Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM BIOLOGI

NISIA DALAM EKOSISTEM SAWAH

PRODI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2022
NISIA DALAM EKOSISTEM SAWAH

I. TUJUAN

 Mengamati nisia dalam ekosistem persawahan

 Mengamati interaksi antar organisme dalam ekosistem sawah

 Mengamati peran dalam masing – masing organisme

II. DASAR TEORI (CONTOH)

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga
suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran
energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik
sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini
didasarkan pada hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-
sama dengan lingkungan fisik menghasilkan sutu sistem kontrol yang menjaga keadaan di
bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia
atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain di tata surya.
(Champbell,2002)

Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian


sederhana dan monokultur berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan vegetasinya.
Selain itu ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami, akan tetapi sudah
berubah sehingga akan sangat rentan terjadi ledakan suatu populasi di daerah tersebut. Hal
inilah yang menjadikan daerah pertanian dan perkebunan sering terjadi serangan hama. Oleh
karena itu ledakan hama merupakan ciri setiap pertanian monokultur (Untung, 1993).
Nisia merupakan status fungsional dari organisme dalam ekosistemnya, sehubungan
dengan tempat tinggal, tingkah laku, dan sifat – sifat khas lainnya. Dalam ekosistem yang
stabil, setiap spesies menempati nisia tersendiri. Bahkan dapat dikatakan bahwa dua spesies
yang berbeda tidak mungkin menempati nisia yang sama dalam suatu ekosistem untuk jangka
waktu yang lama. Ketika dua spesies menempati nisia yang sama dalam satu ekosistem, akan
terjadi persaingan yang sangat kuat. Salah satu spesies akan kalah dan hilang dari ekosistem
tersebut, bahkan mungkin akan mencari nisia yang baru. (Fiktor dan Moekti, 2007 : 132)

Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah :

 Abiotik

Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan
tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan
waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan
faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu :

 Suhu

Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk
meregulasi temperatur dalam tubuhnya.

 Air

Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun


beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.

 Garam

Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui


osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan
kandungan garam tinggi.

 Cahaya matahari

Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat


menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar
permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang
besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.

 Tanah dan batu

Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber
makanannya di tanah.

 Iklim

Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim
makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam
suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.

 Biotik

Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup
(organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu
ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan
fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

 Heterotrof / Konsumen

Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan


organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya . Komponen
heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan
berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur,
dan mikroba.

 Pengurai / dekomposer

Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik


yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro
(sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme
pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-
bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang
tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut
detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik,
contohnya adalah kutu kayu.

Ketergantungan antar komponen biotik ada 2 macam, yaitu :

 Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses


makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai
makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama
yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat
trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat
selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan
tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan
konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan
karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi
lainnya, sebagian energi akan hilang.

 Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling


berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi
jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk
hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.

III. ALAT DAN BAHAN


 Plot 3 X 3 di daerah sawah
 Kamera

IV. PROSEDUR

 Penetapan ekosistem yang akan dipelajari

 Pemotretan sample

 Pembuatan tabel dari data pengambilan sampel


V. TABEL PENGAMATAN (CONTOH)

Tabel Pengamatan Biotik ( hewan dan tumbuhan )

No Nama Jumlah Densitas Cara hidup Ket


.
1. Rumput gajah Banyak Bebas di tanah di sekitar
kotakan sawah
2. Kepik 5 Soliter di padi
3. Ulat 5 Soliter di daun padi
4. Walang sangit Banyak Soliter di padi
5. Burung pipit Banyak Koloni Hinggap pada
padi
6. Lebah 1 Soliter Hinggap pada
padi
7. Orong - orong 3 Soliter Hinggap pada
padi
8. Laba - laba 3 Soliter Membuat jaring-
jaring di antar
daun
9. Capung 1 Soliter Hinggap pada
daun padi
10. Belalang daun Banyak Soliter Hinggap di padi
11. Belalang kayu Banyak Soliter Hinggap di padi
12 Tanaman berbunga ±7 Bebas di tanah di sekitar
putih kotakan sawah
13 Ngengat 1 Soliter Hinggap di daun
padi
14 Padi Banyak Berumpun Di sawah
VI. PEMBAHASAN (CONTOH)

capung,
laba – laba,
kepik,
belalang
kayu,
dan
belalang
daun.
walang sangit, orong –
orong, ngengat, ulat,
lebah, burung pipit

tanaman padi, rumput gajah, dan


tanaman berbunga putih

VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A.,dkk. 2002. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga.

Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo.2007.Praktis Belajar Biologi. Jakarta:


Visindo Media Persada.

Untung, K. 1993. Konsep pengendalian hama secara terpadu. Seminar Regional


Entomologi Indonesia 30 Juli 1992 di Denpasar. 1-2.
Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai