Kepala
SMK - PP Negeri Banjarbaru
Suherman, SP., MP
NIP. 19600616 199103 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan anugerah- Nya sehingga DIKTAT KULTUR JARINGAN PISANG
dapat diselesaikan dengan baik. Diktat ini sebagai acuan bagi siswa kelas XI
Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura pada semester III
khususnya mata pelajaran Pembibitan dan Kultur jaringan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam –
dalamnya kepada:
1. Kepala Sekolah SMK PP Negeri Banjarbaru Bapak Suherman, SP., MP,
2. Wakasek Pengajaran Ibu Airin Nurmarita, SP. MP
3. Rekan sejawat ( semua guru) di SMK PP Banjarbaru.
4. Siswa/ Siswi SMK – PP N Banjarbaru
5. Serta semua pihak yang telah banyak membantu.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Pengertian Kultur Jaringan dan Pengenalan Beberapa Istilah .............. 1
B. Kultur Jaringan Pisang ............................................................................ 3
C. Latihan Soal ............................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Pengertian Kultur Jaringan dan Pengenalan Beberapa Istilah
Eksplan , merupakan istilah untuk bahan tanam awal yang digunakan dalam
mikropropagasi. Eksplan dapat berupa sel (kultur sel), protoplas (kultur protoplas),
epidermis, empulur (kultur jaringan), meristem apikal atau lateral (kultur meristem),
tunas apikal maupun lateral (kultur tunas), serta irisan batang, daun maupun akar
(kultur organ). Dengan melihat bahan tanam yang digunakan, maka istilah ‘kultur
in vitro’ lebih tepat digunakan untuk mikropropagasi dibandingkan ‘kultur jaringan’
karena yang dikulturkan sangat beragam, bukan hanya jaringan. In vitro berasal
dari bahasa Latin yang berarti ‘di dalam gelas’ (dalam bahasa Inggris ‘in glass’),
untuk menggagambarkan suatu proses biologi yang berlangsung di dalam tabung
gelas atau botol kultur, di luar tubuh mahluk hidup.
Eksplan tersebut ditanam pada media tanam steril yang mengandung nutrisi.
Adanya senyawa fenol pada jaringan tanaman, seringkali menyebabkan eksplan
berubah warna menjadi coklat dan diakhiri dengan kematian jaringan eksplan.
Warna coklat disebabkan oleh peran enzim polyfenoloksidase yang mengoksidasi
senyawa fenol yang keluar dari irisan eksplan. Senyawa fenol merupakan
metabolit sekunder dan tersimpan dalam vakuola sel tanamn. Ketika eksplan diiris,
vakuola pecah sehingga terjadi eksudasi senyawa fenol dan teroksidasi. Istilah
pencoklatan eksplan ini disebut browning. Efek oksidasi senyawa fenol ini juga
bisa menyebabkan pencoklatan pada media kultur. Istilah pencoklatan pada media
ini pada beberapa literatur disebut dengan istilah staining, namun kebanyakan
masih menggunakan istilah browning.
Laboratorium kultur jaringan minimal memiliki empat ruang, yakni dapur, ruang
preparasi, ruang tanam dan ruang kultur (ruang inkubasi).
1. Dapur
Merupakan tempat pencucian alat-alat sebelum disterilisasi. Di dapur
terdapat tempat pencucian (shink) dengan kran, bak sampah serta rak tempat
menaruh alat-alat setelah dicuci.
2. Ruang preparasi
Merupakan tempat pembuatan media. Pada ruangan ini diletakkan rak
yang berisi zat kimia, timbangan, magnetic stirrer, kulkas (tempat zat kimia
yang harus disimpan pada suhu dingin, seperti zat pengatur tumbuh, media
kemasan, vitamin, dan lain-lain) serta meja untuk melakukan pekerjaan
pembuatan media. Jika autoklaf yang digunakan untuk sterilisasi memakai
daya listrik, maka alat ini juga diletakkan di ruang preparasi. Namun jika
autoklaf yang digunakan adalah jenis yang memakai kompor, maka sebaiknya
diletakkan di dapur dan tidak di ruangan preparasi. Ruangan preparasi harus
dijauhkan dari nyala api karena terdapat banyak bahan kimia. Selain
menghindarkan bahaya kebakaran karena adanya bahan kimia yang mudah
terbakar, tetapi juga agar terhindar dari suhu tinggi yang mungkin dapat
merusak bahan kimia yang ada di ruangan tersebut. Meja yang ada di ruang
preparasi juga digunakan untuk melakukan preparasi eksplan sebelum dibawa
ke ruang tanam
3. Ruang tanam
Ruang tanam merupakan ruang untuk menanam kultur. Ruangan ini
harus dijaga sterilitasnya agar pekerjaan kultur dapat terhindar dari
kontaminasi dan berjalan dengan sukses. Untuk alasan sterilitas ini, ruang
tanam juga dilengkapi dengan lampu pembunuh mikroorganisme. Lampu ini
dinyalakan 30 menit sebelum pekerjaan dimulai dan dimatikan ketika sudah
mulai menanam. Pada laboratorium kultur yang lebih modern, sebelum
memasuki ruang tanam, setiap orang harus disterilisasi dengan memasuki
ruang pembersih yang dilengkapi dengan sprayer automatis yang
menyemprotkan safety disinfectant ke tubuh orang. Di dalam ruang kultur
2. Magnetic stirrer
Magnetic stirrer digunakan untuk proses pembuatan media serta
pembuatan larutan dari senyawa yang berbentuk padat. Magnetic stirrer
memiliki dua fungsi yaitu untuk pemanasan (heating) dan pengadukan (stirring).
3. Autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk sterilisasi dengan metode uap panas (steam
heating). Ada dua jenis jika dilihat dari daya yang digunakan. Yang pertama
adalah autoklaf yang menggunakan kompor dan yang kedua adalah autoklaf
yang menggunakan daya listrik. Keduanya memiliki cara kerja yang sama
dalam proses sterilisasi.
Autoklaf dilengkapi dengan “sarangan” seperti pada dandang untuk
mengukus. Pada sarangan ini diletakkan benda yang akan disteril. Sementara
pada dandang (dibawah sarangan) diisi dengan air untuk menghasilkan uap,
mirip seperti dandang pengukus. Setelah benda yang akan disterilisasi
dimasukkan, autoklaf ditutup dengan jalan memutar ‘skrup’ hingga benar-benar
kencang, sementara itu katup uap dibiarkan tetap terbuka. Setelah itu autoklaf
diletakkan di atas kompor (untuk yang menggunakan daya kompor) dan
dihubungkan stop kontak (yang menggunakan daya listrik). Katup uap ditutup
jika sudah mengeluarkan uap agar suhu dan tekanan naik. Perlahan suhu dan
tekanan akan naik. Jika sudah mencapai tekanan 17,5 Psi atau suhu 121 o C,
kompor harus segera dikecilkan. Kemudian suhu ini dijaga selama waktu yang
dibutuhkan untuk sterilisasi. Misalnya untuk sterilisasi media selama 20-30
menit, peralatan kecil dan glasswares selama 1 jam. Untuk jenis autoklaf listrik,
naiknya suhu sangat lambat dan tekanan 17,5 Psi dicapai dalam waktu yang
lebih lama. Namun kemudian stabil dalam tekanan ini tanpa harus mencabut
7. Rak kultur
d. Rak Kultur
A. Komponen Media
Komponen Media Eksplan (berupa sel, jaringan atau irisan organ) yang
ditumbuhkan secara in vitro pada media buatan, juga membutuhkan hara untuk
terjadinya morfogenesis dan pertumbuhan. Secara umum media buatan tersebut
mengandung komponen sebagai berikut:
1. Hara makro (macro nutrient).
Hara makro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak oleh tanaman, yaitu nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan sulfur (S). N merupakan komponen dalam pembentukan
protein dan asam amino dalam tubuh tanaman, juga merupakan elemen pada
beberapa koenzim. P merupakan komponen pembentukan asam nukleat (DNA
dan RNA) serta dibutuhkan sebagai sumber energi transfer. K dibutuhkan
untuk mengatur potensial osmotik sel tanaman. Ca untuk sintesis dinding sel,
fungsi membran dan berperan dalam aktifnya signal sel. Mg merupakan
kofaktor enzim dan komponen klorofi l. S adalah komponen beberapa asam
amino dan beberapa kofaktor enzim
2. Hara mikro (micro nutrient).
Hara mikro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit oleh tanaman, yaitu ferum/zat besi(Fe), manganese (Mn), zinc (Zn),
cobalt (Co), copper (Cu) dan molybdenum (Mo). Fe merupakan komponen
cytochrome yang berperan dalam Kultur Jaringan Tanaman 22 transfer
electron. Mn adalah kofaktor enzim, Zn berperan dalam sintesis klorofi l dan
juga merupakan kofaktor enzim. Co adalah komponen beberapa vitamin. Cu
merupakan kofaktor enzim dan berperan dalam reaksi transfer elektron. Mo
juga merupakan kofaktor enzim dan komponen dari enzim nitrate reductase.
Baik hara makro maupun hara mikro, keduanya diberikan dalam bentuk
garam inorganik.
3. Gula.
Jenis gula yang umum digunakan dalam kultur in vitro adalah sukrosa,
jumlahnya berkisar 2-3 % atau 20-30 gram/liter media. Selain sukrosa,
beberapa jenis gula lainnya adalah laktosa, galaktosa, maltosa , glukosa dan
fruktosa. Gula diberikan pada media kultur sebagai sumber karbohidrat untuk
C. Pembuatan Media
Media tumbuh digolongkan dalam dua bagian yaitu media padat dan media
cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar , dimana nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan diair. Media cair
dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.
Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda
komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan
D. Petunjuk Praktikum
1) Pembuatan larutan stok
a) Stok A:NH₄NO₃ 82,5g /L
1) Timbang NH₄NO₃ pada neraca analitik sebanyak 82,5 g
2) Pindahkan hasil timbangan pada gelas piala 600-mL yang bersih dan
telah dibilas dengan akuades.
3) Tambahkan akuades secukupnya kemudian aduk sampai larut.
4) Pindahkan larutan tersebut ke labu takar 1000-mL yang sudah di bilas
dengan akuades.
5) Tambahkan akuades sampai hampir ke tanda tera.
6) Keringkan bagian atas tanda tera dengan kertas tisu.
7) Penambahan dilanjutkan dengan pipet sampai meniskus bawah sampai
mencapai tanda tera.
8) Larutan dicampur sampai merata dengan hot plate,
9) Berilah label pada botol dengan keterangan sebagai berikut; Nama
stok(A), nama zat (volume pipet untuk 1 L medium 20 ml ).
c) Stok C:
KH₂PO₄ 34 g/ L
H₃BO₃ 1,24 g/ L
KI 0,166 g/ L
Na₂MoO₄.2H₂O 0,05 g/ L
CoCI₂.6H₂O 0,005 g/ L
1) Timbang zat-zat di atas secara terpisah.
2) Campurkan semua komponen dalam gelas piala yang sama.
3) Tahap selanjutnya sama dengan stok A.
4) Berilah label: nama stok, nama zat, volume pipet untuk 1 L medium
(5 mL)
e) Stok E:
MgSO₄.7H₂O 74 g/ L
MnSO₄.H₂O 3,38 g/ L
ZnSO₄.7H₂O 1,72 g /L
CuSO₄.5H₂O 0,05 g /L
1) Timbang zat-zat di atas secara terpisah.
2) Campurkan semua zat-zat tersebut dalam gelas piala 600-ml sampai
500 ml.
3) Tahap selanjutnya sama dengan stok A.
4) Berilah label: nama stok, nama zat,volume pipet unuk 1 L medium
(5 mL).
h) Myo-imositol 10 g / L
1) Timbang 1 g myo-imositol
2) Larutkan dalam 1000 mL akuades
3) Beri label: nama stok, nama zat, volume pipet untuk 1 L medium
(10 mL).
V₁.M₁=V₂.M₂
Vl = volume larutan stok yang dicari
Ml = dosis larutan stok yang tersedi
V2= volume medium Yang akan dibuat
M2=dosis medium Yang akan dibuat
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
V₁.M₁=V₂.M₂
V₁.1000=500.2
500.2
V₁= = 1 ml.
1000
2) Persiapan botol
1. Sebelum digunakan botol di cuci dan direndam dalam air bayclin dalam
sehari semalam.
2. Keringkan sampai benar-benar botol dalam ke adan kering
3. Botol diletakan ke tempat bagian alat .
b. Tujuan
Dapat mengetahui prosedur kerja yang dilakukan.
Adanya media untuk sub kultur.
c. Alat d. Bahan
Otoclaf Stok A 20 mL
Erlenmeyer Stok B 20 mL
Botol media Stok C 5 mL
Meja dorong Stok D 5 mL
Gelas ukur plastik Stok E 5 mL
Kerts Ph Stok F 5 mL
Hot plate stirer Vitamin 1 ML
Sendok Myo-inositol 10 mL
Panci Gula 30 g
Kompor Agar 7g
BAP 5 5 mL
e. Prosedur kerja
1) Siapkan bahan dan alat.
2) Masukan semua bahan kedalam erlenmeyer kecuali agar.
3) Berikan air akuades kedalam erlenmeyer sampai batas minikus
1000 mL.
4) Homogenkan menggunakan hot plate stirer sampai larutan
menjadi larut.
5) Cek pH hingga 5,8-6.jika ph kurang dari 5,8 tambahkan larutan
NaOH jika lebih dari 6 tambahkan HCl beberapa tetes.
6) Nyalakan kompor.
7) Setelah larutan sudah homogen, masukan kedalam panci.
Tunggu sampai sedikit menddih lalu masukan agar , aduk
hingga merata.
f. Keterangan
Pertama BAP5 itu pada pembelahan 1-5 Mendekati
perakaran 5 ke atas BAP di turunkan menjadi BAP2. BAP 2 di
butuhkan 2 ppm, BAP4 di butuhkan 4 ppm, BAP 5 di butuhkan.
Untuk tambahan bisa gunakan larutan NaOH dan HCl sebagai
penetral pH .
b. Tujuan
Megetahui prosedur kerja membuat media dengan benar.
Adanya media untuk sub kultur perakaran.
c. Alat
Otoclaf
Botol media
Panci
Sendok
Erlenmeyer
Hot plate stirer
Kertas ph
Meja dorong
Kompor
e. Prosedur kerja
1) Siapkan bahan dan alat.
2) Masukan semua bahan kedalam erlenmeyer kecuali arang dan
agar.
3) Berikan air akuades kedalam erlenmeyer ampai batas minikus
1000 mL.
4) Homogenkan menggunakan hot plate sampai larutan menjadi
larut.
5) Cek pH hingga 5,8-6.jika ph kurang dari 5,8 tambahkan larutan
NaOH jika lebih dari 6 tambahkan HCl beberapa tetes.
6) Nyalakan kompor.
7) Setelah larutan sudah homogen, masukan kedalam panci.
Tunggu sampai sedikit menddih lalu masukan agar dan arang,
aduk hingga merata.
8) Setelah mendidih, matikan kompor. Pindahkan ke botol media,
dengan ukuran yang cukup untuk 40 botol/1L.
9) Tutup botol hingga rapat, lalu masukan kedalam otoclaf untuk
disterilisasi sampai 25 menit. Dalam keadaan 17,5 Pci, dengan
suhu 121˚C sampai 126˚C.
10) Setelah selesai, simpaan di ruang inkubasi.
B. Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau menonaktifkan spora dan
mikroorganisme sampai ke tingkat yang tidak memungkinkan lagi berkembang
biak atau menjadi sumber kontaminan selama proses perkembangan
berlangsung. Proses sterilisasi yang tidak sempurna akan menimbulkan adanya
kontaminasi. Kontaminasi yang umum terjadi adalah kontaminasi oleh cendawan
dan bakteri. Komposisi medium kultur jaringan yang mengandung gula, vitamin,
asam asam amino, garam-garam anorganik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan
pemadat sangat menguntungkan untuk pertumbuhan cendawan dan bakteri. Bila
diberi kesempatan maka organisme tersebut akan tumbuh dengan cepat, dan
dalam waktu singkat akan menutupi permukaan medium dan eksplan yang
ditanam. Selanjutnya organisme ini menyerang eksplan melalui bekas luka
pemotongan pada saat perlakuan sterilisasi. Beberapa jenis mikroorganisme
i. Natrium hipoklorit
Nama dagangnya adalah clorox dan bayclin. Konsentrasi untuk sterilisasi
tergantung dari kelunakan eksplan, dapat 5%-20% dan waktunya antara 5-
10 menit.
ii. Mercuri klorit
Nama dagangnya adalah sublimat 0.05%. Penggunaan bahan kimia ini harus
hati-hati karena bersifat racun. Cara perlakuan sterilisasinya sama dengan
clorox, hanya waktunya lebih pendek karena sublimat bersifat keras.
3. Alkohol 70%
Alkohol lebih banyak diperdagangkan dalam bentuk alkohol 95%. Jamur
biasanya mati dengan alkohol 70%, sedangkan dengan alkohol 95% masih
tetap hidup.
C. Penanaman Eksplan
Media yang paling baik untuk inisiasi in vitro pisang adalah media MS padat
tanpa ZPT ditambahkan media MS cair mengandung BAP/kinetin 2-5 mg/L.
Penambahan media cair dimaksudkan untuk mencegah terjadinya browning pada
ekspain yang diakibatkan keluarnya senyawa fenolik. Besarnya konsentrasi
sitokinin pada media inisiasi tunas setiap jenis tanaman pisang berbeda-beda.
Misalnya pada pisang ambon konsentrasi BAP yang digunakan cukup 2mg/L,
sedangkan pada pisang tanduk atau kapok diperlukan BAP hingga 5mg/L.
Berbeda dengan system kultur nodus pada tanaman jati, multiplikasi tunas
pisang dilakukan dengan cara merangsang peningkatan poliferasi tunas aksiler
dari bagian bonggol tunas. Biasanya tahap multiplikasi tanaman pisang
menggunakan ZPT yang optimal pada setiap jenis pisang sering kali berbeda –
beda . kombinasi konsentrasi yang optimal dapat diperoleh melalui percobaan
secara empiris
1. Gerombol tunas pisang {terdiri dari 2-3 tunas } yang di hasilkan Dari tahap
inisiasi tunas {satu bulan di media ms npl } disubkultur Ke media induksi
tunas, yaitu media MS ditambah bap 2-5mg/l Dan NAA 0,1-0,5 mg/l . setelah
1-2 bulan ,pada gerombol tunas ini akan tumbuh tunas tunas aksiler baru
sehingga jumlah tunas Dalam gerombol tersebut akan bertambah (GAMBAR
6,3), MISALNYA Dari dua tunas akan menjadi 4-8 tunas.
2. Gerombol tunas yang diberikan yang di hasilkan pada tahap 1 disubkultur ke
Media elongasi tunas, yaitu media MS nol (tanpa ZPT) . gerombol Tunas
dipotong dan dipisahkan menjadi gerombol tunas kecil yang terdiri dari 2-3
tunas. Dipangkas . satu bulan dimedia ini ,tunas tunas tersebut akan
mengalami pertumbuhan tinggi dan tidak mengalami pertambahan jumlah
tunas (Gambar 6,3)
Setelah kultur pisang mencapai target yang diinginkan ,sebagian kultur tunas
yang berasal Dari media multiplikasi tunas disubkultur ke media induksi akar ,
sedangkan sebagian kultur Lagi terus diulakukan moltiplikasi tunas . Media induksi
akar untuk tanaman pisang adalah Media MS tanpa ZPT dengan kandungan hara
makro setengah dari ionsentrasi normal,ditambah arang aktif 2 g/L.
Tunas pisang yang tumbuh bergerombol di media multiplikasi tunas dipisahkan
satu sama lain .Kemudian ,tunas-tunas tersebut ditanam di media induksi
perakaran .Setelah satu bulan di media, ini,tunas pisang mengalami pertumbuhan
tinggi dan sudah mempunyai akar yang cukup banyak, sehingga siap untuk
diaklimitasi di media tanah.
F. Aklimatisasi
c. Alat
LAF
Cawan petri
Pembakar spritus
pinset+skapel
korek
lap steril
d. Bahan
Media ms pembelahan
Bonggol pisang
Alkohol
e. Prosedur kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.
2) Nyalakan UV, Blower, tunggusampai 30 menit.
3) Lalu matikan dan nyalakan ligh.
4) Sterilisasi ruang LAV dengan alkohol 75% menggunakan lap
tanagn.
5) Alat dan bahan yang akan digunakan,sebelum dimasukan ke
dalam ruangan LAV semprot menggunakan alkohol 75% dan
keringkan dengan lap tangan.
6) Letakan pembakar api bunsen di tengah (belakang),media
perakaran sebelah kiri, botol alkohol 95% di belakang sebelah
kanan, media yang berisi eksplan sebelah kanan depan botol
alkohol, serta taruh petridis di depan api bunsen.
f. Keterangan
Sesuaikan dengan media ms pembelahan dengan BAP yang
akan dilaksanakan.
b. Tujuan
Mengetahui dan dapat menjelaskan proses pengakaran dan
aklmatisasi planlet hasil kultur jaringan, beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi tersebut.
c. Alat
Ember yang kecil
Pinset
Wadah / boks
polibag
d. Bahan
Fungisida
planlet yang akan di aklimatisasi
Air bersih
Media tanam yang terdiri dari tanah, pasir, sekam bakar. Dengan
perbandingan 2:1:1
Pupuk kandang
Sekam biasa
e. Prosedur aklimatisasi
1) Siapkan terlebih dahulu media tanam yang terdiri dari campuran
tanah, pasir, dan sekam bakar.
2) Diamkan 2-3 hari media yang berada di boks, jangan lupa untuk
disiram agar lembab
3) Planlet pisang yang akan di aklimatisasi di keluarkan dari dalam
wadah/motol media. Lalu rendam pada larutan fungisida dan
bakterisida 2 g/ L selama 5-10 menit.
4) Agar-agar yang masih menempel di cuci bersih untuk membuang
sumber kontaminasi.
5) Setelah itu planlet yang telah bersih, kering anginkan .
f. Keterangan
Ketika tanaman sudah berumur ± 1 bulan di dalam bos, pindah
ke dalam polibag dengan media tanah, sekam, dan pupuk kandang
dengan perbandingan 3:2:1.
I. Latihan Soal
Untuk mengukur tingkat pemahaman kalian terhadap materi diatas
jawablah soal berikut dengan benar!
1. Jelaskan isolasi bahan tanam pada kultur jaringan pisang dengan eksplan
berasal dari anakan dan jantung pisang!
2. Sebutkan bahan sterilisasi yang tepat untuk eksplan pisang berasal dari
anakan dan jantung pisang!
3. Jelaskan fungsi penambahan media dan BAP cair dalam inisiasi eksplan
pisang!
4. Sebutkan komposisi media yang sesuai untuk multiplikasi tunas pada kultur
jaringan pisang!
5. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan induksi perakaran dalam kultur
jaringan pisang? Jelaskan alasanmu!
6. Jelaskan proses aklimatisasi planlet pisang hasil kultur jaringan
7. Jelaskan bagaimana pemeliharaan bibit pisang sampai siap tanam
Nisa,C dan Rodinah, 2005, Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang (Musa
paradisiaca L.) dengan Pemberian Campuran NAA dan Kinetin, Jurnal
Bioscientiae, Vol 2, No.2.
Priyono, D. Suhandi, dan Matsaleh. 2000. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh IAA
dan 2-IP pada Kultur Jaringan Bakal Buah Pisang. Jurnal Hortikultura. 10
(3) : 183 – 190.
Priyono. 2000. Perbanyakan Abaka (Musa textillis Nee) melalui Kiltur Mata Tunas
Secara In vitro. Pelita Perkebunan 9(2): 129-133.
Purwanto, D.1991. pengaruh ukuran bahan tanam terhadap keberhasilan
perbanyakan beberapa varietas pisang (Musa paradisiacal L.) dengan
metode kultur jaringan. Skripsi fakultas pertanian UNIBRAW. Malang.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Edisi Bahasa
Indonesia. Penerbit ITB, Bandung.
Satuhu, S., dan A. Supriyadi, 1999. “Pisang” Budidaya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Steenis JV. 2003. Flora Untuk Sekolah Indonesia. Cetakan IX. Jakarta (ID):
Pradnya Paramita
Wibowo, A. 1998. Abaca (Musa textillis Nee) Penghasil Serat. Duta Rimba XXIV
(222): 31-37.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.