Anda di halaman 1dari 10

SOP Persalinan Dengan Letak Sungsang

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00

STANDAR TANGGAL
PROSEDUR TERBIT
OPERASIONAL ………………

Pengertian Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) di mana bayi
letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri
sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (didaerah pintu atas
panggul/simfisis).

Tujuan Untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar.

Kebijakan ·0 Dokter

·1 Bidan

Prosedur Peralatan :

·2 Partus Set (harus steril)


·3 Klem tali pusat (2 buah)
·4 Gunting tali pusat (1 buah)
·5 Gunting episiotomi (1 buah)
·6 Klem ½ Kocher (1 buah)
·7 Penjepit tali pusat plastik (1 buah)
·8 Kateter
·9 Hecting Set ;
·10 Needle Holder (1 buah)
·11 Pinset Anatomis (1buah)

·12 Pinset Chirurgis (1 buah)

·13 Gunting benang (1buah)

·14 Gunting jaringan (1 buah)


·15 Bengkok (1buah)

·16 Kom besar (1 buah untuk menaruh plasenta)

Bahan Perlengkapan :

·17 Handscoen steril (2 buah)

·18 Spuit 3 cc (4 buah)

·19 Foley Catheter no. 16

·20 Underped

·21 Kassa Steril (1 bundel)

LANGKAH-LANGKAH

Ä Melihat tanda dan gejala Kala II

1. Mengamati tanda dan gejala Persalinan Kala II


Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
Ibu merasa adanya tekanan pada anus
Perineum menonjol
Vulva-vagina dan anus membuka

Menyiapkan peralatan
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali
pakai 3 ml ke dalam wadah partus set.
Ä Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan persalinan
3. Memakai celemek plastik
4. Memastikan lengan/ tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam
6. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung
tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus
set.
Bila ketuban belum pecah: pinggirkan ½ Kocher pada partus set
Ä Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas basah
dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum dan
sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah tersebut
dari kotoran)
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah.
F Bila pembukaan belum lengkap, catat hasil pemeriksaan pada partograf
dan nilai kemajuan persalinan
F Bila selaput belum pecah, lakukan pemecahan selaput ketuban:
Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat
¶ Masukkan ½ kocher yang dipegang tangan kiri dengan bimbingan
telunjuk dan jari tengah tangan kanan hingga menyentuh selaput ketuban
¶ Saat his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung jari tangan kanan
membimbing ujung ½ kocher menggores selaput ketuban hingga ketuban
pecah
¶ Keluarkan ½ kocher dari vagina ibu dengan tangan kiri, masukkan ke
dalam ember berisi larutan klorin 0,5%
¶ Pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam vagina sehingga yakin
bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat setelah selaput ketuban
dipecahkan.
¶ Keluarkan jari-jari tangan kanan dari vagina.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tanganke dalam larutan
klorin 0,5% membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10. Memeriksa denyut jantung setelah kontraksi uterus selesai,pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/ menit)
Ä Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his bila ia sudah merasa ingin
meneran
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi meneran. (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman). Berikan minuman manis jika tak ada his.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
F Memimpin ibu untuk meneran pada saat ibu timbul his, menyesuaikan
pimpinan meneran dengan kecepatan lahirnya kepala.
F Mendukung usaha ibu untuk meneran
F Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his)
F Memberi ibu kesempatan minum saat istirahat
F Memeriksa DJJ setiap kontraksi uterus selesai
™ Bila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk meneran, tunggu
hingga ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran (maksimal 60 menit).
Ibu dianjurkan untuk ganti posisi meneran seperti miring, jongkok, atau
merangkak.
™ Bila bayi belum lahir setelah dipimpin meneran 2 jam- Primipara/1 jam-
Multipara, segera lakukan rujukan.
Ä Pesiapan pertolongan kelahiran janin
14. Saat bokong janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
15. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkan dibawah
bokong ibu.
16. Membuka tutup partus set
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
18. Saat bokong sudah krowning dan perineum menipis, menyuntikkan
oksitosin atau sintocinon 5 unit IM dan dilanjutkan dengan episiotomi
Ä Menolong kelahiran bayi
Lahirnya bokong
· Fase lambat pertama :mulai lahirnya bokong, pusat sampai ujung
scapula depan dibawah sympisis
19. Sifat penolong adalah pasif, hanya menolong membuka vulva, saat
bokong dan kaki lahir kedua tangan memegang bokong secara Brach yaitu
kedua ibu jari sejajar sumbu panjang paha janin sedangkan jari-jari yang
lain memegang pada pangkal paha.
· Fase cepat : lahirnya tali pusat sampai mulut
20. Sampai tali pusat lahir lalu mengendorkan tali pusat dan menunggu
sampai ujung scapula terlihat dibawah sympisis
21. Ujung scapula anterior terlihat dibawah sympisis, penolong melakukan
gerakan hiperlordosis yaitu punggung janin di dekatkan ke perut ibu,
bersamaan dengan gerakan hiperlordosis asisten melakukan kristeller
sampai dagu,mulut lahir (memperhatikan posisi tangan janin).
Catatan : bila saat hiperlordosis terjadi hambatan segera lakukan
pertolongan dengan cara manual aid.
22. Setelah mulut lahir, kristeller berhenti dan hanya menahan uterus saja,
lalu ibu disuruh meneran sedikit untuk melahirkan kepala. Bila terdapat
lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar
atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran dengan perlindungan
tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
23. Saat dagu dan mulut lahir tangan kiri memegang kaki bayi dengan
perasat garpu
24. Tangan kanan menahan perineum lalu menyanggah kepala saat kepala
lahir.
Selanjutnya menanganan Bayi baru lahir.

4.
TEKNIK MELAHIRKAN BAHU SECARA KLASIK (DEVENTER)
1. Melahirkan lengan belakang dulu karena lengan belakang berada di
ruang yang luas (sacrum), baru melahirkan lengan depan, tetapi bila lengan
depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang
yaitu punggung diputar melewati sympisis.
2. Kedua kaki janin di pegang dengan tangan penolong pada
pergelangan kaki, ditarik ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong yaitu jari telujuk dan jari
tengah masuk ke jalan lahir menelusuri bahu, vosa cubiti, lengan dilahirkan
seolah-olah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan bahu depan kaki janin di pegang dengan tangan
kanan ditarik curam kebawah ke arah punggung ibu kemudian dilahirkan.
5. Bila lengan depan sulit dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan
belakang yaitu lengan yang sudah lahir di sekam dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak di
punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari yang lain
mencengkeram dada, kemudian di putar punggung melewati sympisis
sehingga lengan depan menjadi lengan belakang lalu lengan dilahirkan
dengan teknik tersebut di atas.

5.
TEKNIK MELAHIRKAN BAHU DAN LENGAN MENJUNGKIT
SECARA LOVSET
Prinsip : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi curam ke bawah, sehingga bahu yang sebelumnya berada
di belakang akhirnya lahir di bawah sympisis
1. Badan janin dipegang secara femuropelvik sambil dilakukan traksi
curam ke bawah badan janin di putar setengah lingkaran sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi badan
janin di putar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran
sehingga bahu belakang tampak di bawah sympisis dan lengan dapat di
lahirkan
2. Bila lengan janin tidak bisa lahir dengan sendirinya maka lengan janin
dapat di lahirkan dengan kedua jari penolong

6.
TEKNIK MELAHIRKAN LENGAN MENUNJUK SECARA
BISKENBACH
1. Bila lengan belakang yang menunjuk maka badan janin dicekam
dengan kedua tangan penolong yaitu kedua ibu jari diletakkan pada
punggung janin sejajar sumbu panjang badan, sedang jari yang lain
mencekam badan. Badan janin diputar searah dengan arah lengan tersebut
terletak di depan dada dan menjadi lengan belakang kemudian dilahirkan
secara klasik.
2. Bila lengan depan yang menunjuk maka dilahirkan dengancara yang
sama hanya cara memegang badan dibalik ibu jari diletakkan di dada dan
jari yang lain mencekam punggung.
Catatan: Bila sedang melakukan pimpinan persalinan secara brach
kemudian terjadi kemacetan lengan maka harus dilakukan pemeriksaan
dalam apakah kemacetan tersebut karena kelainan posisi lengan.

7.
TEKNIK MELAHIRKAN KEPALA SECARA MAURECEAU
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin(tangan yang dekat
dengan perut janin) dimasukkan ke dalam jalan lahir yaitu jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut janin, jari telunjuk dan jari manis pada vosa
canina, sedangkan jari yang lain mencekam leher, kemudian badan bayi
ditunggangkan pada lengan bawah.
2. Kedua tangan penolong menarik curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan kristeller ringan. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
tangan penolong yang mencekam leher janin. Bila oksiput tampak di bawah
sympisis kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga lahir berturut-turut dagu, mulut,hidung, mata, dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala.

8.
PERASAT WIGAND M WINGKEL
Tunggangkan badan bayi pada lengan penolong yang dekat dengan perut
bayi kemudian lakukan hiperlordosis dan tangan kiri penolong melakukan
kristeller lalu gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan
kepala.

9.
TEKNIK EKSTRAKSI KAKI BILA KAKI DEPAN LAHIR LEBIH
DULU
1. Kaki ditarik keluar diusahakan betis menghadap ke atas, hingga
punggung anak juga menghadap ke depan untuk memudahkan ekstraksi
2. Tungkai bawah yang sudah lahir dipegang dengan kedua ibu jari
sejajar pada betis, jari yang lain di sebelah belakang
3. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan
kedua ibu jari sejajar pada sumbu paha dan jari lainnya di belakang paha,
ditarik curam ke bawah sampai trochanter mayor depan lahir
4. Kedua pangkal paha dengan pegangan yang sama ditarik ke atas
sehingga trochanter belakang lahir
5. Setelah lipatan paha kelihatan lalu dikait dengan jari telunjuk tangan
kiri
6. Setelah bokong lahir dipegang dengan ibu jari sejajar pada sacrum,
jari-jari lain pada masing-masing paha ditarik curam ke bawah sampai
pusat kelihatan lalu tali pusat dikendorkan. Lalu ditarik terus curam ke
bawah hingga ujung scapula depan di bawah sympisis.
7. Bahu dan lengan dilahirkan secara klasik dan kepala dilahirkan secara
mauriceau

10.
TEKNIK EKSTRAKSI KAKI BILA KAKI BELAKANG LAHIR LEBIH
DAHULU
1. Dengan cara yang sama kaki belakang ditarik lebih dulu. Berhubung
kaki belakang lahir lebih dulu, maka bokong depan tersangkut pada tepi
atas symphisis. Untuk menghindari kesulitan tersebut maka tungkai
belakang ditarik lebih curam ke bawah hingga pusat kelihatan kemudian
tali pusat dikendorkan. Tarikan terus ke bawah sampai ujung scapula depan
kelihatan di bawah symphisis
2. Tarik terus ke bawah sampai trochanter mayor depan berada di bawah
symphisis, ditarik lagi curam ke bawah hingga bokong depan lahir
3. Lipatan paha depan dikait dengan satu jari yaitu jari telunjuk tangan
kanan
4. Pegangan beralih, kedua ibu jari sejajar pada sacrum, jari-jari yang
lain masing-masing pada paha, ditarik ke bawah hingga pusat kelihatan
kemudian tali pusat dikendorkan. Tarik terus ke bawah sampai ujung
scapula depan kelihatan di bawah symphisis
5. Kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik dan kepala dilahirkan
secara maureciau

11.
Ä Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Setelah seluruh badan lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong. Nilai bayi,
kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah
dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus
bayi melakukan urutan pada tali ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama
28. Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan tangan kiri dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem
29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih
membungkus bayi hingga kepala
30. Memberikan bayi kepada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki

12.
Penataksanaaan Aktif Persalinan Kala Tiga
Ø Menyuntikkan Oksitosin
31. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
32. Memberitahu ibu akan disuntik
33. Meyuntikkan oksitosin 10 unit secara IM pada bagian luar paha kanan
1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.
Ø Penegangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan tangan kiri di atas symphisis menahan bagian bawah
uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem
atai kain kasa dengan jarak 5-10 cm dari vulva
36. Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial
Bila uterus tidak segera kontraksi, minta ibu/ keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
Ø Mengeluarkan Plasenta
37. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali bertambah panjang dan
terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit
sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas
dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva
™ Bila tali pusat bertambah panjangtetapi plasenta belum lahir, pindahkan
kembali klem hingga berjrak 5-10 cm dari vulva
™ Bila plasenta belum lepas setelah mencoba langkah no.36 dalam waktu
15 menit
F Suntik ulang oksitosin IM
F Periksa kandung kemih lakukan kateterisasi bila penuh
F Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk
F Ulangi langkah no.36 selama 15 menit
F Rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah mencoba langkah no.36 dalam
waktu 15 menit kedua.
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tekanan) pegang plasenta dengan
kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Bila selaput ketuban robek, dapat digunakan klem untuk menarik robekan
selaput ketuban tersebut keluar atau masukkan jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan ke dalam vagina untuk melepaskan selaput ketuban dari
mulut rahim.
Ø Massase Uterus
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4
jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
Ø Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan Pasca Persalinan
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetalplasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap dan masukkna ke dalam kantong plastik yang tersedia.
Bila kontraksi uterus tidak baik setelah 15 detik melakukan massase mulai
kompresi bimanual interna.
41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum
yang menimbulkan perdarahan aktif
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan
penjahitan

Ä Pasca Tindakan
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan
pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik
43. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan
klorin 0,5% kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan
dengan air yang sudah didensifeksi tingkat tinggi
Ä Mengikat Tali Pusat
44. Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati
45. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya
46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah
berisi larutan klorin 0,5%
47. Membungkus kembali bayi
48. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui
49. Lanjutkan pemantapan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam dan tanda vital ibu:
F 2-3 kali dalam 10 menit pertama
F Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
F Setiap 20-30 menit pada jam kedua
Bila kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan massase uterus
apabila kontraksi uterus tidak baik.
50. Mengajarkan ibu/ keluarga untuk memeriksa/ merasakan uterus yang
memiliki kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan massase uterus
apabila kontraksi uterus tidak baik
51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
52. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu.
Ä Kebersihan dan Keamanan
53. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
disediakan
55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan
mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih/ kering
56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum
57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%
59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf

Anda mungkin juga menyukai