Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAYATI DAN


PENGELOLAAN HABITAT

TEKNIK ISOLASI AGENS HAYATI TRICHODERMA SP.


DARI RHIZOSFER DAN FILOSFER

MUHAMMAD TOMI
193030401108
Kelompok VII

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAYATI DAN
PENGELOLAAN HABITAT
TEKNIK ISOLASI AGENS HAYATI TRICHODERMA SP.
DARI RHIZOSFER DAN FILOSFER

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada


Hari :
Tanggal :

ASISTEN PRAKTIKUM

IRENE LISTERIANNE SILITONGA


193020401074
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang............................................................................ 1
I.2. Tujuan Praktikum........................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Rhizosfer Sebagai Habitat Agensia Hayati................................ 3
II.2. Filosfer Sebagai Habitat Agensia Hayati.................................... 4
II.3. Agensia Hayati Trichoderma sp................................................. 5
III. BAHAN DAN METODE
III.1.......................................................................Waktu dan Tempat
8
III.2............................................................................Bahan dan Alat
8
III.3....................................................................................Cara Kerja
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1........................................................................Hasil Pengamatan
10
IV.2.................................................................................Pembahasan
11
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan................................................................................. 14
V.2. Saran........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agensia pengendalian hayati (APH) sangat berperan penting dalam proses
menuju kondisi agro-ekosistem yang stabil. Peranan tersebut ditunjukkan oleh
kemampuan agensia pengendalian hayati dalam menekan kepadatan populasi
hama sasaran di atas ambang ekonomi hingga di bawah ambang ekonomi, dan
meregulasi populasi hama tetap berada di bawah ambang ekonomi. Pendekatan ini
bertujuan untuk konservasi dan meningkatkan dampak dari musuh alami yang
telah ada pada areal pertanaman. Salah satu caranya adalah dengan memperkecil
dampak negatif penggunaan pesti. Pengendalian hayati merupakan suatu
pemanfaatan mikroorganisme dengan bertujuan mengendalikan Organisme
Pengganggu Tanaman yaitu mikroorganisme antagonis (termasuk bakteri dan
jamur guna menekan patogen penyebab penyakit) Secara alamiah mikroorganisme
antagonis ini banyak dijumpai pada tanah-tanah pertanian sehingga menciptakan
tingkat pengendalian hayati itu sendiri terhadap satu atau banyak jenis patogen
tumbuhan,
Mengingat Rizosfer merupakan zona lingkungan mikro yang berada di sekitar
daerah perakaran tanaman. Daerah masih bisa disebut rizosfer apabila luas
daerahnya yang masih tercakup atau terpengaruh oleh aktivitas perakaran tanaman
beserta dengan miroorganisme yang bersimbiosis dengan tanah tersebut. Rizosfer
sifat-sifatnya baik kimia, fisik dan biologi dipengaruhi oleh aktivitas perakaran.
Jika terdapat mikroorganisme antagonis di daerah tersebut, patogen akan
terinfeksi oleh mikroorganisme antagonis tersebut saat menyebar dan menginfeksi
akar. Situasi ini disebut sebagai pertahanan alami mikroorganisme, dan
mikroorganisme antagonis ini kemungkinan besar akan dikembangkan sebagai
agen kontrol biologis (APH). Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
rizosfer tanah bambu, serai dan Putri malu banyak tumbuh jamur dan bakteri
antagonis yang dapat menghambat pertumbuhan patogen (disease suppressive
soil) dan mendorong pertumbuhan tanaman. Salah satu genus jamur antagonis
yang banyak ditemukan pada rizosfer dan filosfer tanaman bambu adalah
Trichoderma.
Manfaat mempelajari agens hayati yaitu untuk mengetahui bagaimana cara
yang efektif dalam pengendalian hama pada tanaman selain menggunakan
pestisida, Salah satu jenis jamur antagonis yang ditemukan pada rizosfer bambu dan
filosfer (daun bambu) adalah spesies Trichodema. Jamur Trichodema sp. dapat
digunakan sebagai agensia hayati yang efektif mengendalikan berbagai penyakit
tanaman.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum adalah untuk mengetahui dan mengisolasi jamur agens
hayati Trichoderma pada perakaran bambu dan serai dengan Teknik sederhana.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rhizosfer Sebagai Habitat Agensia Hayati


Rizosfer merupakan zona lingkungan mikro yang berada di sekitar daerah
perakaran tanaman. Rizosfer sifat-sifatnya baik kimia, fisik dan biologi
dipengaruhi oleh aktivitas perakaran. Rizosfer tanaman merupakan bagian dari
tanah yang menutupi bagian dari perakaran tanaman dan menjadi habitat alami
berbagai mikroorganisme berupa bakteri atau lebih dikenal sebagai rizobakteri.
Bakteri rhizosfer merupakan bakteri yang hidup di daerah perakaran tanaman
yang umumnya berperan di luar bagi tanaman terhadap patogen bakteri tersebut
memiliki kemampuan sebagai agen biokontrol karena kemampuannya
menghasilkan senyawa anti jamur seperti kitinase protease dan selulase dan
bakteri ini juga dilaporkan memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan
tanaman dengan memproduksi senyawa-senyawa stimulan pertumbuhan seperti
auxin dan fitohormon biasa dikenal sebagai plant growth promoting rhizobacteria.
Bahkan rizobacteri ini menguntungkan tanaman karena mampu berfungsi sebagai
rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman atau lebih umum disebut PGPR yaitu
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (Nurliana,2018).

2.2. Filosfer Sebagai Habitat Agensia Hayati


Bakteri filosfer merupakan golongan mikroorganisme yang hidup di
permukaan daun tanaman bakteri ini mampu memproduksi pigmen merah muda
atau orange dan senyawa ekstraseluler berupa eksopolisakarida sebagai
pertahanan dirinya dari paparan radiasi UltraViolet selain itu bakteri ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai agen biokontrol karena diketahui memiliki aktivitas
kitinolitik. Mikrob filosfer hidup pada daun tanaman. Mikrob ini berasal dari
tanah, air, udara, tanaman lain, atau dibawa oleh binatang khususnya. Bakteri
filosfer ditemukan pada stomata, di sepanjang tulang daun dan dinding sel
epidermis. Bakteri ini hidup pada daun karena adanya senyawa organik seperti
fruktosa, sukrosa, asam organik, asam amino, dan vitamin yang dijadikan sebagai
sumber karbon, energi dan senyawa pemicu tumbuh.
2.3. Agensia Hayati Trichoderma sp.
Trichoderma merupakan cendawan asli tanah yang bersifat menguntungkan
karena mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap jamur-jamur pathogen
tanaman budidaya. Mekanisme pengendalian yang bersifat spesifik target dan
mampu meningkatkan hasil produksi tanaman menjadi keuntungan sendiri bagi
Trichoderma ini sebagai agens hayati. Trichoderma, sp dapat menghambat
pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit bagi tanaman
seperti cendawan Rigdiforuslignosus, Fusariumoxysporum, Rizoctoniasolani,
Fusariummonilifome, sclerotiumrolfsii dan cendawan Sclerotiumrilfisil.
Trichoderma merupakan cendawan tanah alami yang bermanfaat melawan
cendawan patogen pada tanaman budidaya karena sifat antagonisnya yang tinggi.
Trichoderma memiliki ±88 spesies yang ditentukan dengan karakterisasi
molekuler dari cendawan ini.
Adapun klasifikasi dari jamur Trichoderma sp. ini yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Filum : Deutromycota
Klas : Deutromycetes (imperfek fungi)
Subklas : Deuteromycetidae
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp.
Cendawan Trichoderma sekarang ini telah banyak diteliti dan dikembangkan
sebagai agensia hayati, berguna untuk mengendalikan patogen tular tanah. Hal ini
dikarenakan oleh beberapa sifat penting mikroorganisme ini, seperti menghasilkan
antibiotik dan enzim yang dapat mengalahkan lingkungan, mudah dieksplorasi
dan isolasi, mudah tumbuh diberbagai substrat, merupakan mikroparasitisme yang
tersebar luas, tidak bersifat patogenik pada tanaman, serta memiliki kemampuan
kompetisi yang baik (Sutarman, 2016).
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat dengan
materi Teknik isolasi agens hayati trichoderma sp. Dari rhizosfer dan filosfer.
Dilaksanakan pada hari Sabtu 16 Oktober 2021, pukul 16.10 WIB, bertempat di
Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Palangka Raya

3.2. Alat Dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam praktikum Teknologi Dasar Perlindungan
Tanaman dengan materi Teknik isolasi agens hayati trichoderma sp. Dari
rhizosfer dan filosfer yaitu, Tanah dan humus rizosfer tanaman bambu, Daun
bambu, Nasi putih, Alkohol 70% Sedangkan alat yang digunakan yaitu, Kain
puring warna hitam, Toples plastik, Nampan plastik, Kertas tisu, Alat penggali
tanah.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan pada saat Praktikum Teknologi Pengendalian
Hayati Dan Pengelolaan Habitat dengan materi Teknik Isolasi Agens Hayati
Trichoderma Sp. Dari Rhizosfer Dan Filosfer adalah sebagai berikut :
Cara Kerja I
1) Ambil tanah, humus sisa daun dan perakaran bambu di bawah tanaman bambu,
pilih bagian tanah/humus yang tidak tergenang dan sedikit lembab.
2) Tanah di masukkan ke dalam nampan atau kotak sepatu yang sudah dialasi
kertas tisu, kemudian diratakan sambil ditekan-tekan agar padat.
3) Letakkan nasi di atas tanah pada nampan/kotak dan diratakan, lapisan tidak
terlalu tebal, tutup lagi dengan kertas tisu permukaan nasi. Kemudian nampan
ditutup dengan kain hitam berpori.
4) Letakkan nampan/kotak di tempat yang bersih pada suhu ruang dalam kondisi
gelap selama 5 hari.
5) Amati miselium jamur Trichoderma yang tumbuh menutupi permukaan nasi.
Starter/induk Trichoderma digunakan untuk praktikum selanjutnya
Cara Kerja II
1) Ambil daun bambu yang tumbuhnya ternaungi tidak terkena sinar matahari
langsung.
2) Potong-potong daun bambu secukupnya (kurang lebih 5-7 lembar) kemudian
masukkan ke dalam toples yang sudah disterilkan dengan alkohol.
3) Siapkan nasi yang masih baru kurang lebih 100 g, bentuk nasi menjadi bulatan-
bulatan seukuran jempol, letakkan di atas lapisan daun bambu, kemudian
ditutup lagi dengan sisa potongan daun bambu. Sebelum bekerja sterilkan
tangan dengan menggunakan alkohol 70%.
4) Selanjutnya seluruh bagian toples ditutup/dibungkus dengan kain berpori warna
hitam dan permukaan toples diikat dengan karet gelang. Letakkan toples di
tempat gelap pada suhu ruang. Periksa perangkap Trichoderma pada hari ke 3,
ambil secara hatihati dengan tisu untuk menyerap air pada bagian dasar toples,
kemudian disimpan kembali hingga 5 hari.
5) Amati apakah biakan sudah ditumbuhi miselium Trichoderma dengan ciri
berwarna hijau. Starter/induk Trichoderma akan digunakan untuk materi
praktikum berikutnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Isolasi Agens Hayati dari Rizosfer dan Filosfer
Bambu
Perubahan yang
Hari Gambar mikroskop
terjadi
penga Rizosfer Filosfer
Rizosfe
matan Filosfer Filosfer Rizosfer
r
Sebagi
Nasi an nasi
masih beruba
belum h
Hari
ada warna
ke-3
peruba menjad
han i
warna kecokla
tan
Nasi
Nasi mengal
sudah ami
ditumb peruba
uhi han
Jamur warna
Tricho menjad
derma i
Hari
dan kecokla
Ke-5
daun tan dan
bambu sudah
beruba ditumb
h uhi
warna oleh
menjad jamur
i coklat Tricho
derma

4.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 hasil pengamatan isolasi agens hayati dari rhizosfer dan
filosfer bambu dapat diketahui bahwa hasil ekspolasi agens hayati Trichoderma
sp. Pada hasil pengamatan ekspolasi agens hayati Trichoderma sp. dari rhizosfer
bambu dengan teknik isolasi menggunakan nasi menunjukkan pada pengamatan
pertama di hari ke-3 pada nasi sebagai media isolasi mulai menguning dengan
beberapa bagian sudah mulai muncul miselium jamur dan pada pengamatan kedua
di hari ke-5 pada nasi sebagai media isolasi sudah menguning dibeberapa bagian
dan tampak miselium jamur sudah tumbuh berwarna hijau dibeberapa bagian.
Jamur Trichoderma sp. ini memiliki ciri khas miseliumnya berwarna hijau,
dimana pada permukaan nasi permukaan dari nasi yang telah ditumbuhi
Trichoderma sp. tampak lembut namun terdapat seperti tonjolan halus akibat
terdapat miselium jamur Trichoderma yang tumbuh. Sedangkan dari filosfer
bambu dengan teknik isolasi menggunakan nasi pada pengamatan pertama pada
hari ke-3 menunjukkan keadaan nasi sebagai media isolasi masih berwarna putih
tetapi tampak mulai ditumbuhi oleh miselium jamur berwarna putih. Kemudian
pada pengamatan kedua di hari ke-5 menunjukkan keadaan nasi sebagai media
isolasi mulai menguning, tampak miselium jamur sudah tumbuh berwarna hijau
muda dibeberapa bagian media (bola-bola nasi). Warna hijau ini merupakan ciri
khas dari jamur Trichoderma sp yang paling mudah diamati. Pada hasil
pengamatan ekspolasi agens hayati Trichoderma sp.
Adapun hasil pengamatan dari isolasi yang dilakukan pada rizosfer dan
filosfer memiliki perbedaan perubahan yang terjadi. Yang dimana perbahan warna
pada rizosfer lebih cepat dibandingkan dengan filosfor, yang dapat di lihat pada
hari ke-3 pada pengamatan yang dilakukan. Hal ini terjadi karena faktor dari
banyak nya mikroba yang ada pada Rizosfer dan Filosfer, yang dimana pada
Rizosfer memiliki mikroba yang lebih banyak pada bagian perakaran tanaman di
bandingkan dengan Filosfer yang ada pada bagian atas daun, batang, bunga, dan
buah pada tanaman itu sendiri, sehingga dapat mempengaruhi kecepatan
perubahan yang terjadi pada saat isolasi.
Pada teknik isolasi agens hayati Trichoderma sp. dari rhizosfer dan filosfer
bambu, bahan yang digunakan sebagai media isolasi adalah nasi. Nasi berperan
sebagai pemancing untuk jamur dapat tumbuh dan berkembang pada media isolasi
dimana nasi memberikan nutisi atau sumber makanan untuk jamur Trichoderma
yang di isolasi berupa karbohidrat. Nasi disini berperan menggantikan rhizosfer
dan filosfer yang merupakan habitat Trichoderma yang biasanya memberi sumber
nutrisi berupa eksudat tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai
mikroba yang hidup di dalamnya. Adapun alasan mengapa bahan yang digunakan
nasi, walaupun sebenarnya setiap sumber karbohidrat dan gula seperti jagung,
dedak, kentang dan lain sebagainya bisa juga digunakan adalah karena nasi mudah
didapatkan dan harganya juga lebih terjangkau dibandingkan kentang atau dedak
Sebab, di dalam nasi terdapat sejumlah nutrisi penting di antaranya karbohidrat,
protein, mineral seperti besi (Fe), fosfor (P), mangan (Mn), selenium, magnesium
(Mg), kalium, dan sejumlah vitamin. Pertama, di dalam nasi terdapat sekitar 39%
karbohidrat..

IV.
V. PENUTUP

V.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
untuk mengisolasi jamur agens hayati Trichoderma dari perakaran (rhizosfer) dan
daun (filosfer) bamabu dapat dilakukan dengan teknik sederhana menggunakan
nasi sebagai pancingan agar mikroorganisme ini dapat tumbuh dan berkembang
pada media biakan yaitu nasi itu sendiri. Trichoderma, sp dapat menghambat
pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit bagi tanaman.Pada
proses pengisolasian Trichodermasp. ini dibutuhkan bagian dari rizosfer dan
filosfer dari tanaman bambu dan nasi yang masih baru sebagai media yang dimana
dalam proses isolasi harus berada pada tempat yang gelap. Keberhasilan dari
isolasi Trichodermasp. ini yaitu dapat dilihat dari perubahan warna pada
permukaan nasi menjadi warna hijau.Warna hijau inilah tersebut merupakan ciri
khas dari jamur Trichodermasp. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk mengisolasi jamur ini yaitu : menyiapkan nasi sebagai sumber nutrisi jamur,
menyusunnya dalam nampan yang sudah disterilkan (untuk rhizosfer) dan
membuat bola-bola nasi lalu dimasukkan dalam toples steril (untuk filosfer).
Kemudian rhizosfer bambu disusun dipermukaan nasi dalam nampan hingga
merata lalu susun lagi nasi diatas rhizosfer. Untuk daun bambu, daun dipotong-
potong lalu disusun dalam toples kemudian masukkan bola-bola nasi sebanyak 5-
6 buah lalu masukkan lagi potongan daun. Setelah semua siap, tutup masing-
masing nampan dan toples menggunakan kain puring dan ikat menggunakan karet
gelang. Selanjutnya simpan kedua media isolasi pada tempat bersih bersuhu
ruangan dan gelap. Lakukan pengamatan pada hari ke-3 dan ke-5, dimana pada
hari tersebut miselium jamur sudah tumbuh.

4.2. Saran
Diharapakan untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya agar praktikan dapat
lebih tepat waktu untuk hadir dalam pelaksanaan praktikum untuk praktikan
setelah melakukan praktikum dapat memahami tujuan dari praktikum dan
mengerti akan materi yang dijelaskan Praktikan diharapkan dapat menguasai
materi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai