Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PROMOSI KESEHATAN (SAP)

Masalah : gangguan pendengaran


Pokok Pembahasan : Cara mengatasi gangguan pendengaran presbikusis
Sub Pokok Pembahasan : Gambaran tentang gangguan pendengaran presbikusis.
Sasaran : Bapak-bapak, Ibu-ibu wisma AWF
Jam : 10.00 WIB
Waktu : 45 menit
Tanggal : 31 Januari 2015
Tempat : wisma AWF

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 45 menit, diharapkan bapak-bapak dan ibu-ibu di wisma AWF, mampu
memahami dan mengerti tentang gangguan pendengaran presbikusis.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 45 menit tentang Gangguan pendengaran, diharapkan
peserta dapat:
Menjelaskan tentang pengertian gangguan pendengaran presbikusis
Menjelaskan tanda dan gejala gangguan pendengaran presbikusis.
Menjelaskan apa saja cara penanganan gangguan pendengan presbikusis
Menjelaskan cara pengobatan gangguan pendengaran presbikusis

C. Materi Penyuluhan (Terlampir)


Pengertian gangguan pendengaran presbikusis
Cara penanganan gangguan pendengaran presbikusis
cara pengobatan gangguan pendengaran presbikusis

D. Metode Penyuluhan
Ceramah
Tanya Jawab

E. Media
Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam Menjawab salam Kata-kata/
Memperkenalkan diri Mendengarkan dan kalimat
Menyampaikan tentang menyimak
tujuan pokok materi Bertanya mengenai
Meyampakaikan pokok perkenalan dan
pembahasan tujuan jika ada
Kontrak waktu yang kurang jelas
2. Pelaksanaan 30 Penyampaian Materi Mendengarkan dan Leaflet
menit Menjelaskan tentang menyimak
pengertian gangguan Bertanya mengenai
pendengaran hal-hal yang belum
presbikusis jelas dan
Menjelaskan tanda dan dimengerti
gejala gangguan
pendengaran
presbikusis.
Menjelaskan apa saja
cara penanganan
gangguan pendengan
presbikusis
Menjelaskan cara
pengobatan gangguan
pendengaran
presbikusis

Tanya Jawab
Memberikan
kesempatan pada
peserta untuk bertanya
3. Penutup 10 Evaluasi dengan Sasaran dapat Kata-kata/
menit memberikan pertanyaan menjawab tentang kalimat
sederhana: pertanyaan yang
Menjelaskan tentang diajukan
pengertian gangguan Mendengar
pendengaran Memperhatikan
presbikusis Menjawab salam
Menjelaskan tanda dan
gejala gangguan
pendengaran
presbikusis.
Menjelaskan apa saja
cara penanganan
gangguan pendengan
presbikusis
Menjelaskan cara
pengobatan gangguan
pendengaran
presbikusis

Menyampaikan
kesimpulan materi
Mengakhiri pertemuan
dan menjawab salam

G. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Jenis Tes : Pertanyaan secara lisan
Butir-butir pertanyaan:
Menjelaskan tentang pengertian gangguan pendengaran presbikusis
Menjelaskan tanda dan gejala gangguan pendengaran presbikusis.
Menjelaskan apa saja cara penanganan gangguan pendengan presbikusis
Menjelaskan cara pengobatan gangguan pendengaran presbikusis

Lampiran

GANGGUAN PENDENGARAN PRESBIKUSIS

Presbikusis adalah tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan)
organ pendengaran. Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris ( terjadi pada kedua sisi
telinga).
Penyebab gangguan pendengaran pada presbikusis umumnya merupakan kombinasi dari beberapa
hal sebagai berikut :

Degenerasi elastisitas gendang telinga

Degenerasi sel rambut di koklea.


Degenerasi fleksibilitas dari membran basilar

Berkurangnya neuron pada jalur pendengaran

Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak

Degenerasi jangka pendek dan auditory memory

Menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central auditory cortex )

Selain itu pada orang lanjut usia juga terjadi perubahan lain pada organ telinga lainnya walaupun
tidak berhubungan dengan presbikusis misalnya degenerasi otot-otot pada telinga tengah dan
arthritis tulang-tulang di telinga tengah.

Gejala atau perubahan yang dijumpai pada presbikusis secara umum dibedakan menjadi :

Berkurangnya kemampuan mendengar

Berkurangnya kemampuan mengerti percakapan

Fisik dan emosional

Kemampuan mendengar penderita presbikusis akan berkurang secara berangsur, biasanya terjadi
bersamaan pada kedua telinga. Telinga menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suara.
Selain itu penderita presbikusis juga mengalami kesulitan dalam memahami percakapan terutama di
lingkungan bising, hal ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan membedakan (diskriminasi)
suku kata yang hampir mirip.

Jika tidak dilakukan upaya rehabilitasi pendengaran misalnya dengan memasang alat bantu dengar
maka kemampuan untuk memahami percakapan akan makin terganggu.
Hal lain yang terjadi pada penderita presbikusis adalah masalah fisik dan emosional antara lain
berupa :

Terganggunya hubungan perorangan dengan keluarga

Kompensasi tingkah laku akibat gangguan pendengaran :

Pemarah dan mudah frustrasi

Depresi, menarik diri dari lingkungan (introvert)

Merasa kehilangan kontrol pada kehidupannya


Waham curiga (paranoid)

Self-criticism

Berkurangnya aktivitas dengan kelompok sosial

Berkurangnya stabilitas emosi.

Upaya rehabilitasi dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (ABD) yang sesuai dengan
kebutuhan. Pemasangan alat bantu dengar bertujuan untuk memperkeras (amplifikasi) bunyi yang
ada disekitar pengguna.

Kemajuan teknologi ABD saat ini memungkinkan pengguna ABD mendapatkan amplifikasi yang
tepat. ABD dengan fasilitas multi channel dapat mengeraskan bunyi yang spesifik pada frekuensi
yang mengalami gangguan saja. Selain itu teknologi multi mikrofon dan penyaring (filter) terhadap
bising memungkinkan pemahaman percakapan yang lebih baik pada kondisi bising. Hal lain yang
cukup penting adalah memilih jenis ABD yang cocok dengan tuntutan gaya hidup dan kemampuan
fisik pemakainya.

Walaupun telah menggunakan ABD adakalanya masih diperlukan bantuan membaca ujaran bibir (lip
reading) namun masalahnya para penderita presbikusis umumnya juga mengalami gangguan
penglihatan.

Untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) presbikusis diperlukan usaha-usaha


penanggulangan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam mengupayakan usaha
tersebut diperlukan kerjasama yang terpadu dari masyarakat itu sendiri, Lembaga Swadaya
Masyarakat, dan Pemerintah dalam hal ini institusi kesehatan.

Masyarakat melalui para kader perlu dilibatkan secara aktif dan inovatif terutama pada tingkat
promotif. Lini kesehatan terdepan misalnya Puskesmas, Balai Kesehatan, dll memiliki peran yang
besar baik di tingkat promotif, kuratif serta deteksi dini timbulnya komplikasi akibat presbikusis.

Kendala dalam penanggulangan presbikusis adalah masih terbatasnya rumah sakit yang memiliki
fasilitas pemeriksaan pendengaran untuk kasus presbikusis. Demikian pula dengan fasilitas
rehabilitasi belum tersebar secara merata di semua provinsi.

Agar usaha penanggulangan dapat mencapai sasaran yaitu menurunnya morbiditas akibat
presbikusis, maka diperlukan pengetahuan, pengenalan, dan pencegahan presbikusis oleh
masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan. Selain itu diperlukan peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan di lini terdepan untuk mendiagnosis
presbikusis.
ANALISIS SITUASI
EPIDEMIOLOGI
Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, diperkirakan terjadi pada 30-45% orang dengan usia
di atas 65 tahun. Menurut WHO pada tahun 2005 akan terdapat 1.2 milyar orang akan berusia lebih
dari 60 tahun, dari jumlah tersebut 60 % diantaranya tinggal di negara berkembang. Menurut
perkiraan WHO pada tahun 2020 populasi dunia berusia diatas 80 tahun juga akan meningkat
sampai 200 %.

Pada Survei Kesehatan Indera Pennglihatan - Pendengaran tahun 1994 -1996 di 7 Propinsi
(Sumatra Barat, Sumatra Selatan , Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara)
dengan 19,375 responden didapatkan prevalensi presbikusis sebesar 2.6 % atau sekitar 6.7 % dari
seluruh pasien THT yang didiagnosa dengan Presbikusis

Di Indonesia jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai
19.9 juta atau 8.48 % dari jumlah populasi. Pada tahun 2025 jumlah tsb akan meningkat menjadi 4
kali lipat dari jumlah tahun 1990, dan merupakan jumlah tertinggi di dunia. Juga terjadi peningkatan
usia harapan hidup dari usia 59.8 tahun ( 1990 ) menjadi 71.7 % pada tahun 2020.

DEMOGRAFI
Gambaran populasi berdasarkan kelompok umur, kelompok pekerjaan, status sosial, dan status
pendidikan.
Agar dapat secara efektif mengatasi presbikusis, ada beberapa pertanyaan yang harus terlebih
dahulu dicari jawabannya, antara lain :

1. Seberapa besar jumlah penderita presbikusis di suatu daerah ?

2. Bagaimana proporsi penduduk di daerah tersebut ?

3. Bagaimana dengan tingkat pengetahuan penduduk didaerah tersebut ?

4. Untuk menurunkan prevalensi presbikusis, perlu diketahui sarana dan SDM yang tersedia.

INFRASTRUKTUR
Perlu diketahui kondisi infrastuktur yang tersedia :
1. Sumber Daya :

Jumlah dokter spesialis THT

Jumlah dokter umum, ahli madya audiologi yang membantu melakukan pemeriksaan

Jumlah ahli madya terapi wicara

Jumlah kader untuk usila di wilayah tersebut

2. Sarana dan Fasilitas


Rumah Sakit yang memiliki fasilitas pemeriksaan pendengaran.

Jumlah Puskesmas yang ada di wilayah tersebut

Rumah sakit yang memiliki fasilitas reabilitasi pendengaran

Sentra pelayanan alat bantu dengar

Otoskop/ senter

Garpu tala, minimal 512 Hz

TARGET
Meningkatkan penanganan presbikusis (50%)
INDIKATOR

Jumlah Dokter Umum yang dilatih

Jumlah paramedis yang dilatih

Jumlah kader yang dilatih

Frekuensi kegiatan promosi yang dilakukan dalam periode tertentu

Jumlah kelompok usia lanjut yang diperiksa setiap tahun

Frekuensi pemeriksaan usia lanjut

Jumlah orang tua yang dideteksi menderita presbikusis

Jumlah kasus presbikusis yang dirujuk

ALTERNATIF PENANGGULANGAN
Program akan berhasil apabila tersosialisasi dengan baik, sehingga setiap orang yang terkait
dengan upaya penanggulangan presbikusis (masyarakat, pemerintah setempat, tenaga medis)
dapat menjalankan perannya masing-masing setelah mengetahui masalah yang dihadapi serta
tujuan yang hendak dicapai.

1. Melakukan penyuluhan kepada kader, tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri tentang
presbikusis mengenai pengertian, gejala, penyebab, dan dampaknya.
2. Advokasi pada pemerintah setempat (PEMDA) untuk memfasilitasi serta menyediakan
anggaran untuk memperbaiki maupun melengkapi infrastruktur.

3. Melakukan pendekatan kepada pengusaha serta organisasi swadaya masyarakat untuk


saling bekerja sama dalam menanggulangi masalah yang dihadapi penderita kurang
mampu.

4. Melakukan analisis situasi, menetapkan tujuan serta evaluasi berkala.

5. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader untuk melakukan deteksi
dini dan rujukan

6. Meningkatkan upaya deteksi dan intervensi dini.

Anda mungkin juga menyukai