Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN


“PERMASALAHAN DALAM PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF
DAN GENERATIF PADA KETERSEDIAAN BAHAN TANAM”

Dosen Pengampu
Dr. Ir. Rrr. Sri Endang Agustina R., MP.

Disusun oleh :
Andi Artinus Silaban 193020401072
Bambang Pamungkas 193030401109
Desky Ariando 193030401122
Eli Sintia Situmorang 193010401015
Eremia Menista 193010401011
Huni Natalia 193010401028
Karin Kesya Manullang 193010401037
Ladyska Milania Br Pinem 193020401100
Maya Situmorang 193020401052
Meliwida 193010401010

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karna atas berkat
dan rahmatnya, kami dapat menyelesaikan tugas Teknologi Perbanyakan Tanaman,
Program Studi Agroteknologi, Universitas Palangka Raya, dengan baik dan tepat
waktu.
Berikut kami akan memaparkan dalam makalah ini dengan judul Permasalahan
Dalam Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dan Generatif Pada Ketersediaan
Bahan Tanam yang mana tugas ini merupakan tugas mata kuliah Teknologi
Perbanyakan Tanaman oleh dosen Pengampu Dr. Ir. R. Rr. Sri Endang Agustina R.,
MP. Dimana mahasiswa mengetahui permasalahan yang terjadi pada saat
perbanyakan tanaman secara vegetatif dan generatif pada ketersediaan bahan tanam.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari dalam penulisan banyak kata atau
kalimat yang salah dan penyusunan yang kurang baik. Maka dari pada itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat dapat membangun dari pembaca, dan
atas konstribusinya kami ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, 23 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1. Latar Belakang........................................................................................
1.2. Tujuan......................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................
2.1. Permasalahan Ketersediaan Bahan Tanam Secara Vegetatif..................
2.2. Permasalahan Ketersediaan Bahan Tanam Secara Generatif..................
2.3. Cara Penanggulangan Permasalahan Ketersediaan
Bahan Tanam Pada Perbanyakan Tanaman ...........................................

BAB III. PENUTUP......................................................................................................


3.1. Kesimpulan..............................................................................................
3.2. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada prinsipnya perbanyakan tanaman banyak dilakukan dengan berbagai cara, mulai
dengan yang sederhana sampai yang rumit. Perbanyakan tanaman bisa digolongkan menjadi
dua golongan besar, yaitu perbanyakan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman
secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek, okulasi, cangkok, penyambungan,
merunduk, dan yang paling mutakhir adalah dengan menggunakan kultur jaringan.
Keuntungan Pembiakan Vegetatif 1). Memanfaatkan potensi variasi secara genetik total
untuk meningkatkan produksi, yakni dengan penerapan teknik pembiakan vegetatif kinerja
genotif yang baik dari induknya akan dapat diulangi secara konsisten pada keturunannya. 2).
Sifat tanaman baru akan sama persis dengan induknya, 3). Lebih cepat berproduksi Kerugian
Pembiakan Vegetatif : 1). Tanaman yang berasal dari stek ataupun mencangkok umumnya
mempunyai sistem perakaran yang kurang kuat. 2). Perkembangbiakan secara vegetatif dapat
menghasilkan sedikit keturunan.3). Bila tanaman hasil reproduksi vegetatif dipotong ranting-
rantingnya maka dapat menyebabkan menurun pertumbuhannya. Perbanyakan tanaman
secara generatif adalah dengan menanam biji. Perbanyakan melalui biji memberikan
beberapa keuntungan, diantaranya adalah 1) sistem perakaran yang kuat, 2) masa produktif
lebih lama, 3) lebih mudah diperbanyak, 4) lebih tahan terhadap penyakit yang berasal dari
tanah, 5) memiliki keragaman genetik yang lebih tinggi. Kekurangan dari perbanyakan ini
adalah 1) waktu berbunga lebih lama, 2) anakan berbeda dengan induknya. Perbanyakan
tanaman secara vegetatif. rnerupakan alternatif untuk mendapatkan tanaman baru yang
memiliki sifat sama dengan tanaman induknya dalam jurnlah yang besar. Perbanyakan secara
vegetatif dengan sistem konvensional, umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu, saat ini di beberapa negara maju telah banyak dikembangkan suatu sistem
perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dengan hasil yang lebih banyak lagi,
yaitu dengan sistern kultur jaringan atau budidaya jaringan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.  Untuk mengetahui permasalahan perbanyakan tanaman secara generatif dan
vegetatif pada ketersediaan bahan.
b.  Untuk mengetahui cara penanggulangan permasalahan ketersediaan bahan pada
perbanyakan tanaman.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Permasalahan Ketersediaan Bahan Tanam Secara Vegetatif


Pembiakan vegetatif bukan hanya berisi cara-cara teknis tetapi juga didasarkan pada
aspek keilmuan (scientific basis). Hal ini ditegaskan karena ada tujuan atau target tertentu
yang diinginkan oleh propagator dalam melakukan pembiakan tanaman secara vegetatif.
Target pembiakan vegetatif bukan hanya sekedar keseragaman genetik (genotip) antara
tanaman induk dan anaknya tetapi juga tingkat kepastian keseragaman waktu mulai berbuah,
sifat arah pertumbuhan cabang (misalnya, heterotrop atau autotrop) yang diinginkan,
penggabungan sifat-sifat unggul dari batang bawah rootstock) dan batang atas (scion) serta
keindahan pertumbuhan tanaman itu sendiri. Perbanyakan secara vegetatif mempunyai
keunggulan dibanding dengan cara generatif. Dengan cara vegetatif seluruh karakter yang ada
pada pohon induk akan diwariskan kepada keturunannya, sehingga potensi pohon induk yang
baik akan berdampak baik pada tanaman yang dikembangkan. Cara perbanyakan ini sangat
penting artinya untuk pengembangan klon dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam kegiatan pemuliaan tanaman karena perannya yang sangat besar dalam meningkatkan
perolehan genetik dibandingkan dengan benih hasil penyerbukan alam. Di samping itu teknik
perbanyakan secara vegetatif mempunyai kelebihan lain yaitu mudah diperbanyak secara
masal dalam waktu relatif singkat. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, perlu dipelajari
beberapa sifat tanaman yang diperbanyak, diantaranya adalah:
a). Sitokenesis dan Mitosis
Pembiakan vegetatif pada hakekatnya merupakan pembiakan tanaman yang
mengandalkan kemampuan sel penyusun organ tanaman untuk melakukan sitokinesis dengan
melibatkan pembelahan inti sel secara mitosis; b). Umur Diferensiasi Sel (Umur Ontogenik)
dan Umur Sel Setelah Pembelahan pada umumnya dikenal satu macam umur tanaman,
namun sebenarnya pada satu tanaman terdapat dua macam umur yang sama sekali bertolak
belakang satu sama lainnya yaitu umur diferensiasi dan umur sel setelah pembelahan. Peta
umur diferensiasi pada satu tanaman, semakin dekat dengan pangkal batang atau pangkal
akar maka semakin muda umur diferensiasi sel-selnya. Sebaliknya semakin ke ujung tajuk
atau akar akan semakin tua umur diferensiasinya; c). Fenotip Tanaman ungkapan kecepatan
pertumbuhan dan diferensiasi masing-masing tanaman sangat beragam tergantung pada
jenisnya, tetapi tanaman satu klon pun dapat beragam tampilannya. Klon yang kita buat bisa
akan beragam perkembangannya akibat lingkungan yang berbeda, kita harus menyadari
bahwa penampilan atau ekspresi karakter pada suatu individu tanaman merupakan interaksi
dengan lingkungannya, yang penampakannya disebut dengan istilah fenotip tanaman; d).
Totipotensi Sel totipotensi merupakan singkatan dari total atau organ tanaman mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang seperti sel zigot membentuk tanaman utuh,
walaupun telah terpisah dari tanaman genetik potensial; e). Meristem sampai saatnya mati
tanaman tersebut akan terus tumbuh, tetapi setelah tingkat embrio dilaluinya,
pertumbuhannya terbatas pada bagian yang disebut dengan meristem. Meristem merupakan
kumpulan sel atau jaringan yang tersusun atas sel-sel yang mempunyai kemampuan
membelah diri secara terus-menerus, sifat ini disebut dengan meristematis.

2.2. Permasalahan Ketersediaan Bahan Tanam Secara Generatif


Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan perbanyakan tanaman secara generatif.
Perbanyakan melalui biji didahului dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina tanaman
induk. Perkembangbiakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan tanaman yang
berasal dari biji. Setelah terjadinya penyerbukan, inti generatif serbuk sari akan membelah
menjadi dua sel sperma (gamet jantan). Satu sperma membuahi sel telur untuk membentuk
zigot. Sperma yang lain menyatu dengan kedua inti sel yang terdapat di tengah kantung
embrio untuk membentuk endosperma. Penyatuan dua sperma dengan sel- sel yang berbeda
dalam kantung embrio disebut pembuahan ganda. Setelah fertilisasi ganda, bakal biji akan
berkembang menjadi biji dan bakal buah akan berkembang menjadi buah.
Buah pada umumnya merupakan organ tanaman tempat menyimpan benih   dan  
hasil  fotosintesa.    Biji   sebagai   calon   benih   yang   pada umumnya berada di dalam buah
terbentuk melalui proses penyerbukan dimana tepung sari jatuh ke kepala putik, maka terjadi
pembuahan dan menyerap air dan nutrisi tanaman berupa gula dan akan membentuk tabung
sari.  Tabungsari akan tumbuh  dan menembus tangkai  putik  (style),  menuju  ke  arah
kantung  lembaga tempat tersebut sel jantan bertemu dengan sel telur, untuk
membentuk zigot.  Pada  biji  yang  sedang berkembang, perkembangan embrio didahului
oleh pertumbuhan endosperm.  Perkembangan biji akan diakhiri dengan pembentukan
integumen pada jaringan ovari  induk.   Biji  akan tumbuh dan berkembang sampai menjadi
bentuk yang sempurna dan memenuhi standar untuk menjadi benih. Benih kemudian dapat
menjadi bahan tanam.
Biji yang memenuhi kriteria tertentu  dapat dijadikan benih.  Benih tanaman yang
ditumbuhkan pada media semai yang mengandung  airakan tumbuh dan berkembang menjadi
bibit.  Pertumbuhan bibit sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam benih
(endosperm). Cadangan   makanan   dalam   benih   adalah karbohidrat,   lemak   dan protein. 
Benih yang ditumbuhkan pada media semai akan melakukan proses perkecam-bahan
(germination).  Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh viabilitas benih dan
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan  dan  perkembangan  bibit.   Benih  yang  sedang
berkecambah sangat peka terhadap penyakit tanaman dan gangguan fisik sehingga selama
proses ini sangat memerlukan  perlindungan. Perlindungan kecambah atau bibit muda
dilakukan dengan memasang pelindung berupa naungan dari plastik atau paranet.
Bahan tanam untuk pembiakan secara generatif adalah biji yang disiapkan menjadi
benih.  Pada biji monokotil, morfologi biji terdiri dari kulit biji (seed coat), endosperm,
kotiledon, dan embrio.  Pada biji tanaman Gymnospermae, morfologi biji terdiri dari kulit biji
(testa), mega gametofit, embrio yang terdiri dari kotiledon dan calon akar, sedangkan untuk
biji dikotiledon terdiri dari kulit biji (testa) dan embrio (dua kotiledon, calon akar dan calon
daun pertama).
Hormon adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang merupakan bagian
dari proses regulasi pada tumbuhan. Hormon dihasilkan pada bagian yang sel-selnya masih
aktif membelah diri dapat melalui pucuk, batang maupun ujung akar. Hormon tumbuh adalah
zat organik bukan hara yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat
mengatur proses fisiologis. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang
menghasilkan menuju bagian tanaman lainnya.
Hormon secara alami sudah ada pada tumbuhan. Penggunaan Rootone-F sebagai zat
pengatur tumbuh tanaman selain harganya yang relatif lebih murah di banding hormon IAA
dan IBA, keberadaannya relatif mudah ditemukan di pasaran. Hormon berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Rootone-F yang mengandung auksin
dapat mempercepat pembelahan dan pertumbuhan sel-sel tumbuhan. Hormon auksin
memiliki kemampuan untuk merangsang pemanjangan sel pada batang yang mengalami
pembelahan dan pada bagian koleoptil, tetapi hormon ini juga mempengaruhi perkembangan
pusat respon, termasuk pembentukan akar, diferensiasi jaringan pembuluh, respons tropik,
dan perkembangan kuncup ketiak, bunga dan buah. Setiap hormon mempengaruhi respon
pada banyak bagian tanaman. Respon itu bergantung pada spesies, bagian tanaman, fase
perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon yang diketahui, dan berbagai
faktor lingkungan.
2.3. Cara Penanggulangan Permasalahan Ketersediaan Bahan Tanam Pada
Perbanyakan Tanaman

Produksi dan distribusi benih merupakan hal utama dalam konsep sistem perbenihan.
Teknologi benih merupakan komponen dari suatu sistem perbenihan. Sistem perbenihan
memiliki subsistem mikro dan subsistem makro. Subsistem mikro lebih bersifat teknis
lapangan produksi, sedangkan subsistem makro lebih berwawasan pada kebijakan dan
hubungannya dengan di luar industri perbenihan. Wawasan subsistem makro meliputi
subsubsistem sektoral, infrastruktural, komoditas, dan keplasmanutfahan. Wawasan
subsistem mikro meliputi sub-subsistem produksi di lapangan, pengolahan, penyimpanan,
analisis mutu, penanganan, dan pemasaran. Dengan demikian teknologi benih termasuk
dalam wawasan subsistem mikro dengan aspek-aspek yang meliputi: a) Produksi di lapangan;
b) Pengolahan benih; c) Penyimpanan; d) Analisis mutu; e) Penanganan benih; dan f)
Pemasaran benih.

a. Aspek Produksi
Aspek Produksi di Lapangan Untuk memperoleh produksi dan mutu benih yang baik maka
pengadaan benih harus diusahakan pada lahan yang subur dan lokasinya mudah dijangkau
agar mudah pengawasannya. Lebih diutamakan yang ada fasilitas pengairannya. Sebelumnya
dipilih dahulu vigor awal benih yang akan ditanam harus tinggi agar menghasilkan individu-
individu yang tegar. Selanjutnya adalah pemeliharaan setelah tumbuh sampai tanaman
berbuah; penentuan umur panen dan cara panen yang tepat; perawatan benih selama
pengolahan; cara pengolahannya sendiri; demikian pula selama benih menunggu saat-saat
penanaman, semua itu merupakan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam aspek produksi
benih di lapangan. Kriteria panen antara benih ortodoks dan rekalsitran sangat berbeda
persyaratannya, demikian pula antarspesies tanaman memerlukan kriteria yang berbeda.
Tingkat kemasakan benih di lapangan (masak fisiologis) beberapa spesies tanaman juga
sangat berbeda. Untuk kepentingan mutu dan viabilitas benih maka seyogyanya tiap spesies
tanaman yang diusahakan harus ditentukan dahulu kapan masak fisiologis yang tepat. Hal ini
disebabkan saat masak fisiologis yang tepat sangat menentukan kualitas benih selanjutnya.
Perlu diingat bahwa setiap unsur tersebut dimensinya dapat meliputi masalah genetik,
masalah internal, maupun eksternal benih. Unsur pemeliharaan di lapangan memiliki dimensi
lingkungan, baik berupa iklim, media tumbuh, maupun status vigor tanaman induk yang
ditanam.
b. Aspek Pengawasan Produksi di Lapangan
Aspek pengawasan produksi merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan terhadap
kualitas benih yang dihasilkan. Pengawasan mencakup pemeliharaan tanaman khususnya
pada pemberian nutrisi dan air, yang harus sesuai dengan persyaratan pertumbuhan biji dalam
buah. Karena pada hakekatnya pertanaman untuk tujuan menghasilkan benih harus
memperoleh perlakuan yang prima agar dapat menghasilkan produktivitas benih yang tinggi
dengan mutu benih yang baik. Jadi pada prinsipnya tanaman yang tidak memenuhi
persyaratan kemurnian, keserempakan tumbuh, dan banyak gangguan hama dan penyakit
tidak boleh untuk benih. Aspek pemberian air merupakan kunci utama pada produksi benih.
Karena pertanaman yang kekurangan air akan menghasilkan banyak benih tidak bernas.
Selain itu pengawasan juga mencakup kemurnian varietas tanaman. Dengan demikian prinsip
pengawasan di lapangan adalah melarang tindakan panen pertanaman produksi bukan benih
dijadikan untuk benih. Atau dengan kata lain produksi biji akan digunakan sebagai benih.

c. Aspek Pengolahan Benih


Pelaksanaan pengolahan benih ditentukan oleh target yang ingin dicapai. Apabila
menghendaki proses dengan efisiensi tinggi maka usaha peningkatan mutu dalam proses
pengolahan dapat dilakukan dengan berbagai teknologi modern yang meliputi: pembijian
(threshing), pembersihan (cleaning), pengeringan (drying), pemilahan (grading), dan
pengemasan (packaging). Pembijian dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
thresher yang biasanya dilengkapi dengan penghembus (blower). Pembersihan dapat
dilakukan dengan blower atau secara manual dengan tampi (nyiru). Pemilahan dapat
dilakukan dengan alat seed gravity separator atau dapat disortasi secara manual. Pengeringan
dapat dilakukan dengan menjemur langsung di bawah sinar matahari selama beberapa hari
atau dapat menggunakan mesin pengering (drier). Yang perlu diperhatikan pada mesin
pengering adalah suhunya tidak boleh melebihi 40qC dan peningkatan suhu tidak boleh
terlalu cepat. Cara-cara dengan menggunakan peralatan tersebut di atas memang memerlukan
investasi yang cukup mahal, tetapi efisien dalam pemanfaatan waktu dan tenaga. Namun
perlu diketahui bahwa tidak semua spesies tanaman dapat dijemur langsung di bawah sinar
matahari, karena bila kontak langsung dengan sinar matahari dapat merusak benih. Pada
umumnya jenis rekalsitran tidak dapat dijemur langsung di bawah sinar matahari (misal benih
karet, cokelat), sedangkan jenis ortodoks dapat langsung dijemur di bawah sinar matahari.
Demikian pula standar kadar air bagi spesies tanaman juga bervariasi. Unsur pengolahan
dapat pula disederhanakan dengan harapan untuk memenuhi konsumen yang relatif masih
sederhana, misalnya dengan cara manual yang kurang efisien atau taraf mutunya direndahkan
dengan menghilangkan unsur pemilahan.

d. Aspek Penyimpanan Benih


Penyimpanan benih sangat penting apabila benih yang dikelola tidak dapat segera
ditanam, atau memang masih perlu waktu cukup lama untuk menggunakan benih hasil dari
lapangan. Dalam penyimpanan benih sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan benih adalah: kondisi ruang simpan (seed
storage), vigor awal benih, kadar awal benih, kelembapan nisbi dan suhu ruang simpan, serta
serangga hama dan cendawan gudang, semuanya akan menentukan kemampuan benih untuk
bertahan hidup dalam penyimpanan. Penyimpanan benih dapat dibedakan dalam tiga tujuan
yaitu: i) Jangka pendek (sampai dengan 2 tahun), benih disimpan pada ruang simpan (gudang
benih) pada suhu kamar (25q±30qC) dan kelembapan nisbi 60% dengan ventilasi udara yang
lancar. Benih dikemas dalam karung goni berlapis plastik, kantong plastik tebal 0,08 mm atau
dalam kaleng, dengan kadar air r 8%. Alas tumpukan benih dari kayu setinggi 10±20 cm.
Penyimpanan jangka pendek hanya untuk benih yang segera akan ditanam atau yang akan
dikirim ke lain daerah; ii) Jangka menengah (2±10 tahun), benih disimpan dalam seed storage
yang bersuhu 5q±20o C dan kelembapan nisbi ruang 45±50%. Kadar air benih 7±8% dan
dikemas dengan kantong plastik tebal 0,08 mm, atau kantong aluminium foil tebal 0,08 mm
atau dalam kaleng yang tertutup rapat dengan parafin. Penyimpanan disini biasanya untuk
benih koleksi aktif; iii) Jangka panjang (10±50 tahun), benih disimpan dalam cold storage
yang bersuhu (-20qC)±(-5qC) dan kelembapan nisbi ruang 40%. Kadar air benih 6±7% dan
benih dikemas dalam kantong aluminium foil tebal 0,08±0,12 mm atau dalam botol gelas
dengan tutup berlapis karet atau semua kemasan yang termasuk kedap uap air. Penyimpanan
pada ruang ini biasanya hanya digunakan untuk koleksi plasma nutfah atau koleksi pasif.
Perbedaan yang sangat menyolok adalah bahwa benih rekalsitran tidak dapat disimpan lama
dan dalam penyimpanannya memerlukan kadar air tinggi (20±50%) tergantung spesiesnya.
Benih ortodoks dapat disimpan lama dan penyimpanannya memerlukan kadar air rendah
(5±10%) tergantung spesiesnya.

e. Aspek Analisis Mutu Benih


Analisis mutu benih merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk mendeteksi
dan menginformasikan status benih baik yang baru dipanen, yang akan disimpan, benih
dalam penyimpanan, maupun yang akan diedarkan. Standar mutu benih yang umumnya
banyak digunakan dalam analisis adalah mutu genetik (kemurnian varietas), mutu fisiologis
yang dicerminkan oleh viabilitas potensial (VP) dengan tolok ukur daya berkecambah (DB),
atau berat kering kecambah normal (BKK), dan mutu fisik (kerusakan benih, kebersihan
benih, kotoran benih, campuran benih gulma). Unsur-unsur yang menentu- Sudjindro:
Permasalahan dalam implementasi sistem perbenihan 97 kan nilai hasil analisis mutu benih
meliputi: metode dan prosedur yang digunakan; media pengujian; alat dan bahan pengujian;
ketelitian, serta kejelian analis benih.

f. Aspek Penanganan Benih


Penanganan benih mencakup unsur penyehatan benih dan pengamanan selama transportasi
dan penyimpanan. Unsur penyehatan adalah usaha pencegahan terhadap gangguan serangga
hama atau penyebab penyakit selama benih disimpan. Pada umumnya perawatan benih
menggunakan fungisida tertentu sebagai seed treatment, untuk menghindari gangguan
cendawan. Sedangkan fumigan digunakan untuk mengatasi gangguan serangga hama dalam
gudang. Unsur pengamanan selama transportasi harus memperhatikan kondisi kadar air
benih, macam kemasan, dan pengaturan faktor lingkungan selama transportasi terutama suhu.
Meningkatnya suhu selama transportasi akan mempercepat menurunnya viabilitas benih.
Sebagai contoh transportasi benih kenaf menggunakan truk pada siang hari selama delapan
jam dapat menurunkan daya berkecambah 10±15% apabila terjadi peningkatan suhu lebih
dari 10qC (Sudjindro, 1994).

g. Aspek Pemasaran Benih


Dalam pemasaran benih yang lebih diperhatikan adalah unsur konservasi benih selama
menunggu konsumen. Apabila pedagang benih teledor dalam menjaga mutu benih selama
dalam periode konservasi tersebut maka penurunan viabilitas benih akan terjadi secara cepat.
Padahal benih yang akan dipasarkan harus memenuhi standar sertifikasi secara legal dengan
kaidah benih yang baik dan benar. Dengan kata lain dalam pemasaran benih harus selalu
menjaga mutu benih. Untuk mempercepat proses pemasaran benih juga perlu dilakukan
promosi benih dan menjaga hubungan baik dengan konsumen.
PERMASALAHAN DALAM USAHA PERBENIHAN

Banyak permasalahan teknis dan nonteknis yang dihadapi dalam usaha perbenihan, baik pada
pengusahaan benih ortodoks maupun benih rekalsitran. Permasalahan nonteknis antara lain
kondisi lingkungan masyarakat dan kebijakan tentang perbenihan yang kurang mendukung.
Permasalahan teknis umumnya banyak dijumpai pada faktor pemeliharaan, panen, dan
pascapanen. Dalam pemeliharaan tanaman pada umumnya terkendala oleh keterbatasan
pupuk dan kelebihan atau kekurangan air. Sedangkan dalam hal panen dan pascapanen sering
terkendala oleh keterbatasan peralatan panen dan prosesing benih. Kadangkala juga
terkendala adanya hujan yang tiba-tiba turun pada saat benih sudah kering di lapangan atau
justru pada saat penjemuran. Kasus ini sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan mesin
pengering benih (seed drier). Selain itu informasi teknologi benih untuk berbagai komoditas
pertanian/perkebunan masih sangat terbatas, sehingga untuk menyediakan benih bermutu
dalam jumlah yang cukup sering tidak terpenuhi. Beberapa faktor yang menjadi kendala
dalam memasyarakatkan atau menyosialisasikan teknologi benih di masyarakat antara lain: a.
Banyak yang menganggap bahwa benih itu sama dengan biji, sehingga tidak pernah ada
perhatian terhadap menurunnya produktivitas tanaman akibat menggunakan biji. b. Masih
rendahnya minat masyarakat untuk memahami manfaat benih bermutu. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009 98 c. Belum membudayanya institusi
yang mengelola benih, termasuk belum adanya peran pemerintah dalam membangun suatu
Government Seed Industry yang mampu membimbing petani untuk ikut memproduksi dan
menggunakan benih bermutu. d. Khusus di sektor perkebunan, terbatasnya informasi masalah
perbenihan menyebabkan peran teknologi benih kurang terimplementasikan. e.
Pengembangan teknologi benih memerlukan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia
yang memadai. Beberapa masalah pada penangkaran benih antara lain: (i) belum
membudayanya pemahaman tentang tata cara melakukan usaha penangkaran benih, padahal
sudah ada peraturan dan tidak sulit mengikuti prosedurnya; (ii) belum membudayanya
pemahaman tentang cara permohonan izin pemasukan dan pengeluaran benih/bibit/mikrobia
dari dan ke luar negeri untuk penelitian; (iii) masih kurangnya pemahaman tentang sertifikasi
benih, sebagai contoh, adanya larangan pemerintah untuk impor benih tembakau virginia dari
Brasil adalah karena adanya kekhawatiran Pemerintah Indonesia akan terkontaminasi oleh
penyakit hawar daun karet. Kasus ini memang harus dicermati dengan serius, karena apabila
sampai ada penyakit hawar daun dari Brasil masuk ke wilayah Indonesia maka akan besar
risiko yang akan ditanggung oleh pemerintah. Pelarangan ini sebenarnya memberikan
peluang yang besar bagi Badan Litbang Pertanian/ Puslit/UPT untuk melakukan penelitian
untuk memperoleh varietas unggul tembakau virginia. Penelitian dapat dilakukan dengan
biaya Badan Litbang Pertanian atau kerja sama dengan pihak swasta yang akan
mengembangkan tembakau virginia tersebut. Untuk mengantisipasi beberapa kendala
tersebut, ada beberapa saran yang mungkin dapat membantu usaha pemerintah untuk
meningkatkan mutu benih dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan juga
peningkatan devisa negara: 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di
lingkungan pertanian dan perkebunan mengenai masalah perbenihan khususnya teknologi
benih. 2. Peningkatan perhatian terhadap aspek-aspek teknologi benih, terutama dalam
kaitannya dengan usaha untuk meningkatkan viabilitas benih, dan cara-cara yang efisien
untuk mendeteksi viabilitas benih. 3. Peningkatan jalur-jalur dalam perbenihan yaitu: (a)
Jalur penelitian dan pengembangan, yang fungsinya mencari dan menemukan varietas-
varietas unggul, teknologi baru, dan alat-alat untuk prosesing maupun untuk prosesing dan
penelitian; (b) Jalur pengadaan benih yang bertugas untuk memproduksi benih yang bermutu
sekaligus dengan peredaran dan pemasarannya; (c) Jalur pengawasan yang bertugas untuk
memberi legislasi berdasarkan perundang-undangan yang berlaku terutama yang berkaitan
dengan sertifikasi benih.
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Untuk mengentahuinya dengan cara Perkembangbiakan tanaman secara generatif
merupakan perbanyakan tanaman yang berasal dari biji. Setelah terjadinya
penyerbukan, inti generatif serbuk sari akan membelah menjadi dua sel sperma (gamet
jantan). pembiakan tanaman secara vegetatif. Target pembiakan vegetatif bukan hanya
sekedar keseragaman genetik (genotip) antara tanaman induk dan anaknya tetapi juga
tingkat kepastian keseragaman waktu mulai berbuah, sifat arah pertumbuhan cabang
(misalnya, heterotrop atau autotrop) yang diinginkan, penggabungan sifat-sifat unggul
dari batang bawah rootstock) dan batang atas (scion) serta keindahan pertumbuhan
tanaman itu sendiri. Perbanyakan secara vegetatif mempunyai keunggulan dibanding
dengan cara generatif.
Sistem perbenihan memiliki subsistem mikro dan subsistem makro. Subsistem
mikro lebih bersifat teknis lapangan produksi, sedangkan subsistem makro lebih
berwawasan pada kebijakan dan hubungannya dengan di luar industri perbenihan.
Wawasan subsistem makro meliputi subsubsistem sektoral, infrastruktural, komoditas,
dan keplasmanutfahan. Wawasan subsistem mikro meliputi sub-subsistem produksi di
lapangan, pengolahan, penyimpanan, analisis mutu, penanganan, dan pemasaran.
Dengan demikian teknologi benih termasuk dalam wawasan subsistem mikro dengan
aspek-aspek yang meliputi: a) Produksi di lapangan; b) Pengolahan benih; c)
Penyimpanan; d) Analisis mutu; e) Penanganan benih; dan f) Pemasaran benih.

3.2. Saran
Saran kami adalah semoga dengan adanya sistem pembenihan atau perbanyakan
tanaman ini akan membuat para petani lebih luas mengatui cara untuk pembenihan
dan perbanyakan tanmanan yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai