Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Efek Rumah
Kaca” dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas remedial fisika kelas XII tahun ajaran
2020/2021, Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai efek rumah kaca.
Mulai dari bagaimana terjadinya efek rumah kaca, penyebab terjadinya efek rumah kaca
hingga dampak yang ditimbulkan dari efek rumah kaca.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini. Akhir kata saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini hingga selesai. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................
2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca......................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I PENDHULUAN
Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim
bumi, terjadilah perubahan iklim secara global. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli
selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet
bumu ini terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.
Tidak dapat dipungkiri lagi, semakin maju perkembangan zaman maka teknologi pun
semakin maju, mau tidak mau manusia juga akan mangikuti perkembangan tersebut. Salah
satunya adalah pemakaian bahan bakar fosil yang menghasilkan kontributor pemanasan
global yaitu carbondioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan
( terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), nitrogen oksida (NO) dari pupuk,
dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Dimana gas-gas
tersebut sangat sulit untuk diuraikan di atmosfer bumi.
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian efek rumah kaca.
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya efek rumah kaca.
3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca.
4. Untuk mengetahui solusi untukmengatasi efek rumah kaca.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca
Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house efect, pada awalnya
berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang
memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan menyimpan sayur mayur dan bunga-bungaan
di musim dingin. Para petani tersebut menggunakan rumah kaca karena sifat kaca yang
mudah menyerap panas dan sulit melepas panas, di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi
dari pada di luar rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan
kembali oleh benda-benda di dalam ruanagn rumah kaca sebagai gelombang panas berupa
gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan
rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan.
Dari situlah istilah efek rumah kaca muncul, bumi diibaratkan sebagai tanaman, dan kaca
sebagai atmosfer bumi, dimana atmosfer ini befungsi untuk menjaga suhu bumi agar tetap
hangat walaupun di musim dingin. Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi
karena gas-gas dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari
menjadikan suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Seandainya tidak
ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180
C, suhu yang terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi
dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150
C, suhu ini sesuai bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup.
Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti:
letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan
menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk
digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan
oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.
Uap air
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap
sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan
aktivitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala
lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah
kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di
troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air
mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya
temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer.
Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh
karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia
yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara
juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.
2. Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika
mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan
bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah
pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan
hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan
proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang
melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk
menguranginya.
Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281
ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan
36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai
konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa
konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi
industri.
3. Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia
merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila
dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara,
gas alam, dan minyak bumi.
Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah
( landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk
samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an,
jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.
4. Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari
pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap
panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen
bila dibandingkan masa pre-industri.
5. Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran
berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk
selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan
temoat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih
menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu
menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari
radiasi ultraviolet).
Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk
mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi
yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.
Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses
manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara
substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi
gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di
atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca
yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih
belum teridentifikasi.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya (CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs
( Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride) di atmosfer yang disebut gas rumah kaca.
Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar
minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Gas rumah kaca dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil kegiatan manusia.
Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi gas rumah kaca di
atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan keangkasa sebagai hasil dari aktifitas
manusia untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini.
Aktifitasaktifitas yang menghasilkan gas rumah kaca diantarnya dari kegiatan perindustrian,
penyediaan energi listrik, transportasi dan hal lain yang bersifat membakar suatu bahan.
Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/ mengeluarkan gas rumah kaca
seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga kita
bernafaspun mengeluarkan gas rumah kaca. Selain itu aktifitas manusia dalam alih guna
lahan juga mengemisikan gas rumah kaca. Mekanisme kerja gas rumah kaca adalah sebagai
berikut, lapisan atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan
termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek
rumah kaca. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi.
Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet)
diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke
ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam
troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu
sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan
radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan
troposfir oleh molekul gas dan partikel debu.
Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap
dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi
kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan
( CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan
oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik, terjadilah efek
rumah kaca.
Efek rumah kaca tentu saja memiliki dampak yang ditimbulkannya, dampak tersebut dapat
berupa dampak negatif dan positif.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang
sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem
lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat
menimbulkan naiknya permukaan air laut.
Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut
mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan
akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Efek rumah kaca menjadi penyebab global warming dan perubahan iklim. Iklim di bumi
menjadi tak menentu dan susah diprediksikan, sehingga mengganggu sistem penerbangan dan
petani dalam menentukan masa panen.
Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas-gas dalam atmosfer
dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan suhu di bumi tidak terlalu
rendah untuk dihuni makhluk hidup. Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek
rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180 C, suhu yang terlalu rendah bagi
sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca
suhu rata-rata di bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150C, suhu ini sesuai bagi
kelangsungan kehidupan makhluk hidup.
Dengan adanya efek rumah kaca membuat manusia menjadi berhati-hati dan berhemat
terhadap penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan listrik.
Dengan adanya efek rumah kaca manusia menjadi sadar bahwa pohon dan hutan memiliki
arti penting sekali bagi kelangsungan kehidupan, yaitu salah satunya dapat menyerap gas
polutan dan menghasilkan oksigen. Maka reboisasi kembali digalakkan dan penanaman
pohon di kota-kota besar mulai dilakukan.
Manusia menjadi kreatif, karena mengolah limbah seperti plastik, kertas untuk didaur ulang
menjadi barang yang ekonomis.
Badai salju dan suhu dingin ekstrem yang melanda Eropa adalah efek langsung dari
pemanasan global. Anomali iklim tersebut masih mengakibatkan gangguan transportasi, pada
saat jutaan warga Eropa bersiap mudik untuk merayakan Natal di kampung halaman. Para
peneliti dari Potsdam Institute for Climate Impact Research (Potsdam-Institut für
Klimafolgenforschung/PIK) di Jerman mengatakan, musim dingin ekstrem yang terjadi
berturut-turut di benua Eropa dalam 10 tahun belakangan ini adalah akibat mencairnya
lapisan es di kawasan Artik, dekat Kutub Utara, akibat pemanasan global.
Hilangnya lapisan es membuat permukaan laut di Samudra Artik langsung terkena sinar
matahari. Energi panas matahari, yang biasanya dipantulkan lagi ke luar angkasa oleh lapisan
es berwarna putih, kini terserap oleh permukaan laut, membuat laut di kawasan kutub itu
memanas dan mengubah pola aliran udara di atmosfer. Dalam model komputer, yang dibuat
PIK dan dimuat di Journal of Geophysical Research awal bulan ini, terlihat kenaikan suhu
udara di lautan Artik tersebut menimbulkan sistem tekanan tinggi. Sistem tekanan tinggi
inilah yang membawa udara dingin kutub ke daratan Eropa.
Efek aliran udara dingin dari kutub utara itu akan makin parah saat terjadi gangguan pada
arus udara panas yang melintasi Samudra Atlantik dan perubahan aktivitas matahari. Itulah
yang terjadi saat ini. Para pakar cuaca mengatakan, saat ini arus udara hangat dari pantai
timur AS (Gulf Stream) terhalang dan berbelok arah di tengah-tengah Atlantik. Hal itu
membuat aliran udara dingin dari Artik dan Eropa Timur tak terbendung masuk ke Eropa
Barat. Saat arus dingin ini melintasi Laut Utara dan Laut Irlandia, uap air dari laut tersebut
diubah menjadi salju dalam skala sangat besar dan menyebabkan badai salju parah di
negaranegara Eropa Barat.
Meningkatnya emisi gas rumah kaca di lapisan atmosfer bisa jadi akan terus meningkat
tanpa adanya usaha pencegahan atau pengurangan emisi yang harus dilakukan oleh manusia.
Hubungannya dengan pengurangan emisi gas CO2 di atmosfer adalah :
1. Menggunakan bahan bakar alternatif akan bahan bakar minyak atau penggunaan bahan bakar
minyak seefisien mungkin.
2. Dengan cara pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.
Aplikasi pada sektor kehutanan adalah pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan
yang berorientasi kepada kelestarian ekosistem. UU No 41 tahun 1999, tentang Kehutanan
pada pasal 10 ayat 2 dinyatakan bahwa pengurusan hutan meliputi kegiatan penyelengaraan :
1. Perencanaan kehutanan
2. Pengelolaan hutan
3. Penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan
4. Pengawasan
Untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap pengurangan emisi gas CO2 pengelolaan
sumber daya hutan harus dilakukan dengan azas demokrasi,transparasi, partisipasi dan
akuntabilitas. Keberadaan hutan dan kelestarian vegetasi diaggap penting dalam mencegah
atau mengurangi efek rumah kaca. Hal ini karena hutan dan vegetasi lain dapat mengambil
CO2 dari atmosfer untuk proses fotosintesa dan melepaskan O2 sebagai salah satu hasil dari
proses fotosintesa.
Fotosintesa mungkin merupakan fungsi yang yang terpenting dalam ekosistem karena
fotosintesa merupakan satu-satunya jalan masuknya energi matahari kedalam system
kehidupan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa hasil dari ekosistem berupa biomassa merupakan
bahan makanan bagi manusia dan makhluk lain, bahan bangunan atau bahan pakaian. Bahkan
fosil dari biomassa tumbuhan dan hewan menjadi bahan bakar minyak, gas dan batu bara.
Tidak ada cara lain untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kecuali melalui proses
fotosintesa, akan tetapi banyak cara untuk menambah emisi gas rumah kaca. Oleh sebab itu
pembangunan sumber daya hutan dan menambah bentangan hijauan adalah salah satu solusi
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Contoh nyata upaya penanggulangan efek rumah
kaca dalam kehidupan sehari-hari antara lain mengubah perilaku setiap orang untuk
mencegah terjadinya dampak-dampak dari bahaya efek rumah kaca, tentunya harus dimulai
dari diri sendiri pada setiap orang.
Kepedulian setiap individu untuk melakukan perubahan perilaku pada dirinya akan
berdampak bagi generasi penerus di kemudian hari.
d) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan masalah jangka panjang karena sampah akan terus ada. Jika tidak
dilakukan langkah-langkah untuk menanggulangi masalah sampah, maka sampah akan terus
menumpuk di tempat pembuangan sampah akhir. Hal tersebut secara tidak sadar akan
menghasilkan emisi gas CO2 dan CH4, dimana gas-gas tersebut merupakan gas rumah kaca.
Jika sampahsampah tersebut ditimbun terus-menerus, maka konsentrasi gas CO2 dan CH4 di
atmosfer akan terganggu dan menyebabkan efek rumah kaca semakin berbahaya.
Namun, membakar sampah bukanlah cara untuk mengatasi masalah ini. Karena dengan
membakar sampah, maka akan mengakibatkan polusi udara. Untuk mengatasi masalah ini,
yang dapat dilakukan adalah :
Mengurangi penggunaan sampah
Membawa kantong plastik dari rumah atau keranjang belanjaan ketika berbelanja ke pasar.
Menggunakan kantong plastik dari daun singkong atau bahan daur ulang. Karena tas kertas
atau plastik sama tidak baiknya. Plastik yang ramah lingkungan seperti tas plastik dari daun
singkong hanya membutuhkan waktu 6 bulan sampai 5 tahun untuk terurai.
Membawa bekal minum kemana ketika bepergian dengan menggunakan botol minum sendiri.
Memilih sabun dan shampoo berukuran besar dan bisa diisi ulang, selain lebih ekonomis juga
dapat mengurangi sampah kemasan.
Menghindari penggunaan sedotan dan sumpit sekali pakai untuk mengurangi sampah.
Menghindari menggunakan produk dalam bentuk sachet untuk mengurangi sampah.
Mencuci dan menggunakan kembali peralatan makan sekali pakai untuk acara berikutnya.
Jika sudah tidak bisa digunakan, maka bisa diberikanlah pada pemulung.
Memilih teh bubuk, bukan teh celup. Karena teh celup terbuat dari bahan yang sulit hancur.
Menghabiskan makanan dan minuman yang terdapat di piring dan gelas untuk mengurangi
sampah.
Dengan cuaca yang tidak menentu merupakan salah satu dampak efek rumah kaca. Mulai saat
ini selalu siap sedia jas hujan, payung dan sepatu bot untuk bepergian. Bahaya efek rumah
kaca mungkin sudah tidak dapat dihindari lagi. Namun, jika upaya-upaya sederhana di atas
dilakukan oleh semua masyarakat secara bersama-sama dan terus-menerus, maka dampak
dari efek rumah kaca dapat dikurangi.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adanya efek rumah kaca adalah disebabkan oleh bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca
( GRK) di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir
bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi
menjadi lebih panas. Gas-ga rumah kaca itu antara lain : Uap air, Karbondioksida, Metana,
Nitrogen Oksida, Gas lainnya berupa Hidrofluorokarbon (HCFC-22), klorofluorokarbon
( CFC) , PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride ).
Akibat yang ditimbulkan dari efek rumah kaca memiliki dampak negatif dan positif, tetapi
kebanyakan dampak yang ditimbulkan adalah dampak negatif karena merugikan kesejahteran
makhluk hidup.
Beberapa solusi untuk mengatasi adanya efek rumah kaca dapat dilakukan dari pihak
pemerintah dan masyarakat untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan. Dari
pemerintah dapat dilakukan dengan membuat kebijakan untuk mengajak masyarakat dalam
menanggulangi efek rumah kaca.
3.2 Saran
Melalui pembahasan dalam makalah ini diharapkan siswa SMP mampu dan mau
mengetahui dan memahami efek rumah kaca, penyebab timbulnya efek rumah kaca, akibat
yang ditimbulkan, dan solusi dalam menanggulangi dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhma, Nova. 2011. http://elib.unikom.ac.id/files /328/ gdl-novarakhma-16372-3-laporana.pdf
AZ, Ridwan. 2011. Efek Rumah Kaca dan Pengertiannya. http://ridwanaz.com /efek-
rumahkaca-dan-pengertiannya/