Anda di halaman 1dari 44

Exlab Fispro

Prof. Dr. Pudji Srianto, drh., M.Kes. - Rabu, 23 Juni 2021

Teknologi Reproduksi 1
● Inseminasi Buatan → Sexing semen
○ Hambatan apa yang terjadi?
■ Lubang Vagina → meatus vesical, diverticulum suburethral,
portio vaginal cervicis.
● Transfer Embrio → Sexing embrio
○ Donor
○ Resipien
● Fertilisasi in Vitro → Kloning
○ Ovum pick up → Ovarium banyak dikumpulkan folikel dengan
diameter tertentu kemudian dicoblos dan diambil ovumnya lalu
dieramkan atau dimaturasi dan ditemukan dengan spermatozoa untuk
fertilisasi.

Teknik dan Teknologi


● Teknik atau rekayasa adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan
permasalahan manusia.
● Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan
bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
● Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang
menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk
(keturunan).
○ Produk → Inseminasi : Pedet
○ Alat → Insemination Gun (Pistolet, Stilet, Plastic Sheath)

Alat Kelamin Jantan


● Monorchid → testis 1. Proses descensus testiculorum (turunnya testis
ke rongga skrotum mengalami gangguan biasanya hormonal karena FSH).
● Teknik yang dilakukan kastrasi.
○ Sering pada pet animal, babi.
○ Babi → dengan silet atau cutter.
○ Tang burdizzo → kastrasi tertutup → funiculus spermaticus
dijepit.
○ Kastrasi terbuka → insisi.
○ Pada ternak → sapi stir → sapi jantan yang dimasukkan implan.

Sapi stir → berat badan memenuhi tapi umurnya kurang.

● Testosteron → dari sel leydig → karena ICSH (identik dengan LH).


Untuk masuk perlu pembawa (Androgen Binding Pembawa).
● Tipe penis:
○ Fibroelastis
○ Musculocavernosa
● Testis tersimpan di dalam rongga skrotum. Skrotum berfungsi sebagai
○ Thermoregulator → karena proses spermatogenesis memerlukan suhu
dibawah suhu tubuh.

Mempengaruhi infertilitas.

○ Shock-breaker (peredam kejut) → tunika dartos.

Septa scrotalis berfungsi untuk peredam kejut → bantalan lemak.

● Spermatogenesis
○ Spermatositogenesis
○ Spermiogenesis
○ Pada manusia 70 hari, pada mencit tidak sampai 35 hari.
○ Muncul ketika sudah pubertas → kemampuan hewan jantan untuk
ejakulasi dan kopulasi.

Simplex → Menstruasi → Endometrium luruh berganti dan menjadi


yang baru.

Duplex dll → Birahi → Tidak ada menstruasi tetapi metestrus


bleeding.

● Tubulus seminiferus → rete testis → vas eferens → caput, corpus,


cauda vas deferens → kelenjar aksesoris.

Pangkal sacro-coccygeal → di goyangkan ekor ke atas bawah samping


kiri dan kanan, diam → untuk anestesi epidural → epidural space →
agar tidak merejan utamanya saat kasus prolapsus uteri (parsial atau
total). Menghilangkan kontraksi otot polos → epidural anestesi.
Gunakan jarum 18G nanti turun sendiri. Tau teranestesi apabila ekor
diangkat tidak goyang. Ketika tiba-tiba ambruk berarti tidak masuk ke
epidural space tetapi kakinya teranestesi. Reversible → 10 menit
kembali, sebaiknya jarum dibiarkan saja tidak perlu dilepas.
● Palpasi rektal pada hewan jantan → bukan melihat kebuntingan tetapi
untuk massage kelenjar ampula saat IB.
● IB → mengeluarkan spermatozoa
○ Vagina buatan
○ Massage kelenjar ampula
○ Elektroejakulator
● Makanan fitoestrogen apabila kelebihan pada jantan → kemayu

Alat Kelamin Betina


● Alat kelamin luar → vulva → untuk deteksi birahi.
○ Labia mayora, Labia minora, Clitoris.
○ Abang, abuh, anget, bengok-bengok, arep, keluar lendir → bukan
standar → semua harus muncul.
○ Abang → mukosa.
■ Dilihat dengan dibuka vulvanya.
■ Merah karena adanya peningkatan vaskularisasi meningkat akibat adanya
peningkatan hormon estrogen yang bersifat vasodilatasi.
○ Keluar lendir → dari serviks bukan dari vagina.
○ Standing heat / arep → saling menaiki, dinaiki diam.
■ Ekor diangkat → arep
■ Vulva digoyang-goyang → proestrus → vaginal smear.
■ Kadar progesteron → cek apabila tidak menggunakan vaginal
smear/dengan serum. Kenapa tidak estrogen? estrogen
gelombang pertumbuhan folikel.
■ Kadar progesteron basal/rendah → tidak ada CL, minimal
corpus albicans.
■ RIA, ELISA.
■ Hari ke-7 progesteron naik → birahi → ovulasi → transfer
embrio
○ Sapi birahi tidak ngomong → sulit menentukan kapan birahinya →
gunakan recording.
○ Kalau tidak di IB → akan bersiklus.
○ Estrogen dari folikel di ovarium.
● Proestrus, estrus, metestrus, diestrus.
● Efisiensi repro → CI, SC, Day Open, CR, dll.

IB → SC, CR, tidak kembali birahi.

● Loops → Birahi pada kuda.


● Kucing → poliestrus → aktivitas hampir tiap bulan.
● Belgian blue → harus sesar.
● Ketika melakukan inseminasi, hambatannya:
○ Lubang vesika → kencing sapinya → jangan dilepas strawnya →
untuk kateterisasi. Sapi pasca melahirkan plasenta akan menutupi
meatus sehingga terjadi retensi urine → sapi ngeden atau seperti
kembung kayak asites.
○ Diverticulum suburethral → lubang buntu. Kalau gun dimasukkan →
sapi bungkuk → JANGAN DI DORONG TERUS!
○ Fornix.
● Spul → memasukkan obat ke dalam uterus = intrauterine. Dengan uterine
kateter atau menggunakan gun IB.
○ Serviks buka → bolus.
○ Serviks menutup → cairan dengan bantuan gun IB yang plastic
sheathnya ditinggal. Bagian pangkal plastic sheath berwarna
hijau, pangkalnya pecah.

Ujung straw dijepit/ada cotton → dijepit → masukin plastic


sheath → dikunci.

● Harus punya ilmu palpasi rektal untuk melakukan IB.


○ Pegang serviks.
○ Ibu jari di portio vaginalis.
○ Ketika gun sudah kena ibu jari, lepaskan dan dorong.
○ Tidak boleh langsung pegang ovarium.
■ Birahi → folikel de graaf → lapisan tipis → belum ovulasi
→ pecah folikelnya.
■Tangan memberi tekanan seperti luteinizing hormon untuk ovulasi
sehingga pecah.
○ Pegang bifurcatio → PKB.
■ Tidak bunting → simetris.
■ Bunting → asimetris, kecuali kembar.
■ Bunting → simetris juga mungkin pyometra.
○ Deposisi sperma.
■ Posisi 1 : mulut serviks → inseminator males.
■ Posisi 2
■ Posisi 3
■ Posisi 4
● Premipara: beranak sekali. Multipara: beranak >2x.
● Ovulasi
○ Induced ovulasi/tergertak → kucing.
○ Spontan ovulasi
● Penampang pelvis
○ Penampangan sacro-pubis
○ Penampang bis iliaca superior/dorso trans iliaca
○ Penampang bis iliaca inferior/ventral trans iliaca
○ Penampang silang sacro-iliaca
● Oversized fetus → harus ditarik → lihat penampang.
● Kalau beranak → menceng.
○ Sopan → duduk.
○ Gak sopan → berdiri → licin → jatuh → mati.
● Palpasi rektal → pecten pubis dipegang.
○ Tangan masuk hambatan kontraksi rektum.
○ Raba pecten pubis.
○ Kalau diraba tidak ada apa-apa → alat kelamin di pelvis inlet →
tidak bunting.
○ Kenapa harus masuk dulu? Agar rektum tidak berkontraksi,
punggung dipijat → relaksasi.
○ Baru pegang serviks → uterus → bifurcatio uteri.
○ Pastikan pegang serviks teraba → grenjel-grenjel keras. Ada
cincin-cincin 3, 4 ada di korpus uteri.
● Body scoring.
○ Apertura Pelvis Cranialis → Iliaca.
● Serviks → pengunci kebuntingan.
○ Selnya columnar → banyak menghasilkan cairan → lendir.
○ Lendir bening, kekentalan (viskositas) → lihat untuk diagnosis.
● Posisi 4 di korpus, kenapa tidak di kornua → karena tidak tahu mana
yang ovulasi.
○ Monotokus → superovulasi.
○ Politokus → mencit → tidak perlu superovulasi karena anaknya
sudah banyak.
● Kemotaksis spermatozoa → reseptornya di ovum.
● Pada transfer embrio, yang disebutkan ipsi lateral adalah yang ada corpus luteumnya
(berovulasi).
○ Gun dimasukkan yang ada CL pada hari ke-7 → early blastosis →
diambil untuk transfer.
● Ligamentum lata uteri → penggantung uterus.
○ Fremitus → desir arteri uterina media untuk deteksi kebuntingan.
Muncul di 3,5 bulan. Makin tua kebuntingan maka makin besar.
○ Iliaca interna → nempel di kaki belakang.
○ Sesuai nafas denyut jantung → arteri vena biasa bukan fremitus.
● Tuba falopii/oviduct/salphynx → penggantungnya mesosalphink.
○ Isthmus → dekat apex cornua.
○ Ampula tuba falopi → ductus yang membesar
■ Flushing embrio/panen embrio.
■ Kenapa di ampula kok tidak di uterus? karena di uterus sudah implantasi.
Tropoblasnya sudah menjadi plasenta fetus. Kalau masih di ampula masih
mau implantasi.
■ Fasenya compact morula/early blastosis bukan late blastosis.
■ Tropoblas kalo sudah ada jonjot → early blastosis.
■ Flushing ambilnya digelontor dengan cairan.
○ Fimbrae → rambut getar
■ Fungsi menangkap ovum.
○ Infundibulum → corong.
● Prostaglandin → sinkronisasi birahi.
● In Vitro fertilisasi → folikel sekunder, tersier diambil semua
dipanen tinggal nanti di maturasi agar menghasilkan ovum.
● Hierarki
○ Folikel primer
○ Folikel sekunder
○ Folikel tersier
○ Folikel de graaf
○ Ovulasi
○ Corpus Rubrum
○ Corpus Luteum
○ Corpus Albicans
● Ketika pubertas, GnRH → FSH, LH, Prolaktin Inhibiting.
● PMSG, hCG, hMG.
● Pertumbuhan folikel lama-lama habis.
○ Pada uterus simplex → menopause → tidak ada folikel → FSH tidak
punya target organ → keliling di pembuluh darah → disekresi
keluar.
● PMSG = FSH
● hCG → Galli Mainini test.
● Hormon prostaglandin → dihasilkan oleh ovarium, korteks adrenal,
endometrium, prostat. Target organnya corpus luteum. Sinkronisasi
birahi ketika punya CL → di lisis → progesteron turun → hambatan FSH
tidak ada.
○ Kalau yang dilisiskan CL graviditatum → tidak ada yang menjaga
kebuntingan → abortus.
○ Kalau yang dilisisikan CL persisten → sembuh → siklus normal
(untuk terapi).
Sinkronisasi Birahi
● Pada pet animal jarang, kecuali untuk pengobatan.
● Pada ternak → membuat kelompok ternak birahi.
● Dilakukan agar birahi bareng, IB bareng, laktasi bareng → efisien
pemeliharaannya karena serentak → bagus untuk breeding.
● Pemeriksaan kebuntingan → tidak bunting → sudah mulai kering →
laktasi menurun → rugi. Solusinya → sinkronisasi birahi untuk
mempertahankan kesinambungan reproduksi.
● Hormon yang digunakan PGF2alpha.
● Prinsip sinkronisasi birahi
○ Menggunakan mekanisme feedback untuk memperpendek fase diestrus
→ fase lutealnya diperpendek.
■ Metestrus dan diestrus termasuk fase luteal → progesteron
belum tinggi.
■ Peralihan estrogen tinggi ke progesteron menyebabkan metestrus
bleeding.
○ Prinsipnya menyamakan fase luteal.
○ Sapi resipien → penerima
○ Sapi donor → pemberi. Donor tidak hanya 1
● Sinkronisasi menggunakan program.
● Misal ada 100 embrio beku → dalam bentuk straw → single thawing.
○ Sama dengan sperma → konsentrasi gliserolnya harus tertentu.
○ Umur embrio 7 hari. Disarankan H-1 atau H+1 untuk flushing.
○ Akan TE 30 juni.
○ 30 transfer embrio → resipien 7 hari yang lalu harus birahi
(umur embrio 7 hari saat dipanen setelah inseminasi)
■ Tanggal 23 birahi.
● Prostaglandin 48-72 jam birahi (2-3 hari).
■ Tanggal 20 diberi PGF2alpha
● Ada fase luteal dan folikuler → berarti PG ke-2.
● PG ke-1, 11 hari sebelum PG ke-2.
■ Tanggal 9 PG ke-1.
● Birahi tanggal 11, tetapi tidak 100 karena mungkin tanggal 10 ada
yang birahi.
● Misalkan awal di fase proestrus. Folikuler lamanya
4-6 hari → ⅓ → 75% fase luteal.
● Jangan bunting saat sinkronisasi birahi. Kalau
bunting → abortus.
○ Bisa diperpendek fase luteal.
● Hormon yang biasa digunakan:
○ Prostaglandin → PGF2 alpha karena bersifat luteolitik.
○ Progesteron.
■ Progesteron untuk KB → biasanya untuk umroh juga diberi
progesteron.
■ KB → menghambat fase ovulasi (manusia) atau fase birahi
(pada hewan). Agar tidak birahi tiap bulan.
■ Digunakan untuk sinkronisasi negatif karena feedback negatif.
■ Belajar poros hipotalamus - hipofisis - gonad.
● Gonadotropin → hormon yang memelihara kelenjar
gonad. FSH, LH, Prolaktin (LTH).
● Hormon steroid → hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar gonad.
■ Progesteron diberikan tinggi → diambil tiba-tiba →
hambatan terhadap hipofisis anterior tidak ada → FSH turun
→ folikulogenesis.
■ CL lisis → progesteron turun → hambatan progesteron tidak
ada.
○ Estrogen → bisa tetapi apakah ada ovulasi karena estrogen
endogen?
■ Fase luteal → menyebabkan birahi tapi tidak ada ovulasi.
■ Fase folikuler → estrogen tinggi → LH turun → ovulasi.
○ GnRH → merangsang hipofisis → FSH → folikulogenesis → mungkin
bisa tapi mungkin juga bisa superovulasi.
■ FSH, PMSG, hMG → untuk superovulasi pada monotokus.
● Implementasi di lapangan.
○ Prostaglandin → IM, SC, Intrauterine, Submukosa vulva
■ Counter current mechanism.
■ Ada CL → suntik sekali akan birahi 2-3 kali.
■ Tidak bunting → kemungkinan 75% → butuh PG ke-2.
■ Tidak pernah birahi, siklus normal.
○ Penyuntikan pola 2x lebih mahal karena dosisnya butuh 2x
Exlab Fispro
Prof. Dr. Ismudiono, drh., MS. - Rabu, 23 Juni 2021

Kejadian Reproduksi di Lapangan


● Penanganan pasien dilakukan penegakkan diagnosa dahulu dengan melakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan dapat meliputi pemeriksaan laboratorium atau auskultasi.
Untuk melakukan auskultasi perlu belajar (pengalaman). Pemeriksaan dan penanganan
harus lege artis.
● Deposisi semen oleh inseminator di suatu daerah pada apex kornua. Padahal menurut
ilmiah, iseminasi deposisi semen pada posisi ke-4. Kenapa tidak di apex kornua?
○ Alasannya, uterus sapi termasuk bikornua subseptus, artinya ada 2 kornua dan
pada korpusnya pendek lalu di tengahnya ada septum yang tidak sempurna
membagi. Kalau memasukkan gun terlalu dalam, maka akan diarahkan ke kiri atau
ke kanan kornua. Padahal ovulasi dapat terjadi di ovarium kanan atau kiri sehingga
sulit dipastikan spermatozoa akan bertemu ovum.
○ Tetapi apabila diletakkan di posisi 4, maka semen akan membagi ke kornua kanan
dan kiri.
○ Di Jepang, inseminasi ke apex kornua dilakukan menggunakan gun yang berbeda.
○ Apabila di ujung, sering kali mengacaukan suasana di apex kornua karena dibagian
tersebut sebagai tempat implantasi. Apabila terjadi kekacauan suasana maka
suasana tsb tidak cocok lagi untuk kehidupan embrio. Yang paling baik adalah
deposisi di posisi 4.

INGAT!
1. Pada saat IB, sapi dalam keadaan puncak birahi.
2. Jangan pegang ovarium saat waktu IB
3. Inseminator wewenangnya cuma serviks, tidak boleh sampai uterus ataupun ovarium
4. Boleh pakai USG

● Parthenogenesis bisa terjadi pada mamalia tapi amat sangat jarang, yang sering adalah
pada reptil (biawak, komodo, ular) walaupun dilakukan di laboratorium bisa.
● Abang, aboh, anget → Secara teori menunjukkan tanda birahi. Tapi
terkadang ada yg kurang menunjukkan dan bukan kondisi silent heat.

Pertanyaan Terapan
● Disimpan dimana?
● Kenapa?
● Aplikasinya gimana?
● Pada kasus apa?

Hormon Progesteron
1. Penyimpanan di suhu ruang.
➔ Karena progesteron susunan kimianya adalah hormon steroid yang relatif lebih
tahan panas.
➔ Steroid stabil oleh temperatur (thermo stabil) sehingga tidak rusak oleh
temperator.
2. Aplikasi hormon progesteron

○ CIDR → melalui vagina agar progesteron dapat diserap di mukosa vagina. karena
hormon progesteron memiliki ukuran molekul yang lebih kecil. Steroid ukuran
molekulnya kecil dan akan masuk dalam darah melalui vena →
pembuluh darah besar → jantung → hati → ke organ target. Kecuali
PGF2alpha yang langsung ke organ target.

○ Intramuskular

○ Peroral → pil KB (berisi progesteron). Hormon steroid karena tahan


asam lambung jadi bisa diberikan secara peroral.

○ Subkutan → KB susuk → dibawah kulit pada manusia, di telinga


pada sapi. Dapat diberikan subkutan karena molekulnya kecil.

○ Intravena → bisa karena molekulnya kecil.

Hormon Protein (FSH, LH)


1. Hormon protein molekulnya besar.
2. FSH → menstimulasi pertumbuhan folikel. Apabila disuntikkan hormon
tsb maka folikel akan tumbuh. Diberikan pada hewan yang hipofungsi
ovarium (folikel tidak tumbuh sehingga bisa diberi FSH).
3. PMSG → aksi biologisnya mirip FSH.
➔ (Pregnant Mare Serum Gonadotropin) → Hormon gonadotropin yang
ada pada serum kuda betina bunting. Khusus pada bangsa kuda.
➔ Bedanya dengan FSH, PMSG termasuk long acting (duration of action).
◆ Long acting karena termasuk hormon glikoprotein → hormon protein
yang mempunyai gugusan karbohidrat, yaitu asam sialat.
◆ Asam sialat melindungi degradasi di hati/liver. Persentase asam sialat yang
tinggi menyebabkan PMSG terlindungi dari degradasi di liver.
◆ Apabila PMSG digunakan untuk superovulasi maka hanya diberikan sekali
karena long acting.
◆ Sedangkan FSH short acting sehingga perlu diberikan berkali-kali.
➔ PMSG → menumbuhkan folikel.
➔ Kuda saat birahi kemudian ovulasi dan fertilisasi → kebuntingan.
◆ Kebuntingan dipelihara oleh progesteron yang dikeluarkan oleh CL untuk
menenangkan uterus dan memelihara kebuntingan sampai umur
kebuntingan 40 hari.
◆ Setelah 40 hari, progesteronnya tidak cukup → produksi PMSG oleh
uterus yang kemudian merangsang ovarium untuk menumbuhkan folikel
dan mengalami luteinisasi menjadi CL aksesoris lalu menghasilkan
progesteron.
◆ Hal tsb berlangsung hingga 85 hari kebuntingan.
◆ Setelah itu, tidak diproduksi lagi karena plasenta sudah mampu
menghasilkan progesteron.
◆ PMSG ada pada umur kebuntingan 40-85 hari → dapat
digunakan untuk diagnosa kebuntingan.
● Diagnosa kebuntingan kuda:
○ Palpasi rektal → rektum lebih tipis sehingga perlu hati-hati
karena bisa jebol. Selain itu dapat terjadi tetanus akibat
feses yang mengandung clostridium tetani.
○ Pemeriksaan serum → saat umur kebuntingan 40
hari. Disuntikkan ke mencit infertil secara
intraperitoneal. Apabila ada bintik merah di
ovarium, maka mengandung PMSG → kuda bunting.

● Beda uterus sapi dg uterus kuda adalah


○ Sapi:
■ Uterus sapi melengkung ke bawah.
■ Semen sapi 7 cc.
○ Kuda:
■ Uterus kuda melengkung ke atas.
■ Semen kuda sekitar 100 cc.
● Sapi di IB keluar darah?
○ Metestrus bleeding → darah yang berasal dari pembuluh kapiler pada alat
kelamin saat estrus.
○ Pada waktu birahi, oleh pengaruh hormon estrogen darah banyak mengumpul di
alat reproduksi. Sehingga pembuluh darah penuh berisi darah. Metestrus
menyebabkan estrogen turun, pembuluh darah memuai lalu mengecil dan
kemudian ada mikrokapiler yang pecah.
○ Kejadiannya terutama di sapi perah.
○ Walaupun di IB atau tidak akan mengeluarkan darah → normal.
○ Kebuntingannya bisa berhasil atau tidak.
● Spermatozoa muda → ada protoplasmic droplet yang berasal dari protoplasma
di kepala → turun ke leher hingga ekor.
○ Diagnosa apabila ada spermatozoa muda adalah terlalu sering dikawinkan.
○ Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu ditambah jumlah pejantan agar tidak
sering dikawinkan.
Exlab Fispro
Dr. Abdul Samik, drh., M.Si. - Jum’at, 25 Juni 2021

Endokrin dan Gelombang Folikel pada Siklus Normal


● Gangguan reproduksi adalah gangguan keseimbangan hormonal, apapun penyebabnya.
Kenapa?
○ Karena yang menggerakkan birahi itu adalah hormon.
○ Entah nutrisi, infeksius, genetik, lingkungan itu semuanya bergabung
menyebabkan gangguan reproduksi.
○ Kalau ada endokrin maka akan ada folikel tumbuh dan kemudian menghasilkan
estrogen. Ada estrogen maka sapinya birahi dan ovulasi.
○ Endokrin → folikel tumbuh → sekresi estrogen → birahi → ovulasi.
● Diawali dengan sekresi GnRH mulai pra puber. Kalau ada GnRH maka akan ada FSH dan
LH. Adanya FSH dan LH tentunya ada folikel yang berkembang dan terdapat proses
steroidogenesis untuk menghasilkan estrogen.
○ GnRH harus ada sehingga ada steroidogenesis dan kemudian proses
gametogenesis.
○ GnRH → FSH dan LH → steroidogenesis → estrogen → perkembangan
folikel dan oosit → gametogenesis → ovum.

Model untuk merancang setiap tahun sapi itu bisa melahirkan sekali.
● Calving interval. Mulai melahirkan sampai melahirkan kembali = 1 tahun.
○ Normalnya jarak antar melahirkan (calving interval) adalah 400 hari atau 13 bulan
10 hari.
○ Kalau bisa 12 bulan → bagus, 11 bulan → lebih bagus, tetapi
jarang di lapangan. Yang sering adalah 400 hari bahkan satu
tahun atau dua tahun. Kenapa?
● Day open. Sapi potong diperlukan max 100 hari sudah sembuh setelah melahirkan dan
birahi. Sapi perah diperlukan max 60 hari karena sapi perah diperlukan tepat waktu
bunting agar diperoleh puncak produksi dalam 1 tahun.
○ Pada sapi potong tidak ada puncak produksi karena laktasinya tidak banyak dan
cukup untuk anaknya.
○ Terdapat proses involusio uteri yang harus dilewati saat day open. Involusio uteri
adalah kembalinya ukuran dan fungsi uterus agar dapat bunting kembali.
○ Pada manusia disebut nifas.
○ Lamanya involusio uteri adalah 40 hari atau 7 minggu.
○ Manusia dan sapi sama lamanya day open tapi di lapangan banyak yang tidak
sembuh (ada gangguan). Penyebabnya macam-macam.
○ Diharapkan 100 hari sembuh pada kondisi lapangan sehingga dapat birahi.
● Musim kawin. Dikasih 3x siklus harus sudah bunting = 63 hari (21 x 3).
○ Kalau 3x tidak bunting → repeat breeder.
● Laktasi. Setelah melahirkan, sapi potong mampu menghasilkan susu selama 205 hari atau
7 bulan.
○ Di luar jawa, sapinya dilepas dan disusui 7 bulan bahkan 6 bulan.
○ Di jawa, 3-4 bulan sudah disapih karena pemeliharaannya diikat.
○ Proses laktasi inilah yang berpengaruh pada endokrin. Sehingga sapi yang
menyusui lama akan mengalami gangguan reproduksi dan tidak muncul birahi
(anestrus). Anestrus dapat terjadi karena:
1. Kista luteal (Cyst luteal) → sel-sel dalam folikel mengalami
luteinisasi sehingga menebal seperti corpus luteum tapi
bulat. Berbeda dengan corpus luteum.
- Kista luteal dapat terjadi lebih dari satu folikel. Kenapa tidak bisa 1
folikel? Karena pengaruh hormon sehingga semua folikel
terpengaruh.
- Kapan ada satu folikel dan kapan ada lebih dari satu folikel?

Kalau lebih dari satu folikel → kista luteal.

Tetapi kalau ada satu folikel yang dominan → hanya


satu kejadian folikel dengan kista luteal.

2. Folikel → dinding tipis sehingga bisa dengan mudah merasakan adanya


cairan folikel.
3. Anestrus sapinya menyusui → Hipofungsi ovarium.
- Kebanyakan peternak tidak mampu memberi makan sesuai kondisi
fisiologisnya untuk produksi susu dan reproduksi.
- Apabila pakannya kurang maka akan terjadi hipofungsi ovarium.
4. Sapi menyusui apakah bisa terjadi CLP?
- Karena saat melahirkan CL nya pecah. Seharusnya
kista CL tetapi kok CLP? Mungkin terjadi karena
sapinya silent heat tapi peternaknya tidak mengerti
→ ovulasi → CL tidak pecah.
- Hal ini karena pabriknya penghasil hormon (kelenjar) mengalami
infeksi, bahan bakunya kurang (lihat kondisi fisik sapi dengan BCS)
dan ada gangguan transportasi sehingga sintesis maupun sekresi
hormon terganggu.
● Gangguan sekresi karena ada heat stress → hormon
tidak bisa keluar dari kelenjar penghasilnya.
○ Sapi potong menghasilkan susu selama 205 hari/7 bulan setelah melahirkan.
Berbeda dengan sapi perah yang days opennya 60 hari dan diberi waktu sekali
untuk kawin harus jadi agar bisa terdapat puncak produksi dalam 1 tahun. Sapi
perah setelah melahirkan membutuhkan waktu 305 hari untuk laktasi dengan 2
bulan masa kering.
● Semua itu bisa berjalan dan bunting lagi apabila selama days open, musim kawin,
kebuntingan tidak ada gangguan.
1. Gangguan saat day open : Distokia, torsio uteri, prolapsus uteri, retensio plasenta,
endometritis, metritis.
2. Gangguan saat musim kawin : Repeat breeding, sistik folikel (kista
folikel), birahi tenang (anestrus) → CLP, HP, Atropi ovarium,
sistik luteal, sistik CL.
● Anestrus pada saat melahirkan tidak mungkin CLP kecuali ada silent heat.
○ Hipofungsi mungkin terjadi apabila nutrisi kurang.
○ Atropi mungkin apabila saat itu mungkin kemarau,
habis melahirkan nutrisi kurang → hipofungsi jadi
atropi.
○ Sistik luteal terjadi apabila habis melahirkan karena ada prolaktin
maka selnya berubah dari folikel menjadi luteal kemudian menjadi
sistik luteal.
○ Sistik CL tidak mungkin, kecil kejadiannya karena silent heat
sedikit.
○ Sistik Luteal vs Sistik CL
■ Kalau sistik luteal folikelnya belum ovulasi, belum
membentuk CL.
■ Kalau sistik CL sudah membentuk CL dan
perkembangannya terganggu karena kurang LH sehingga di
dalamnya membentuk rongga.
■ Bentuk CL normal? CLP? CL atresia? Sistik CL?
3. Gangguan selama kebuntingan : Kematian embrio dini, abortus, stillbirth, maserasi
fetus, mumifikasi fetus, prolapsus vagina.
● Kematian embrio dini ada 2 : early embryo death dan late embryo death.
○ Early embryo death : kalau birahi normal antara 21-25 hari.
○ Late embryo death : antara 35-42 hari karena masih bentuk
embrio.
○ Setelah 42 hari namanya fetus dan kalau mati disebut abortus.

Endokrin Birahi

Pertumbuhan folikel hanya 1 selama 1 siklus dan tidak bisa menjawab gelombang folikel apabila
menggunakan model diatas, namun model tsb adalah dasar.
● Hubungan poros hipotalamus, hipofisa dan gonad.
○ Hipotalamus akan mensekresi GnRH.
○ GnRH berfungsi untuk merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan FSH.
○ Kemudian FSH akan merangsang perkembangan folikel di ovarium sehingga
berkembang dan menghasilkan estrogen/estradiol yang akan memberikan
feedback positif ke hipotalamus dan merangsang sekresi GnRH.
○ GnRH kemudian merangsang hipofisis anterior untuk sekresi LH.
○ LH menyebabkan ovulasi sehingga folikel akan menjadi korpus luteum.
○ Korpus luteum yang lisis kemudian akan menghasilkan hormon progesteron yang
akan memberikan feedback negatif ke hipotalamus dan hipofisis anterior.
○ Inhibin berperan untuk menghambat feedback negatif apabila folikel sudah masak
FSH tidak dihasilkan lagi.
● Hipotalamus mengeluarkan GnRH sekresinya dipengaruhi oleh?
- Pada manusia → visual → melihat → mata yang merupakan panca
indera.
- Pada hewan → mata tetapi karena dipengaruhi pencahayaan/sinar.

Sinar yang dibutuhkan per hari adalah 16-17 jam baik ayam petelur maupun
hewan untuk breeding.
Open house 12 jam matahari + 5 jam sinar lampu. Closed house 17
jam sinar lampu. Kalau berlebihan akan menyebabkan superovulasi.
Superovulasi pada ayam → kuning telurnya ada 2 dalam 1 telur
sehingga jumbo. Tidak baik karena akan merusak anus ayam
sehingga harus tepat manajemen sinarnya pada ayam layer.

Pada sapi, tidak masalah karena embrionya berkembang dalam


tubuh. Superovulasi sapi anaknya jadi 2 → tidak kuat → abortus.

Sinar yang didapat mata diterima oleh kelenjar pineal. Kelenjar


pineal menghasilkan melatonin. Kalau sinarnya kurang, melatonin
diproduksi tinggi sehingga menyebabkan feedback positif → tidak
keluar GnRH. Sinarnya cukup → melatonin rendah → feedback
positif → hipotalamus mengeluarkan GnRH.

Hipotalamus selalu mengeluarkan GnRH yang juga meliputi FSHRH


dan LHRH. Kalau ada GnRH maka hipofisa anterior mengeluarkan FSH
dan LH. LH dan FSH menyebabkan folikulogenesis dan oogenesis. LH
dulu baru setelah itu FSH → tumbuh folikelnya.

Pada saat pubertas, GnRH keluar dan folikel sekunder mulai berkembang. Di sel
theca interna folikel sekunder ada reseptor LH, di sel granulosa ada reseptor FSH.
Sehingga FSH dan LH punya masing-masing reseptor.
Folikulogenesis.
FSH dan LH yang bekerja di folikel:
a. Di sel theca internal oleh pengaruh LH maka akan terjadi perubahan
kolesterol menjadi testosteron yang disebut androgenesis. Pada wanita
juga terdapat hormon testosteron. Kalau kelebihan testosteron maka di
wanita akan muncul sifat sekunder laki-laki. Testosteron karena
molekulnya kecil maka dapat berdifusi ke sel granulosa. Di sel granulosa
ada sel reseptor hormon FSH maka akan diubah menjadi estrogen dengan
proses aromatisasi (aromatisasi menghasilkan estradiol estrogen).
Steroidogenesis → kolesterol menjadi estrogen
(androgenesis + aromatisasi).
b. Semua yang tumbuh oleh pengaruh protein. Sehingga pada saat pra puber
ada penurunan GnRH diikuti proses steroidogenesis yang akan
menyebabkan proses gametogenesis menghasilkan ovum (betina) atau
sperma (jantan).
c. Protein yang diperoleh dari estrogen dan FSH maka di sel granulosa akan
dibentuk protein. Oleh kerja estrogen dan LH di sel theca maka akan
terbentuk protein juga yang menyebabkan pertumbuhan.
d. Inhibin → FSH terhambat sehingga tidak akan ada pematangan
folikel. Kenapa ada inhibin? Setiap pertumbuhan folikel awal butuh 8-
40 folikel sekunder yang nantinya akan menjadi 1 folikel de graaf. Untuk
mematikan yang lain, maka FSH harus dibatasi oleh Inhibin. Bukan 1 saja
yang tumbuh, apabila hanya 1 maka tidak akan ada ovulasi karena FSH
dihambat oleh inhibin.
e. Setelah folikel matang → estrogen tinggi → akan
menyebabkan feedback positif pada hipotalamus → GnRH
banyak disekresikan → LH banyak dan FSH banyak.
➔ LH banyak menyebabkan folikel ovulasi.
➔ FSH banyak bersamaan dengan LH sisa ovulasi menyebabkan
tumbuhnya folikel baru setelah birahi atau ovulasi. Sehingga
pertumbuhannya membentuk gelombang.
➔ Umur CL berapa hari, umur folikel berapa hari?
➔ Gelombang folikel 0-21 hari hanya 1 pertumbuhan
folikel, sehingga setelah ovulasi tidak ada folikel
tumbuh. Karena kalau sudah ada CL → progesteron →
feedback negatif → GnRH tidak keluar → tidak birahi.
Tetapi di lapangan 5-10% masih menunjukkan gejala
birahi. Kenapa? Sehingga kalau tidak tahu bunting
kemudian di IB akan menyebabkan abortus. Sehingga
sebelum IB perlu dipalpasi dulu. Sapi bunting dapat
menunjukkan gejala birahi karena ada estrogen dari
folikel.
➔ Pertumbuhan folikel ada 3 tahap.
➔ Gelombang 1 : 0-10 hari.
◆ Saat pra puber ada GnRH → muncul 8-40 folikel
yang aktif disebut tahap Recruitment. Saat palpasi
terasa merintis kecil-kecil.
◆ Sehari setelah recruitment menjadi tahap
seleksi → sebagian mati karena folikel yang
tumbuh menghasilkan inhibin. Jadi kalau 40,
lebih dari setengah nya yang mati.
◆ Seleksi menjadi dominan pada hari ke-5. Butuh 3 hari dari
seleksi ke dominan tumbuh menjadi 1. Folikel yang tumbuh
menghasilkan inhibin sehingga hanya 1 folikel.
◆ Pada hari ke-5, kalau masih dara belum ada CL melanjut
sampai ke 21, melanjut ke 17 baru birahi. Sehingga sapi
dara birahi pertama - ketiga gelombangnya masih 1 karena
belum ada CL.
Karena 1, umur dari ovumnya > normal dan apabila di IB
banyak terjadi kegagalan pada sapi dara. Karena
gelombangnya belum sempurna. Gelombangnya masih 1,
yang normal ada 3 gelombang.
Kalau pernah bersiklus, maka hari ke-5 CL sudah produksi
progesteron. Ukuran CL masih kecil (1-2 mm). Pada hari ke-
5, CL sudah 5-7 mm yang sudah memproduksi progesteron.

◆ Hari ke-6 mestinya birahi dan ovulasi karena


sudah matang. Namun karena ada progesteron,
folikel de graaf yang tumbuh pada progesteron
tinggi → tidak melanjutkan birahi dan ovulasi
sehingga atresia dan mati. Mati sampai hari
ke-10.

◆ Sehingga umur folikel paling tinggi 5 hari.

➔ Gelombang 2 : 9-17 hari.


◆ Hari ke 9 tumbuh lagi folikel. Recruitment →
Seleksi → Dominan.
◆ Dominan hari ke-14. Hari ke-14 CL bagus dan Progesteron
tinggi.
◆ Hari ke-15 mati sampai hari ke-17 hilang.

➔ Gelombang 3 : 16-21 hari.


◆ Hari ke-16 muncul lagi recruitment → seleksi →
dominan.
◆ Dominan pada hari ke-21. Pada hari ke 21 progesteron
rendah karena CL pecah hari ke-17. CL pecah karena ada
PGF2alpha dari endometrium pada hari ke-14.
◆ CL kemudian hilang menjadi corpus albicans pada hari ke-
21. Sehingga progesteron rendah sekali
◆ Folikel dominan, de graaf yang tumbuh dibawah
progesteron rendah maka akan dilanjutkan
birahi dan ovulasi. Progesteron yang rendah
berubah menjadi estrogen yang tinggi → birahi
dan feedback positif keluarnya GnRH surge.
● GnRH surge menyebabkan keluarnya LH surge
untuk ovulasi.
● Sisa LH surge bersama dengan FSH surge akan
menyebabkan timbulnya gelombang baru.
● Folikulogenesis mulai terjadi ketika menjelang pubertas. Apakah fetus
di dalam kandungan tidak terdapat perkembangan folikel? Pada saat
lahir, pedet betina posisi folikel di dalam ovarium adalah folikel
sekunder sehingga dalam kandungan ada perkembangan folikel. Bahan
baku folikel → primordial germ cell. Primordial germ cell → menjadi
folikel primordial → folikel primer (dalam kandungan). Selama dalam
kandungan folikulogenesis bukan dipengaruhi oleh hormon (GnRH) tetapi
protein lokal.
● Setelah pubertas hormon-hormon diatas baru muncul.
● Hipofungsi suntik GnRH → birahi. Bisakah GnRH menyebabkan ovulasi
saat hipofungsi? Kalau hipofungsi folikel sekunder belum muncul
sehingga ketika dipegang ovarium terasa halus. Untuk memunculkan
folikel sampai matang dan birahi butuh waktu 5 hari (sampai folikel
matang). Untuk menumbuhkan sampai 5 hari butuh GnRH → FSH dan LH.
Kalau suntik GnRH bisakah sampai 5 hari? GnRH kerjanya cuma berjam-
jam jadi tidak bisa sampai matang, misalnya apabila 2 jam.
● Hormon yang cocok untuk hipofungsi adalah PMSG karena kerjanya 110 jam,
setara 5 hari → 6 hari setelah suntik birahi.

GnRH bisa kalau tiap hari disuntik → mahal dan tidak efisien waktu.

● Ovum yang fertil umurnya 16-21 hari, 5 hari digelombang 3 dihasilkan ovum. Maka
gelombang 3 disebut juga sebagai ovulation wave.

Sapi dara, birahi ke 1-3 gelombangnya 1 (17-21 hari umur folikelnya)


→ menghasilkan sel telur umurnya > 5 hari → sel telur tua.

Salah satu penyebab repeat breeder karena kegagalan fertilisasi → sel


telur yang dihasilkan tua.

Gambaran endokrin saat fase-fase gelombang folikel.


1. Fase Recruitment
● Pada fase recruitment FSH banyak, LH sedikit. Karena FSH diambil dari GnRH
surge yang belum terpakai FSH surge nya. LH sedikit karena LH sebagian besar
untuk ovulasi. Maka diawali recruitment folikel sekunder aktif 8-40 buah.
○ Pada saat pedet betina lahir kurang lebih 100.000 folikel sekunder dalam
ovarium. Setelah pubertas dan mulai bersiklus, setiap siklus diambil 120
folikel karena tiap gelombang 40. Sehingga tiap siklus hilang 120 (40x3).
○ 100.000/120 maka muncul umur habisnya sel telur → wanita
46 tahun habisnya.
○ Sel telur (ovum) akan bisa bertahan apabila terpenuhi
nutrisinya. Nutrisi yang harus diperhatikan → protein.
● Awal recruitment estrogen masih rendah. Rendahnya estrogen merupakan
feedback negatif agar tidak keluar GnRH surge.
2. Fase Seleksi
● Pada fase seleksi, folikel yang tumbuh sudah menghasilkan inhibin sehingga
tumbuhnya tidak banyak sebagian. Estrogen mulai tinggi tapi tidak maksimal dan
tetap memberikan feedback negatif sehingga tidak mensekresikan GnRH surge.
● Kalau periode melahirkan atau laktasi, estrogen tinggi saat
seleksi → menyebabkan sistik luteal lebih dari 1. Prolaktin →
sel menebal seperti CL.

Obat sistik luteal : PGF2alpha. Sehingga folikel pecah dan tidak menghasilkan
ovum karena belum dominan.
Saat di lapangan nunggu waktu lama untuk birahi pada kasus sistik luteal dengan
folikel >1. Pengobatan sembuh apabila folikel pecah dan kemudian dilanjutkan
pertumbuhan baru.

● Tahap seleksi kurang LH → sistik folikel.

Folikel besar-besar banyak → tidak bisa menjadi dominan karena


kurang LH.

Pengobatannya : Diberi LH kemudian ditunggu birahi karena belum ada ovumnya,


masih oosit.

Jarang ada sistik folikel pada 1 folikel sehingga permukaan


ovarium empuk semua. Sehingga ada folikel yang pecah dan
melanjut ke dominan → birahi.

3. Fase Dominan
● Pada fase dominan, estrogen tinggi dan inhibin tinggi sehingga
perlu LH tinggi dari GnRH surge yang dipengaruhi oleh estrogen
tinggi → feedback positif hipotalamus → GnRH surge disekresi
untuk ovulasi.
● Apabila periode melahirkan atau laktasi pada fase dominan →
sistik lutealnya hanya 1.
● Obat sistik luteal : PGF2alpha. Sehingga folikel pecah dan menghasilkan ovum
karena sudah dominan.

Folikulogenesis

Perkembangan folikel sekunder menjadi de graaf. Sel theca ada reseptor LH dan sel granulosa
ada reseptor FSH. Perubahan testosteron menjadi testosteron diperlukan IGF 1. Begitu juga
perubahan testosteron menjadi estrogen diperlukan IGF 1. Merupakan protein yang dibentuk di
hati dari makanan. Sehingga pada sapi yang kurus kurang IGF, FSH, LH maka akan terjadi
hipofungsi ovarium.

Kurus → IGF 1 rendah diikuti rendahnya LH dan FSH.

Di lapangan banyak yang BCS normal tapi hipofungsi. Kenapa?


Kalau stress:

1. Makanan : makan sedikit jadi kurus, BCS 1 atau 2. Sehingga wajar


terjadi hipofungsi karena kekurangan nutrisi → kekurangan hormon →
gangguan sintesis.
2. Lingkungan : sapi gemuk (normal) tetapi karena panas → terjadi
gangguan sekresi → transportnya terganggu.

Gambar proses perkembangan folikel.

Di sel theca ada reseptor hormon LH → LH bekerja → merubah kolesterol


menjadi testosteron (proses androgenesis) → berdifusi ke sel granulosa → di
sel granulosa ada hormon FSH → Androgen diubah menjadi estrogen.

1. Estrogen bekerja dengan FSH → terbentuk KL (Kite Ligand/SCF). KL


(protein) di sel granulosa oleh pengaruh gabungan LH dan estrogen
menyebabkan sel granulosa tumbuh. Sel menjadi lebih besar
(hipertropi) dan perbanyakan jumlah (hiperplasia).
2. Estrogen juga merembes ke sel theca → bersama dengan LH → terbentuk
KGF dan HGF di sel theca. Sel theca juga tumbuh menjadi sel theca
interna dan externa.
3. KL di sel granulosa juga membantu KGF dan HGF → menyebabkan sel theca
tumbuh.
4. KGF dan HGF membantu KL → menyebabkan sel granulosa tumbuh.

● LH dan FSH mempunyai fungsi endokrin. Endokrin adalah zat aktif yang dihasilkan
kelenjar atau sel ditranspor melalui darah menuju ke organ target untuk merangsang atau
menghambat fungsi organ target.

LH dan FSH diproduksi hipofisa anterior → ke dalam pembuluh darah →


menuju sel theca → untuk mempengaruhi pertumbuhan sel theca yang
secara tidak langsung bekerja sama estrogen → menghasilkan protein.

● KL, HGF dan KGF bisa bersifat parakrin atau autokrin.

KL dihasilkan oleh sel granulosa menyebabkan sel granulosa tumbuh →


autokrin.

KL dihasilkan oleh sel granulosa menyebabkan mempengaruhi sel theca


(organ tetangganya) → parakrin.

Begitu juga dengan HGF dan KGF

● Sehingga folikulogenesis melibatkan fungsi endokrin, parakrin dan


autokrin → sebagai fungsi untuk komunikasi antar sel.

Autokrin : Zat aktif yang dihasilkan sel untuk mempengaruhi sel itu sendiri.
Parakrin : Zat aktif yang dihasilkan sel untuk mempengaruhi sel tetangganya dalam 1
organ.

● KL juga mempengaruhi pembelahan miosis pada oosit → saat oogenesis.


Sehingga oogenesis selalu beriringan dengan folikulogenesis. Selama
belum ovulasi → oosit.
● Pada saat fetus, folikel primer isinya oosit primer pembelahan miosis 1, profase 1 tahap
leptoten.
● Setelah lahir jadi folikel sekunder miosis 1, profase 1, tahap pakiten. Menjadi folikel
tersier isinya juga oosit primer, miosis 1, profase 1, tahap diploten.
● Folikel de graaf masuk metafase 2 tahap rest (bentuk oosit
sekunder) . Setelah ovulasi menjadi ovum. Ovum melanjutkan miosis 2 →
terbentuk first polar body dan siap dibuahi.
● Fertilisasi → polar body membelah menjadi 2 → second polar body
disebut ootid. Sel telur telah dibuahi oleh sperma saat second bolar
body → penyatuan inti menjadi zigot → embrio → morula → blastula →
blastula dengan blastocoel.
● Di dalam gelombang folikel ada folikulogenesis. Setelah lahir folikel tidak akan
terbentuk lagi tetapi tumbuh. Dalam setiap gelombang folikel ada
pertumbuhan dari recruitment (folikel sekunder) → seleksi → dominan
(folikel de graaf).
● Hubungan 3 gelombang folikel dengan 4 fase estrus.
Proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.

Proestrus → gelombang 3. Akhir proestrus ada folikel de graaf. 17-21.

Estrus → 0

Metestrus → 5 hari setelah estrus.

Diestrus → Gelombang 1 (pertengahan), 2, 3 (awal gelombang 3).

CL periodikum/graviditatum → mempunyai mahkota seperti jamur dan


tengahnya cekung bekas ovulasi.

Gelombang 2 → diameter besar. Folikel tumbuh lebih dari 1. Hari ke-


10. CL umur 10 hari.

CL besar dan hanya 1. Hari ke-14. Folikelnya umur 5 hari sehingga 9+5
itu
umur CL.

Masih kecil-kecil banyak tapi diameter besar → awal


gelombang 2 → CL

hari ke-9.

Mahkota sudah tidak ada dan pecah tapi ada folikel


tumbuh → CL atresi.

Umur CL 16+2 = 18 hari. Sudah atresi.

CL atresi tidak ada folikel tumbuh → CLP.

● Superovulasi → hormon FSH, PMSG → untuk pertumbuhan folikel. Disuntik


pada hari ke-9 pada awal gelombang ke-2. Setelah 4 hari di suntik
PGF2alpha agar dapat menjadi folikel dominan karena kalau tidak maka
CL akan menjadi atresi dan mati. Untuk mengetahui hari ke-9 maka
dilakukan sinkronisasi birahi dengan suntik PG atau Progesteron. 9
hari sebelum birahi. Kalau menggunakan LH disuntik setiap hari karena
kerjanya pendek.
26

Exlab Fispro
Dr. Abdul Samik, drh., M.Si. - Senin, 28 Juni 2021

Endokrin dan Gelombang Folikel pada Gangrep


Gangguan reproduksi merupakan kondisi dimana fungsi reproduksi hewan jantan atau betina
terganggu sementara sehingga berdampak menurunkan efisiensi reproduksi. Sehingga bisa
disembuhkan. Gangguan reproduksi berdampak pada menurunnya efisiensi
reproduksi dengan tolak ukur S/C, CR, CvR, DO, dan CI. Tolak ukur
keberhasilan IB → S/C, CR dan CvR. Semua hal tersebut berdampak pada jumlah
anak yang dilahirkan.

Beberapa penyakit reproduksi dapat bersifat non-infeksius maupun infeksius. Penyakit yang
bersifat infeksius ada yang spesifik dan nonspesifik. Infeksi spesifik dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, protozoa, dan jamur.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan reproduksi adalah lingkungan, hormon, genetik,
dan infeksi. Faktor tersebut dapat berdiri sendiri maupun gabungan sehingga dapat
menyebabkan gangguan reproduksi berupa anestrus, infertilitas, kematian embrio, abortus,
mumifikasi, stillbirth, dan kematian pedet.
Waktu terjadinya infeksi yang mempengaruhi performans reproduksi (saat terjadinya IB dan
Kebuntingan).
27

Penyakit reproduksi dapat disebabkan karena proses IB yang tidak lege artis. Mulai saat gun
masuk ke lingkungan uterus, gun yang tidak bersih akan menyebabkan gangguan reproduksi
sampai kalau ada kebuntingan banyak terjadi penyakit infeksius.

Anestrus
1. Hipofungsi ovarium (HP)

● Kedua ovarium bisa ukurannya normal tetapi tidak ada pertumbuhan folikel.
28

● Salah satu ovarium mengecil mengarah ke atropi dan salah satunya


lagi normal tetapi masih dikatakan hipofungsi → karena salah
satu ovarium masih normal ukurannya namun tidak ada pertumbuhan
folikel.
● .Saat akan mendiagnosa hipofungsi harus dicari kedua ovarium.
○ Apakah keduanya normal tapi licin?
○ Apakah salah satu normal dan salah satunya mengecil dan licin karena
tidak ada pertumbuhan folikel?
● Proses folikel yang tumbuh pada saat hipofungsi.

○ Pada sapi yang hipofungsi, awalnya pernah bersiklus tetapi karena suatu
hal maka fungsinya menurun.

Kalau tidak pernah sama sekali bersiklus (tidak pernah


birahi) tapi anestrus → aplasia ovarium, hipoplasia
(genetik).

○ Gelombang folikel saat hipofungsi diawali dengan birahi


(pernah bersiklus). Dari recruitment → seleksi → dominan →
ovulasi. Tetapi karena kekurangan GnRH dan tidak ada
kebuntingan → CL tidak berkembang (CL perlu LH untuk
berkembang), folikel juga tidak berkembang.
○ Hipofungsi → CL dan folikel tidak berkembang.
○ GnRH rendah dapat disebabkan karena:
a. Nutrisi kurang
➔ menyebabkan IGF-1 rendah → hormon rendah
sehingga proses steroidogenesis tidak
berjalan.
29

➔ tidak berjalannya steroidogenesis menyebabkan estrogen


tidak dihasilkan.
➔ tidak adanya estrogen maka tidak ada protein lokal (KL,
KGF, HGF) yang terbentuk atau diproduksi sehingga tidak
ada pertumbuhan folikel.
➔ Hal tersebut menyebabkan anestrus.
➔ Untuk mengetahui kekurangan nutrisi maka lihat BCS nya.

BCSnya rendah → 1 atau 2.

➔ Gangguan sintesis GnRH akibat kekurangan nutrisi


sehingga GnRH rendah → tidak ada perkembangan
folikel.
b. Stress panas
➔ BCS normal tetapi hipofungsi.
➔ Stress panas menyebabkan gagalnya sekresi GnRH
sehingga GnRH tidak keluar dari hipotalamus.
Tidak adanya GnRH menyebabkan tidak adanya
pertumbuhan folikel.
➔ Stress panas juga dapat menyebabkan kematian sel pada
kelenjar karena adanya ROS.
Hal tersebut juga memungkinkan GnRH tidak dapat
diproduksi karena faktor panas.

➔ Berakibat anestrus → kedua ovarium tidak ada


perkembangan folikel, ukurannya normal atau
salah satu normal dan satunya mengecil.

● Terapi hipofungsi ovarium


30

○ Apabila setelah di palpasi tidak ada perkembangan folikel maka dilakukan


penumbuhan folikel dengan menggunakan PG600.
■ Menggunakan PG600 karena dari pertumbuhan folikel dari
recruitment ke dominan butuh waktu 5 hari. Kerja PG600 110 jam
atau setara 5 hari.
■ Setelah 5 hari akan diikuti birahi dan kemudian ovulasi.
■ Apabila menggunakan GnRH tidak akan muncul ketika disuntik
sekali sehingga perlu dilakukan setiap hari.
■ Untuk memunculkan folikel sampai matang butuh 5 hari. Kemudian
birahi dan ovulasi. Sehingga harus mencari gonadotropin yang
bekerja 5 hari, apabila dengan yang bekerja 2 jam atau 1 hari
kecuali kalau normal (hubungan poros hipotalamus-hipofisis-gonad)
saat repeat breeder. Normal suntik GnRH maka akan membantu
prosesnya.
○ Kemudian hari ke-6 akan muncul birahi.

2. Corpus luteum persisten (CLP)


31

● CL normal → ada crown atau mahkota seperti jamur dan tengahnya cekung.
Terdapat perkembangan folikel di salah satu ovariumnya.

Pada gambar → gelombang 2, tinggal cari pada tahap recruitment,


seleksi atau dominan untuk mengetahui umur CL tersebut. Kalau
recruitment berarti hari ke-9, kalau seleksi hari ke-10 atau 11,
kalau dominan (5 hari) hanya 1 maka CL nya umur 14 (awal pertumbuhan
gelombang 2 adalah 9 + umur CL 5 hari → 14 hari).

● CLP → crown pecah, mengecil, dan bulat. Tidak ada pertumbuhan folikel.
● CL atresi/regresi → crown pecah, mengecil dan bulat. Ada pertumbuhan
folikel.

Terjadi pada gelombang 3 CL normal. Regresi CL mulai hari ke-17.


Tahap seleksi 2-3 hari, awal gelombang 3 adalah 16 → umur CL = 16 + 2
= 18 hari. Kira-kira 18-20 hari.

Tidak perlu diobati apabila atresi karena akan birahi sendiri.

● Namun apabila tidak ada folikel tumbuh → CLP.


32

● Habis birahi → ovulasi → IB → tidak bunting. Maka seharusnya setelah


21 hari akan birahi. Tetapi pada CLP, setelah 21 hari tidak kembali
birahi → CL menetap >21 hari.
● Penyebabnya :
a. Pabrik rusak.
b. Bahan baku tidak ada.
c. Gangguan transportasi → sintesis atau sekresi.
● CL menetap → progesteron tinggi → feedback negatif ke hipotalamus →
GnRH tidak dikeluarkan → tidak ada perkembangan folikel.
● Kalau ada CLP pasti tidak ada folikel tumbuh → ketika diagnosa
ovarium halus dan ada CL.
● Penyebab :
a. Endometritis.
➔ Menyebabkan gangguan sintesis PGF2alpha.
➔ Terapi infeksi dengan kombinasi antibiotik dan PGF2 alpha untuk
memecah CL.
b. Kekurangan nutrisi → Gangguan sintesis.
➔ Kurus dan tidak ada endometritis.
➔ Gangguan sintesis karena bahan baku untuk produksi PGF2alpha tidak
ada.
➔ Terapi dengan suntik PGF2 alpha dan perbaikan pakan.
c. Gangguan sekresi.
➔ BCS normal dan tidak ada endometritis.
➔ Gangguan sekresi :
◆ Progesteron tidak bisa keluar dari endometrium.
33

◆ Kematian sel dari endometritis karena stress panas


sehingga tidak ada produksi PGF2 alpha → CL tidak
pecah.
● Terapi CLP

○ Dengan suntik PGF2 alpha.


■ Karena tidak ada pertumbuhan folikel, setelah CL dipecah maka akan
muncul pertumbuhan folikel baru.
■ Hari ke-6 sampai 8 baru birahi.
■ Tetapi kalau CLP disuntik kemudian 2-3 hari birahi → bukan
CLP → CL atresi yang sudah ada pertumbuhan folikel.
○ Penyuntikan PGF2alpha harus melihat isi bukan merk dagangnya.
■ Dinoprost → 25 mg/ekor IM; 7,5 mg/ekor
intravulva/intrauterine.

1 cc berisi 5 mg sehingga perlu 5 cc saat menyuntik.

■ Cloprostenol → 500 mikrogram/ekor IM; 250 mikrogram


intravulva/intrauterine.

1 cc berisi 250 mikrogram sehingga perlu 2 cc saat menyuntik.


■ Jangan sampai menyuntik melebihi dosis.
■ Dosis IM dapat diperkecil dengan penyuntikan intravulva/intrauterine
dengan dosis ⅓ dosis IM.

IM 1 dosis bisa untuk 3 dosis intrauterine.


34

■ Khusus PGF2 alpha bisa diberikan intrauterine. Kenapa? Karena PGF


dapat melakukan mekanisme counter current → prostaglandin
akan melalui vena uterina media lalu akan menembus ke vena
ovarica. Vena ovarica terpilin dengan arteri ovarica
sehingga PGF akan pindah melalui arteri ovarica dan menuju
ke CL di ovarium.
○ Pemberian PGF dapat dikombinasi dengan gonadotropin karena saat CLP tidak
ada pertumbuhan folikel (hipofungsi).
■ Dapat menggunakan PMSG/PG600.
■ PG600 → 150-200 IU.
■ Bantuan gonadotropin dengan dosis berlebihan dari luar dapat
menyebabkan sapi kembar.
■ PG600 golongan hormon protein.
■ Penyimpanan PG600 harus di suhu 4-8 derajat Celcius.
■ Tidak disimpan kalau diencerkan.
■ Bentuk serbuk dan ada pengencernya.
■ Penyuntikan usahakan sampai habis → tapi apabila overdosis
menyebabkan sapi kembar → superovulasi.
■ Di lapangan, setiap ada CLP dikombinasi dengan PG600 tapi tidak 600 IU
(150-200 IU) atau cukup 1 cc untuk menghasilkan ovum yang
fertil/berkualitas.

3. Sistik Luteal
35

● Folikel yang tumbuh dibawah prolaktin tinggi sehingga sel-sel folikel mengalami
luteinisasi/menebal dan dindingnya seperti korpus luteum, bentukan bulat tapi tebal dan
tidak ada mahkota/cekungan. Folikel belum ovulasi.
● Kalau proses luteinisasi pada tahap seleksi maka folikel yang tebal >1. Folikel yang tebal
tidak bersamaan maka harus disamakan tebalnya (yang tipis ditebalkan) agar
tebal semua dengan suntik GnRH/LH. Setelah tebal, baru disuntik
dengan PGF2 alpha → pecah semua → diikuti pertumbuhan folikel baru.
● Kalau proses luteinisasi pada tahap dominan maka folikel yang tebal hanya 1. Kalau suntik
PGF2 alpha akan pecah dan diikuti birahi berikutnya. Kapan birahinya? Karena hipofungsi
maka tunggu pertumbuhan butuh waktu 5 hari, hari ke-6 birahi.
● Karena tebal → menghasilkan progesteron → tidak ada folikel tumbuh →
anestrus.

● Prolaktin yang tinggi disebabkan karena


○ Sapi potong sedang menyusui.
○ Sapi perah produksi susu tinggi.
● Sehingga terjadi penebalan dinding folikel.
● Pengobatan dilihat dari ketebalan dinding folikel.
36

● Sehingga pada terapi, dalam waktu 6 hari akan birahi.


● PGF2alpha sama dengan terapi pada CLP.
● Kalau tidak punya GnRH boleh diganti PG600 atau hCG.

Nimfomani
★ Birahi panjang. Di lapangan, birahi panjang ada 2 yaitu normal dan tidak normal.
★ Birahi panjang tidak normal → nimfomani, ditandai dengan birahi yang
munculnya tidak beraturan (irregular). Sekarang birahi, 3 hari, 7
hari, 10 hari birahi.
○ Nimfomani terjadi karena adanya estrogen tinggi.
○ Estrogen tinggi berasal dari adanya lebih dari 1 folikel yang tumbuh besar. Apabila
dilakukan palpasi maka akan terasa ovarium empuk semuanya karena ada
pertumbuhan folikel yang besar >1.
■ Terjadinya pada tahap seleksi.
■ Kurang LH pada tahap seleksi, seharusnya butuh LH banyak untuk menjadi
dominan.
■ Kurangnya LH sehingga folikel tidak dapat tumbuh menjadi dominan dan
tetap seleksi tetapi membesar karena adanya estrogen.
★ Birahi panjang normal. Sekarang birahi, besok birahi, 3 hari birahi, setiap hari birahi
(reguler).
○ Terjadi pada hasil crossbreed. Contoh: Peranakan Limousin dengan Simental.
★ Selama birahi panjang belum berhenti tidak akan ada ovulasi.
★ Penanganan perlu dilakukan pemecahan folikel.
37

1. Sistik Folikel
● Sistik folikel → nimfomani
● Terapi menggunakan LH.
● Sehingga prosesnya yang tadi ada >1 folikel → akan muncul 1
folikel dominan dan yang lainnya mati.
○ Folikel dominan akan birahi dan ovulasi.
● Pengobatan sistik folikel.
○ Suntik LH/hCG (150 IU/ekor)
○ Tunggu birahi berikutnya
○ IB
● Birahi panjang normal, untuk menghentikan birahi
○ Bersama IB kedua dilakukan suntik LH agar pecah.

● Perkembangan folikelnya normal tetapi di akhir gelombang, yang folikel seleksi


tidak bisa menjadi dominan karena kurangnya LH. Sehingga folikel yang tumbuh
lebih dari 1.
38

● Disuntik LH → pecah → ovulasi.

2. Repeat Breeder

● Syarat repeat breeder:


a. Tidak bunting setelah 3x dilakukan IB.
b. Bukan sapi dara.
c. Sapi tidak terlalu tua (tidak > 10 tahun).
39

d. Siklus birahi normal.


e. Tidak ada infeksi.
f. Tidak ada kelainan alat reproduksi.
g. Program IB bukan kawin alam.
● Gelombangnya normal tetapi di IB sampai 3x tidak menghasilkan kebuntingan.
Kenapa?
● Penyebab :
a. Gagal fertilisasi.
➔ IB tidak tepat.
◆ Waktu tidak tepat.
◆ Tempat deposisi semen tidak tepat.
➔ IB yang tepat
◆ Dilakukan selama sapinya birahi. Lama birahi 24 jam (rata-
rata 18 jam).
◆ Tempat deposisi semen yang tepat → posisi 4 di
korpus uterus. Tidak boleh di serviks karena
untuk menembus serviks sampai ke korpus uteri
butuh lendir, lendir sudah keluar saat birahi.
➔ Kualitas sperma harus baik.
◆ Untuk mengetahui kualitas sperma yang baik maka
dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop.
● Diamati pergerakan dan arahnya → melihat
post thawing motility (min. 40% yang hidup atau 10
juta sperma yang hidup dalam 1 straw).
➔ Sperma harus bertemu sel telur.
◆ Ovulasi tepat.
◆ Di lapangan banyak ovulasi yang mundur
sehingga tidak bertemu dengan sperma → delayed
ovulation.
➔ Sel telur harus fertil/subur.
◆ Telur yang umurnya dihasilkan di gelombang 3 →
5 hari.
◆ Gelombang 3 : 16-21 akan menghasilkan ovulasi.
◆ Di lapangan banyak ovum yang tidak subur
karena tua → gelombang 1 atau 2 → melebihi
umur 5 hari → tidak subur/infertil.
b. Kematian embrio.
➔ Early embryonic death (EED)
◆ Terjadi birahi kembali pada 21-25 hari.
◆ Terjadi di Ampula tuba falopi → max. 5 hari →
bentuk blastula.
◆ Bisa bentuk zigot, morula atau blastula.
40

◆ Kematian terjadi karena keadaan ampula tidak mendukung


pertumbuhan embrio karena kurang nutrisi.
◆ Nutrisi di ampula dirangsang oleh estrogen.
◆ Kurang nutrisi → kurang estrogen → tidak ada
protein.
➔ Late embryonic death (LED)
◆ Birahi kembali sekitar 35-42 hari.
◆ Karena kegagalan implantasi.
◆ Implantasi pada sapi terjadi hari ke 16-17.
◆ Setelah turun dari ampula ke cornua uteri pada hari ke-5,
tidak langsung implantasi tetapi mencari tempat yang cocok
untuk implantasi. Sehingga embrio bisa pindah dari kornua
kanan ke kornua kiri (spacing/migrasi intrauterine).
◆ Tempat yang cocok adalah tempat yang terdapat protein
adhesi (protein glue). Protein yang diperlukan untuk
menempel yaitu austin, interbin, mucin, kurang lebih 11
protein.
◆ Yang menyiapkan protein adalah progesteron. Sehingga
setelah ovulasi, apabila CL kurang berkembang akan
berpengaruh pada kehidupan embrio. Sehingga
progesteron juga dikenal sebagai hormon yang
mempengaruhi kebuntingan.
◆ Dengan adanya progesteron → muncul protein
adhesi di salah satu kornua. Implantation
windows : tempat yang ada protein adhesi.
◆ Setelah 42 hari namanya fetus → mati → abortus
→ dikeluarkan.

Apabila tidak dikeluarkan induk → mumifikasi,


maserasi, emphysema fetus.

● Kejadian yang banyak di lapangan diakibatkan karena gagalnya


fertilisasi, entah karena ovumnya infertil atau delayed
ovulation. Agar tidak terjadi delay dan menghasilkan ovum fertil
→ tambahkan hormon LH saat birahi → bersamaan birahi di IB.
○ LH memacu pematangan telur dan ovulasi.
○ Sehingga saat IB ada telur fertil yang diovulasikan.
○ hCG + IB menghasilkan 90% kebuntingan.
41

Silent Heat

★ Silent heat adalah tanda birahi tidak nampak jelas tetapi secara fisiologis
birahi. Siklus normal tetapi folikel de graaf kekurangan estrogen.
★ Dikarenakan kekurangan estrogen.
★ Diagnosa di lapangan → ada folikel 1 matang dominan tetapi
CLnya atresi (tidak ada CL)
○ Diagnosa harus dipalpasi.
○ Harus ada 1 folikel besar dan tidak ada CL karena CL sudah atresi dan
menjadi corpus albicans.
○ Karena tidak ada CL → tidak perlu disuntik PGF2alpha.
○ Karena ada 1 folikel dominan maka perlu diovulasikan dengan
■ Menambahkan estrogen (suntik) dan setelah birahi kemudian
dilakukan IB. atau
■ Suntik LH/hCG bersama dengan IB (tidak nunggu birahi karena
kurang estrogen).
42

● Fase folikuler → bisa gelombang 3 akhir atau awal gelombang 1.


● Fase luteal → pertengahan gelombang 1 sampai pertengahan gelombang 3.
● Folikuler dengan folikel dominan > 1 → sistik folikel.

Tanya Jawab
1. Sapi di IB, 2-3 hari kemudian keluar darah. Apa nama darahnya?
➔ Metrorrhagia/metestrus bleeding.
2. Kalau ada metrorrhagia apakah berpengaruh pada kebuntingan?
➔ Tidak. Karena metrorrhagia terjadi karena pengaruh estrogen saat estrus tinggi
kemudian masuk metestrus estrogen rendah sehingga setelah vaskularisasi
maksimal kemudian kapiler akan pecah. Saat metestrus yang tinggi progesteron.
Estrogen bersifat vasodilatasi (membesar) sedangkan Progesteron bersifat
vasokontriksi (mengecil dan kontraksi). Pembuluh darah yang pecah di saluran
reproduksi betina yang punya mukosa.
3. Kenapa tidak mengganggu kebuntingan?
➔ Pada saat perdarahan, embrio masih di ampula. Perdarahan akan sembuh sehari
dan implantasi terjadi hari ke-16. Jadi tidak berpengaruh.
4. Sistik korpus luteum tidak patogen.
➔ Sistik korpus luteum terjadi karena CL berkembang akibat
pengaruh LH yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hipofisis
anterior menghasilkan LH karena pengaruh GnRH yang dihasilkan
oleh hipotalamus. Hipotalamus dan hipofisis anterior tidak
43

mengalami infeksi sehingga bukan patologis karena tidak ada


kelainan. Apabila ada infeksi → meningitis.
➔ Kekurangan LH dan GnRH karena faktor nutrisi dan lingkungan bukan faktor
infeksi.
5. Habis melahirkan 10 hari birahi lagi. Apakah bisa?
➔ Dijelaskan dengan gelombang folikel.
➔ Selama tidak ada kelainan patologis maka tetap ada gelombang pertumbuhan
folikel. Contohnya sapi bunting ada CL graviditatum maka ada gelombang folikel
mangkannya sapi bunting ada birahi. Tetapi apabila CLP tidak ada gelombang
folikel sehingga berhenti pertumbuhannya.
➔ Tumbuh setiap 10 hari sampai akhir kebuntingan karena ada CL →
progesteron tinggi → folikel de graaf yang tumbuh di bawah
gelombang folikel tinggi tidak melanjutkan ovulasi tetapi
atresi.
➔ Folikel yang dominan → estrogen tinggi → birahi.
➔ Pada saat sudah melahirkan CL pecah maka folikel yang tumbuh di ovarium dapat
melanjutkan hingga ovulasi.
➔ Selama involusio uteri belum sempurna → JANGAN DI IB.
6. Bunting ada estrogen apakah tidak menyebabkan abortus?
➔ Abortus terjadi kalau kadar estrogen melebihi kadar progesteron.
➔ Sapi bunting butuh estrogen untuk pertumbuhan angiogenesis →
organ jaringan, tulang, kelenjar ambing. Mammogenesis,
galactogenesis, milk down.
➔ Pada saat birahi kadar puncak estrogen sekitar 200 pg/ml (10^-12).
➔ Bunting → progesteron minimal 6 nm (10^-9).
➔ Sehingga tidak menyebabkan keguguran tetapi bisa menyebabkan
keguguran apabila pakan mengandung fitoestrogen → estrogen
tinggi → abortus.
7. Sapi melahirkan kembar, jarak kelahiran anak pertama dan kedua 1 bulan. Keduanya
hidup. Bagaimana kok bisa hidup beda jarak?
➔ Agar hidup harus mempunyai masing-masing plasenta apabila kembar.
➔ Normalnya → hanya punya 1 plasenta sehingga setelah plasenta
lepas harus segera keluar.
➔ Bunting sapi di kornua → plasenta 1 karena kornua kanan dan kiri
dihubungkan oleh korpus uteri. Kalau ada 2 plasenta → tidak
punya korpus uteri sehingga kornua kanan dan kiri terpisah.
➔ Manusia → tidak ada kornua uteri sehingga plasentanya pasti 1.
➔ Serviks 2, vagina 2 pada hewan berkantung → Didephia → pada hewan
berkantung.

Simplex → primata → tidak ada kornua.


44

Vagina 1, serviks 2, gk ada korpus langsung kornua → Duplex →


Seviks berhubungan langsung dengan kornua dan ada lubang 2 →
pada hewan pengerat.

Anda mungkin juga menyukai