A. KONSEP KEHAMILAN
1. Pengertian
Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai
awal periode antepartum (Varney, 2012 ).
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. (pada beberapa kepustakaan
disebut sebagai Prenatal Care) (Manuaba, 2012).
ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. (Sarwono,
2012).
2. Anatomi Fisologi
Anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi dalam dua golongan yaitu:
genetalia eksterna dan genetalia interna.
b.Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis
(panggul), antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Berfungsi sebagai
tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal 30-
50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam
kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :
1) Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan penebalan yang diisi
jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan
mencapai dinding abdomen (perut).
2) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang disusun
sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar saat proses persalinan.Diantara
serabut-serabut otot terdapat pembuluh darah, pembulh lymfe dan urat syaraf.
3) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk mempersiapkan
jika terjadi pembuahan. Tebalnya sususnannya dan faalnya berubah secara siklis karena
dipengaruhi hormon-hormon ovarium. Dalam kehamilan endometrium berubah menjadi
decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi selama perkembangan.
Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus.
(pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan
untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di
dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu,
uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara
ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya
melalui proses yang dikenal sebagai involusi.
b. Ovarium (indung telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di
bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri.
Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap
oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid
sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang
menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel ini, dan cairan likuor
folikuli memisahkan sel-sel dari membran granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap
inilah dikeluarkan hormon estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati pengembangan
penuh atau pematangan, letaknya dekat permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar
karena cairan, sehingga membenjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada
permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan
serta ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang berbentuk
corong dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus
menstruasi.
3. Etiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi),
yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae) dan masuk ke dalam saluran telur. Waktu
persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagian dan berjuta-juta sel mani (sperma)
bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh
sperma biasanya terjadi di bagian yang menggembung dari tuba falopii (Wiknjosastro, 2005:
125).
Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah untuk
dimasuki, masuklah 1 sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut
pembuahan (konsepsi = fertilisasi) (Wiknjosastro, 2005: 125).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sampai bergerak (oleh rambut getar tuba)
menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di
ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai dengan nidasi
diperlukan waktu ± 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat makanan bagi mudgah dan
janin, dipersiapkan plasenta. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada
ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilisasi), nidasi dan
plasentasi (Wiknjosastro, 2005: 125).
4. Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda-tanda presumtif
1) Amenore (tidak dapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir
umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TP), yang dihitung dengan menggunakan
rumus dari Naegle: TP = (HPHT + 7) dan (bulan HT + 3) (Manuaba, 2000: 98).
2) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Mual dan muntah biasa terjadi mulai kehamilan 2-8 minggu. Penyebab mual muntah ini
masih belum diketahui tetapi mungkin karena perubahan hormonal HCG, perubahan emosi
ambivalen, penolakan kehamilan (Salmah, 2006: 71).
3) Mengidam (ingin makanan khusus)
Terjadi peningkatan hormone esterogen dalam tubuh ibu sehingga terjadi proliferasi jaringan
ikat dan vaskularisasi. Hal ini menyebabkan terjadinya hipersalivasi selain itu ibu menjadi
malas menelan karena emesis (Salmah, 2006: 71).
4) Tidak tahan suatu bau-bauan
5) Pingsan
Hal ini terjadi karena adanya gangguan vasomotor/ hormonal. Bila tejadi pada sebelum
kehamilan mungkin akibat bendungan vena pada tungkai. Hal ini akan hilang setelah 16
minggu (Salmah, 2006: 72).
6) Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul
kembali (Salmah, 2006: 72).
7) Lelah (fatigue)
Sulit untuk diterangkan mungkin karena adanya peningkatan hormone progesterone,
esterogen dan HCG (Salmah, 2006: 72).
8) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh esterogen dan progesterone yang merangsang duktuli
dan alveoli di mammae. Glandula Montgomeri tampak lebih jelas (Wiknjosastro, 2005: 126).
9) Sering miksi
Hal ini terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar. Pada trimester ke II pada umumnya keluhan ini mulai
menghilang karena uterus yang mulai membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
trimester gejala bias timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan
kembali kandung kemih (Wiknjosastro, 2005: 126).
10) Konstipasi/obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormone steroid
(Wiknjosastro, 2005: 126).
11) Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi dahi dan hidung
kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai kloasma
gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen
yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea nigra di garis tengah
abdomen menjadi lebih hitam (=linea grisea). Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh
hormone kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit (Wiknjosastro, 2005:
126).
12) Epulish
Karena suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi pada bulan pertama (Wiknjosastro,
2005: 126).
13) Pemekaran vena-vena (varises)
Selain karena herediter, juga karena dinding otot polos vana melebar, akibat hormonal.
Pembesaran uterus dan akibat travitasi bumi sehingga menekan vena-vena (Salmah, 2006:
73).
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1) Tanda Hegar
Terjadi karena SBR (Segmen Bawah Rahim) melunak sehingga seolah olah serviks terpisah
dari rahim (Manuaba, 2000: 99).
2) Tanda Chadwick
Vulva dan vagina akibat hormone esterogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi yang mengakibatkan vagina dan vulva menjadi tampak lebih merah, agak
kebiruan (livide) (Wiknjosastro, 2005: 95).
3) Tanda Piscaseck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut
(Wiknjosastro, 2005: 126).
4) Braxton Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil.
Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri,
tanda Braxton Hicks tidak ditemukan (Wiknjosastro, 2005: 127).
5) Teraba Ballotment
6) Reaksi kehamilan positif
Ada beberapa macam reaksi seperti reaksi Galli Mainini, reaksi Friedman, reaksi Asheim-
Zondek, dan reaksi imunologik, yang telah sering kita ketahui adalah reaksi imunologik yaitu
untuk mengetahui ada atau tidaknya hormone HCG dalam kencing. Keuntungannya lebih
cepat, akurat dan dengan titer yang rendah reaksi telah positif (Wiknjosastro, 2005: 128).
b. Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum buan ke IV rangka janin
belum tampak. Pemeriksaan rontgen dilakukan pada kondisi – kondisi
Diperlukan tanda pasti hamil
Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi
Mencari sebab dari hidraamnion
Untuk menentukan kelainan anak
c. Pemeriksaan USG
Kegunaannya:
Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
Mengetahui posisi plasenta
Mengetahui adanya IUFD
Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin. (Marjati dkk, 2010;95-97)
b. Riwayat kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau keduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan
pertama.Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang
tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual janin
c. Riwayat kesehatan dan penyakit yang muncul saat kehamilan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dalam tindakan keperawatan pada setiap
tindakan keperawatan, serta seberapa rencana perawatan yang dilaksanakan
(Diagnosa Keperawatan, 2015).
Pada tahap ini tindakan memonitor tindakan apa saja yang belum
dilakukan oleh perawat selama pengkajian, analisa, perencanaan dan
implementasi (Ignatavicus & bayne, 2011 dalam Nursalam 2011:135).
1. Evaluasi proses (Formatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan. Beriorientasi pada
etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan.
2. Evaluasi hasil (Sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurna. Beriorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan
keberhasilan dan ketidakberhasilan.
Pada tahap evaluasi ini penulis menggunakan evaluasi sumatif yngg
dilakukan setelah akhir tindaakan keperawatan.
Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan.
1. S ( Subjetif ) : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan kepada pasien
langsung.
2. O ( Objektif ) : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan, dapat mengobservasi perilaku pasien pada saat
tindakan dilakukan.
3. A ( Asessment ) : Analisis ulang data atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul muncul masalah
baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P ( Planning ) : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon pasien dan tindakan lanjut oleh perawat
Daftar Pustaka
· Carpenito, L.J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
· Manuaba, Ida Bagus Gde.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC