Anda di halaman 1dari 18

Lembar Pengantar

Ujian Akhir Semester


Final Examination Cover Sheet
Nama Mahasiswa : JAMES
Student Name

NIM Mahasiswa
: 03051170049
Student ID

Nama Mata Kuliah


: PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
Course Name

Kelas
Class : 17L2 (Regular/ Retake)*

Dosen
Lecturer / Tutor : Dr. Japansen Sinaga, SH., M.Hum

Tanggal Penyerahan
Submission Date : 24 April 2020

Saya menyatakan bahwa asesmen ujian akhir semester ini adalah merupakan karya saya sendiri, dan belum diserahkan untuk
keperluan nilai kredit akademik di institusi lain, dan menyatakan bahwa penilai dapat mempergunakannya untuk:
I declare that this Final Examination Assessment item is my own work, and has not been submitted for academic credit elsewhere, and
acknowledge that the assessor of this item may, for the purpose of assessing this item

a. Memperbanyak hasil penilaian ujian akhir semester ini dan memberikan salinannya kepada pihak terkait lainnya dalam
Universitas; dan/atau
Reproduce this final examination assessment item and provide a copy to another member of the University; and/or,

b. Menyerahkan salinan dari hasil penilaian ujian akhir semester ini kepada layanan pemeriksaan plagiarisme (untuk disimpan
sebagai arsip dalam pemeriksaan plagiarisme di masa mendatang)
Communicate a copy of this final examination assessment item to a plagiarism checking service (which may then retain a copy of the
final examination assessment item on its database for the purpose of future plagiarism checking).

c. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Peraturan Universitas sehubungan dengan Pelanggaran
Akademik Mahasiswa
I certify that I have read and understood the University Rules in respect of Student Academic Misconduct.

Ditanda tangani oleh : JAMES


Signed by

Tanggal : 24 April 2020


Date

*Pilih salah satu/Select one


UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2019/2020
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

TANGGAPAN DAN KURANGNYA


KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP
KORUPSI

Disusun oleh:

JAMES

03051170049

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat karunia dan hidayahnya, saya dapat menyelesaikan makalah
tentang tanggapan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap korupsi dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan kita mengenai tanggapan dan kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap korupsi. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
saya buat dimasa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan sekiranya laporan yang telah disusun dapat berguna bagi orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yamg kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Medan, 24 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Bab I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan
1.4 Manfaat Pembahasan

Bab II : PEMBAHASAN
2.1 Tanggapan dan Kesadaran Masyarakat Medan Terhadap Korupsi
2.2 Kurangnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Bahaya Korupsi
2.3 Cara Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Anti Korupsi

Bab III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maraknya kasus-kasus korupsi di negeri ini membuat cemas masyarakat


terhadap masa depan Negara kita. Korupsi telah menggerogoti kehidupan bangsa
dan Negara Indonesia sejak kemerdekaannya diproklamirkan. Oleh karena tidak
pernah diberantas secara sungguh - sungguh hingga tuntas, kejahatan tersebut
terus berkembang bahkan merajalela hingga merusak sendi - sendi kehidupan
bangsa dan bernegara rakyat Indonesia. Seperti yang kita ketahui pada Kongres
PBB ke 8/1990 di Havana dalam laporannya menyatakan hakikat bahaya korupsi,
yaitu dapat menghancurkan efektivitas potensial semua program pemerintah,
dapat mengganggu / menghambat pembangunan dan menimbulkan korban
individual dan kelompok. Kongres PBB XI tahun 2005 juga menyatakan tentang
hakikat bahaya korupsi, yaitu merintangi kemajuan sosial, ekonomi dan politik,
sumber daya masyarakat dialokasikan tidak efisien, meningkatnya
ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga politik, produktivitas menurun,
efisiensi administratif berkurang, merusak/mengurangi legitimasi tatanan politik
dan mengganggu pembangunan ekonomi yang berakibat pada ketidakstabilan
politik, lemahnya infrastruktur, sistem pendidikan dan kesehatan dan pelayanan
sosial lainnya.Korupsi sangat berbahaya bagi sosial ekonomi masyarakat. Korupsi
di bidang pendidikan misalnya, akan menghambat siswa belajar karena
keterbatasan sarana dan prasarana.Uang 6,7 trilyun dalam kasus Centurygate
setidaknya dapat diberikan sebagai beasiswa sebanyak 1 juta rupiah kepada
6.700.000 siswa. Dengan melihat multi effect dari korupsi di atas, sangatlah wajar
jika korupsi dikategorikan sebagai extra ordinary crime dengan berbagai
dimensinya, seperti economic crime, organized crime, white collar crime dan
political crime. Dengan bentuknya yang extra ordinary crime, maka upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi harus ditempuh dengan cara -cara yang
luar biasa pula. Jika bisa sesempurna mungkin sehingga tidak ada lagi celah bagi
para koruptor untuk bebas, terlebih jika ada niat ingin melemahkan atau
membubarkan KPK. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di bentuk dengan
misi dan amanah untuk memberantas korupsi yang diharapkan masyarakat untuk
menciptakan keadilan, dengan publik sangat berharap agar pemberantasan korupsi
tidak pilih kasih sehingga hukum benar-benar ditegakkan.Masalahnya adalah
kurangnya tanggapan masyarakat dan rendahnya kesadaran masyarakat akan
bahaya korupsi pada saat ini. Banyak masyarakat bersikap apatis terhadap kasus -
kasus korupsi karena pemahaman mereka tentang bahaya korupsi kurang
memadai. Kalau korupsi itu tidak berakibat langsung bagi mereka, maka mereka
pun kurang memberikan respons. Kalaupun tahu di lingkungannya terjadi korupsi,
tak jarang mereka pura-pura tidak tahu karena tidak mau mencampuri urusan
orang lain atau takut menanggung risiko. Kenyataan itulah yang menjadi salah
satu penyebab korupsi sulit diberantas. Di samping itu, gerakan antikorupsi juga
menjadi tidak dalam kondisi masih dan memiliki daya dorong yang kuat bagi
pemberantasan korupsi di daerah. Ditambah dengan penegakan hukum yang
lemah, maka lengkaplah kerentanan gerakan antikorupsi di medan. Gerakan
antikorupsi sewaktu-waktu bisa dipatahkan oleh orang - orang yang terlibat
korupsi. Kenyataan inilah yang kerap dialami para relawan Gerakan Anti Korupsi
di Tanah Air. Maka dari itu menyebabkan peneliti tertarik mengkajinya,
khususnya untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan kesadaran masyarakat
terhadap bahaya korupsi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggapan dan kesadaran masyarakat Kota Medan terhadap


bahaya korupsi?
2. Kenapa kurangnya kesadaran masyarakat Kota Medan terhadap bahaya
korupsi?
3. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap anti
korupsi?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui tanggapan dan kesadaran masyarakat Kota Medan


terhadap bahaya korupsi.
2. Untuk mengetahui kurangnya kesadaran masyarakat Kota Medan terhadap
bahaya korupsi.
3. Untuk mengetahui cara menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap anti
korupsi.

1.4 Manfaat Pembahasan

Hasil pembahasan ini diharapkan akan bermanfaat, baik secara teoritis maupun
secara praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis: Penelitian ini diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuan
penulis dan kontribusi menambah wawasan pemikiran terhadap anti korupsi.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian dapat digunakan bagi masyarakat dan
pemerintahan, di antaranya untuk membangun kesadaran masyarakat tentang
korupsi dan dampak dari terjadinya korupsi dan Sebagai bahan rekomendasi
penyempurnaan/revisi undang-undang dan peraturan yang terkait dengan
pemberantasan korupsi serta bahan acuan bagi pemerintah (birokrat) dan
masyarakat yang ingin mengetahui tanggapan dan kesadaran masyarakat terhadap
bahaya korupsi di Medan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanggapan dan Kesadaran Masyarakat Medan Terhadap


Korupsi

Tanggapan merupakan sambutan terhadap suatu objek yang dapat berupa


kritik, komentar dan sebagainya.1 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, arti “ Tanggapan” adalah serapan, yaitu apa yang diterima oleh panca
indra, bayangan dalam angan-angan, pendapat, pandangan, sambutan dan reaksi.2
Adapun menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanggapan adalah
gambaran dari suatu penggambaran dari sesuatu ynag tidak pernah diamati,
seluruh pribadi ikut aktif dalam bentuk tanggapan. Tanggapan dapat disimpulkan
adalah suatu kesan yang dapat ditangkap dalam bentuk pendapat, pengalaman dan
tafsiran mengenai suatu akitivitas atau perbuatan tertentu akan bahaya korupsi.
Dalam psikologi, kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu
pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan internal, artinya terhadap
persitiwa - peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran.
Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus
internal dan eksternal. Yaitu terhadap peristiwa - peristiwa lingkungan dan sensasi
tubuh, memori dan pikiran. Pengertian lainnya adalah Kemampuan individu
mengadakan hubungan dengan lingkungan serta diri sendiri (melalui panca
inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta diri sendiri
(melalui perhatian). Kesadaran adalah sadar (tahu) suatu sifat atau tindakan yang
dilakukan benar atau tidak, sadar (tahu) nilai dan norma-norma mana yang baik
dan benar, kesadaran bisa menbedakan sifat, perilaku mana yang benar atau tidak
benar.
Dari definisi korupsi sebagai pengambilan hak masyarakat dan hanya untuk
menberikan keuntungan pada pihak yang melakukan korupsi dan merugikan
masyarakat lainnya dan juga merugikan negara. Serta akibat yang
ditimbulkannya, pada dasarnya ketika pemerintah menderita kerugian akibat
korupsi, secara langsung rakyat pun terdzalimi. Karena, beban pemerintah
kemudian ditimpakan kepada rakyat, dan alokasi pembangunan untuk rakyat
menjadi sedikit dikarenakan dana pembangunan habis dikorupsi. Tindak pidana
korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan gratifikasi
pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara
sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini,
terutama yang dilakukan oleh aparatur pemerintah sudah mulai dilakukan secara
sistematis baik oleh perorangan maupun berkelompok (berjamaah), serta semakin
meluas dan semakin canggih dalam proses pelaksanaannya. Korupsi ini semakin

1
Kamisa, 1997 : 392
2
Poerwadinata, 1982 : 102 KBBI
memprihatinkan bila terjadi dalam aspek pelayanan yang berkaitan dengan sektor
publik, mengingat tugas dan kewajiban utama dari aparat pemerintah adalah
memberikan pelayanan kepada publik/masyarakat.

Dari hasil penelitian di Medan diperoleh gambaran empiris bahwa warga


masyarakat mengetahui Tentang ada dan merebaknya korupsi di masyarakat.
Mereka sebagian besar (<70%) mengerti beberapa sifat dari tindak korupsi dan
faktor penyebabnya.Koruspsi adalah bentuk pengkhianatan kepercayaan
masyarakat, menipu rakyat dan pemerintah,melalaikan kepentingan masyarakat,
dilakukan sendiri dan lebih dari 1 orang. Pemahaman mereka tentang hal yang
sama masih beragam; seperti:mencuri uang rakyat,mengambil kekayaan Negara,
mencuri Uang Rukun Tetangga, dan sebagainya. Sikap masyrakat terhadap
merebaknya tindak korupsi menunjukkan gambaran Yang positif. Artinya,mereka
cenderung tidak setuju (<60%) terhadap pemberian sanksi hukum yang ringan
pada koruptor,menolak sumbangan yang berasal dari korupsi.

Informan Tanggapan Kesadaran Masyarakat3

1. Profil Informan I
Bu venny adalah seorang ibu muda yang bekerja di salah satu perusahaan
swasta di kota Medan. Ia memiliki satu anak laki-laki yang uasianya baru 1 tahun
6 bulan.Bu venny menceritakan tentang maraknya pemeberitaan kasus-kasus
korupsi akhir-akhir ini. Katanya:“ Iya akhir-akhir ini setiap saya menonton
televisi pemberitaan yang sedang marak-maraknya membahas tentang kasus-
kasus korupsi yang terjadi di negeri 38 ini. Saya sangat tidak menyangka sekali
ternyata begitu banyaknya para oknum pejabat tinggi Negara yang melakukan
tindak pidana korupsi“. Menurut bu venny korupsi sangat merugikan orang
banyak, terutama masyarakat yang tidak mampu. Yang mana hak-hak masyarakat
kecil telah di ambil oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sumber
informasi yang diketahui mengenai korupsi menurutnya dari media elektronik
atau media cetak, ia menuturkan : “ Korupsi merupakan suatu perbuatan yang
tercela, yang mana pelaku korupsi bisa sama dikatakan sebagai pencuri. Karena
mereka telah mengambil uang yang bukan hak mereka. Tujuan dari para koruptor
ialah hanya ingin memperkaya dirinya sendiri ”. Menyinggung tentang tanggapan
dan kesadaran masyarakat terhadap kasus-kasus korupsi, bu venny mengatakan
bahwa kebanyakan masyarakat apatis terhadap kasus-kasus korupsi. Ia pun
menuturkan :“ Iya saya perhatikan masyarakat kita terlalu cuek dengan kasus-
kasus korupsi, mereka lebih banyak diam dan tidak peduli. padahal kalo mereka
sadar korupsi itu sangat merugikan kita semua. Karena apa yang seharusnya
menjadi hak kita, tapi ternyata kita tidak mendapatkannya. Contohnya saja, uang
pajak yang selalu kita bayar ke kantor pajak, seharusnya dengan demikian kita
mendapatkan fasilitas yang baik seperti jalan raya yang bagus tiadak ada

3
http://digilib.unila.ac.id/19924/1/Bab%20I-IV.pdf
lubangnya, tapi ternyata disetiap sudut kota jalan rusak tidak sesuai dengan apa
yang telah kita lakukan. Dan yang ada uang pajak tersebut malah dikorupsi
dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, dengan demikian kita tidak
mendapatkan hak kita. Mungkin dengan adanya pemerintah melakukan sosialisasi
tentang korupsi terhadap masyarakat, itu dapat memberikan efek yang tanggap
dan kesadaran bagi mereka agar aktif apabila terjadi kasus-kasus korupsi. Dengan
demikian dapat membangun sebuah perubahan bagi masyarakat itu sendiri
maupun birokrat pemerintah itu sendiri “.Membahas tentang keikutsertaan
masyarakat dalam mengikuti perkembangan kasus korupsi, ia tidak begitu
mengikuti dengan pasti perkembangan kasus-kasus korupsi pada saat ini. Katanya
“mengikuti perkembangan kasus demi kasus yang terjadi pada saat ini secara
mendetail itu tidak, karena saya melihat pemberitaan atau kasus-kasus korupsi
ketika saya memiliki waktu luang saja, contohnya ketika saya sedang istirahat
kerja atau setalah pulangnya dari kerja baru menonton televisi untuk mengetahui
berita-berita yang terjadi. Walaupun demikian sedikit banyak saya mengetahuinya
apa saja kasus-kasus korupsi yang terjadi pada saat ini“.

2. Profil Informan II
Pak Efendi merupakan salah satu warga yang tinggal di Kelurahan Petisah .
Usianya 45 Tahun, Pekerjaan pak Efendi ialah sebagai pegawai PTPN VII. Pak
efendi menuturkan bahwa sekarang ini kasus korupsi sedang hangat-hangatnya
dibicarakan semua orang, ia mencertiakan :“ benar sekali, akhir-akhir ini saya dan
teman-teman di kantor sering membicarakan tentang kasus-kasus korupsi yang
terjadi sekarang. Lagi pula itu menjadi tema yang sangat menarik untuk
dibicarakan ketika kami memiliki waktu-waktu luang saat sedang bekerja”. Pak
Efendi bercerita bahwa begitu teganya para pejabat-pejabat yang mana telah
diberi amanah oleh rakyat untuk membangun negeri ini, tetapi apa yang
diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Malah kebanyakan dari mereka
memfoya-foyakan uang yang seharusnya bukan miliknya untuk kesenangan
pribadi, katanya: “perbuatan korupsi merupakan perbuatan yang benar-benar tidak
terpuji dan melawan hukum, ia pun meyamakan para koruptor itu sama dengan
pencuri. Yang mana perbuatan mereka sama-sama mengambil sesuatu yang
memang bukan milik mereka “. Meunrut Pak Efendi sumber informasi
pengetahuan mengenai korupsi, kebanyakan ia dapatkan dari media cetak. ia
berkata: “karena saya memiliki hobi membaca, jadi untuk menambah pengetahuan
saya lebih suka membaca langsung berita apa yang ada dimedia cetak. ketimbang
menonton berita yang di siarkan melalui media elektronik“. Adapun ditanya
tentang tanggapan akan bahaya korupsi, Pak Efendi menanggapi pertanyaan itu
dengan tegas, tuturnya: “korupsi menurut saya sangat berbahaya, bagaimana tidak
bahaya karena akibat dari korupsi tersebut dapat memberikan penderitaan yang
berkepanjangan bagi rakyat di negeri ini. Oleh karena itu, sebaik mungkin kita
harus mengantisipasi dan mencegah agar tidak terjadinya praktek-praktek korupsi
dengan cara mengawasi kinerja aparat pemerintahan saat ini “.Bentuk kesadaran
yang telah dilakukan oleh Pak Efendi ialah dengan cara lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan dan lebih banyak bersyukur dengan apa yang telah ia miliki saat
ini. Katanya :“ saya lebih menyadari dan meyakinkan dan menanamkan di dalam
diri saya bahwa korupsi merupakan perbuatan yang tidak baik. dengan demikian
insya allah saya akan terjauh dari sifat buruk tersebut “.Sebagai masyarakat yang
baik dalam Pak Efendi selalu mengikuti perkembangan kasus-kasus korupsi yang
terjadi pada saat ini, karena keikutsertaan masyarakat sangat penting dalam
mengawasi perkembangan kasus-kasus korupsi. Menurutnya: “adanya masyarakat
yang aktif dan selalu mengikuti perkembangan kasus korupsi, saya rasa
penangganan kasus korupsi akan berjalan dengan baik dan bersih tanpa ada
nepotisme di balik semua itu. Sebaliknya, apabila masyarakat pasif maka para
pelaku koruptor tidak akan pernah tersentuh oleh hukum sedikitpun. Oleh karena
itu, kita sebagai masyarakat harus lebih aktif dan berani menggadukan kepihak-
pihak yang berwajib apabila disekitar kita ada yang melakukan tindakan korupsi”.

3. Profil Informan III


Bu Suryati sekarang berusia 45 tahun. Ia seorang Guru SD di Kelurahan
Petisah, sudah hampir 25 tahun ia mengabdi sebagai Guru di SD tersebut. Bu
Suryati menceritakan tentang apa saja factor-faktor mendorong seseorang
melakukan tindakan korupsi. Kata Bu Suryati: “tindak pidana korupsi itu muncul
karena : (1) Dorongan Kebutuhan : seseorang terpaksa korupsi karena gaji yang
jauh dari mencukupi dibanding kebutuhannya yang lebih besar . (2) Dorongan
Keserakahan : orang yang korupsi karena serakah tentu saja tidak dodorong oleh
kebutuhan yang sudah mencukupi, sehingga dengan korupsi dapat membeli
barang-banrang mewah karena kepuasaan itu tidak ada batasnya. (3) Peluang :
akibat lemahnya pengawasan member peluang bagi mereka yang akan melakukan
tindak pidana korupsi”.Kemudian ketika disinggung tentang bagaimana tanggapan
dan bentuk kesadaran ia miliki terhadap korupsi, dengan pelan ia menjawab
semua pertanyaan dengan jelas. Bu Suryati menuturkan: “kali ini saya memiliki
anggapan bahwa korupsi begitu sangat berbahaya dan harus kita jauhi karena
korupsi telah memberikan kesengsaraan bagi semua masyarakat di negeri ini dan
kesengsaraan ini tidak akan berakhir, apabila korupsi di negeri kita ini tidak
diberantas. Oleh karena itu, kita harus memberantas aksi-aksi korupsi yang terjadi
di negeri ini.Insya allah dengan tidak adanya oknum-oknum yang melakukan
korupsi negeri kita akan makmur dan sejahtera. Dengan demikian dalam
menjalani hidup saya memiliki kesadaran diri yang tinggi, meyadari mana yang
menjadi hak saya dan mana yang bukan menjadi hak saya dan selalu bersikap
mawas diri. Saya yakin dengan saya memiliki sikap tersebut saya tidak akan
melakukan perbuatan tidak terpuji itu”. Keikutsertaan dalam mengikuti
perkembangan berita-bertia tentang kasus korupsi, Bu Suryati berkata bahwa ia
selalu mengikuti perkembangan kasus korupsi dengan melihat pemberitaan di
media elektronik maupun media cetak, katanya: “alasan saya selalu mengikuti
pemberitaan karena saya sangat tertarik dengan maraknya kasus-kasus korupsi
yang telah banyak terungkap saat ini. Sedikit banyak saya merasa puas dengan
hasil kerja pemerintah akhir-akhir ini karena meraka telah berani memberantas
kasus-kasus korupsi yang terjadi sekarang ini. Saya rasa kita sebagai masyarakat
harus mengawasi dan member dukungan kepada aparat pemerintah yang berani
menegakkan kebenaran”.
Informan Tanggapan Korupsi4
Informan 1-3
Menurut Informan 1 Ibu Venny masyarakat kita terlalu cuek dengan kasus-
kasus korupsi, mereka lebih banyak diam dan tidak peduli. padahal kalo mereka
sadar korupsi itu sangat merugikan kita semua. Karena apa yang seharusnya
menjadi hak kita, tapi ternyata kita tidak mendapatkannya. Sebab itulah korupsi
sangat berbahaya bagi kita.
Menurut informan 2 Pak Efendi korupsi sangatlah berbahaya, bagaimana tidak
bahaya karena akibat dari korupsi tersebut dapat memberikan penderitaan yang
berkepanjangan bagi rakyat di negeri ini. Oleh karena itu, sebaik mungkin kita
harus mengantisipasi dan mencegah agar tidak terjadinya praktek-praktek korupsi
dengan cara mengawasi kinerja aparat pemerintahan saat ini.
Menurut informan 3 Ibu Suryati korupsi begitu sangat berbahaya dan harus kita
jauhi karena korupsi telah memberikan kesengsaraan bagi semua masyarakat di
negeri ini dan kesengsaraan ini tidak akan berakhir, apabila korupsi di negeri kita
ini tidak diberantas. Oleh karena itu, kita harus memberantas aksi-aksi korupsi
yang terjadi di negeri ini. Insya allah dengan tidak adanya oknum-oknum yang
melakukan korupsi negeri kita akan makmur dan sejahtera.

Informan Kesadaran Korupsi5


Informan 1-3
Menurut informan 1 Ibu venny dalam menjalankan hidupnya ia mengetahui
dan selalu menyadari mana yang menjadi haknya dan mana yang bukan, dengan
demikian ia tidak akan berani mengambil hak-hak yang bukan menjadi haknya.
Menurut informan 2 Pak Efendi lebih menyadari dan meyakinkan dan
menanamkan di dalam diri saya bahwa korupsi merupakan perbuatan yang tidak
baik. dengan demikian insya allah saya akan terjauh dari sifat buruk tersebut.
Menurut informan 3 Ibu Suryati dengan memiliki kesadaran diri yang tinggi,
meyadari mana yang menjadi hak saya dan mana yang bukan menjadi hak saya
dan selalu bersikap mawas diri. Saya yakin dengan saya memiliki sikap tersebut
saya tidak akan melakukan perbuatan tidak terpuji itu”.

2.2 Kurangnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Bahaya


Korupsi

Karena sudah terbiasa melakukan korupsi, maka masyarakat tidak merasa


terbebani apa-apa atau tidak merasa berdosa ketika melakukannya. Kebudayaan
adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang dilakukan terus menerus dan
menjadi kebiasaan. Bukan mustahil jika korupsi kelak menjadi budaya bangsa ini.
Jika korupsi sudah membudaya, kita tinggal menunggu kehancuran suatu bangsa.
Kurangnya kesadaran karena korupsi dianggap sebagai budaya maka melakukan
4
http://digilib.unila.ac.id/19924/1/Bab%20I-IV.pdf
5
http://digilib.unila.ac.id/19924/1/Bab%20I-IV.pdf
korupsi seperti tidak melakukan hal berdosa dan menjadi hilangnya kesadaran
terhadap korupsi tersebut.

Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habitat) yang tidak
disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap,
pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya kebiasaan
tersebut lama - lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan
keuangan negara. Korupsi dapat berakibat sangat besar baik secara ekonomi,
politik, maupun sosial budaya dan hukum. Masyarakat banyak tidak menyadari
bahwa perbuatan korupsi berakibat sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, tetapi masyarakat jarang dapat langsung merasakannya. Masyarakat
hanya berasumsi yang dirugikan oleh perbuatan korupsi adalah keuangan dan
perekonomian negara, pada hal secara tidak langsung yang dirugikan adalah
masyarakat itu sendiri.

Beberapa fakta dan data yang ditemukan di tengah masyarakat, bahwa


awareness terhadap ada tidaknya kasus korupsi bisa dianggap cukup tinggi. Hal
ini bisa dilihat dari cukup banyaknya responden menyatakan pernah mendengar.
Hal ini juga tercermin dari hasil focus group
discussion dimanaawareness terhadap fenomena korupsi juga tinggi. Tak ada
beda signifikan di semua kota dan semua kelompok.

Indonesia termasuk kelompok negara paling korup sedunia. Penyebab korupsi


yang disimpulkan diantaranya sikap ingin hasil cepat, mudah dan enak, berapapun
besaran gaji tak menutup tindakan korupsi, warisan (penjajah, budaya kerajaan,
pemerintahan orde baru). Korupsi sudah dianggap sebagai tradisi, budaya,
kebiasaan, penyakit, sulit diberantas. Ini mencerminkan bahwa masyarakat
melihat korupsi sebagai sesuatu yang sudah merasuk ke dalam tata kehidupan
personal, masyarakat dan negara.

TINGKAT perilaku anti korupsi di Indonesia cenderung menurun pada tahun


2015. Namun, penurunan tersebut masih dalam taraf normal.Lewat Survei
Perilaku Anti Korupsi di Indonesia pada tahun 2015 lalu, indeks menghasilkan
angka 3,59. Angka tersebut lebih kecil dari tahun sebelumnya pada tahun 2014
yang berada di angka 3,61.

Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik mencakup 33 provinsi, 170
Kabupaten/Kota (49 kota dan 121 kabupaten), dengan jumlah sampel 10.000
rumah tangga. Survei ditujukan untuk mengukur tingkat permisiftas masyarakat
terhadap perilaku korupsi dengan menggunakan Indeks Perilaku Anti Korupsi dan
berbagai indikator perilaku anti korupsi. Kepala BPS, Suryamin, menyebut, data
yang dikumpulkan mencakup pendapat terhadap kebiasaan di masyarakat dan
pengalaman berhubungan dengan layanan publik. "Itu bisa dalam hal perilaku
penyuapan, pemerasan, dan nepotisme," ujar Suryamin di Gedung BPS, Jalan Dr.
Sutomo, Jakarta Pusat, Senin (22/2).
Salah satu perilaku penyuapan digambarkan melalui pengalaman masyarakat
membayar uang lebih untuk mempercepat proses pengurusan surat-surat
administrasi. Sementara, pemerasan bisa digambarkan melalui pengalaman
masyarakat diminta uang lebih oleh petugas dalam urusan sertifikat
tanah.Sedangkan, untuk nepotisme digambarkan melalui pengalaman masyarakat
ditawari bantuan oleh saudara atau teman untuk dapat diterima menjadi pegawai,
baik di institusi negara maupun swasta.Indeks Perilaku Anti Korupsi disusun
berdasarkan dua dimensi utama, yakni unsur persepsi yang berupa
pendapat/penilaian terhadap kebiasaan perilaku koruptif di masyarakat.
Sementara, yang kedua adalah pengalaman perilaku koruptif.

Dari hasil pengukuran IPAK, dimensi persepsi menunjukkan tren yang


cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada 2014 indeks persepsi berada
di angka 3,71, tahun 2015 naik 0,02 menjadi 3,72.Sedangkan, indeks pengalaman
masyarakat cenderung menurun. Pada tahun 2015 indeks pengalaman menyentuh
angka 3,39, turun dari tahun 2014 yang mencapai 3,49.

Hasil di atas menunjukkan bahwa, dari sisi pemahaman dan penilaian,


masyarakat cenderung idealis anti korupsi. Namun, dalam tataran praktik ketika
berhadapn dengan pelayanan publik masih melakukan korupsi."Dengan kata lain,
masyarakat terkesan semakin membenci korupsi, tapi tidak sejalan dengan
kehidupan sehari-hari," paparnya.Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan
Korupsi Pahala Nainggolan menyebut, hasil survei ini dianggap penting. KPK
akan secara khusus membaca data-data dengan hati-hati terkait dengan program-
program di KPK yang mendorong untuk pencegahan korupsi.

Soal indeks persepsi yang meningkat, KPK menyambut gembira. Itu berarti,
masyarakat sudah lebih tahu perilaku-perilaku koruptif.Namun, di sisi lain, indeks
pengalaman dalam survei menurun. Pahala menganggap, ada dua hal yang
menyebabkan indeks pengalaman masyarakat menurun."Pertama, mereka terpaksa
ikut di pelayanan ini. Kedua, mereka jadi tahu bahwa ini sebenernya tidak boleh,
karena yang persepsi udah baik, jadi masuk pengalaman dia terpaksa harus ikut,"
tuturnya. Namun demikian, Pahala juga menduga, indeks persepsi masyarakat
soal korupsi dari tahun ke tahun akan terus meningkat. Tapi, KPK juga berharap
indeks pengalaman dapat mencapai titik balik dan bisa meningkat ke depannya.6

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi dalam Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (5) menegaskan bahwa tata
cara pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi perlu diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Peran serta masyarakat tersebut dimaksudkan untuk
mewujudkan hak dan tanggungjawab masyarakat dalam penyelenggaraan negara
yang bersih dari tindak pidana korupsi. Dengan ini kurangnya kesadaran akan
menbuat masyarakat lebih sadar.

6
https://mediaindonesia.com/read/detail/30010-kesadaran-masyarakat-soal-anti-korupsi-naik
Di samping itu, dengan peran serta tersebut masyarakat akan lebih bergairah
untuk melaksanakan kontrol sosial terhadap tindak pidana korupsi. Peran serta
masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh, memberikan data
atau informasi tentang tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan
pendapat secara bertanggungjawab terhadap pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi.

Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang memberikan


hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan
tindakan diskriminatif mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai hak dan
tanggungjawab masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi. Oleh karena itu, kebebasan menggunakan hak tersebut haruslah
disertai dengan tanggungjawab untuk mengemukakan fakta dan kejadian yang
sebenarnya dengan mentaati dan menghormati aturan-aturan moral yang diakui
umum serta hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan Pemerintah ini juga mengatur mengenai kewajiban pejabat yang


berwenang atau Komisi untuk memberikan jawaban atau menolak memberikan isi
informasi, saran atau pendapat dari setiap orang, Organisasi Masyarakat, atau
Lembaga Swadaya Masyarakat. Sebaliknya masyarakat berhak menyampaikan
keluhan, saran atau kritik tentang upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa
keluhan, saran, atau kritik masyarakat tersebut sering tidak ditanggapi dengan
baik dan benar oleh pejabat yang berwenang.

Dengan demikian, dalam rangka mengoptimalkan peran serta masyarakat


dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, pejabat yang
berwenang atau Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi diwajibkan untuk
memberikan jawaban atau keterangan sesuai dengan tugas fungsinya masing-
masing. Kewajiban tersebut diimbangi pula dengan kesempatan pejabat yang
berwenang atau Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi menggunakan hak
jawab informasi yang tidak benar dari masyarakat. Disamping itu untuk memberi
informasi yang tinggi kepada masyarakat, maka dalam Peraturan Pemerintah ini
diatur pula pemberian penghargaan kepada masyarakat yang berjasa terhadap
upaya pencegahan dan penanggulangan tindak pidana korupsi berupa piagam dan
atau premi.7

7
https://acch.kpk.go.id/id/jejak-pemberantasan/pp-71-tahun-2000-peran-serta-masyarakat-dalam-
pemberantasan-korupsi
2.3 Cara Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Anti
Korupsi

Untuk mencabut akar permasalahan sumber terjadinya korupsi di sektor


publik, perlu menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap anti korupsi dan
dapat dilakukan berbagi cara untuk menberantas korupsi. Diawali dengan
menumbuhkan kesadaran agar tidak melakukan korupsi lalu dapat dilakukan
dengan cara upaya-upaya untuk menberantas korupsi. Didefinisikan sifat dari
korupsi dan dilakukan pengukuran secara komprehensif dan berkesinambungan.
Untuk dapat mendefinisikan sifat korupsi, dimulai dengan melakukan pengukuran
secara obyektif dan komprehensif dalam mengidentifikasi jenis korupsi, tingkat
korupsi dan perkembangan korupsi dan menganalisa bagaimana korupsi bisa
terjadi dan bagaimana kondisi korupsi saat ini. Untuk dapat mencegah secara
efektif terjadinya korupsi, hendaknya dihindari pengukuran korupsi yang semata-
mata bertujuan untuk mendeteksi pelaku korupsi dan menghukumnya. Penting
untuk mulai menempatkan strategi pencegahan korupsi dengan tujuan untuk
mengeliminasi faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi sejak dini. Dalam
menetapkan strategi pencegahan korupsi, perlu diidentifikasi dan dianalisa faktor-
faktor yang menjadi akar penyebab yang berkontribusi menimbulkan korupsi pada
lembaga publik dan layanan publiknya. Masyarakat yang berdaya atau berperan
dapat mengontrol, bahkan jika proses penegakan hukum lemah dam tidak dapat
menghadapi kejahatan ini (korupsi), maka masyarakat dapat tampil ke depan
untuk sementara mengambil alih tugas-tugas aparat penegak hukum, syaratnya
masyarakat harus diberi ruang dan kesempatan luas untuk berpartisipasi melalui
sistem dan tatanan yang demokratis dan transparan.Meskipun aspek
pemberdayaan itu sangat penting dalam proses dan strategi pemberantasan tindak
pidana korupsi, namun itu semua harus dilakukan dalam batas-batas dan koridor
hukum yang berlaku. Bentuk dan sifat partisipasi masyarakat dalam proses
tersebut harus diselenggarakan secara demokratis dalam susunan yang
menghargai nilai -nilai (norma) dan rasa kepatuhan serta keadilan, tanpaharus
mengabaikan perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia.
Meskipun upaya pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan bagian dari
upaya menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance), namun tidak
berarti upaya penegakan hukumnya disubordinasi oleh aspek politik dan
kepemerintahan. Meskipun pemberdayaan masyarakat itu sangat penting dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi, namun titik tekannya harus terfokus pada
penegakkan hukum berikut dengan lembaga-lembaga yang bertugas menangani
masalah korupsi.Semua pilar-pilar yang terkait dengan upaya dan proses
penegakan hukum harus menopang dan memperkuat sehingga korupsi dapat
ditekan ketitik yang dapat dikendalikan. Dengan demikian proses penegakan
hukum merupakan rangkaian panjang dan saling terkait antar aspek yang saling
mempengaruhi dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.Pemerintah
jangan sampai kehilangan dukungan dari masyarakat akibat ketidakseriusannya
memberantas tindak pidana korupsi. Dengan alasan apapun pemerintah tidak
boleh mengulur waktu untuk memberantas tindak pidana korupsi kelas kakap.
Apabila pemerintah takut berhadapan dengan koruptor kelas kakap dan hanya
mengadili atau memproses koruptor kelas teri, maka resikonya adalah kehilangan
kepercayaan masyarakat dan menumbuhkan rasa ketidakpercayaan kepada
pemerintah bahkan masyarakat akan berpikir bahwa pemerintah melindungi para
koruptor kelas kakap. Untuk melakukan sesuatu kita harus mengetahui terlebih
dahulu apa sebab dan jenisnya. Begitu juga untuk memberantas tindak pidana
korupsi, kita harus memahami dan mengerti apa saja jenis-jenis korupsi dan
penyebabnya. Perlu upaya pemberantasan korupsi melalui kampanye, gunakan
semua channelkomunikasi), pendidikan (pengetahuan korupsi dan antikorupsi
masuk ke dalam kurikulum), keluarga (penumbuhan sikap anti korupsi di rumah,
contoh dari orang tua, pendidikan moral di rumah), hingga potong 2 generasi.8

Menumbuhkan kesadaran dapat diawali dengan kampanye komunikasi bahwa


masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran untuk tidak melakukan korupsi
agar semua masyarakat tidak korupsi dan taati aturan yang ada. Pendidikan
sekolah dan pendidikan sekolah tinggi atau universitas juga dapat dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat / siswa-siswa untuk tidak melakukan
korupsi dapat dilakukan dengan cara seminar untuk semua siswa saling dapat
memiliki kesadaran untuk menghentikan korupsi yang ada dan menberantas
korupsi bersama-sama. Apalagi siswa / mahasiswa adalah penerus bangsa
Indonesia sebagai masa depan dari negara Indonesia maka perlu ditanamkan sifat
anti korupsi, memiliki kesadaran untuk tidak melakukan korupsi dan saling
menberantas korupsi bersama-sama dan merubah budaya korupsi Indonesia
menjadi budaya Indonesia yang anti korupsi, meninggalkan budaya buruk
meninggalkan budaya lama berupa korupsi dan merubahnya menjadi anti korupsi
untuk saling memajukan negara Indonesia dan saling peduli satu sama lain karena
kita semua adalah warga negara Indonesia sepatutnya kita menbantu menciptakan
negara Indonesia menjadi lebih baik lagi dan menjadi negara yang anti korupsi
yang menbuat negara Indonesia sebagai negara anti korupsi. Dari keluarga juga
ditanamkan diajari diberitahukan bahwa korupsi adalah tindakan yang tidak benar
dan seharusnya sebagai warga negara kita bersifat jujur dan taati aturan dan tidak
melakukan korupsi dan keluarga juga sebagai contoh untuk tidak melakukan
korupsi apabila kepala keluarga yaitu ayah sebagai pejabat negara tetapi
melakukan korupsi maka tentu saja akan mewariskan kepada anaknya untuk
melakukan korupsi hal itu sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan. Sebagai
kepala keluarga yaitu ayah sebaiknya tidak melakukan korupsi karena sebagai
panutan, layaknya keluarga adalah panutan apabila ayah tidak melakukan korupsi
maka sifat anti korupsi juga akan diwariskan kepada anaknya dan anak lebih
memahami sifat anti korupsi karena dari keluarga saja tidak ada yang melakukan
korupsi dan hal itu akan menbuat negara Indonesia lebih baik dan masyarakat
Indonesia juga lebih baik. Dan sanksi-sanksi dapat diperberat untuk bagi pihak
yang melakukan korupsi, sanksi menjerat masyarakat dan pemerintah juga bagi
yang melakukan korupsi.

8
https://acch.kpk.go.id/id/berkas/litbang/survei-kesadaran-dan-pemahaman-terhadap-korupsi
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kesimpulan dapat diketahui kebanyakan dari mereka mengatakan setuju


bahwa tindakan korupsi sangat berbahaya dan menyadari bahwa perbuatan
korupsi itu dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan, merugikan banyak
orang dan hilangnya rasa kepercayaan masyarakat kepada aparat pemerintah.
Dengan demikian, dapat meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap bahaya
korupsi. Yang mana kepekaan ini harus ditanamkan sejak dini, melalui
pembangunan kesadaran di tingkat anak-anak sampai remaja. Yang nantinya
diharapkan bisa memacu masyarakat Kota Medan untuk menolak perbuatan
korupsi. Kurangnya kesadaran masyarakat karena korupsi sudah dianggap sebagai
budaya. Cara menumbuhkan kesadaran masyarakat dapat dengan cara pendidikan,
kampanye dan keluarga dan melakukan upaya pemberantasan korupsi lebih cepat
dan tegas.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran atau


masukan yang sifatnya membangun agar dalam pemberantasan kasus-kasus
Korupsi dapat melibatkan para penyelenggara negara maupun seluruh masyarakat
Indonesia. Kemudian, perlu diadakannya sosialisasi yang dilakukan pemerintah
dalam memberi pemahaman atau pengertian akan bahaya korupsi kepada
masyarakat. Dan dalam pencegahan korupsi perlu dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan dan pengajaran di sekolah dan perguruan tinggi serta lembaga
pendidikan lainnya dengan penyajian substansi yang disesuaikan dengan tingkatan
kurikulum peserta didik.Kontrol masyarakat yang lebih intensif lagi terhadap
upaya Pencegahan Korupsi perlu penyelenggaraan program siaran tetap melalui
radio dan televisi, disamping pemuatan rubrik atau artikel tetap melalui media
cetak dan perlunya kesadaran tiap masyarakat ditingkatkan lagi dapat menbuat
seperti seminar atau acara agar menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap
bahaya korupsi. Dan upaya pemberantasan diharapkan lebih cepat dan tegas lagi
dan dapat berupa penambahan hukuman bagi korupsi dan sanksi-sanksi dapat
diperberat lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 1999. Strategi Pemberantasan


Korupsi Nasional. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Pengawasan BPKP.

Indonesian Corruption Watch. 2004. Menyingkap Tabir Mafia Peradilan.


Makalah. Jakarta: Tim Pemantau Peradilan ICW.

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. 2002. Survai


Nasional Mengenai Korupsi di Indonesia. Laporan Akhir Tahun 2002. Jakarta.

https://acch.kpk.go.id/id/berkas/litbang/survei-kesadaran-dan-pemahaman-
terhadap-korupsi

https://acch.kpk.go.id/id/jejak-pemberantasan/pp-71-tahun-2000-peran-serta-
masyarakat-dalam-pemberantasan-korupsi

https://mediaindonesia.com/read/detail/30010-kesadaran-masyarakat-soal-anti-
korupsi-naik

http://digilib.unila.ac.id/19924/1/Bab%20I-IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai