Anda di halaman 1dari 15

Makalah

EKOSISTEM SAWAH
(Objek Wisata Didesa Huntu Selatan Bonebolango)
(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekologi yang diampuh Oleh Dr.Dewi
Wahyuni K. Baderan S.Pd M.Si)
Oleh:
Putri M.Taid
(433419041)

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................
1.4 Waktu dan tempat obseravasi...............................................................................

BAB II HASIL PENGAMATAN............................................................................

2.1 Komponen Ekosistem.........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................

3.1 Komponen Abiotik Ekosistem Sawah.................................................................


3.2 Komponen Biotik Ekosistem Sawah  ..................................................................
3.3 Interaksi antar Tumbuhan (Padi) dengan Ekosistem Sawah................................
3.4 Jaring-jaring Makanan Pada Ekosistem Sawah...................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................

4.2 Saran.....................................................................................................................

4.3 Dokumentasi........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena
atas berkat dan kasih karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Ekologi yang berjudul “Ekosistem Sawah”.
    Adapun makalah Ekologi tentang “Ekosistem Sawah” ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, saya juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah saya ini.
    Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Gorontalo, 27 September 2020

Putri M. Taid
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan
lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme,
khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan
suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan" ( Odum,
1993 ).

Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian


sederhana atau lebih tepatnya ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang
pertanian tanaman yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan
monokultur yakni salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu
jenis tanaman pada satu areal, berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan
vegetasinya. Sebenarnya merupakan hubungan komponen yang membentuk sistem.
Ini berarti baik dalam struktur maupun fungsi komponen-komponen tadi adalah suatu
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Sebagai konsekwensinya apabila salah satu
komponen terganggu, maka komponen lainnya secara cepat atau lambat akan
terpengaruh. Sistem alam ini disebut sebagai sistem ekologi, yang kemudian
disingkat dan menjadi lebih dikenal sebagai ekosistem.
Selain itu ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami, akan tetapi
sudah berubah sehingga akan sangat rentan terjadi ledakan suatu populasi di daerah
tersebut. Hal inilah yang menjadikan daerah pertanian dan perkebunan sering terjadi
serangan hama. Oleh karena itu ledakan hama merupakan ciri  setiap pertanian
monokultur ( Odum, 1993 ).
1.2   Rumusan Masalah

1. Apa komponen Abiotik Ekosistem Sawah ?


2. Apa komponen Biotik Ekosistem Sawah ?
3. Bagaimana interaksi antar Tumbuhan (Padi) dengan Ekosistem Sawah ?
4. Bagaimana jaring-jaring Makanan Pada Ekosistem Sawah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui komponen Abiotik Ekosistem Sawah
2.   Mengetahui komponen Biotik Ekosistem Sawah 
3.    Menjelaskan Interaksi antar Tumbuhan (Padi) dengan Ekosistem Sawah
4.    Menjelaskan Jaring-jaring Makanan Pada Ekosistem Sawah

1.4 Waktu dan Tempat Observasi

Observasi dilakukan pada hari Minggu, 27 September 2020 bertempat di


Wisata Sawah Pertanian di Desa Huntu Selatan Tapa Bonebolango
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Komponen Ekosistem

No Komponen Komponen Keterangan


Biotik Abiotik
1 Padi  Tanaman utama
2 Tanah / Lumpur  Media tumbuh
padi
3 Air  Pengairan
4 Udara 
5 Cahaya matahari  Penyinaran
6 Iklim 
7 Gulma  Tumbuhan
penganggu
8 Belalang  Hama
9 Ulat  Hama
10 Siput  Hama
11 Wereng  Tumbuhan
penganggu
13 Ular  Predator
14 Mikroba  Pengurai
15 Katak  Predator
16 Burung  Predator
15 Pupuk  Nutrien
15 Petani  Pengendali

 Autotrof/ Produsen :Padi, Gulma


 Heterotof : Konsumen tingkat. I belalang,ulat, siput. Konsumen tingkat. II
Ular, katak, burung. dan Konsumen ting. III Elang, Manusia
 Dekomposer: Mikroba atau fungi
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Komponen Abiotik Ekosistem Sawah

Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen Abiotik yang terdiri dari
habitat seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi
mahluk hidup termasuk cahaya matahari dan iklim.
Adapun komponen abiotik ekosistem sawah adalah sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim
atau lumut, dan pembusukan bahan organik, tanah memiliki sifat, tekstur, dan
gangguan mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh
organisme untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh
dengan baik pada tanah yang subur.
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda
menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga
menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama
tumbuhan.
2. Air
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh
apa pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi
tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan
membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya
air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim
di daerah yang bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta
km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan
salju. Air tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water)
dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut
dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu.
Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup
memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem
bumi kita ini adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses
sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi akibat adanya siklus
melalui hujan, aliran air, transpirasi dan evaporasi yang berlangsung secara
terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung
mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari faktor iklim
yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan
organ tumbuhan ( Elfis, 2010 ).
Air terdiri dari molekul-molekul H2O. Air dapat berbentuk padat, cair, dan
gas. Dialam, air dapat berbentuk padat, misalnya es dan kristal es (salju), serta
berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh
makhluk hidup karena sebagian  besar tubuhnya mengandung air.
3. Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen
(20,93%), karbon dioksida (0,03%), dan gas-gas lain. Nitrogen diperlukan
mahluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan makhluk untuk
bernafas. Karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis.
4. Cahaya matahari
Cahaya matahari adalah kebutuhan tumbuh-tumbuhan akan cahaya matahari
berkaitan pula dengan energi dan suhu udara yang ditimbulkannya. Terdapat 4
kelompok vegetasi yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan panas se-panjang
tahun, misalnya tumbuhan daerah tropis, mesotermal (tumbuhan yang
menyukai lingkungan yang tidak bersuhu terlalu panas atau terlalu dingin),
mikrotermal (tumbuhan di habitatnya, yaitu kelompok vegetasi atau tumbuhan
megatermal (tumbuhan menyukai habitat bersuhu yang menyukai habitat
bersuhu rendah atau dingin, misalnya tumbuhan dataran tinggi atau habitat
sub tropis) dan hekistotermal yaitu tumbuhan yang terdapat di daerah kutub
atau alpin.
Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu lingkungan. Cahaya matahari juga merupakan unsur vital
yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
5. Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang, minimal permusim atau
per periode atau per tahun, dan seterusnya, sedangkan cuaca adalah kondisi
iklim pada suatu waktu berjangka pendek, misalnya harian, mingguan,
bulanan dan maksimal semusim atau seperiode ( Hanafiah, 2007 ).

3.2 Komponen Biotik Ekosistem Sawah

Komponen biotik ialah faktor yang meliputi semua mahluk hidup dibumi,
baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, dan mikroorganisme berperan
sebagai dekomposer. Berdasarkan fungsinya komponen Biotik dibedakan atas:
1. Produsen
Produsen merupakan organisme yang mampu membentuk makanannya
sendiri dari zat-zat organik melalui proses fotosintesa dan klorofil. Organisme
ini disebut autotrof karena mampu membentuk makanannya sendiri juga
menyediakan kebutuhan makhluk hidup lainnya. Contoh: tumbuhan hijau
(padi), rumput-rumputan, sitoplankton.
2. Konsumen
Konsumen adalah sekelompok makhluk hidup yang memakan produsen dan
hewan lainnya. Kelompok ini tidak mampu membuat makanannya sendiri dari
bahan anorganik. Karena itu, ia sangat tergantung pada organisme produsen.
Organisme konsumen disebut heterotrof. Pada konsumen juga terdapat
tingkatan lagi. Hewan yang memakan organisme produsen disebut konsumen
primer. Jenisnya terdiri dari herbivora dalam struktur trofik menduduki
tingkat trofik kedua. Konsumen yang memakan herbivora disebut konsumen
sekunder dan terdiri dari hewan-hewan karnivora atau omnivora. Konsumen
trofik ini berada pada tingkat trofik ketiga. Contoh: belalang, burung, siput,
tikus, wereng, hama wereng, ular dan lain-lain.
3. Pengurai
Pengurai merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup
lainnya yang telah mati menjadi zat-zat anorganik. Zat ini tersimpan dalam
tanah dan dimanfaatkan tumbuhan sebagai bahan makanannya. Organisme
pengurai adalah bakteri, cacing dan jamur ( Prasetyo, 2006 ).

3.3 Interaksi antar Tumbuhan (Padi) dengan Ekosistem Sawah

Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan


antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi
antar komponen ekologi dapat merupakan interaksi antar organisme, antar populasi,
dan antar komunitas( Aryulina, 2010 ).

1. Interaksi Antar Organisme


Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau
lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari
populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat disekitar kita. Interaksi
antar organisme dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Netral, adalah hubungan tidak saling mengganggu antar organisme
dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak
merugikan kedua belah pihak. Contohnya: Laba-laba dengan padi.
2) Predasi, adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa. Hubungan ini
sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya,
predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
Contohnya: Tikus (mangsa) dan ular (pemangsa).
3) Parasitisme, adalah hubungan antar organisme yang berbeda spesies,
bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil
makanan dari inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
Contohnya: jamur (parasit) dan padi (inangnya). 
4) Komensalisme, adalah merupakan hubungan antara dua organisme
yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi
sumber makanan, salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya
tidak dirugikan. Contohnya: elang dengan pohon yang ditumpanginya.
5) Mutualisme, adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda
spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya:
kumbang dengan padi.
2. Interaksi Antar Komponen Biotik dengan Abiotik
Dalam ekosistem, interaksi antara komponen biotik dan abiotik mulai terjadi
dari tingkat individu hingga biosfer. Interaksi komponen biotik dengan abiotik
misalnya pada penggunaan oksigen untuk pernapasan dan penyerapan cahaya
matahari dengan panjang gelombang tertentu untuk fotosintesis pada
tumbuhan hijau. Interaksi tersebut akan semakin kompleks pada tingkat
ekosistem dan biosfer. Interaksi antara komponen biotik dan abiotik pada
tingkat biosfer adalah interaksi yang paling kompleks. Biosfer merupakan
tempat interaksi seluruh ekosistem di bumi. Pada tingkat ekosistem, individu
atau populasi me-miliki peran yang khas dalam kaitan interaksinya dengan
lingkungan biotik dan abiotik. Kekhasan fungsi suatu individu atau populasi
dalam ekosistem disebut niche (relung).
Berdasarkan peran khasnya, suatu individu atau populasi dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1) Produsen
Produsen adalah organisme yang menyususn senyawa organik atau membuat
makanan sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Organisme yang tergolong
produsen meliputi organisme yang melakukan fotosintesis, yaitu: tumbuhan
hijau, beberapa jenis bakteri.
2) Konsumen
Konsumen adalah organisme yang tidak mampu menyusun senyawa organik
atau membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya,
organisme ini bergantung pada organisme lain. Hewan dan manusia tergolong
dalam kelompok sebagai konsumen. 
3) Dekomposer
Dekomposer merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme
untuk memperoleh makanan atau bahan bahan organik yang diperlukan.
Penguraian memungkinkan zat-zat organik yang kompleks terurai menjadi
zat-zat yang lebih sederhana kemudian dapat dimanfaatkan kembali oleh
produsen. Organisme yang termasuk dekomposer adalah bakteri dan jamur.   

3.4 Jaring-jaring Makanan Pada Ekosistem Sawah

Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan


lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya
sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal
balik antara unsur-unsur hayati dengan non hayati membentuk sistem ekologi yang
disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan
siklus biogeokimia. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam
tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Bila sebagian dari biomassa suatu komunitas tumbuhan dimakan. Energi itu di
teruskan ke pada suatu heterotrof, yang untuk keberadaannya bergantung pada energi
tersebut. Misalnya belalang, tumbuh dan melaksanakan seluruh kegiatannya berkat
energi yang tersimpan dalam tumbuhan yang dimakannya. Pada gilirannya, herbivora
menyediakan makanan untuk hewan karnivora. Belalang tadi dapat di makan oleh
katak. Proses pemindahan energi dari makhluk ke makhluk dapat berlanjut. Katak
dapat di makan oleh ular hitam, yang pada gilirannya dapat di makan oleh burung
elang. Lintasan konsumsi makanan seperti ini disebut rantai makanan.
Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan
melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan. Para ilmuwan ekologi
mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai
saprofit yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Rantai pemangsa, rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau


sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat
herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang
memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan
pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
2) Rantai parasit, rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme
yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing,
bakteri, dan benalu.
3) Rantai saprofit, rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.
Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi
saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring
makanan.
Jaring - jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan
satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring.
Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.

Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan
dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat
trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat
makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan
hijau sebagai produsen.
Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan
yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan
tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari
satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang.

Dalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan,
akan tetapi banyak rantai makanan. Tumbuhan hijau tidak hanya dimakan oleh satu
organisme saja, tetapi dapat dimakan oleh berbagai konsumen primer. Misalnya: padi
daunnya dimakan ulat, ulat dimakan burung pipit, burung pipit dimakan burung
elang, Padi juga dimakan tikus, tikus dimakan oleh burung elang, tikus juga dimakan
ular. padi juga dimakan burung, burung pipit dimakan burung elang. Akibatnya
dalam suatu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan saja tetapi banyak
bentuk rantai makanan. Rantai-rantai makanan yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lain disebut jaring-jaring makanan.
Dampak punahnya ular pada ekosistem sawah yaitu populasi tikus meningkat
sehingga banyak petani yang gagal panen, populasi burung elang / hewan yang
memakan ular akan menurun/punah karena sudah tidak tersedia makanan bagi hewan
pemakan ular tersebut dan ekosistem menjadi terganggu.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada hari minggu,27 September 2020 di tempat wisata pertanian sawah di


desa huntu selatan Tapa Bonebolango saya melakukan observasi mengenai ekosistem
yang ada ditempat tersebut dari hasil pengamatan saya bahwa ekosistem sawah yang
ada disana memiliki komponen biotik dan abiotic begitu pula dengan jaring-jaring
makanannya sama seperti sawah pada umumnya. Jadi saya dapat simpulkan bahwa:

Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian


sederhana atau lebih tepatnya ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang
pertanian tanaman yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan
monokultur yakni salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu
jenis tanaman pada satu areal, berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan
vegetasinya.Komponen abiotik ekosistem sawah yaitu : tanah, air, udara, cahaya
matahari, iklim.Adapun komponen biotik ekosistem sawah yaitu : produsen,
konsumen, pengurai.Interaksi antar komponen ekologi dapat merupakan interaksi
antar organisme, antar populasi, dan antar komunitas.Jaring- jaring makanan, yaitu
rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap
jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.

4.2 Saran

Saya berharap dengan adanya tempat wisata pertanian yang baru ini
masyarakat dan teman-teman sekalian dapat menjaga kelestarian alam terutama
sawah yang ada disekitar kita agar dapat mendorong kita para mahasiswa untuk dapat
berkarya dan berkreativitas lagi untuk masa depan yang akan datang, saya menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan
wawasan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu sekiranya ibu dan para
teman-teman sekalian agar dapat memaklumi, dan saya mengharapkan saran dan
kritik yang membangun agar lebih baik.
4.3 Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D. 2010. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.


Elfis. 2010. Ekologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Odum. 1993. Dasar – Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Prasetyo. 2006. Bertanam Padi Sawah. Penebar Swadaya.  Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai