A. PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan primer dilakukan dimana pasien belum pernah mengalami stroke yakni
dengan melakukan 3M (Junaidi,2004 dalam Dian Nastiti,2012) :
1. Menghindari : rokok, stres mental, minum kopi dan alkohol, kegemukan, dan
golongan obat-obatan yang dapat mempengaruhi serebrovaskuler(amfetamin, kokain,
dan sejenisnya).
2. Mengurangi : asupan lemak, kalori, garam, dan kolesterol berlebih.
3. Mengontrol ata mengendalikan : hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung dan
asterosklerosis, kadar lemak darah, konsumsi makanan seimbang, serta olahraga
teratur 3-4 kali seminggu.
B. PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder dilakukan ketika seprang pasien telah mengalami serangan stroke
sebelumnya yakni dengan cara :
1. Mengontrol faktor risiko stroke atau aterosklerosis, melalui gaya hidup, seperti
mengobati hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung dengan obat dan diet,
stop merokok dan minum beralkohol, turunkan berat badan dan rajin berolah raga,
serta menghindari stress.
2. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yang dapat mengatasi krisis
sosial dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi baru bagi
pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain.
3. Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaan dan pencegahan stroke, seperti anti
agregasi trombosit dan anti koagulan.
C. PENCEGAHAN TERSIER
Pencegahan tersier dilihat dari 4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit yaitu gaya
hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan (Bustan, 2007 dalan Dian Nastiti,
2012). Pencegahan tersier dilakukan kepada pasien yang telah menderita stroke dan
mengalami kelumpuhan pada tubuhnya agar tidak bertambah parah dan dapat
mengalihkan
fungsi anggota badan yang lumpuh pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan
cara :
1. Gaya hidup : reduksi stres, exercise sedang, dan berhenti merokok.
2. Lingkungan : menjaga keamana dan keselamatan (tinggal di rumah lantai pertama,
menggunakan wheel-chair) dan dukungan penuh keluarga.
3. Biologi : keptuhan berobat, terapi fisik dan bicara.
4. Pelayanan kesehatan : emergency medical techmic dan asuransi.
Penyakit DM
2.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor
risiko, yakni
mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok
intoleransi
glukosa.
a. Promosi kesehatan
Memberikan penyuluhan terkait diabetes mellitus kepada kelompok masyarakat yang
memiliki
risiko tinggi mengalami diabetes mellitus type 2. Penyuluhan yang diberikan yaitu terkait
program penurunan berat badan dimana berat badan lebih bisa menjadi salah satu factor
penyebab diabetes mellitus type 2, kemudian memberikan penyuluhan terkait diet sehat,
Aktifitas fisik yang baik serta tidak merokok (Konsensus, 2015).
b. Proteksi spesifik
Menurut Moh Joeharno (2009) dalam (Jafar,Nurhaedar (2009)) Proteksi spesifik
dilakukan
dalam upaya pemberian perlindungan secara dini kepada masyarakat sehubungan dengan
masalah kesehatan.
Adapun beberapa proteksi spesifik pada diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu:
Ø Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid
Ø Mengistirahatkan sel-beta melalui pengobatan insulin secara dini
Ø Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi sejak dini
Ø Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi .
2.3 Pencegahan Sekunder
Konsensus (2006) dalam (Jafar,Nurhaedar (2009)) Pencegahan sekunder merupakan
upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
pasien yang sebelumnya telah menderita DM. hal ini dilakukan dengan cara pemberian
pengobatan yang baik dan cukup serta melakukan deteksi dini mengenai penyulit sejak
awal pengelolan penyakit diabetes mellitus type 2. Salah satu penyulit diabetes mellitus
yaitu penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian pada
penyandang diabetes mellitus type 2.
Adapun pencegahan sekunder yang dapat dilakukan yaitu:
b. Skrining
Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin, kadar gula darah puasa, dan GIT.
Skrinning
direkomendasikan untuk :
Ø Orang-orang yang mempunyai keluarga diabetes
Ø Orang-orang dengan kadar glukosa abnormal pada saat hamil
Ø Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler
Ø Orang-orang yang memiliki berat badan berlebih
b. Pengobatan tepat
Konsensus (2006) dalam (Jafar,Nurhaedar (2009)) Pengobatan merupakan pencegahan
sekunder yang dapat dilakukan terhadap penyandang diabetes mellitus type 2 yang
bergantung
kepada pengobatan diet dan pengobatan penggunaan obat bila diperlukan. Bila masih bisa
dilakukan tanpa obat, maka cukup dengan menurunkan berat badan saja sampai mencapai
berat
badan ideal. Untuk itu, maka perlu dibantu dengan diet sehat dengan mengkonsumsi
makanan
yang sehat, menjaga berat badan ideal, menjaga kadar kolesterol dan dengan perilaku
hidup
sehat yaitu dengan melakukan aktifitas fisik yang baik salah satunya rajin berolahraga
dan tidak
merokok.
Pengobatan dengan perencanaan diet sehat dengan mengkonsumsi makanan yang tidak
memiliki kadar kolesterol tinggi atau terapi nutrisi medik dan dengan melakukan aktifitas
fisik
yang baik merupakan pengobatan utama, tetapi bila hal ini ternyata gagal maka
diperlukan
penambahan obat oral. Obat hipoglikemik oral yang hanya digunakan untuk pengobatan
pada
beberapa individu dengan DM tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari sel
beta
pancreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier termasuk komponen natural atau sintetik untuk menekan atau
melawan proses terjadinya kanker. Pencegahan tersier meliputi pelayanan di rumah sakit
(diagnosa dan pengobatan) dan perawatan paliatif. Pencegahan tersier biasanya diarahkan
pada individu yang telah positif menderita kanker serviks. Penderita yang menjadi cacat
karena komplikasi penyakitnya atau karena pengobatan perlu direhabilitasi untuk
mengembalikan bentuk dan/atau fungsi organ yang cacat itu supaya penderita dapat
hidup dengan layak dan wajar di masyarakat. Rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk
penderita kanker serviks yang baru menjalani operasi contohnya seperti melakukan
gerakan-gerakan untuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan untuk
mengurangi pembengkakan, bagi penderita yang mengalami alopesia
(rambut gugur) akibat khemoterapi dan radioterapi bisa diatasi dengan
memakai wig untuk sementara karena umumnya rambut akan tumbuh kembali
kanker paru
2.8.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan
menghilangkan dan melindungi diri dari kontak dengan zat karsinogen dan faktorfaktor
yang dapat menimbulkan kanker.36 Pencegahan primer terhadap kanker paru
adalah dengan tidak merokok sejak usia dini, apabila sudah merokok hendaklah segera
berhenti merokok, menjauhi perokok22 dan bila bekerja di tempat yang ada polusi udara
seperti debu sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (masker).36 2.8.3.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan
lebih lanjut. Pencegahan sekunder adalah dengan deteksi dini, diagnosis kanker paru serta
penatalaksanaan klinis dengan segera.36
a. Deteksi Dini
Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih
dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal,
masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat
tertentu dan pada waktu tertentu. Deteksi dini kanker paru dapat dilakukan dengan Xfoto
toraks dan Sitologi sputum.36
Penyakit kostat
Pencegahan Primer
Pencegahan primer yang merupakan pencegahan yang dilakukan pada orang sehat yang
memiliki faktor resiko untuk terkena Kanker Prostat. Menurut Physicians Commitee for
Responsible Medicine (PCRM) 2012, Kanker prostat tanpak meningkat diseluruh dunia
yang disebabkan sebagian oleh kebiasaan makan Barat. Asupan daging dan susu yang
meningkat dan pola makan tinggi makanan olahan dan rendah serat telah dikaitkan
dengan meningkatnya resiko kanker prostat. Menurut Purnomo (2011), Beberapa hal
yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadiya kanker prostat adalah sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin A, beta karoten,
isoflavom, vitoestrogen yang terdapat kedelai, likofen (anti oksidan
karotenoit yang banyak terdapat pada tomat), selenium ( terdapat ikan laut,
daging, biji-bijian),Vitamin E serta tinggi serat
2. Menghindari makanan yang berlemak tinggi
3. Menghindari konsumsi daging yang berlebihan
4. Membatasi makanan yang diawetkan atau yang mengangung penyedap
rasa
5. Menghindari paparan bahan kimia kadmium (Cd) yang banyak terdapat
pada alat listrik dan baterai.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
berlanjut, dan memberikan penaganan yang tepat pada pasien Kanker Prostat.
Menurut Jong (2005), Hal-hal yang harus dilakukan pada pasien setelah pulang
dari rumah sakit baik pasien dalam keadaan sembuh atau dalam proses
penyembuhan adalah :
a. Penyinaran
Pada penderita kanker prostat biasanya diberikan penyinaran eksternal
yang konvensional atau teleradioterapi. Dosis total dibagi atas ≥ 30 fraksi dan
berlangsung enam minggu. Efek samping terjadi karena rangsangan terhadap
selaput lendir, jadi menimbulkan keluhan menyangkut kandung kemih dan usus.
Dalam jangka panjang impotensi termasuk penyulit (30% dari kasus).
b. Paliatif
Terapi kuratif tidak mungkin di lakukan pada sebagian besar penderita
kanker prostat karna perluasan prosesnya atau keadaan umum penderita.Terapi
paliatif merupakan kemungkinan terbaik untuk mengatasi keluhan berkemih,
lewat uretra dilakukan prostatektomi dari dalam melalui uretra dengan jerat
endoskop (TUR=Trans Uretra Reseksi) agar di peroleh jalan yang bebas dan
memudahkan penderita berkemih.
c. Terapi Hormonal
Pada banyak kasus, terapi hormonal digunakan secara jangka panjang .
Tujuannya adalah mengaruhi hormon laki-laki, sehingga tumor primer dan
metastasisnya mencapai remisi untuk waktu lama. Menurut Purnomo (2011), ada
beberapa teori konsep pemberian terapi hormonal, yaitu :
1. Konsep Hugins, “Sel epitel prostat akan mengalami atrofi jika sumber
androgen ditiadakan”. Sumber androgen ditiadakan dengan cara
pembedahan atau dengan medikamentosa.
2. Konsep Labrie, menghilangkan sumber androgen yang hanya berasal dari
testis belum cukup, karena masih ada sumber androgen dari kelenjar
suprarenal yaitu sebesar ± 10% dari seluruh testoteron yang ada di dalam
tubuh. Sehingga labrie menganjurkan untuk melakukan blockade
androgen total.
Kanker payudara
Pencegahan primer
Menurut AJCC dalam Sukardja (2000), pencegahan primer pada kanker
payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada
orang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari kontak karsinogen dan
berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan
hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada di lingkungan
hidup kita, dan sebagian besar ada hubungannya dengan tembakau. Konsep dasar
dari pencegahan primer adalah menurunkan insidens kanker payudara yang dapat
dilakukan dengan :
1) Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2) Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.
3) Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feses.
5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau
tempe. Kedelai mengandung flavanoid yang berguna untuk mencegah
kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen).
Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel
saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk
menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang
mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel,
tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan
dan biji-bijian.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan, diantaranya
adalah dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan skrining
melalui mammografi. SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur.
Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara
dari bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari
setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan
payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Wanita normal mendapat rujukan
mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai 50 tahun. Deteksi kanker secara
dini dapat menurunkan tingkat kematian karena menentukan tingkat keberhasilan
dari pengobatan kanker. (World cancer report, 2008)
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya ditujukan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya
komplikasi yang lebih berat dan memberikan penanganan yang tepat pada
penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi
kecacatan dan memperpanjang hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta
memberikan dukungan psikologis bagi penderita. Upaya rehabilitasi terhadap
penderita kanker payudara dilakukan dalam bentuk rehabilitasi medik serta
rehabilitasi jiwa dan sosial. Rehabilitasi medik dilakukan untuk mempertahankan
keadaan penderita pasca operasi atau pasca terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan
sosial diberikan melalui dukungan moral dari orang-orang terdekat dan konseling
dari petugas kesehatan maupun tokoh agama (Sukardja, 2000).
Ppok
Pencegahan primer untuk mengurangi insidensi penyakit dengan mengendalikan penyebab dan
faktor risiko. Pencegahan sekunder untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan
mencegah komplikasi. Pencegahan tersier untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan serta
meningkatkan kualitas hidup.
Penyakit kardiovaskuler
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditunjukkan pada orang-orang yang
termasuk kelompok berisiko, seperti orang yang usianya sudah tua (>45 tahun),
orang yang punya riwayat hipertensi, dan factor risiko lainnya. Tujuan pencegahan
primer adalah untuk membatasi timbulnya penyakit dengan mengendalikan
penyebab spesifik dan factor risiko tersebut.
Beberapa contoh pencegahan primer PJK antara lain :
• Menjaga pola dan jenis makanan agar tidak terlalu gemuk
• Hindari minuman yang mengandung alcohol
• Tidak merokok
• Melakukan aktifitas jasmani secara teratur
C. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyakit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal.
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi konsekuensi yang lebih serius
dari penyakit melalui diagnosis dini. Ini mencangkup langkah-langkah yang tersedia
bagi individu untuk mendeteksi dini dan intervensi yang efektif. Yang termasuk
dalam pencegahan sekunder adalah penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan
lanjutan agar penyakit tidak bertambah parah, pencegahan terhadap komplikasi
maupun cacat setelah sembuh, dan pengurangan beban nonmedis (sosial) pada
seorang penderita sehingga termotivasi untuk meneruskan pengobatan dan
perawatan diri. Contoh pencegahan sekunder dalam mengendalikan PJK adalah
dengan melakukan skrinning untuk tekanan darah tinggi di usia pertengahan, karena
hipertensi merupakan salah satu factor risiko terkena PJK.
D. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi perkembangan atau
komplikasi penyakit dan merupakan aspek penting dari pengobatan terapi dan
rehabilitasi. Ini terdiri dari langkah-langkah yang dimaksudkan untuk mengurangi
gangguan dan cacat, meminimalkan penderitaan yang disebabkan oleh
memburuknya kesehatan dan membantu pasien dalam menyesuaikan kondisi yang
tidak dapat disembuhkan. Contoh pencegahan tersier untuk PJK ialah rehabilitasi
jantung.
Penyakit asma
Pencegahan asma meliputi pencegahan primer yaitu mencegah
tersensitisasi dengan bahan yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder
adalah mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi
asma; dan pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak terjadi serangan atau
bermanifestasi klinis asma pada penderita yang sudah menderita asma