MUHAMMAD TOMI
193030401108
Kelompok VII
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAYATI DAN
PENGELOLAAN HABITAT
TEKNIK ISOLASI AGENS HAYATI TRICHODERMA SP.
DARI RHIZOSFER DAN FILOSFER
ASISTEN PRAKTIKUM
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang............................................................................ 1
I.2. Tujuan Praktikum........................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Rhizosfer Sebagai Habitat Agensia Hayati................................ 3
II.2. Filosfer Sebagai Habitat Agensia Hayati.................................... 4
II.3. Agensia Hayati Trichoderma sp................................................. 5
III. BAHAN DAN METODE
III.1.......................................................................Waktu dan Tempat
8
III.2............................................................................Bahan dan Alat
8
III.3....................................................................................Cara Kerja
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1........................................................................Hasil Pengamatan
10
IV.2.................................................................................Pembahasan
11
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan................................................................................. 14
V.2. Saran........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agensia pengendalian hayati (APH) sangat berperan penting dalam proses
menuju kondisi agro-ekosistem yang stabil. Peranan tersebut ditunjukkan oleh
kemampuan agensia pengendalian hayati dalam menekan kepadatan populasi
hama sasaran di atas ambang ekonomi hingga di bawah ambang ekonomi, dan
meregulasi populasi hama tetap berada di bawah ambang ekonomi. Pendekatan ini
bertujuan untuk konservasi dan meningkatkan dampak dari musuh alami yang
telah ada pada areal pertanaman. Salah satu caranya adalah dengan memperkecil
dampak negatif penggunaan pesti. Pengendalian hayati merupakan suatu
pemanfaatan mikroorganisme dengan bertujuan mengendalikan Organisme
Pengganggu Tanaman yaitu mikroorganisme antagonis (termasuk bakteri dan
jamur guna menekan patogen penyebab penyakit) Secara alamiah mikroorganisme
antagonis ini banyak dijumpai pada tanah-tanah pertanian sehingga menciptakan
tingkat pengendalian hayati itu sendiri terhadap satu atau banyak jenis patogen
tumbuhan,
Mengingat Rizosfer merupakan zona lingkungan mikro yang berada di sekitar
daerah perakaran tanaman. Daerah masih bisa disebut rizosfer apabila luas
daerahnya yang masih tercakup atau terpengaruh oleh aktivitas perakaran tanaman
beserta dengan miroorganisme yang bersimbiosis dengan tanah tersebut. Rizosfer
sifat-sifatnya baik kimia, fisik dan biologi dipengaruhi oleh aktivitas perakaran.
Jika terdapat mikroorganisme antagonis di daerah tersebut, patogen akan
terinfeksi oleh mikroorganisme antagonis tersebut saat menyebar dan menginfeksi
akar. Situasi ini disebut sebagai pertahanan alami mikroorganisme, dan
mikroorganisme antagonis ini kemungkinan besar akan dikembangkan sebagai
agen kontrol biologis (APH). Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
rizosfer tanah bambu, serai dan Putri malu banyak tumbuh jamur dan bakteri
antagonis yang dapat menghambat pertumbuhan patogen (disease suppressive
soil) dan mendorong pertumbuhan tanaman. Salah satu genus jamur antagonis
yang banyak ditemukan pada rizosfer dan filosfer tanaman bambu adalah
Trichoderma.
Manfaat mempelajari agens hayati yaitu untuk mengetahui bagaimana cara
yang efektif dalam pengendalian hama pada tanaman selain menggunakan
pestisida, Salah satu jenis jamur antagonis yang ditemukan pada rizosfer bambu dan
filosfer (daun bambu) adalah spesies Trichodema. Jamur Trichodema sp. dapat
digunakan sebagai agensia hayati yang efektif mengendalikan berbagai penyakit
tanaman.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 hasil pengamatan isolasi agens hayati dari rhizosfer dan
filosfer bambu dapat diketahui bahwa hasil ekspolasi agens hayati Trichoderma
sp. Pada hasil pengamatan ekspolasi agens hayati Trichoderma sp. dari rhizosfer
bambu dengan teknik isolasi menggunakan nasi menunjukkan pada pengamatan
pertama di hari ke-3 pada nasi sebagai media isolasi mulai menguning dengan
beberapa bagian sudah mulai muncul miselium jamur dan pada pengamatan kedua
di hari ke-5 pada nasi sebagai media isolasi sudah menguning dibeberapa bagian
dan tampak miselium jamur sudah tumbuh berwarna hijau dibeberapa bagian.
Jamur Trichoderma sp. ini memiliki ciri khas miseliumnya berwarna hijau,
dimana pada permukaan nasi permukaan dari nasi yang telah ditumbuhi
Trichoderma sp. tampak lembut namun terdapat seperti tonjolan halus akibat
terdapat miselium jamur Trichoderma yang tumbuh. Sedangkan dari filosfer
bambu dengan teknik isolasi menggunakan nasi pada pengamatan pertama pada
hari ke-3 menunjukkan keadaan nasi sebagai media isolasi masih berwarna putih
tetapi tampak mulai ditumbuhi oleh miselium jamur berwarna putih. Kemudian
pada pengamatan kedua di hari ke-5 menunjukkan keadaan nasi sebagai media
isolasi mulai menguning, tampak miselium jamur sudah tumbuh berwarna hijau
muda dibeberapa bagian media (bola-bola nasi). Warna hijau ini merupakan ciri
khas dari jamur Trichoderma sp yang paling mudah diamati. Pada hasil
pengamatan ekspolasi agens hayati Trichoderma sp.
Adapun hasil pengamatan dari isolasi yang dilakukan pada rizosfer dan
filosfer memiliki perbedaan perubahan yang terjadi. Yang dimana perbahan warna
pada rizosfer lebih cepat dibandingkan dengan filosfor, yang dapat di lihat pada
hari ke-3 pada pengamatan yang dilakukan. Hal ini terjadi karena faktor dari
banyak nya mikroba yang ada pada Rizosfer dan Filosfer, yang dimana pada
Rizosfer memiliki mikroba yang lebih banyak pada bagian perakaran tanaman di
bandingkan dengan Filosfer yang ada pada bagian atas daun, batang, bunga, dan
buah pada tanaman itu sendiri, sehingga dapat mempengaruhi kecepatan
perubahan yang terjadi pada saat isolasi.
Pada teknik isolasi agens hayati Trichoderma sp. dari rhizosfer dan filosfer
bambu, bahan yang digunakan sebagai media isolasi adalah nasi. Nasi berperan
sebagai pemancing untuk jamur dapat tumbuh dan berkembang pada media isolasi
dimana nasi memberikan nutisi atau sumber makanan untuk jamur Trichoderma
yang di isolasi berupa karbohidrat. Nasi disini berperan menggantikan rhizosfer
dan filosfer yang merupakan habitat Trichoderma yang biasanya memberi sumber
nutrisi berupa eksudat tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai
mikroba yang hidup di dalamnya. Adapun alasan mengapa bahan yang digunakan
nasi, walaupun sebenarnya setiap sumber karbohidrat dan gula seperti jagung,
dedak, kentang dan lain sebagainya bisa juga digunakan adalah karena nasi mudah
didapatkan dan harganya juga lebih terjangkau dibandingkan kentang atau dedak
Sebab, di dalam nasi terdapat sejumlah nutrisi penting di antaranya karbohidrat,
protein, mineral seperti besi (Fe), fosfor (P), mangan (Mn), selenium, magnesium
(Mg), kalium, dan sejumlah vitamin. Pertama, di dalam nasi terdapat sekitar 39%
karbohidrat..
IV.
V. PENUTUP
V.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
untuk mengisolasi jamur agens hayati Trichoderma dari perakaran (rhizosfer) dan
daun (filosfer) bamabu dapat dilakukan dengan teknik sederhana menggunakan
nasi sebagai pancingan agar mikroorganisme ini dapat tumbuh dan berkembang
pada media biakan yaitu nasi itu sendiri. Trichoderma, sp dapat menghambat
pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit bagi tanaman.Pada
proses pengisolasian Trichodermasp. ini dibutuhkan bagian dari rizosfer dan
filosfer dari tanaman bambu dan nasi yang masih baru sebagai media yang dimana
dalam proses isolasi harus berada pada tempat yang gelap. Keberhasilan dari
isolasi Trichodermasp. ini yaitu dapat dilihat dari perubahan warna pada
permukaan nasi menjadi warna hijau.Warna hijau inilah tersebut merupakan ciri
khas dari jamur Trichodermasp. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk mengisolasi jamur ini yaitu : menyiapkan nasi sebagai sumber nutrisi jamur,
menyusunnya dalam nampan yang sudah disterilkan (untuk rhizosfer) dan
membuat bola-bola nasi lalu dimasukkan dalam toples steril (untuk filosfer).
Kemudian rhizosfer bambu disusun dipermukaan nasi dalam nampan hingga
merata lalu susun lagi nasi diatas rhizosfer. Untuk daun bambu, daun dipotong-
potong lalu disusun dalam toples kemudian masukkan bola-bola nasi sebanyak 5-
6 buah lalu masukkan lagi potongan daun. Setelah semua siap, tutup masing-
masing nampan dan toples menggunakan kain puring dan ikat menggunakan karet
gelang. Selanjutnya simpan kedua media isolasi pada tempat bersih bersuhu
ruangan dan gelap. Lakukan pengamatan pada hari ke-3 dan ke-5, dimana pada
hari tersebut miselium jamur sudah tumbuh.
4.2. Saran
Diharapakan untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya agar praktikan dapat
lebih tepat waktu untuk hadir dalam pelaksanaan praktikum untuk praktikan
setelah melakukan praktikum dapat memahami tujuan dari praktikum dan
mengerti akan materi yang dijelaskan Praktikan diharapkan dapat menguasai
materi.
DAFTAR PUSTAKA