Anda di halaman 1dari 14

i

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAYATI DAN
PENGELOLAAN HABITAT

TEKNIK ISOLASI AGENS HAYATI TRICHODERMA


SP. DARI RHIZOSFER DAN FILOSFER

ERLAND FHAREZA
193030401102
KELOMPOK I

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGENDALIAN


HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT

TEKNIK ISOLASI AGENS HAYATI TRICHODERMA SP.


DARI RHIZOSFER DAN FILOSFER

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada


Hari :
Tanggal :

ASISTEN PRAKTIKUM

ANDI ARIP BAHARUDIN ARSAD


CAA 117 103

ii
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum........................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1. Pengertian Rhizosfer...................................................................... 3
2.2. Pengertian Filosfer......................................................................... 3
2.3. Peranan Agens Hayati Bagi Tumbuhan......................................... 4
III. BAHAN DAN METODE..................................................................... 6
3.1. Waktu Dan Tempat........................................................................ 6
3.2. Bahan dan Alat............................................................................... 6
3.3. Cara Kerja...................................................................................... 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 8
4.1. Hasil Pengamatan........................................................................... 8
4.2. Pembahasan.................................................................................... 8
V. PENUTUP............................................................................................. 10
5.1. Kesimpulan.................................................................................... 10
5.2. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara keseluruhan habitat hidup mikroorganisme yang banyak berperan
dalam pengendalian hayati yaitu berada di dalam tanah, di sekitar akar tumbuhan
(rhizosfer) atau juga berada di atas daun, batang, bunga dan buah (filosfer).
Mikroorganisme tanah akan berkumpul di dekat perakaran tanaman yang
menghasilkan eksudat akar dan serpihan tudung akar sebagai sumber makanan
bagi mikroorganisme tanah terutama mikroba tanah. Apabila populasi mikroba
tanah disekitar rhizosfer didominasi oleh mikroba yang menguntungkan tanaman,
maka tanaman akan memperoleh manfaat yang besar dengan hadirnya mikroba
tersebut. Secara umum diketahui jika mikroba yang terdapat di dalam rhizosfer
lebih banyak ditemukan dari pada di tanah tanpa pengaruh akar. Efek rhizosfer
dapat terlihat pada stadium awal pertumbuhan tanaman. Efek dari rhizosfer dapat
berkembang seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan mencapai
maksimum pada stadia vegetatif (Napitupulu, 2020) .
Mikroorganisme yang bisa hidup pada daerah rizosfer sangat sesuai
digunakan sebagai agen pengendalian hayati, mengingat bahwa rizosfer adalah
daerah yang utama dimana akar tanaman terbuka terhadap serangan patogen, jika
terdapat mikroorganisme antagonis pada daerah ini, maka patogen akan
berhadapan dengan mikroorganisme antagonis tersebut selama menyebar dan
menginfeksi akar. Keadaan ini disebut hambatan alamiah mikroba dan mikroba
antagonis ini sangat potensial dikembangkan sebagai agen pengendali hayati
(Nurliana, 2018). Pada daerah rhizosfer suatu tanaman kaya akan mikroba, salah
satunya yaitu kelompok cendawan. Cendawan rizosfer merupakan salah satu
faktor biotik yang dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Cendawan yang ada di rizosfer dapat melindungi tanaman terhadap pathogen dan
meningkatkan kesuburan pertumbuhan tanaman sehingga digolongkan sebagai
cendawan pemacu kesuburan tanaman (biofertilizer). Dengan demikian isolat
cendawan yang diisolasi dari rizosfer tanaman sehat, berpeluang besar menjadi
2

alternatif penting bahan baku biofertilizer tanaman, contohnya adalah


Trichoderma (Liza, 2015).
Cendawan Trichoderma saat ini banyak diteliti dan dikembangkan sebagai
agens pengendali jamur pathogen yang bersifat tular tanah. Hal ini disebabkan
beberapa sifat yang penting seperti mudah diisolasi dan dibiakkan, mempunyai
mikroparasitisme yang cukup luas, dapat tumbuh cepat pada berbagai substrat,
umunya tidak bersifat patogenik terhadap tanaman, mempunyai kemampuan
kompetisi yang baik terhadap ruang dan makanan, seperti menghasilkan
antibiotika dam enzim yang dapat mengalahkan lingkungan. Respons yang
ditimbulkan akibat pengaplikasian Trichoderma diantaranya adalah dengan
meningkatnya presentase perkecambahan, tinggi tanaman, dan bobot kering serta
waktu perkecambahan yang lebih singkat pada tanaman sayuran dan lebih awal
berbunga (Sriwati, 2017).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan
Habitat dengan materi Teknik Isolasi Agens Hayati Trichoderma sp. Dari
Rhizosfer dan Filosfer yaitu untuk mengetahui dan mengisolasi jamur agens
hayati Trichoderma pada perakaran bambu dan serai dengan teknik sederhana.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rhizosfer


Rhizosfer merupakan suatu zona lingkungan mikro yang terdapat di sekitaran
perakaran tanaman. Luas dari daerah rhizosfer dipengaruhi oleh seberapa luas
daerah yang dipengaruhi oleh aktivitas perakaran tanaman dan juga dengan
mikroorganisme yang berasosiasi dengannya. Rhizosfer tanaman merupakan
bagian yang berada di tanah yang menutupi permukaan akar tanaman dan juga
merupakan tempat bagi berbagai spesies bakteri yang secara umum dikenal
sebagai rizobakteri. Rizobakteri sendiri beberapa tidak bersifat patogenik dan
bahkan dapat menguntungkan tanaman karena dapat berfungsi sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman (PGPR). Aktivitas mikroorganisme di rhizosfer
dipengaruhi oleh eksudat yang dihasilkan oleh perakaran tanaman. Beberapa
mikroorganisme rizosfer berperan dalam siklus hara dan proses pembentukan
tanah, pertumbuhan tanaman, memengaruhi aktivitas mikroorganisme, serta
sebagai pengendali hayati terhadap patogen akar (Sutariati, 2012).
Kualitas biologi (bahan organik) tanah meningkat dengan adanya
mikroorganisme tanah terutama pada area rhizosfer.Berdasarkan letaknya, area
rhizosfer dicirikan dengan aktivitas biologi yang paling tinggi pada tanah.
Lingkungan rhizosfer ditentukan oleh interaksi dari tanah, tanaman, dan juga
organisme yang berhubungan dengan akar. Hubungan antara organisme seperti
rhizobakteri dan akar dapat menguntungkan maupun merusak atau tidak
berdampak apapun tetapi seiring pengaruhnya tergantung pada kondisi tanah
(Marzuki, 2021).

2.2. Pengertian Filosfer


Filosfer adalah habitat bagi banyak mikroorganisme yang terdapat pada
tanaman dan terletak di permukaan tanaman yang berinteraksi langsung dengan
udara. Filosfer sendiri dapat ditemukan pada organ batang, daun, bunga dan buah.
Sebagai agen pengendali hayati, bekteri pada filosfer berperan penting dalam
melindungi tanaman dari serangan patogen. Pada umumnya bakteri filosfer dapat
4

menahan stres lingkungan seperti paparan radiasi ultraviolet yang tinggi di


permukaan daun. Ketahanan bakteri filosfer terhadap radiasi ultraviolet
disebabkan
antara lain produksi pigmen merah muda atau oranye atau polisakarida
ekstraselular (EPS) yang melindunginya dari radiasi tersebut. Beberapa bakteri
pada filosfer dapat memroduksi suatu senyawa bioaktif untuk berkompetisi
dengan mikroorganisme lain untuk memperoleh ruang dan nutrisi untuk tumbuh
(Nurfitriani, 2016).
Populasi mikroorganisme filosfer terutama dipengaruhi oleh lingkungan oleh
lingkungan fisik yang fluktuatif dibandingkan dengan habitat di bawah
permukaan tanah. Sebagai contoh, bakteri berpigmen, jarang ditemukan di
rhizosphere, melainkan mendominasi permukaan daun, hal ini dikarenakan radiasi
matahari mempengaruhi ekologi dari filosfer. Perbedaan lingkungan lingkungan
tumbuh daun dan akar bakteri lebih akar bakteri lebih lanjut dibuktikan oleh
kegagalan bakteri penghuni akar seperti Rhizobium dan Azospirillum untuk
ditumbuhkan pada permukaan daun (Nurcahyati, 2020).
2.3. Peranan Agens Hayati Bagi Tumbuhan
Dalam penggunaan agens hayati dalam pemanfaatannya untuk mengatasi
penyakit tanaman memiliki banyak keuntungan dan kerugian. Agens hayati
memiliki peran untuk menekan populasi patogen sehingga berakibat pada
perbaikan pertumbungan tanaman agensia pengendali hayati pada perakaran
tanaman sangat unik karena berkaitan dengan eksudat akar. Pada lingkungan
tanah, agens hayati memiliki posisi sebagai penyeimbang antara tanaman dan
patogen. Agens hayati berpengaruh terhadap tanaman, patogen dan juga
lingkungan (Sastrahidayat, 2014). Pengaruh yang ditimbulkan oleh agens hayati
bagi tanaman adalah kemampuan melindungi tanaman atau juga mendukung
pertumbuhan tanaman melalui salah satu mekanismenya yaitu mendukung
pertumbuhan tanaman. Sementara itu tanaman menyediakan nutrisi yang
diperlukan agens hayati dalam bentuk eksudat akar. Sedangkan pengaruh agensia
hayati terhadap patogen sangat jelas yaitu menekan daya tahan dan pertumbuhan
patogen. Penekanan ini akan menyebabkan penurunan populasi patogen di alam.
5

Lingkungan hidup, baik itu biotik maupun abiotik sangat berperan dalam
kelangsungan hidup agensia pengendali hayati. Agensia hayati sangat dipengaruhi
oleh iklim terutama iklim mikro (suhu, pH, kelembaban, dan beberapa komponen
lainnya) (Sopialena, 2018).
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Hayati dengan
materi Teknik Isolasi Agens Hayati Trichoderma sp. Dari Rhizosfer dan Filosfer
dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021 pukul 15.35 – 16.10 WIB,
bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan
Pengelolaan Hayati dengan materi Teknik Isolasi Agens Hayati Trichoderma sp.
Dari Rhizosfer dan Filosfer adalah tanah dan humus rhizosfer tanaman bambu,
daun bambu, nasi putih yang baru, dan alkohol 70%.. Sedangkan alat yang
digunakan adalah kain puring hitam, toples plastik, nampan plastik, kertas tisu dan
alat penggali tanah.

3.3. Cara Kerja


Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Hayati dengan
materi Teknik Isolasi Agens Hayati Trichoderma sp. Dari Rhizosfer dan Filosfer,
yaitu :
3.3.1. Cara Kerja 1
1) Mengambil tanah, humus sisa daun dan perakaran bambu di bawah tanaman
bambu dipilihi bagian tanah/humus yang tidak tergenang dan sedikit lembab
2) Memasukkan tanah ke dalam nampan yang sudah dialasi kertas tisu,
kemudian meratakan tanah sambil ditekan-tekan agar padat
3) Meletakkkan nasi di atas tanah pada nampan dan meratakannya, lapisan tidak
terlalu tebal, menutup kembali dengan kertas tisu permukaan nasi. Kemudian
menutup nampan dengan kain hitam berpori
4) Meletakkan nampan di tempat yang bersih pada suhu ruang dalam kondisi
gelap selama 5 hari
7

5) Mengamati miselium jamur Trichoderma yang tumbuh menutupi permukaan


nasi
3.3.2. Cara Kerja 2
1) Mengambil daun bambu yang tumbuhnya ternaungi tidak terkena sinar
matahari langsung
2) Memotong-motong daun bambu secukupnya kemudian memasukkan ke
dalam toples yang sudah disterilkan dengan alkohol
3) Menyiapkan nasi yang masih baru kurang lebih 100 g, membentuk nasi
menjadi bulatan-bulatan seukuran jempol, meletakkannya di atas lapisan daun
bambu, kemudian menutupnya lagi dengan sisa potongan daun bambu
4) Selanjutnya menutupi/membungkus seluruh bagian toples dengan kain hitam
berpori warna hitam dan mengikat permukaan toples dengan karet gelang.
Meletakkan toples di tempat gelap pada suhu ruang. Memeriksa perangkap
Trichoderma pada hari ke 3, mengambil secara hati-hati dengan tisu untuk
menyerap air pada bagian dasar toples, kemudia menyimpan kembali hingga
5 hari
5) Mengamati apakah biakan sudah ditumbuhi miselium Trichoderma dengan
ciri berwarna hijau
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil pengamatan isolasi agens hayati dari rizosfer dan filosfer bambu

Hari Perubahan yang terjadi Gambar mikroskop


Rizosfer Filosfer
pengamatan Filosfer Rizosfer Filosfer Rizosfer
Beberapa bagian
Nasi yang
nasi yang
digunakan masih
19 Oktober digunakan mulai
berwarna putih
2021 menguning dan
dan mulai muncul
mulai muncul
misellium
misellium
Nasi yang Nasi yang
digunakan mulai digunakan
21 Oktober
kekuningan dan menguning dan
2021
ditumbuhi ditumbuhi oleh
trichoderma trichoderma
9

4.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan isolasi agens hayati dari rizosfer dan
filosfer bambu didapatkan hasil yaitu pada hari pengamatan pada tanggal 19
Oktober 2021 perubahan yang terjadi pada isolasi agens hayati pada filosfer
adalah nasi yang digunakan masih berwarna putih dan pada nasi mulai muncul
misellium. Sedangkan pada isolasi agens hayati dari rizosfer perubahan yang
terjadi yaitu pada beberapa bagian nasi yang digunakan mulai menguning dan
mulai muncul misellium. Kemudian pada hari pengamatan tanggal 21 Oktober
2021 perubahan yang terjadi pada isolasi agens hayati dari filosfer yaitu pada nasi
yang digunakan mulai berubah menjadi kekuningan dan ditumbuhi oleh
Trichoderma. Sedangkan pada isolasi agens hayati dari rizosfer perubahan yang
terjadi adalah nasi yang digunakan menguning dan ditumbuhi oleh Trichoderma.
Dari kedua Teknik isolasi yang digunakan terdapat beberapa perbedaan. Pada
hasil isolasi agens hayati dari rizosfer warna dari Trichoderma yang dihasilkan
memiliki warna hijau pekat atau hijau tua dan kecepatan pertumbuhannya lebih
cepat dan jumlah dari Trichoderma yang muncul lebih banyak, hal ini dipengaruhi
oleh keberadaan rizosfer yang mengandung banyak sekali mikroorganisme di
dalamnya sehingga pertumbuhan dari Trichoderma yang berasal dari rizosfer
lebih cepat. Sedangkan hasil isolasi agens hayati dari filosfer warna dari
Trichoderma yang dihasilkan memiliki warna hijau pekat tetapi jumlahnya yang
tidak terlalu banyak, hal ini disebabkan oleh letak dari filosfer yang berada di atas
permukaan tanaman sehingga kandungan mikroorganismenya tidak terlalu
banyak.
Pada proses isolasi agens hayati Trichoderma sp. dari rhizosfer dan filosfer
bambu bahan yang digunakan yaitu nasi sebagai sarana media isolasi dan juga
sumber nutrisi yang diperlukan Trichoderma untuk tumbuh. Bahan nasi yang
digunakan memiliki peran untuk membantu dan memancing pertumbuhan dari
jamur Trichoderma ada media isolasi. Nasi juga berperan sebagai pengganti
eksudat akar sebagai sumber nutris yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan Trichoderma.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada proses mengisolasi jamur agens hayati Trichoderma pada perakaran
bambu dengan teknik sederhana yaitu dengan menggunakan perangkap tanah
rhizosfer dan perangkap daun bambu. Yang dilakukan dengan menggunakan nasi
sebagai media sekaligus sebagai sumber nutrisi bagi jamur Trichoderma sp. untuk
berkembang pada media isolasi. Teknik isolasi agens hayati dari rhizosfer
menggunakan tanah yang letaknya di daerah perkaran tanaman bambu, sedangkan
pada teknik isolasi dari filosfer menggunakan daun dari tanaman bambu. Dari
kedua Teknik isolasi yang digunakan, Teknik isolasi agens hayati Trichoderma
dari rhizosfer lah yang menghasilkan banyak Trichoderma karena kandungan
mikroorganismenya yang banyak dibandingkan dengan mikroorganisme yang ada
di bagian filosfer.
5.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan dapat menguasai materi
yang akan dipelajari dengan baik serta para praktikan dapat menggunakan
laboratorium dengan sebaik-baiknya dan menjaga ketertiban.
DAFTAR PUSTAKA

Liza, Y.E., Adrinal, Jumsu T. 2015. Keragaman Cendawan Rizosfer dan


Potensinya Sebagai Agens Antagonis Fusarium oxysporum
Penyebab Penyakit Layu Tanaman Krisan. Universitas
Andalas. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 11 (2): 68-72.
Marzuki, Ismail, dkk. 2021. Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik. Yayasan
Kita Menulis: Medan
Napitupulu, H. P. B. M., Khalimi, K., & Suprapta, D. N. 2020 Uji Efektivitas
Agen Hayati Dari Rizosfer dan Filosfer Tanaman
Solanaceae untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa
pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.).
Jurnal Agroekoteknologi Tropika 9 (1): 12 - 22
Nurcahyanti, S. D., Wahyuni, W. S., & Masnilah, R. 2020. Potensi Bakteri
Filosfer Sebagai Agens Hayati Penyakit Pustul
(Xanthomonas Axonopodis Pv. Glycines) Dan Pemacu
Pertumbuhan Kedelai. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 18(2),
124-136
Nurfitriani, Rina, dkk. 2016. Penapisan Bakteri Filosfer Penghasil Senyawa
Bioaktif Anti Xanthomonas oryzae pv. oryzae Penyebab
Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi. Jurnal
Sumberdaya HAYATI 2 (1) : 19 – 24
Nurliana, N., & Anggraini, N. 2018. Eksplorasi Dan Identifikasi Trichoderma Sp
Lokal Dari Rizosfer Bambu Dengan Metode Perangkap
Media Nasi. Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli
Selatan 02 (02) : 41-44.
Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 2014. Peranan Mikroba Bagi Kesehatan Tanaman
dan Kelestarian Lingkungan. UB Press: Malang
Sopialena. 2018. Pengendali Hayati dengan Memberdayakan Potensi Mikroba.
Mulawarman University PRESS: Samarinda
Sriwati, Rina. 2017. TRICHODERMA Si Agen Anatgonis. Syiah Kuala University
Press: Aceh
Sutariati, G. A. K., Wahab, A. 2012. Karakter Fisiologis dan Kemangkusan
Rizobakteri Indigenus Sulawesi Tenggara sebagai Pemacu
Pertumbuhan Tanaman Cabai. Jurnal Hortikultura 22(1):57-
64.

Anda mungkin juga menyukai