Anda di halaman 1dari 4

NASKAH MENGENAI KETERKAITAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebidanan Komunitas

Di Program Studi D III Kebidanan Tasikmalaya


Dosen Pengampu :
Wiwin Mintarsih,SSiT.M,Kes

Disusun oleh :
Kelompok :4
Anggota :
1. Rindiyani Puspita (P20624118026)
2. Salma Fitri H (P20624118029)
3. Syafira Ayuniar (P20624118036)
4. Zahra Zahrotul F (P20624118040)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
A. Strategi Promosi Kesehatan

Untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, diperlukan cara pendekatan
yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Cara ini sering disebut "strategi.
Jadi, strategi adalah cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan secara efektif dan efisien.

Strategi Global ( Promosi Kesehatan ) Menurut WHO,1984.


a. Advokasi ( advocacy )
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuatan keputusan ( decision makers ) atau
penentu kebijakan ( policy makers ) baik di bidang kesehatan maupun sektor lain
diluar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap publik. Tujuannya adalah agar
para pembuatan keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain dalam
bentuk peraturan, undang-undang, intruksi, dan sebagainya yang menguntungkan
kesehatan publik. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobying, pendekatan atau
pembicaraan-pembicaraan format atau informal terhadap para pembuat keputusan,
penyakit isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat setempat, seminar-seminar masalah kesehatan, dan sebagainya.
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan-peraturan daerah,
intruksi-intruksi yang mengikat masyarakat dan instansi-instansi yang terkait dengan
masalah kesehatan. Oleh sebab itu sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan
legislatif, para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi
masyarakat, baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau
kelurahan.
b. Dukungan Sosial ( social support )
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal ( guru, lurah,
camat, petugas kesehatan, dan sebagainya ) maupun informal ( tokoh agama, dan
sebagainya ) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah
agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh
masyarakat dan tokoh agama. Selanjutnya tokoh masyarakat dan tokoh agama
diharapkan dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan
masyarakat.
Pada masyarakat yang masih paternalistik seperti di Indonesia ini, tokoh
masyarakat dan tokoh agama merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat
signifikan. Oleh sebab itu apabila tokoh masyarakat dan tokoh agama sudah
mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain.
Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini antara lain pelatihan-pelatihan para
tokoh masyarakat dan tokoh agama, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan sebagainya.
c. Pemberdayaan Masyarakat ( empowerment )
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer
atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan, antara
lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam
bentuk, misalnya, koperasi dan pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan
pendapatan keluarga ( latihan menjahit, pertukangan, peternakan, dan sebagainya ).
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri ( self relince in
health ).
Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan
penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, adanya pos
obat desa, adanya gotong-royong kesehatan, dan sebagainya, maka kegiatan ini sering
disebut " gerakan masyarakat " untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua
pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat.

B. Issu yang sedang terjadi promosi


BKKBN meneliti bahwa 160.000 kelahiran di indonesia diluar rencana. Hal ini akibat
kurangnya edukasi mengenai kontrasepsi. Kontrasepsi masih dibilang tabu untuk
dibicarakan segelintir orang. Mitos mitos yang beredar di masyarakat membuat
mispersepsi akan kontrasepsi. Beberapa mitos yang beredar adalah penggunaan alat IUD
atau spiral akan bergerak gerak di dalam tubuh, penggunaan kon trasepsi hormonal akan
membuat tubuh menjadi gemuk bahkan pil kontrasepsi akan meningkatkan risiko kanker.
Kontrasepsi sendiri berfungsi untuk mencegah kehamilan. Kontasepsi bekerja dengan
cara memisahkan antara ovum dan sperma, memberhentikan produksi ovum, dan
mencegah fertilisasi. Para ulama menyepakati bahwa pasektomi ini hukumnya haram.
Kebenaran mitos di masyarakat perlu di luruskan.
1. Penggunaan alat IUD atau spiral tidak akan bergerak pada tubuh. Sebelum
pemasangan, dokter akan memeriksa ukuran dan posisi rahim. IUD dipasang dalam rahim
dan memeliki benang menjuntai dibagian atas bawah rahim sehingga dapat dicek secara
berkala oleh penggunanya. Hal ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan mencapai
99% .
2. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat membuat tubuh menjadi gemuk hal ini
benar bahwa berat badan, total lemak tubuh,dan persen lemak tubuh meningkat
dibandingkan wanita ang menggunakan kontrasepsi non hormonal.
3. Pil kontasepsi benar dapat meningkatkan resiko kanker serviks dan payudara,
tetapi dapat menurunkan resiko kanker endometrium,ovarium dan kolorectal.

C. Pendapat kelompok
Terkait strategi ini, ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil. Dengan adanya
program epmberdayaan masyarakat seperti desa siaga dan juga kampung kb merupakan
suatu keberhasilan promosi kesehatan dari pemerintahan, tenaga kesehan, dan juga tokoh
masyarakat.
Ketidak berhasilannya strategi ini mungkin terkait dengan masyarakat yang kurang
menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan, media promosi kesehatannya yang kurang
menarik perhatian masyarakat, ataupun pemberian serta kegiatan promosi kesehatan yang
minim dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga timbullah isu.
Isu yang terjadi :
1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai alat kontrasepsi
2. Media promosi kesehatannya kurang menarik perhatian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai