Anda di halaman 1dari 33

Pedoman Pelayanan UGD

UPTD Puskesmas Talisayan

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga Pedoman Pelayanan UGD Puskesmas Talisayan dapat diselesaikan.
Pedoman ini merupakan panduan bagi Tenaga Kesehatan khususnya Tenaga
Kesehatan Puskesmas Talisayan untuk melaksanakan tugas di UGD.
Terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan dan yang telah ikut membantu dalam penyelesaian pedoman ini.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam pedoman ini untuk itu kritik dan
saran terhadap penyempurnaan pedoman ini sangat diharapkan. Semoga pedoman
ini dapat member maanfaat bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Talisayan
khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Talisayan, Agustus 2017

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................... 5
B. Tujuan Pedoman.................................................................................................6
C. Sasaran Pedoman...............................................................................................6
D. Ruang Lingkup Pedoman....................................................................................6
E. Batasan Operasional...........................................................................................7

BAB II. STANDAR KETENAGAAN...........................................................................11


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.....................................................................11
B. Distribusi Ketenagaan.......................................................................................11
C. Jadwal Kegiatan................................................................................................11

BAB III. STANDAR FASILITAS.................................................................................14


A. Denah Ruangan................................................................................................ 14
B. Standar Fasilitas................................................................................................14

BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN...................................................................19


A. Lingkup Kegiatan............................................................................................ 19
B. Metode............................................................................................................19
C. Langkah Kegiatan...........................................................................................19

BAB V. LOGISTIK.....................................................................................................24

BAB VI. KESELAMATAN PASIEN............................................................................26

BAB VII. KESELAMATAN KERJA.............................................................................29

BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU...........................................................................31

BAB IX. PENUTUP................................................................................................... 32

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu


organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang


dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan


tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak
perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan
dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan
sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien UGD
Puskesmas Talisayan khususnya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan


gawat darurat di UGD harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat
Puskesmas Talisayan.

5
B.Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatan Mutu pelayanan keperawatan gawat darurat di Puskesmas melalui
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat Puskesmas Talisayan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang pelayanan gawat
darurat
b. Meningkatkan keterampilan Tenaga Kesehatan tentang pelayanan gawat
darurat

C. Sasaran Pedoman
Seluruh Tenaga Kesehatan Puskesmas Talisayan khususnya dan semua Tenaga
Kesehatan yang membutuhkan umumnya.

D. Ruang Lingkup Pedoman

Ruang lingkup pelayanan Unit Gawat Darurat meliputi :

1. Pasien dengan kasus True Emergency.

Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

2. Pasien dengan kasus False Emergency.

Yaitu pasien dengan :

 Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.


 Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya.
 Keadaan tidak gawat dan tidak darurat.

6
E. Batasan Operasional

1. Unit Gawat Darurat.

Adalah unit pelayanan di rumah sakit atau puskesmas yang memberikan


pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.

2. Triage.

Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya


trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.

3. Prioritas.

Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan


pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survey Primer.

Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.

5. Survey Sekunder.

Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan


anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.

6. Pasien Gawat darurat.

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.

7. Pasien Gawat Tidak Darurat.

7
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut.

8. Pasien Darurat Tidak Gawat.

Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat.

Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya.

10. Kecelakaan ( Accident ).

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya


mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental
dan sosial.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

1. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas.
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
 Kecelakaan di sekolah.
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya :
tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2. Mekanisme kejadian: Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda
asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik
atau radiasi.
3. Waktu kejadian

 Waktu perjalanan ( travelling / transport time )


 Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.

8
11. Cidera.

Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

12. Bencana.

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :

1. Susunan saraf pusat.


2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pancreas.

Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Trauma / cedera,
2. Infeksi,
3. Keracunan ( poisoning ),
4. Degerenerasi ( failure),
5. Asfiksi,
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water
and electrolit ),
7. Dan lain-lain.

Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia


dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 jam ), sedangkan
kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.

9
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.


2. Kecepatan meminta pertolongan.
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan.
4. Ditempat kejadian.
5. Dalam perjalanan ke rumah sakit.
6. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit.

Landasan Hukum

1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE /
VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

10
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM.

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM UGD Puskesmas Talisayan adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

1 Kepala Ruang UGD D III Keperawatan Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD

Penanggung jawabUnit
2 Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS
Gawat Darurat

Perawat Pelaksana
3 D III Keperawatan BersertifikatBLS/BTCLS/PPGD
UGD

4 Dokter UGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :


Dinas Pagi :
Sejumlah 2 ( dua ) orang bertugas di UGD dengan standar minimal bersertifikat
BLS.
Kategori :

– 1 orang Kepala Ruang UGD.


– 1 orang Pelaksana.

C. Jadwal Kegiatan

Pengaturan Jaga.
1. Pengaturan Jaga Perawat UGD.

11
o Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan
dipertanggungjawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) UGD dan disetujui
oleh Penanggung Jawab UGD.
o Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
ke perawat pelaksana UGD setiap satu bulan.
o Setiap tugas jaga harus ada perawat penanggung jawab dengan
syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
o Jadwal dinas yaitu : Hari Senin – Kamis pukul 08.00 – 14.00 WITA,
Jumat pukul 08.00 – 11.00 WITA, Sabtu pukul 08.00 – 13.30 WITA.
o Apabila ada tenaga perawat yang ijin karena suatu hal, diperkenankan
konfirmasi kepada Kepala Ruang UGD.
o Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka Kepala Ruang UGD
akan mencari perawat pengganti.
2. Pengaturan Jaga Dokter UGD
o Pengaturan jadwal dokter jaga UGD menjadi tanggung jawab
Penanggung JawabUnit Gawat Darurat dan disetujui Pimpinan
Puskesmas Talisayan.
o Jadwal dokter jaga UGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta
sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1
minggu sebelum jaga di mulai.
o Apabila dokter jaga UGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Penanggung Jawab Unit Gawat Darurat
paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Penanggung Jawab Unit Gawat Darurat
dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan,

12
maka Penanggung JawabUnit Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti.
3. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Penanggung Jawab Unit Gawat Darurat
dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan,
maka Penanggung Jawab Unit Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti.

13
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas

1. Fasilitas & Sarana.

UGD Puskesmas Talisayan berlokasi di gedung utama Puskesmas Talisayan


terdiri dari 1 (satu) tempat tidur pasien, 1 (satu) set meja dan kursi pemeriksa,
1 (satu) almari peralatan UGD, 1 (Satu) suction, 2 (dua) tabung oksigen
berukuran sedang, 1 (satu) alat sterilisator, 1 (satu) meja tindakan UGD.

14
2. Peralatan.
Peralatan yang tersedia di UGD Puskesmas Talisayan adalah 1 (satu)
suction, 1 (satu) nebulizer, dan 1 (satu) alat sterilisator.

Alat – alat UGD Puskesmas Talisayan :

1. Mesin suction ( 1 set ),


2. Oksigen lengkap dengan flowmeter ( 2 set ),
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set ),
4. Spuit semua ukuran ( masing - masing 5 buah ).
5. Infus set dewasa dan anak ( masing - masing 3 buah ).
6. Gunting besar (1 buah ).
7. Nebulizer ( 1 buah ).
8. Alat sterilisator ( 1 buah )
9. Ambu bag ( 1 buah ).
10. Stetoskop ( 1 buah ).
11. Tensi meter ( 1 buah ).
12. Thermometer ( 1 buah ).
13. Tiang Infus ( 1 buah ).

Alat – alat untuk tindakan bedah :

1. Verban segala ukuran :


– 4 x 5 em ( 2 buah ),
– 4 x10 em ( 2 buah ).
2. Extraksi kuku set ( 1 set ).
3. Hecting set ( 2 set ).
4. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
– Cat gut 3/0 ( 1 buah ),
– Silk Black 3/0 ( 1 buah )
– Jarum ( 1 set ).
5. Lampu sorot ( 1 buah ).
6. Kassa ( 1 tromel ).
7. Cirkumsisi set ( 1 set ).
8. Ganti verban set ( 1 set ).

15
9. Spekulum hidung ( 1 buah ).
10. Spuit sesuai kebutuhan berbagai ukuran nomor ( masing – masing 3 buah)
11. Infus set dewasa dan anak ( masing – masing 3 buah ).
12. Dower Catheter segala ukuran : – Nomer 14 ( 2 buah ),- Nomer 16 ( 2 buah ).
13. Stetoskop ( 1 buah )
14. Tensimeter ( 1 buah )
15. Thermometer ( 1 buah )
16. Elastis verban sesuai kebutuhan :- 4 inchi (1 buah)
17. Tiang infus ( 1 buah )

Kotak Emergency Kit :

1. Epinephrin ( 2 ampul )
2. Sulfas atophin ( 2 ampul )
3. Spuit berbagai ukuran (masing-masing 2 buah)

Ambulance

Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien, Puskesmas Talisayan saat ini


memiliki 2 ( dua ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi UGD
dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance

1. Perlengkapan Ambulance
2. Ac
3. Sirine
4. Lampu rotater
5. Sabuk pengaman
6. Sumber listrik / stop kontak
7. Lemari untuk alat medis

Alat & Obat untuk Ambulance :

1. Tabung Oksigen ( 1 buah )


2. Tas Emergency yang berisi :

16
o Obat – obat untuk life saving (Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10
kolf )
o Senter ( 1 buah )
o Stetoskop ( 1 buah )
o Tensimeter ( 1 buah )
o Gunting verban ( 1 buah )
o Tongue Spatel ( 1 buah )
o Infus set ( 1 buah )
o Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah ).

Standar Obat UGD Puskesmas Talisayan

1. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


.
1. Sulfas Atropine Ampul 2 Anti spasmodic
2. Hyoscine Ampul 3 Anti spasmodic
3. Ephinephrine Ampul 2 Alfa-beta adrenergic
agonist
4. Furosemid Ampul 3 Diuretics
5. Lidocain Ampul 5 Anestesi lokal
6. Antrain Ampul 3 Analgetik
7. Asam tranexamat Ampul 3 Antifibrinolitik
8. Dexamethason Ampul 3 Kortikosteroid
9. Diphenhidramin Ampul 3 Antihistamin
10. Ranitidin Ampul 3 H 2 agonis
11. Ondansetron Ampul 3 Antiemetic
12. Pantocain Ampul 3 Anastesi lokal

2. Tablet

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1. Nifedipin 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/
Betabloker
2. ISDN Tablet 10 Nitrogliserida

3. Cairan Infus

No Nama Obat Satuan Jumlah

17
1. Ringer Lactate Kolf 3
2. Nacl 500 ml Kolf 3
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 3

4. Suppositoria

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1. Stesolid 5 mg rect Tube 2 Sedatif
2. Stesolid 10 mg rect Tube 2 Sedatif

18
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Pendaftaran Pasien UGD
2. Sistem Komunikasi UGD
3. Pelayanan Triase
4. Pengisian Inform Consent Pasien
5. Transportasi Pasien Rujukan
6. Pelayanan False Emergency
7. Pelayanan Death On Arrival
8. Pelayanan Sistem Rujukan

B. Metode

C. Langkah Kegiatan

1. Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD


Petugas Penanggung Jawab
 Perawat UGD
 Petugas Administrasi
Perangkat Kerja
 Rekam Medis
Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD

a. Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien /


keluarga di bagian administrasi
b. Bila keluarga tidak ada petugas UGD bekerja sama dengan securiti
untuk mencari identitas pasien
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian administrasi akan
memberikan status untuk diisi oleh dokter UGD yang bertugas.

19
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di UGD, sementara keluarga / penanggung
jawab melakukan pendaftaran di bagian administrasi

2. Tata laksana sistem komunikasi ugd


Petugas Penanggung Jawab
Dokter / perawat UGD
Perangkat Kerja
Pesawat telpon
Hand phone
Tata Laksana Sistim Komunikasi UGD

1. Antara UGD dan Unit lain dalam Puskesmas Talisayan menggunakan lisan
atau handphone.
2. Antara UGD dan Dokter jaga UGD menggunakan lisan maupun handphone.
3. Antara UGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telephone dan handphone.
4. Dari luar Puskesmas Talisayan dapat langsung melalui operator atau
karyawan puskesmas Talisayan.

3. Tata laksana pelayanan triase

Petugas Penanggung Jawab

Dokter jaga UGD

Perangkat Kerja

Stetoscope

Tensimeter

Rekam medis

Tata Laksana Pelayanan Triase UGD

1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian administrasi

20
2. Dokter jaga UGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien segera diatasi.
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir.
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.

4. Tata laksana pengisian informed consent

Petugas Penangung Jawab

Dokter jaga UGD

Perangkat Kerja

Formulir Persetujuan Tindakan

Tata Laksana Informed Consent

 Dokter UGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian


informed consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh perawat.
 pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
 Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

5. Tata laksana transportasi pasien


Petugas Penanggung Jawab
Perawat UGD
Supir Ambulan
Perangkat Kerja
Ambulan
Alat Tulis

Tata Laksana Transportasi Pasien UGD

21
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan Puskesmas Talisayan
sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi UGD
2. Perawat UGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien,
waktu penggunaan & tujuan penggunaan)
3. Perawat UGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
4. Perawat UGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

6. Tata laksana pelayanan false emergency

Petugas Penanggung Jawab


Perawat
Dokter jaga UGD
Perangkat Kerja
Stetoscope
Tensi meter
Alat Tulis

Tata Laksana Pelayanan False Emergency

1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian administrasi


2. Dilakukan triase
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga UGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
5. Bila perlu observasi pasien dianjurkan kebagian administrasi.
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

7. Tatalaksana pelayanan death on arrival ( doa )

Petugas Penanggung Jawab


Dokter jaga UGD
Perawat
Perangkat Kerja
Senter
Stetoscope

22
Surat Kematian

Tata Laksana Death On Arrival UGD ( DOA )

1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga UGD


2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
oleh perawat
3. Dokter jaga UGD membuat surat keterangan meninggal
4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan
bagian umum / keamanan

8. Tata laksana Sistim Rujukan


Petugas Penanggung Jawab
Dokter UGD
Perawat UGD
Perangkat Kerja
Ambulan
Formulir persetujuan tindakan
Formulir rujukan

Tata Laksana Sistim Rujukan UGD

1. Alih Rawat
o Perawat UGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
o Dokter jaga UGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasien
o Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat segera
mempersiapkan pasien rujukan
2. Pemeriksaan Diagnostik

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan


pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
 Perawat UGD menghubungi rumah sakit rujukan
 Perawat UGD menghubungi petugas ambulan Puskesmas Talisayan

23
24
BAB V
LOGISTIK

A. PERENCANAAN
Menentukan macam, mutu, dan jumlah alat yang dibutuhkan dalam pelayanan
gawat darurat.
1. Peralatankesehatan
Alat kesehatan yang digunakan untuk mendiagnosa, menangani, monitor, dan
mengevakuasi ( proses rujukan ) serta alat medis pendukung untuk
penanggulangan penderita gawat darurat.
a. Trauma (bedah)
b. Non Trauma (jantung, interna, kebidanan, anak dan neonatus, neurologi
dan psikiatri)
2. Obat-obatan emergency
a. Kegawatdaruratan Jantung
b. Kegawatdaruratan interna
c. Kegawatdaruratan kebidanan
d. Kegawatdaruratan anak dan neonatus
e. Kegawatdaruratan neurologi dan psikiatri

B. PENGANGGARAN
1. Membuat perkiraan biaya
2. Barang yang diperlukan dan jumlahnya, harga satuan dan harga total harus
disusun dalam bentuk tabel

C. PENGADAAN
Pengadaan peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan :
1. Ada buku pedoman pelayanan gawat darurat Depkes
2. Ada peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan buku pedoman
3. Ada obat emergency yang selalu siap
4. Ada daftar obat-obat yang mudah di identifikasi dan letak obat mudah diambil

25
D. PENYIMPANAN
Peralatan disimpan dalam dua tempat :
1. Tempat penyimpanan utama atau cadangan dimana persediaan disimpan
tetapi tidak digunakan
2. Tempat penggunaan setelah digunakan
Untuk menyimpan peralatan, diperlukan ketrampilan berikut:
1. Catatan penerimaan barang baru dan pengeluaran barang
2. Membuat neraca buku-stok ( persediaan ) atau buku besar

E. DISTRIBUSI
Peralatan dapat dikeluarkan untuk digunakan bila diperlukan.Terdapat tiga
prosedur administrasi yang berkaitan dengan pengeluaran peralatan, antara lain:
1. Catatan di buku besar ( menuliskan pengeluaran barang tersebut dalam buku
besar persediaan )
2. Surat / kupon pengeluaran barang harus ditandatangani
3. Catatan inventaris dari bagian yang menerima dan menggunakan peralatan

F. PENGHAPUSAN
1. Pemeliharaan dan perbaikan alat
2. Ada protap pemeliharaan, pemeriksaaan, dan perbaikan alat secara berkala
3. Ada jadual pemeriksaan dan pemeliharaan alat
4. Ada bukti pelaksanaan dan pemeliharaan
5. Ada bukti kalibrasi alat
6. Ada prosedur penggantian kerusakan alat dan kadaluarsa obat

26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah


sakit membuat asuhan pasien lebih aman.Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan

 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

27
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau


tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

28
KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.

TATA LAKSANA

1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada


pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga UGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara – negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus


yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus
secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi
penularan dimasyarakat cukup tinggi ( misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dll ).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08%
pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan
WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat


keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.

30
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

B. Tujuan

1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat


melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

 Tindakan yang beresiko terpajan


o Cuci tangan yang kurang benar.
o Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
o Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
o Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
o Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
o Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja


adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

31
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Idikator mutu yang digunakan di Puskesmas Talisayan dalam memberikan


pelayanan adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan
varibel jumlah penderita yang dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah
penderita gawat darurat hari yang sama.

32
BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman adalah buku yang menyajikan informasi dan memandu atau
memberikan tuntunan kepada pembaca untuk melakukan apa yang disampaikan di
dalam pedoman tersebut. Sebuah buku pedoman dikatakan berhasil apabila
pedoman yang disampaikan di dalam buku tersebut dapat dipahami dan diterapkan
dengan baik oleh pembacanya. Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini dapat
mempermudah Tenaga Kesehatan khususnya di Puskesmas Talisayan dalam
pelayanan UGD secara baik dan paripurna. Namun, pedoman ini jauh dari kata
sempurna sehingga dibutuhkan saran serta kritik yang membangun bagi pelayanan
UGD PuskesmasTalisayan yang lebih baik.

33

Anda mungkin juga menyukai