Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGERINGAN

Dosen Pengampu : Yusnita La Goa, M.T.

Disusun Oleh :
Ummu Musfika (142420121011)
Isti Irnawati (142420121014)
Hajirum Tuheteru (142420121007)
Wiwid Dwi Cahyani (142420121013)
Fransiska Malirmasele (142420121003)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, laporan
praktikum dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan diharapkan berbagai masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya. Akhir kata, semoga laporan ini dapat membawa
manfaat untuk pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1....................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................5
1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................................................6
1.3 Manfaat Praktikum.......................................................................................................6
BAB 2....................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................7
2.1 Pengertian Pengeringan................................................................................................7
BAB 3....................................................................................................................................9
METODE PRAKTIKUM......................................................................................................9
3.1 Waktu Dan Tempat......................................................................................................9
3.2 Bahan Dan Alat............................................................................................................9
3.3 Prosedur /Skema Kerja Praktikum...............................................................................9
BAB 4..................................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................10
BAB 5..................................................................................................................................11
KESIMPULAN & SARAN.................................................................................................11
5.1 Kesimpulan................................................................................................................11
5.2 Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................xii
LAMPIRAN.......................................................................................................................xiii

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sedimentasi merupakan suatu


peristiwa turunnya partikel
zat padat yang tersebar atau
tersuspensi dalam cairan
karena gaya berat sehingga
cairan jernih dapat dipisahkan
dari zat
padat yang menumpuk
didasarnya.
Sedimentasi merupakan suatu
peristiwa turunnya partikel
zat padat yang tersebar atau
tersuspensi dalam cairan
karena gaya berat sehingga

4
cairan jernih dapat dipisahkan
dari zat
padat yang menumpuk
didasarnya.
Sedimentasi merupakan suatu
peristiwa turunnya partikel
zat padat yang tersebar atau
tersuspensi dalam cairan
karena gaya berat sehingga
cairan jernih dapat dipisahkan
dari zat
padat yang menumpuk
didasarnya.

5
Sedimentasi merupakan suatu
peristiwa turunnya partikel
zat padat yang tersebar atau
tersuspensi dalam cairan
karena gaya berat sehingga
cairan jernih dapat dipisahkan
dari zat
padat yang menumpuk
didasarnya.
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah
yang relative kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses
pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air
keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air (aw) yang
aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. (Rachmawan, 2001).
Pengeringan dalam proses pascapanen merupakan operasi yang penting, baik
terhadap bahan padat maupun bahan cair. Pengeringan merupakan metode penanganan
pasca panen yang paling tua yang telah dipraktekan sejak dulu. Pada saat ini pun,
pengeringan secara tradisional masih banyak dipraktekan sebagai metode pengawetan
sehingga produk pangan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Pengeringan
secara tradisional tentunya kurang efektif dan efisien karena dipengaruhi sekali oleh
cuaca. Untuk itu, manusia menciptakan alat mesin pengeringan yang meningkatkan
produktivitas dari kegiatan pengeringan.

6
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses perpindahan
massadan perpindahan panas yang terjadi secara bersamaan. Proses perpindahan panas
yang terjadi dengan cara konveksi serta perpindahan panas secara konduksi dan radiasi
tetap terjadi dalam jumlah yang relatif kecil. Pertama-tama panas harus ditransfer dari
medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapanair, uap air yang
terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini
akan menyangkut aliran fluida dengan cairan harus disediakan untuk menguapkan air
dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar dapat lepas dari bahan dan
berbentuk uap air yang bebas.
Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan
cara pemanasan yang digunakan. Tujuan dilakukannya proses pengeringan adalahuntuk
memudahkan penanganan selanjutnya, mengurangi biaya transportasi dan pengemasan,
mengawetkan bahan, meningkatkan nilai guna suatu bahan atau agardapat memberikan
hasil yang baik. Meskipun demikian ada kerugian yangditimbulkan selama pengeringan
yaitu terjadinya perubahan sifat fisika dankimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu
bahan.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan dan mengetahui moisture content suatu bahan
2. Membuat kurva laju pengeringan suatu bahan

1.3 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa mengetahui moisture content suatu bahan
2. Membuat kurva laju pengeringan suatu bahan

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengeringan


Proses pengeringan adalah proses yang penting dalam penanganan pascapanen.
Pengeringan dapat mengawetkan suatu bahan sehingga bahan pangan dapat bertahan
dalam jangka waktu yang lama. Secara definisi, pengeringan adalah proses pengurangan
air dari bahan pangan menggunakan energi panas sehingga kadar air dalam bahan pangan
menurun. Pengeringan dapat merupakan proses utama dari pengolahan bahan pangan
atau merupakan bagian dari rangkaian proses. Selain dapat mengawetkan bahan pangan,
pengeringan juga mempermudah dan menghemat ruang penyimpanan saat pengepakkan
hal ini dikarenakan volume bahan mengecil.

8
Lebih ringan karena volume air dalam bahan makin sedikit, sehingga
memudahkan pengangkutan dan biaya produksi menjadi lebih murah. Proses
pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa yang
terjadi secara bersamaan (simultan). Proses perpindahan panas yang terjadi adalah
dengan cara konveksi serta perpindahan panas secara konduksi dan radiasi tetap terjadi
dalam jumlah yang relative kecil. Pertama-tama panas harus ditransfer dari medium
pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk
harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya.
Proses ini akan menyangkut aliran fluida dengan cairan harus ditransfer melalui
struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Panas harus disediakan untuk
menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar dapat
lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Mekanisme keluarnya air dari dalam
bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut:
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisanlapisan
permukaan komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.

Prinsip Pengeringan :
a. Pola Suhu di dalam Pengering Gejala perubahan suhu dalam pengering
ditentukan oleh sifat bahan umpan dan kandungan zat cairnya, temperatur
medium pemanas, waktu pengeringan, serta temperatur akhir yang
diperbolehkan dalam pengeringan zat padat tersebut.
b. Perpindahan Kalor di dalam Pengering Pengeringan zat padat basah menurut
definisinya adalah suatu proses termal. Walaupun prosesnya bertambah rumit
karena adanya difusi di dalam zat padat atau melalui gas, pengeringan bahan
dapat dilakukan dengan terus memanaskannya sampai di atas titik didih zat
cair, misalnya dengan mengontakkan zat padat tersebut dengan uap yang
sangat panas (superheated steam). Dalam sebagian besar proses pengeringan

9
adiabatik, difusi selalu ada, tetapi biasanya laju pengering itu dibatasi oleh
perpindahan kalor, bukan perpindahan massa. Karena itu, sebagian besar
pengering dirancang hanya atas dasar perpindahan kalor saja.

Moisture Content (X) menunjukkan kandungan air yang terdapat dalam material untuk
tiap satuan massa padatan. Moisture content (X) dibagi dalam 2 macam yaitu basis kering (X)
dan basis basah (X’). Moisture content basis kering (X) menunjukkan rasio antara kandungan
air (kg) dalam material terhadap berat material kering (kg). Sedangkan moisture content basis
basah (X’) menunjukkan rasio antara kandungan air (kg) dalam material terhadap berat
material basah (kg). Persamaan untuk menghitung moisture content basis kering adalah:
W −Ws
X t=
Ws
Dimana,
Xt = moisture content basis kering
W = berat bahan basah (kg)
Ws = berat bahan kering (kg)

BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Hari /Tanggal : Jumat, 16 Juni 2023
Tempat : Laboratorium Terpadu UNIMUDA Sorong

3.2 Bahan Dan Alat


No. Bahan No. Alat
1 Spons 1 Oven
2 Wortel 2 Stopwatch

10
3 Timbangan Digital
4 Cawan Petri
5 Wadah
6 Penggaris
7 Gunting/Pisau

3.3 Prosedur /Skema Kerja Praktikum


Penggeringan
1. Siapkan bahan dan buat 4 potongan yang digunakan dan 2 buah wadah.
2. Menimbang bahan kering menggunakan neraca analitik, catat massanya.
3. Rendam bahan yang akan digunakan dengan air selama 5 menit. Kemudian
timbang bahan basah tersebut menggunakan neraca analitik, catat massa
basahnya.
4. Letakkan bahan basah diatas loyang aluminium dan masukkan ke dalam oven
(T=80oC Selama 60 menit).
5. Keluarkan bahan dari oven tiap 5 , 1 0 , 15 ( menit). masukkan dalam desikator
terlebih dahulu kemudian catat massa bahan tersebut.
6. Lakukan hal yang sama dengan meletakkan bahan pada jenis loyang yang berbeda.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Massa Massa
No Bahan Bentuk Dimensi Ls
Awal Basah
1 Wortel Persegi 54 cm 0,12 9,86 g -
2 Wortel Silinder 23,6 cm 0,12 24,62 g -
3 Spon Persegi 54 cm 1,04 - 7,45 g
4 Spon Silinder 56,5 cm 2,46 - 16,68 g

11
(Tabel 1. Data Bahan)

Pada hasil yang diperoleh dari data bahan tabel 1., dimana terdapat 4 bahan yang
digunakan yaitu wortel dengan bentuk persegi dan silinder serta spon dengan bentuk persegi
dan silinder. Dari dimensi yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan luas permukaan
maka diperoleh dimensi paling kecil yaitu wortel silinder 23,6 cm. untuk dimensi wortel
persegi dan spon persegi memiliki dimensi yang sama karena memiliki ukuran sisi yang sama
sehingga diperoleh 54 cm. dan untuk dimensi terbesar yaitu pada spon silinder diperoleh 56,5
cm. Diketahui kandungan air dalam wortel sebesar 88% sehingga nilai maksimal pengeringan
(Ls) wortel sebesar 12% atau 0,12 (Sudiarini, W. N., 2015). Ls dari spon diperoleh saat
ditimbang setelah dibentuk. Massa awal pada wortel diperoleh hasil timbang setelah dibentuk
dan massa basah pada spon diperoleh setelah direndam selama 5 menit kemudian ditimbang.

Wortel Silinder Wortel Persegi Spon Silinder Spon Persegi


t menit (massa) t menit (massa) t menit (massa) t menit (massa)
0 (24,62 g) 0 (9,86 g) 0 (16,68 g) 0 (7,45 g)
10 (23,98 g) 10 (9,51 g) 15 (14,67 g) 15 (6,l9 g)
25 (23,24 g) 20 (9,11 g) 25 (13,37 g) 25 (5,63 g)
35 (22,84 g) 30 (8,88 g) 35 (12,99 g) 35 (5,18 g)
45 (22,45 g) 40 (8,70 g) 45 (12,20 g) 45 (4,78 g)
55 (21,99 g) 50 (8,47 g) 55 (11,53 g) 55 (4,43 g)
60 (21,61 g) 55 (8,27 g) 60 (11,24 g) 60 (4,26 g)
(Tabel 2. Data Hasil Pengamatan)

Pada data hasil pengamatan tabel 2 terdapat masing-masing 7 data yang diperoleh
pada setiap bahan. Dimulai dari 0 menit sampai pada menit ke 60. Waktu yang digunakan
bervariasi yaitu 5, 10 dan 15 menit pada setiap kali masuk dalam oven untuk proses
pengeringan. Pada pengamatan di atas terlihat pada spon silinder yang mengalami penurunan
kadar air yang signifikan yaitu 2,01 g.

Wortel Silinder Wortel Persegi


Waktu (m)
Kadar Air %Kadar Air Kadar Air %Kadar Air
10 0,0266 2,66 0,0368 3,68
25 0,0318 3,18 0,0439 4,39
35 0,0175 1,75 0,0259 2,59
45 0,0173 1,73 0,0206 2,06
55 0,0209 2,09 0,0271 2,71
60 0,0175 1,75 0,0241 2,41

12
(Tabel 3.1 Data Hasil Hitungan Kadar Air Wortel)

0.05
0.045
0.04
0.035
0.03
Kadar Air Wortel
0.025 Silinder
0.02 Kadar Air Wortel
Persegi
0.015
0.01
0.005
0
0 10 20 30 40 50 60 70
(Grafik 3.1 %Kadar Air Wortel)

Pada tabel 3.1 merupakan data hasil hitungan kadar air pada bahan wortel dengan
menggunakan rumus persamaan moisture content. Setelah di plot kan maka di dapatkan
gambar pada grafik 3.1 untuk mengetahui % kadar air. Seperti keterangan yang tertera
dimana grafik pada kadar air wortel silinder memiliki 2,66% kemudian pada grafik terlihat
naik 3,18% selanjutnya terjadi penurunan secara berturut-turut yaitu 1,75% dan 1,73%
kemudian naik lagi menjadi 2,09% kemudian kembali pada posisi 1,75%. Dengan rata-rata
waktu 10 menit pada pengamatan pertama hingga kelima namun pada menit terakhir hanya
menggunakan waktu 5 menit. Begitupun dengan grafik kadar air wortel persegi memiliki
3,68% kadar air pada menit pertama selanjutnya meningkat pada menit ke dua yaitu 4,39%.
Dan menurun secara berturut-turut pada menit ketiga dan keempat yaitu 2,59% dan 2,06%.
Kemudian naik lagi 2,71% dan turun menjadi 2,41% dengan waktu yang sama pada kadar air
wortel silinder.

Waktu Spon Silinder Spon Persegi


(m) Kadar Air %Kadar Air Kadar Air %Kadar Air
15 0,1370 13,7 0,2035 20,35
25 0,0972 9,72 0,0994 9,94
35 0,0292 2,92 0,0868 8,68
45 0,0647 6,47 0,0836 8,36
55 0,0581 5,81 0,0790 7,90
60 0,0258 2,58 0,0399 3,99
(Tabel 3.2 Data Hasil Hitungan Kadar air Spon)

13
70

60

50

40
Series1
30 Series7

20

10

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
(Grafik 3.2 %Kadar Air Spon)

Pada tabel 3.2 merupakan data hasil hitungan kadar air pada bahan spon dengan
menggunakan rumus persamaan moisture content. Setelah di plot kan maka di dapatkan
gambar pada grafik 3.2 untuk mengetahui % kadar air spon. Grafik tersebut menunjukkan
adanya penurunan signifikan kadar air pada spon. Spon lebih mudah dikeringkan tiap
menitnya mengalami penurunan kadar air.

Bahan R1 R2 R3 R4 R5
Spon
0,0200 0,0024 0,0006 0,0008 0,0037
Persegi
Spon
0,0173 0,0296 -0,0154 0,0028 0,0070
Silinder
t 15 25 35 45 55
Wortel
-0,00023 0,0004 0,00011 -0,00014 0,00033
Persegi
Wortel
-0,00039 0,00072 0,00001 -0,00018 0,00008
Silinder
t 10 25 35 45 55
(Tabel.4 Hasil Hitungan Laju Pengeringan)

14
Laju Pengeringan Wortel Persegi
0.0005
0.0004
0.0003
0.0002 Laju Pengeringan Wor-
tel Persegi
0.0001
0
0 10 20 30 40 50 60
-0.0001
-0.0002
-0.0003
(Grafik 4.1 Laju Pengeringan Wortel Persegi)

Pada laju pengeringan wortel persegi grafik 4.1 menunjukkan laju pengeringan pada
wortel tidak teratur karena terpengaruh oleh keadaan suhu, kelembapan dan waktu.
Kemudian setelah di plotkan dapatlah hasil seperti pada grafik 4.1 diatas, dimana garfik
tersebut menunjukkan bahwa laju pengeringan wortel persegi mengalami pengeringan yang
tidak teratur.

Laju Pengeringan Wortel Silinder


0.0008

0.0006

0.0004
Laju Pengeringan Wortel
0.0002 Silinder
0
0 10 20 30 40 50 60
-0.0002

-0.0004

-0.0006
(Grafik 4.2 Laju Pengeringan Wortel Silinder)

Pada laju pengeringan wortel silinder grafik 4.2 menunjukkan bahwa laju pengeringan
pada wortel silinder mengalami kenaikan yang signifikan sejak menit ke 10 dan mengalami
penurunan pada menit ke 45 kemudian mengalami peningkatan yang tidak signifikan pada
menit ke 55 Sehingga setelah di plot kan didapatkan hasil seperti pada grafik 4.2 diatas.

15
Laju Pengeringan Spon Persegi
0.025

0.02

0.015 Laju Pengeringan Spon


Persegi
0.01

0.005

0
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
(Grafik 4.3 Laju Pengeringan Spon Persegi)

Pada laju pengeringan spon persegi grafik 4.3 menunjukkan bahwa laju pengeringan
pada spons mengalami penurunan hal ini dipengaruhi oleh suhu, dan waktu pengeringan
sehingga pada perhitungan laju pengeringan dari menit ke 60 Sampai menit ke 10 mengalami
penurunan.

Laju Pengeringan Spon Persegi


0.04

0.03

0.02
Laju Pengeringan Spon
Persegi
0.01

0
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
-0.01

-0.02
(Grafik 4.4 Laju Pengeringan Spon Silinder)

Pada laju pengeringan spon silinder grafik 4.4 menunjukkan bahwa laju pengeringan
pada spons mengalami penurunan secara signifikan dan mengalami kenaikan ke titik 0.01.
Sehingga diplotkan mendapatkan hasil pada grafik diatas

BAB 5
KESIMPULAN & SARAN

16
5.1 Kesimpulan
Semakin tinggi suhu pengering semakin cepat kadar air bahan mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan terjadinya penguapan air yang besar pada suhu yang tinggi sehingga
bahan dapat kering dan kadar air yang dihasilkan menjadi rendah.
Irisan akan memperluas permukaan bahan dan permukaan bahan yang luas dapat
berhubungan langsung dengan medium pemanasan sehingga air lebih mudah menguap.
Semakin tipis irisan wortel maka lebih mudah air yang menguap pada wortel sebaliknya
semakin tebal irisan wortel maka lebih sedikit air yang menguap. Hal ini dikarenakan irisan
yang semakin tebal maka semakin sulit proses pengeringan.

5.2 Saran
Praktikkan diharapkan mampu bekerjasama antar tim, agar tidak terjadi kesalahan
saat melakukan praktikum. Dan mampu memahami dengan baik saat praktikum berjalan.
Ketelitian dalam penulisan data agar saat membuat laporan tidak terjadi kekliruan dan
kesalahan pada data.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nurdahlia, 2015
Sugito dkk (2013)

xviii
LAMPIRAN

Bahan (Spon & Wortel) di bentuk menjadi Bahan ditimbang untuk mengetahui massa
4 potongan yaitu silinder 2 dan persegi 2 awal

Rendam Spons dengan air selama 5 menit Masukkan bahan ke dalam untuk memulai
proses pengeringan dengan menggunakan
suhu 80°C selama 60 menit (6 kali
percobaan tiap 5-10 menit)

xix
Masukkan bahan ke dalam desikator untuk Timbang bahan untuk mengetahui massa
menurunkan suhu (didinginkan) setelah bahan yang telah dikeringkan
dikeluarkan dari oven selama (3-5 menit)

xx

Anda mungkin juga menyukai