Daftar Isi..
Kata Pengantar.
BAB. I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang...
BAB. II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Pertanian organik...
11
14
15
16
21
III.2 Saran....
21
Daftar Pustaka.;...
22
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah, yang berjudul
PERTANIAN ORGANIK ini dalam kondisi baik dan tepat pada waktunya. Tujuan
penyusunan makalah ini bagi penulis adalah untuk mengetahui pengertian pertanian organik
serta kaidah-kaidahnya. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan makalah ini
berkat adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih, kepada : Prof.Dr.Ir. HUSNI THAMRIN SEBAYANG,
MS.Selaku pengasuh mata kuliah ekologi pertanian. Semoga dukungan, motivasi, serta doa
yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan kasih dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat berkenan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Malang, September 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi
kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang
sintetis dalam dunia pertanian sekarang ini. Dapat disaksikan, mulai dari pupuk, insektisida,
perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawasenyawa murni (Heriawan, 2009).
Ada dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu dalam arti sempit dan dalam arti
luas. Pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan bahan
kimia. Mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian
hama dan penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia,
semua harus bahan hayati, alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah
sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau
membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat
pengatur tumbuh dan aditif pakan). Dengan tujuan untuk menyediakan produk produk
pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta
menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
Seymour (1997) dalam Salikin (2003) menjelaskan kriteria sistem pertanian organik
yang diberikan oleh IFOAM (International Federation Of Agriculture Movement) setidaknya
harus memenuhi enam kriteria standar. Kriteria tersebut antara lain:
1) Lokalita, pertanian organik berupaya mendayagunakan potensi lokalita yang ada
sebagai suatu agroekosistem yang tertutup dengan memanfaatkan bahan baku dari
sekitanya.
2) Perbaikan tanah, pertanian organik berupaya menjaga, merawat, dan memperbaiki
kualitas kesuburan tanah melalui pemupukan organik, pergiliran tanaman, konservasi
lahan, dan sebagainya.
3) Meredam polusi, pertanian organik dapat meredam polusi air dan udara dengan
menhindari pembuangan limbah dan pembakaran sisa-sisa tanaman secara
sembarangan serta menghindari penggunaan bahan sintetik yang dapat menjadi
sumber polusi.
5
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan.
Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang
ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan
produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur,
hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan
lingkungan perairan.
Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah
sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat
universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus
disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan
sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan
pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan
kualitas dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem
pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian.
Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk
produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan
secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara
dan air.
c. Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan
dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia
secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup
yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian
organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya
keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses,
penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap
orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan
kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan
ketersediaan pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip
keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat
yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan
konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan
dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi,
distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial
dan lingkungan yang sebenarnya.
d. Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta
lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis
yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para
pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi
tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi
baru dan metode metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka,
harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung awab merupakan hal
mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian
organik. lmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik
bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja
tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan
dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu
mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan
menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika
(genetic engineering). segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan
kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui prosesproses yang transparan dan artisipatif.
Sesuai dengan prinsip prinsip pertanian organik, ada sebuah metode
pengembangan pertanian yang dikenal sebagai metode bertani tanpa bekerja
dikembangkan di Jepang oleh seorang petani Jepang yang berlatar belakang ahli
mikrobiologi (mantan seorang ilmuwan laboraturium). Ada empat azas bertani alami
yang dipraktikan, yaitu :
a. Tanpa pengolahan, yaitu tanpa membajak atau membalik tanah.
Tanah sebenarnya mampu mengolah dirinya melalui penetrasi akar akar
tumbuhan, aktivitas mikroorganisme, binatang binatang kecil dan cacing cacing
tanah.
9
10
11
masih bisa digunakan untuk pertanian organik. Hindari mengambil air dari limpahan
kebun atau sawah konvensional.
Selain itu, bisa juga dibuat unit pemurnian air sendiri. Air dari saluran irigasi
ditampung dalam sebuah kolam yang telah direkayasa. Kemudian air keluaran kolam
dipakai untuk mengairi kebun organik.
C. Penyiapan benih tanaman
Benih yang digunakan dalam pertanian organik harus berasal dari benih organik.
Apabila benih organik sulit didapatkan, untuk tahap awal bisa dibuat dengan
memperbanyak benih sendiri. Perbanyakan bisa diambil dari benih konvensional.
Caranya dengan membersihkan benih-benih tersebut dari residu pestisida. Untuk
menjadikannya organik, tanam benih tersebut lalu seleksi hasil panen untuk dijadikan
benih kembali. Gunakan kaidah-kaidah pemuliaan dan penangkaran benih pada
umumnya.
Jangan mengawetkan benih dengan pestisida, fungisida atau hormon-hormon
sintetis. Gunakan metode tradisional untuk mengawetkannya. Benih yang dihasilkan dari
proses ini sudah bisa dikatakan benih organik.
Hal yang perlu dicatat, benih hasil rekayasa genetika tidak bisa digunakan untuk
sistem pertanian organik.
D. Pupuk dan penyubur tanah
Pemupukan dalam pertanian organik wajib menggunakan pupuk organik. Jenis
pupuk organik yang diperbolehkan adalah pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos
dan variannya, serta pupuk hayati. Untuk mengetahui lebih detailnya silahkan baca jenisjenis pupuk organik.
Pertanian organik juga bisa menggunakan penyubur tanah atau disebut juga pupuk
hayati. Penyubur tanah ini merupakan isolat bakteri-bakteri yang bisa memperbaiki
kesuburan tanah. Saat ini pupuk hayati banyak dijual dipasaran seperti EM4, Biokulktur,
dll. Pupuk hayati juga bisa dibuat sendiri dengan mengisolasi mikroba dari bahan-bahan
organik.
12
Dalam permentan bahan-bahan tambang mineral alami seperti kapur dan belerang
masih ditoleransi untuk digunakan pada pertanian organik. Berikut daftar bahan mineral
yang bisa digunakan dalam pertanian organik:
Dolomit
Gipsum
Kapur khlorida
Batuan fosfat
Natrium klorida
E. Pengendalihan hama dan penyakit
Pengendalian hama dalam pertanian organik sebaiknya menerapkan konsep
pengendalian hama terpadu. Hal-hal yang terlarang adalah menggunakan obat-obatan
seperti pestisida, fungisida, herbisida dan sejenisnya untuk membasmi hama.
Pengendalian organisme penganggu tanaman bisa memanfaatkan:
lahan, dll.
Memanfaatkan musuh alami atau predator hama
Menerapkan eksosistem pertanian yang beragam, tidak monokultur
Apabila terpaksa, misalnya terjadi ledakan hama atau penyakit, bisa digunakan
juga pemberantasan hama dengan pestisida alami atau pestisida organik. Silahkan baca
mengenai pestisida organik.
F. Penanganan pasca panen
Proses pencucian atau pembersihan produk hendaknya menggunakan air yang
memenuhi standar baku mutu organik. Hindari air yang sudah tercemar zat-zat kimia
sintetsis. Gunakan juga peralatan yang tidak terkontaminasi zat-zat kimia.
Dalam penyimpanan dan pengangkutan produk organik sebaiknya tidak dicampur
dengan produk non organik. Untuk memberikan nilai tambah, sebaiknya kemas produkproduk organik dengan bahan yang ramah lingkungan dan bisa di daur ulang.
13
14
Ada dua pola untuk memasuki pasar moderen, yaitu dengan memasoknya
langsung dan melalui perusahaan pemasok. Untuk memasok langsung, produsen
harus memiliki modal dan relasi yang cukup. Karena biasanya barang yang masuk
tidak dibayar secara langsung. Hal ini bisa disiasati dengan membentuk koperasi
petani organik.
Sebagian petani organik, ada juga yang menjual hasil panennya ke perusahaan
pemasok pasar moderen. Dalam hal ini yang mempunyai kontrak dengan pasar
c.
dipahami karena tanaman yang dipupuk organik , secara keseluruhan bagian tanaman
akan mendapat suplai unsur hara secara lengkap sehingga bagian bagian sel tanama
termasuk sel sel yang menyusun buah sempurna.
e. Membantu mengurangi erosi.
Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik mejadikan tanah lebih
gembur dan tidak mudah terkikis aliran air. Struktur tanah menjadi lebih kompak
dengan adanya penambahan bahan bahan organik dan lebih tahan menyimpan air
dibanding dengan tanah yang tidak dipupuk bahan organik. Pada tanah yang miskin
bahan organik, air mudah mengalir dengan membawa tanah.
b) Kekurangan dalam Sistem Pertanian Organik
Beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam mengembangkan pertanian organik,
yaitu :
a. Ketersediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak
b. Transportasi mahal karena bahan bersifat ruah
c. Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa
pertanaman dan limbah organic
d. Hasil pertanian organik lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertanian non
organik yang menggunakan bahan kimia terutama pada awal menerapkan
pertanian organik.
e. Pengendalian jasad pengganggu secara hayati masih kurang efektif jika
dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
f. Terbatasnya informasi tentang pertanian organik.
II.6 Pestisida Pertanian Organik
Produk pertanian yang selama ini identik dengan penggunaan bahan kimia non alami
seperti pupuk dan pestisida kimia mulai digantikan dengan pertanian organik yang
memanfaatkan bahan alami sebagai bahan pestisida dan obat-obatan untuk tanaman.
Pembuatan bahan alami untuk pestisida dan obat-obatan pertanian cukup mudah dilakukan
dan hanya memerlukan ketelatenan. Selain itu biayanyapun juga sangat murah. Sehingga
apabila mau ditekuni secara sungguh-sungguh, pertanian organik merupakan peluang usaha
yang sangat prospektif untuk dikembangkan oleh petani. Dengan modal usaha yang kecil
petani dan kelompok usaha kecil bisa memanfaatkan bahan alami sebagai bahan pestisida dan
obat-obatan tanaman.
Berikut adalah beberapa pestisida hayati yang dapat dibuat sendiri untuk pertanian
organik.
16
a) Ekstrak daun sirsak sebagai pestisida hayati untuk mengendalikan kutu daun
Satu bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pestisida alami adalah
daun sirsak yang dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pestisida hayati
untuk mengendalikan hama kutu daun dan juga thrips. Pestisida hayati ini dibuat dari
bahan utama daun sirsak. Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Daun sirsak: 100 lembar
Sabun colek: 2-3 sendok makan
Air: 1,5 liter
Cara pembuatan:
1. Rebus daun sirsak dengan 1,5 liter air, hingga air yang tersisa sebanyak 1 liter.
2. Setelah itu tambahkan sabun colek kedalam larutan yang dihasilkan.
3. Untuk pemakaiannya, campurkan 1 liter larutan pestisida dengan 14 liter air.
Cara penggunaan/ pemakaian:
Masukkan campuran pestisida dengan air ke dalam tangki sprayer, lalu
semprotkan pada tanaman. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
sebelum jam 10.00 atau sore hari dari jam 15.00 hingga maghrib. Penyemprotan dapat
dilakukan 2 kali dalam seminggu. Yang perlu diingat pada penggunaan ekstrak sirsak
ini adalah bahwa pemakaian harus dilakukan beberapa kali, jangan hanya satu kali.
Sebab pemakaian secara rutin akan dapat senantiasa melindungi dan mencegah
tanamam dari hama kutu daun dan thrips. Ekstrak daun sirsak dapat disimpan hingga
12 bulan sejak dari pembuatan. Namun demikian sebaiknya segera digunakan agar
dapat memberikan manfaat secara maksimal.
b) Ekstrak daun nimba sebagai pestisida hayati untuk mengendalikan kutu sisik
Bahan alami lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam
pembuatan pestisida hayati adalah daun nimba. Pestisida hayati ini dapat digunakan
untuk mengendalikan kutu sisik pada tanaman. Bahan-bahan yang digunakan:
Daun nimba: 1 kg
Air: 10 liter
Cara pembuatan:
1. Cara pembuatan pestisida ini cukup sederhana yaitu dengan merebus 1 kg daun
nimba dengan 10 liter air hingga mendidih.
2. Dinginkan larutan sebelum diaplikasikan pada tanaman.
Cara penggunaan/ pemakaian:
17
Larutan yang dihasilkan dapat diberikan pada tanaman secara rutin sebab
aman dan tidak memberi efek negatif terhadap tanaman. Selain dapat digunakan
sebagai pestisida untuk mengendalikan kutu sisik, ekstrak nimba dapat juga berfungsi
untuk menghilangkan jelaga pada buah jeruk. Aplikasi dapat dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Seperti halnya ekstrak daun sirsak, ekstrak daun nimba juga sebaiknya
segera digunakan setelah selesai pembuatan. Namun seandainya terpaksa harus
disimpan, maka penyimpanan dapat dilakukan selama 12 bulan.
c) Ekstrak daun pepaya sebagai pestisida hayati untuk mengendalikan ulat dan hama
penghisap tanaman
Daun pepaya memiliki kandungan bahan aktif papain yang cukup efektif
untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap tanaman. Untuk memanfaatkan daun
pepaya menjadi pestisida alami, daun pepaya dibuat ekstrak yang dicampurkan
dengan minyak tanah dan detergen.
Pestisida alami dari ekstrak daun papaya memiliki beberapa manfaat, antara
lain dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphis, rayap, hama kecil, dan ulat
bulu serta berbagai jenis serangga. Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Daun papaya : 1 kg
Air: 10 liter
Minyak tanah : 2 sendok makan
Detergen: 30 gr
Cara pembuatan:
1. Siapkan daun papaya sebanyak kurang lebih 1 kg (sekitar 1 tas plastik besar atau 1
2.
3.
4.
5.
6.
ember besar).
Tumbuk daun pepaya hingga halus.
Hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam 10 liter air
Tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gr detergen.
Hasil campuran, didiamkan semalam.
Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
Aplikasi:
Larutan hasil saringan dapat langsung diaplikasikan ke tanaman dengan cara
18
Umbi gadung KB : 1 kg
Dedak padi: 10 kg
Tepung ikan: 100 gr
Kemiri: beberapa biji
Air: secukupnya
Cara pembuatan:
19
BAB III
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
Sistem pertanian organik dengan segala aspeknya jelas memberikan keuntungan
banyak kepada pembangunan pertanian rakyat dan penjagaan lingkungan hidup, termasuk
konservasi sumber daya lahan, namun penerapannya tidak mudah dan akan banyak
menghadapi kendala.
Semua sistem pertanian sebenarnya memiliki keunggulan dan kelemahan masingmasing, tidak ada yang sempurna. Tetapi dalam sistem pertanian organik ini tanaman maupun
tanah mendapatkan keuntungan yang sama, kesehatan tanah akan terjamin dengan adanya
bahan organik dalam tanah.
III.2 Saran
Pertanian organik hendaknya dikembangkan dengan mengupayakan orientasi
ekonomi dengan tidak terlepas dari hubungan yang selaras dengan alam agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani khususnya dan masyarakat indonesia
umumnya
20
DAFTAR PUSTAKA
http://blogging.co.id/pertanian-organik
http://www.pusattesis.com/pertanian-organik-pengertian-dan-tujuan-pertanian-organik/
INFOTEKTAN BPTP KALIMANTAN SELATAN Nomor: 02/ZHH-FN/TP & Horti/2012.
Disarikan dari: Koswara Wijaya, Ir. Pestisida Nabati.
//petaniwahid.blogspot.com/2008/08/ramuan-pestisida- nabati.html
C:\Nanik\LIPTAN-PESTISIDA.doc.200
Sutanto,R. 2006. Pertanian Organik. Yogyakarta: Gramedia
Soetriono, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Bayumedia
21