Anda di halaman 1dari 21

Pajak Penghasilan Pasal 22

PPh Pasal 22
Oleh :
Izza Karunia Putri
(B51111047)

Fakultas Ekonomi
Universitas Tanjungpura
2012 / 2013

PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh


bendaharawan pemerintah, baik Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah lainnya berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan barang ; dan badan-badan tertentu baik itu
Badan Pemerintah maupun Swasta berkenaan dengan
kegiatan bidang impor atau ekspor usaha di bidang lain.

Pemungut PPh Pasal 22


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.
154/PMK.03/2010
1.

Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas Impor barang.

2.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat


Pusat ataupun di tingkat Daerah, yang melakukan pembayaran atas
pembelian barang;

3.

Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan
pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN)
dan/atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka 4;

4.

Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik
Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, PT
Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang
dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN;

5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri


semen, industri kertas, industri baja, dan industri
otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas.
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian
bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka
dari pedagang pengumpul.
8. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.

Kegiatan Yang Dikenakan PPh


Pasal
22
1. Impor barang.
2.

Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Dirjen


Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah.

3.

Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan BUMN dan BUMD


yang dananya dari belanja negara dan atau belanja daerah.

4.

Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh badan


usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan
industri otomotif.

5.

Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina dan badan usaha
selain Pertamina yang bergerak di bidang BBM premix dan gas.

6.

Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor industri


dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian serta perikanan dari pedagang pengumpul.

Kegiatan Yang Tidak Dikenakan


PPh Pasal 22
1.

Import barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan UU tidak terutang
PPh.

2.

Import barang yang dibebaskan dari Bea Masuk atau PPN.

3.

Dalam hal impor sementara jika nyata-nyata untuk di ekspor kembali.

4.

Pembayaran yang jumlahnya maksimal Rp.1000.000 dan tidak pembayaran yang


terpecah-pecah.

5.

Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, Listrik, Gas, Air Minum/PDAM
dan benda-benda pos pos.

6.

Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan perhiasan untuk tujuan
ekspor.

7.

Import kembali dari barang-barang yang telah diekspor dengan kualitas yang sama.

8.

Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan pengguanaan dana BOS.

Saat Terutangnya PPh Pasal


No.
Jenis Kegiatan
Saat Terutang PPh Pasal 22
22
PPh Pasal 22 atas Impor Barang

Terutang dan dilunasi


bersamaan saat pembayaran
Bea Masuk, pada saat
penyelesaian dokumen
Pemberitahuan Impor Barang
(PIB).

PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang


oleh Pemungut Pajak

Terutang dan dipungut pada


saat pembayaran.

PPh Pasal 22 atas penjualan hasil


produksi semen, industri kertas,
industri baja, dan industri otomotif.

Terutang dan dipungut pada


saat penjualan.

PPh Pasal 22 atas penjualan bahan


bakar minyak, gas, dan pelumas

Terutang dan dipungut pada


saat penerbitan Surat Perintah
Pengeluaran Barang.

PPh Pasal 22 atas pembelian bahanbahan dari pedagang pengumpul

Terutang dan dipungut pada


saat pembelian.

4
5

Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal


22
1. Impor barang dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh
importir yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ke Kas Negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
2. Atas Pembelian Barang oleh Pemungut Pajak wajib disetor
oleh pemungut ke Kas Negara, bank devisa, atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak.
3. Atas Penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas, dan
penjualan hasil produksi industri semen ; industri kertas ; baja;
dan otomotif wajib disetor oleh pemungut ke Kas Negara
melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.

4.

Atas Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau


ekspor oleh badan usaha industri atau yang bergerak dalam
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan oleh
pemungut ke Kas Negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak.

5.

Setiap pemungut pajak wajib melaporkan hasil pemungutannya


dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor
Pelayanan Pajak.

Sifat Pemungutan PPh Pasal 21


Final

Tidak Final

1. Pajak yang telah dibayarkan oleh


Wajib Pajak melalui pemungutan
oleh Pihak lain dalam tahun berjalan
tersebut tidak dapat dikreditkan
pada total Pphyang terutang pada
akhir suatu tahun pada saat
pengisian SPT tahunan PPh.

1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas


impor barang

2. Penjualan bahan bakar minyak,


gas dan pelumas.

3. Pemungutan PPh Pasal 22 atas


penjualan hasil industri semen,
industri kertas, industri baja dan
otomotif.

2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas


pembelian barang oleh pemungut
pajak

4. Pemungutan PPh Pasal 22 atas


pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor.

Dasar Pemungutan Pajak PPh Pasal 22


1. Nilai impor, yaitu nilai berupa uang yang
menjadi dasar perhitungan Bea Masuk yang
terdiri atas cost insurance and freight
ditambah dengan Bea Masuk dan pengutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
kepabean di bidang impor.
2. Dasar pengenaan pajak pertambahan nilai
(DPP PPN) yang dapat berupa harga
pembelian/penjualan.

Penentuan DPP
1.

Dalam hal harga pembelian atau penjualan tidak termasuk


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, DPP PPN sama dengan harga pembelian atau
Penjualan.

2.

Dalam hal harga pembelian atau penjualan termasuk PPN, DPP


PPN sama dengan harga pembelian / penjualan dibagi 110.
DPP = (100 110) x harga pembelian / penjualan

3.

Dalam harga pembelian / penjualan termasuk PPN dan


Penjualan atas Barang Mewah, DPP sama dengan harga
DPP = {100 : (110 + tarif PPnBM)} x harga
pembelian / penjualan pembelian
dibagi 110 /ditambah
penjualanPPnBM.

Tarif Pemungutan PPh Pasal


22
1.

Tarif 2,5 % dari nilai impor diterapkan untuk impor yang menggunakan
Angka Pengenal Impor (API)

2.

Tarif 0,5 % dari nilai impor diterapkan untuk impor kedelai, gandum, dan
tepung yang menggunakan API

3.

Tarif 7,5 % dari nilai impor yang diterapkan untuk impor yang tidak
menggunakan API, dan harga jual lelang diterapkan untuk impor yang tidak
dikuasai.

4.

Tarif 1,5 % dari harga pembelian untuk pembelian barang yang dilakukan
oleh bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran, Kuasa Pengguna
Anggaran, dan Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar.

5.

Tarif 0,25 % dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar
minyak kepada SPBU Pertamina. Untuk pembelian bahan-bahan keperluan
industri atau ekspor dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian dan
perikanan.

6.

Tarif 0,3 % dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan bahan bakar
minyak kepada SPBU Non Pertamina dan Non SPBU, untuk penjualan bahan
bakar gas, dan penjualan pelumas, serta untuk penjualan baja didalam
negeri oleh industri baja.

7.

Tarif 0,1 % dari DPP PPN untuk penjualan kertas hasil produksi dalam negeri
oleh industri kertas.

8.

Tarif 0,25 % untuk penjualan semua jenis semen hasil produksi dalam negeri
oleh industri semen.

9.

Tarif 0,45 % untuk penjualan kendaraan bermotor roda dua atau lebih dari
dalam negeri oleh industri otomotif.

Contoh Perhitungan

Contoh 1 : Menghitung PPh Pasal 22 atas


Impor
PT. Perdana adalah importir barangbarang elektronik yang mempunyai API. Pada
bulan Mei 2011 melakukan impor barang dari
Jepang dengan harga faktur US $100,000.
Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri
dan biaya angkut pengapalan barang dari
Jepang ke dalam daerah Pabean masingmasing sebesar 2% dan 5% dari harga faktur.
Tarif bea masuk dan bea tambahan masingmasing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Kurs
yang ditetapkan Menteri Keuangan pada saat
itu adalah US $ 1 = Rp. 8.500,00

Perhitungan PPh pasal 22 sbb (Contoh 1)


a.Nilai Impor
- Harga faktur (c)
100.000
- Biaya Asuransi (i)
2.000
- Biaya Angkut (f)
5.000
CIF
US $ 107.000
Kurs US $1,00 = Rp. 8.500,00
CIF di kurskan dalam rupiah = Rp. 909.500.000
(+) Bea Masuk 20% x CIF
= Rp. 181.900.000
(+) BM tambahan 10 % x CIF = Rp. 90.950.000
NILAI IMPOR
Rp.1.182.350.000
b. Perhitungan PPh Pasal 22 Impor
2,5 % x Rp. 1.182.350.000
Rp. 29.558.750

Contoh 2 : Menghitung Impor Kedelai


PT. Ananda pada bulan Juli 2011 melakukan
impor kedelai dari AUS dengan harga US $
250,000 . Biaya angkut pengapalan dari AUS ke INA
adalah 5% dari harga. Tarif bea masuk 20% CIF.
Kurs yg ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada
saat itu adalah US $1,00 = Rp. 9.000
a)Nilai Impor
Harga Faktur (c)
250,000
Biaya Angkut (f)
12,500
CF
US$ 262,500
Kurs US$ 1,00 = Rp. 9.000,00
CF dalam rupiah
=Rp. 2.362.500.000
(+) Bea Masuk 20% x CF =Rp. 472.500.000
NILAI IMPOR
Rp. 2.835.000.000
b) Perhitungan PPh Pasal 22 Impor Kedelai
0,5% x Rp. 2.835.000.000
Rp.
14.175.000,00

Anda mungkin juga menyukai