi" mengerjakan proyek
pembangunan Wisma Atlet. Tak lupa mereka memperkenalkan sosok PT DGI sebagai sebuah
perusahaan kontraktor nasional. Atas penyampaian tersebut Wafid Muharam menyanggupi dan
akan mempertimbangkan PT DGI Tbk untuk mengerjakan proyek tersebut serta mengarahkan
untuk mengurusnya ke daerah karena anggaran block grant dilaksanakan oleh daerah dalam hal
ini Provinsi Sumatera Selatan.

Singkat cerita, setelah mengawal PT DGI Tbk untuk dapat ikut serta dalam proyek
pembangunan Wisma Atlet, Rosa dan Idris lalu sepakat bertemu beberapa kali lagi untuk
membahas rencana pemberian success fee kepada pihak-pihak yang terkait dengan pekerjaan
pembangunan Wisma Atlet dan Gedung Serbaguna Provinsi Sumatera Selatan tersebut,
khususnya pihak-pihak yang sudah membantu PT DGI Tbk untuk dapat ikut serta dalam proyek
tersebut. Salah satu pertemuan berlangsung di Plaza Senayan Jakarta. Dalam pertemuan itu, Idris
lalu berinisiatif menawarkan fee (imbalan) sebesar 12 persen dari nilai kontrak kepada
Nazaruddin jika PT DGI Tbk ditunjuk sebagai pelaksana proyek. Namun Nazaruddin keberatan
dan meminta jatah fee lebih besar 3 persen dari yang ditawarkan Idris. Setelah melalui
pembahasan alot, Idris, Nazaruddin dan Rosa sepakat besaran fee yang akan diberikan adalah
sebesar 13 persen. Kesepakatan itu diketahui pula oleh Dudung Purwadi.

Pada Desember 2010, PT DGI Tbk pun akhirnya diumumkan sebagai pemenang lelang
oleh panitia pengadaan proyek pembangunan Wisma Atlet dan Gedung Serbaguna Provinsi
Sumatera Selatan. Merekalah yang akan mengerjakan proyek pembangunan Wisma Atlet di
Palembang. Keputusan ini sendiri, merupakan hasil kesepakatan antara Idris, Dudung Purwadi,
Rosa, Wafid, Nazaruddin, Rizal Abdullah dan panitia pengadaan. Pada 16 Desember 2010, PT
DGI lalu mendapatkan kontrak mereka senilai Rp 191.672.000.000. Uang muka dari kontrak
tersebut, senilai Rp 33.803.970.909 didapat PT DGI dua minggu kemudian.

4
Sesuai dengan kesepakatan yang sudah terjalin, pada sekitar pertengahan Februari 2011,
Idris pun menyerahkan cek senilai Rp 4,34 miliar kepada Nazaruddin. Penyerahan itu baru
dilangsungkan setelah PT DGI mendapatkan uang muka proyek pembangunan Wisma Atlet dan
Gedung Serbaguna.

Idris mengantarkan langsung empat lembar cek tersebut ke kantor PT Anak Negeri di
Tower Permai grup. Namun cek diserahkan melalui Yulianis dan Oktarina Furi alias Rina yang
merupakan staf keuangan Nazaruddin. Penyerahan uang dalam bentuk cek itu sendiri dilakukan
dalam dua tahap.

Penyerahan pertama dilakukan pada awal Februari 2011. Idris menyerahkan dua lembar
cek BCA nomor AN 344079 dengan nilai Rp 1.065.000.000 dan satu lagi dengan nomor cek AN
344083 senilai Rp 1.105.000.000. Dua cek bernilai total 2.170.000.000 itu diterima oleh
Yulianis. Tahap kedua diserahkan beberapa hari setelah penyerahan tahap pertama. Idris
menyerahkan dua lembar cek BCA masing-masing dengan nomor cek AN 232166 bernilai Rp
1.120.000.000 dan AN 232170 dengan nilai cek sebesar 1.050.000.000. Dua lembar cek ini
diterima oleh Oktarina Furi.

Bahwa keseluruhan cek tersebut diberikan kepada Muhammad Nazaruddin selaku


anggota DPR RI sebagai bagian dari komitmen pemberian 13 persen karena PT DGI Tbk
berhasil menjadi pelaksana pekerjaan proyek pembangunan Wisma Atlet dan Gedung
Serbaguna.

2.3 Putusan Mahkamah Agung


Pada hari Jumat, 20 Mei 2012. M. Nazaruddin divonis 4 tahun 10 bulan penjara dan
denda 200 juta. Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi menyatakan mantan Bendahara
Umum Partai Demokrat ini telah terbukti bersalah. Hukuman buat M. Nazaruddin sangat ringan
dari tuntutan Jaksa sebelumnya selama 7 tahun penjara Terdakwa terbukti menerima suap
sebesar 4,6 miliar dari PT. Duta Graha Indah, terkait proyek pembangunan wisma atlet yang
dalam Majelis hakim diketuai oleh Darmawati Ningsih.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua
aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan
uang negara untuk kepentingannya.
Dalam kasus suap M. Nazaruddin, ia divonis 4 tahun 10 bulan penjara dan denda sebesar
200 juta. Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi menyatakan mantan Bendahara Umum
Partai Demokrat ini telah terbukti bersalah. Hukuman buat M. Nazaruddin sangat ringan dari
tuntutan Jaksa sebelumnya selama 7 tahun penjara. Terdakwa terbukti menerima suap sebesar
4,6 miliar dari PT. Duta Graha Indah, terkait proyek pembangunan wisma atlet yang dalam
Majelis hakim diketuai oleh Darmawati Ningsih.
B. Saran
Demi meminimalisir tindakan korupsi yang kerap terjadi dan merugikan negara, para
penegak hukum yakni Majelis Hakim seharusnya menghukum para koruptor dengan hukuman
yang berat sehingga menimbulkan efek jera dan agar pihak lain mengurungkan niat untuk
melakukan korupsi mengingat hukuman yang berat tersebut.
Juga kepada instansi – instansi pemerintah dan masyarakat diharapkan sadar akan
dampak dari korupsi yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik untuk negara maupun pihak
lain. Diharapkan untuk memperketat pengawasan agar para individu sulit menemukan celah
untuk melakukan tindak pidana korupsi.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://olagragasport.blogspot.com/2013/06/makalah-masalah-korupsi.html
http://pendidikan-emaagustina.blogspot.com/2011/05/bab-8-manusia-dan-lingkungan.html
http://stkip.files.wordpress.com/2011/05/isbd.pdf
http://sayoudancity.blogspot.com/2012/03/makalah-isbd.html
https://inilah.com/news/1695532/inilah-kronologi-suap-nazaruddin
http://blog.umy.ac.id/ulungdanuargo/2016/10/25/kronologis-kasus-tindak-pidana-korupsi-
wisma-atlet-nazaruddin/

Anda mungkin juga menyukai