Anda di halaman 1dari 11

ISSN 1978-9513 VIS VITALIS, Vol. 02 No.

2, September 2009

IDENTIFIKASI KAPANG DAN KHAMIR PENYEBAB PENYAKIT


MANUSIA PADA SUMBER AIR MINUM PENDUDUK PADA SUNGAI
CILIWUNG DAN SUMBER AIR SEKITARNYA

Noverita
Fakultas Biologi Universitas Nasional

ABSTRACT

Ciliwung is a major river in Jakarta. This river has become part of the livelihood of
people on the flood plains. Except for drinking, people use the river water for many
purposes, such as bathing, washing, even for trashing. This river is now heavily
polluted, with dirty and cloudy water. Contaminated water allows various types of
pathogenic micro-organisms flourished. This research was carried out in order to
identify various kinds of molds and yeast present in drinking water sources and in
Ciliwung River’s water, particularly those related to human health. Results obtained
showed that from ten sampling points there are nine types of fungi. This consists of
seven mold isolates and two types of yeast isolates. Four types of which are types of
molds and yeasts harmful to human health, namely: Aspergillus flavus, Aspergillus
fumigatus, Candida albicans and Rhodotorulla sp. two types are pathogens mold on
plants, namely; Candida sp. and Rhizocsolenia solani. Another type found: Penicilium
Eupenicillium and Aspergillus niger are potential in industry and food processing.

Keyword; identify, molds and yeast, drinking water, Ciliwung

PENDAHULUAN dan di dalam tanah (Suryawirya, 1993). Air


tawar tersebut berasal dari siklus air (daur
Air merupakan materi esensial di hidrologi) secara alami. Meskipun
dalam kehidupan. Tidak ada satupun demikian, untuk mendapatkan air tawar
makluk hidup di dunia ini yang tidak yang sangat diperlukan manusia tidaklah
membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik mudah. Oleh karena itu, hemat dalam
tumbuh-tumbuhan maupun hewan, pemakaian air dan mencegah pencemaran
sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih air merupakan langkah yang harus diambil.
dari 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau Pencemaran air merupakan suatu
lebih dari 67% isi sel hewan tersusun dari permasalahan yang samapai saat ini belum
air (Suryawirya, 1993) juga dapat diatasi, terutama di kota-kota
Kandungan air di bumi sangat besar terutama di Jakarta. Sumber
berlimpah, volume seluruhnya mencapai pencemar dapat berasal dari limbah
1.400.000.000 km3. Lebih kurang 97% domestik (limbah rumah tangga, seperti
merupakan air laut (air asin) yang tidak pasar dan jalanan) dan limbah non
dapat dimanfaatkan secara langsung dalam domestik (limbah industri).
kehidupan manusia. Dari 3% sisanya, 2% Pencemaran air pada dasarnya
berupa gunung-gunung es di kedua kutub terjadi karena air limbah langsung dibuang
bumi. Selebihnya 0,75% merupakan air ke badan air ataupun ke tanah tanpa
tawar yang mendukung kehidupan mengalami proses pengolahan terlebih
makhluk hidup di darat, di danau, sungai dulu, atau proses pengolahan yang

Noverita 12
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

dilakukan belum memadai. Akibat dari Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Jakarta.
pencemaran air ini dapat mengganggu Hulu sungai ini berada di dataran tinggi
peredaran air dan memungkinkan kualitas yang terletak di perbatasan Kabupaten
air menurun sehingga tidak dapat dipakai Bogor dan Kabupaten Cianjur; tepatnya di
sebagai air minum dan membahayakan Gunung Gede, Gunung Pangrango dan
kesehatan manusia dan makhluk hidup daerah Puncak. Setelah melewati bagian
lainnya (Wardhana, 2001). timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke
Jenis pencemar dapat berupa utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-
pencemaran fisik, pencemaran kimia dan Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki
pencemaran biologi. Pencemaran biologi wilayah Jakarta sebagai batas alami
seperti yang disebabkan oleh bakteri Vibro wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
cholerae; Shigella dysenteriae; Salmonella Di daerah Manggarai aliran Ciliwung
typhosa; dan Salmonella paratyphi banyak dimanipulasi untuk mengendalikan
merupakan suatu permasalah yang cukup banjir. Jalur aslinya mengalir melalui
membahayakan bagi kesehatan manusia. daerah Cikini, Gondangdia, hingga
Selain bakteri, mikroba patogen lain yang Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal
sering ditemukan pada badan air yang jalur lama tidak ditemukan lagi karena
tercemar juga sangat membahayakan dibuat kanal-kanal, seperti di sisi barat
kesehatan manusia. Mikroba yang Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet
dimaksud adalah kapang dan khamir. di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan
Kapang dan khamir merupakan Veteran. Di Manggarai, dibuat Banjir
kelompok mikroorganisme yang termasuk Kanal Barat yang mengarah ke barat, lalu
filum Fungi. Kehadiran mikroorganisme di membelok ke utara melewati Tanah
lingkungan terutama di perairan dapat Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga
bersifat menguntungkan, karena kemampu- ke Pluit.
annya dalam merombak senyawa organik Kondisi Sungai Ciliwung sudah
komplek menjadi senyawa sederhana yang sangat tercemar. Kondisi sungai yang
sangat dibutuhkan tanaman sebagai sumber tercemar dan begitu keruh bukan tanpa
nutriennya. Fungsi lain dari fungi adalah sebab. Buangan limbah rumah tangga,
menghasilkan berbagai jenis enzim, limbah industri besar dan kecil antara lain
vitamin, hormon tumbuh, asam-asam menjadi penyebab. Menurut data IPK
organik dan antibiotik. Sementara itu dari PWSCC, setidaknya sepuluh industri yang
segi merugikan, kehadiran fungi ini dapat membuang limbahnya ke sungai ini mulai
menimbulkan berbagai jenis penyakit yang dari percetakan sampai elektronik.
membahayakan bagi organisme lain Ditambah lagi industri kecil yang
terutama manusia. memanfaatkan air Ciliwung. Terdapat lebih
Beberapa contoh kapang dan dari 5.000 industri kecil skala rumah
khamir penyebab penyakit yang dapat tangga di sepanjang Ciliwung. Meski kotor
ditemukan di perairan, baik pada kolam, dan keruh, Ciliwung telah menjadi bagian
sungai, danau maupun laut adalah; dari kehidupan warga bantaran sungai.
Aspergillus spp, Penicillium spp., Kecuali minum, warga menggunakan air
Pythiopsis, Saprolegnia parasitica, sungai untuk banyak hal, diantaranya untuk
Isoachlya, Leptolegnia, Candida spp, dan mencuci, mandi, dan buang air besar.
Rhodotorulla spp. (Suryawirya, 1993). Berdasarkan latar belakang dan
Sungai Ciliwung merupakan salah permasalahan tersebut di atas penelitian ini
satu sungai besar di Pulau Jawa. Wilayah dilakukan dengan tujuan untuk meng-
yang dilintasi sungai ini adalah Kota Bogor, identifikasi berbagai macam kapang dan

Noverita 13
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

khamir yang terdapat pada sumber air tabung reaksi dicuci bersih, kemudian
minum dan air sungai Ciliwung, khususnya disterilkan di dalam oven pada suhu 180oC
yang berkaitan dengan kesehatan selama 2 jam
masyarakat. Media PDA untuk pertumbuhan
Melalui penelitian ini diharapkan kapang dan khamir, ditimbang sesuai
dapat diperoleh informasi tentang dengan takaran yang sudah ditentukan,
keberadaan kapang dan khamir yang kemudian dilarutkan dengan 1000 ml
berbahaya bagi kesehatan manusia, yang akuades, selanjutnya dipanaskan sampai
ada pada sumber air minum penduduk dan mendidih dan homogen, selanjutnya
air sungai Ciliwung, sehingga pencegahan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC
penyakit kiranya dapat dilakukan. selama 15 menit.

Pengambilan sample air dan isolasi


METODOLOGI PENELITIAN kapang dan khamir

A. Tempat dan Waktu Sampel air diambil secara aseptik


dengan mengunakan botol sample yang
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan sudah disterilkan. Sampel air diambil pada
Juli sampai dengan Agustus 2006. Lokasi 5 lokasi yang sumbernya terletak paling
pengambilan sample dilakukan di 5 lokasi, dekat dengan titik pengambilan air sungai.
yaitu Depok 2, Srengseng Sawah, Condet, Selanjutnya sample-sampel air diencerkan
Manggarai dan Matraman. Identifikasi dengan tingkat pengenceran 10-2 sampai
sample dilakukan di Laboratorium dengan 10-4, dengan mengunakan larutan
Mikrobiologi dan Genetika, Fakultas fisiologis steril. Sebanyak 0,1 ml sample
Biologi - Universitas Nasional, Jakarta. air yang telah diencerkan dimasukkan ke
dalam cawan Petri yang telah berisi PDA
B. Bahan dan Alat padat steril, lalu diratakan dan
diinkubasikan selama 3-7 hari pada suhu
Bahan yang digunakan dalam kamar. Setelah masa inkubasi dilakukan
penelitian ini terdiri dari; sample air, pengamatan terhadap pertumbuhan koloni
media Potato Detrosa Agar (PDA), Larutan khamir dan kapang, secara makroskopis
garam fisiologi 0,85%, Alkohol 75%, dan mikroskopis.
Spirtus, Es batu, KOH 10%, lactophenol,
kapas dan tissu. Pembacaan hasil
Alat yang digunakan terdiri dari; cawan
Petri, labu Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet Hasil dinyatakan positif bila pada
mikro dan tip, botol sampel, tali rapia, media PDA terdapat koloni kapang dan
oven, autoklaf, lampu spirtus, botol khamir. Selanjutnya, bila pada peng-
semprot, tabung reaksi, kaca objek dan amatan mikroskopis ditemukan adanya
kaca penutup, jarum aose dan mikroskop. miselium atau hifa dan spora, dilaporkan
sebagai adanya kapang, dan bila pada
pemeriksaan mikroskopis ditemukan
C. Cara Kerja
adanya sel bertunas dilaporkan sebagai
Persiapan dan sterilisasi khamir. Terhadap kapang dan khamir yang
sudah diperoleh kemudian dilakukan
Alat – alat kaca seperti botol identifikasi berdasarkan penampakan
sample, cawan Petri, labu Erlenmeyer, makroskopis dan mikroskopi.

Noverita 14
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN pengambilan sample air (lima titik air


sungai dan lima titik sumber air minum),
Setelah dilakukan pengamatan maka diperoleh hasil sebagaimana terlihat
terhadap pertumbuhan koloni kapang dan pada tabel 1 berikut ini.
khamir pada media PDA, dari sepuluh titik

Tabel 1.Koloni kapang dan khamir yang ditemukan pada lima titik pengambilan
sampel

Kelompok Fungi Lokasi sampel Lokasi sampel


(Sumber Air Minum) (Air Sungai)

A B C D E A B C D E
+ + _ + + + _ + + +
Kapang
+ + + _ + _ _ + + +
Khamir
Keterangan: + : ditemukan koloni
- : tidak ditemukan

Pada tabel 1 di atas dapat dilihat Menurut Makfoeld (1993), kapang A.


bahwa dari sepuluh titik pengambilan flavus dan A.fumigatus menghasilkan
sampel (lima titik di sumber air minum dan berbagai jenis toksin, diantaranya adalah ;
lima titik di air sungai), lebih dari aflatoksi, asam aspergilat, asam kojat,
separuhnya ditemukan kapang dan khamir, palmotoksin Bo dan Go dihasilkan A.flavus
tepatnya 80% ditemukan di sumber air dan famagilin, fumigatoksin dan
minum dan 70% di sungai. Data ini asamhelvenat dihasilkan A.fumigatus.
menunjukkan bahwa secara umum kedua Toksin-toksin tersebut sangat
lokasi tersebut sudah terkontaminasi oleh membahayakan dan bersifat akut pada
kapang dan khamir yang kehadirannya manusia.
dapat membahayakan bagi kesehatan. Kapang dari jenis Penicillium sp,
Seteleh dilakukan identifikasi jenis Eupenicicillium serta Aspergillus niger,
terhadap isolat kapang dan khamir yang walaupun secara umum merupakan kapang
ditemukan, maka diperoleh sebanyak 9 yang potensial dalam bidang industri dan
jenis yang terdiri dari 7 jenis isolat kapang pangan, yaitu berpotensi dalam produksi
dan 2 jenis isolate khamir. Data dari ke 9 antibiotik (Penicillium dan Eupenicillium)
jenis isolate tersebut ditampilkan pada dan asam sitrat (Aspergillus niger), namun
table 2. dapat juga menimbulkan efek yang
Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari merugikan bagi manusia karena dapat
7 jenis-jenis kapang yang ditemukan, 2 mengkontaminasi makanan yang
jenis diantaranya adalah jenis kapang yang menyebabkan makanan menjadi jamuran
membahayakan bagi kesehatan manusia, dan busuk, serta spora yang dihasilkan bila
yaitu Aspergillus flavus dan Aspergillus termakan dapat menyebabkan alergi bagi
fumigatus. Kedua jenis kapang ini orang-orang tertentu.
menghasilkan berbagai jenis toksin.

Noverita 15
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Pratini (2006), menyatakan bahwa membran mucosa. Sensitivitas senyawa


sejumlah besar senyawa biologi seperti alergen dan berkembangnya sifat alergi
enzim, protein dan antibiotik serta spora berbeda pada setiap individu. Alergen yang
mikrobial telah diketahui kemampuannya berbahaya dapat mengancam hidup orang
membentuk alergen. Gejala alergi muncul yang mudah terpengaruh oleh alergi
ketika zat alergen kontak dengan kulit atau

Tabel 2. Jenis-jenis fungi yang ditemukan pada tiap-tiap lokasi

No Jenis fungi Keterangan

1. Aspergillus niger Kapang


2. Aspergillus flavus Kapang
3. Aspergillus fumigatus Kapang
4. Curvularia Kapang
5. Candida albicans Khamir
6. Eupenicilium sp Kapang
7. Penicilium sp Kapang
8. Rhizoctonia solani Kapang
9. Rhodotorulla sp Khamir

Dua jenis kapang lainnya yang mamalia (Brown dkk.,2005). Populasi yang
ditemukan adalah kapang Curvularia sp. meningkat dapat menimbulkan masalah.
dan Rhizoctonia solani. Kedua jenis Salah satu spesies Candida yang dikenal
kapang ini merupakan dua contoh jenis banyak menimbulkan penyakit baik pada
kapang yang biasanya merupakan kapang manusia maupun hewan adalah Candida.
patogen pada tanaman, terutama pada albicans. C. albicans merupakan fungi
tanaman sayur-sayuran dan palawija. opportunistik penyebab sariawan
Walaupun kedua kapang ini tidak (Kumamoto dan Vinces, 2004), lesi pada
menimbulkan penyakit pada manusia, kulit (Bae dkk., 2005), vulvavaginistis
namun karena sifatnya patogen pada (Wilson, 2005), gastrointestinal candidiasis
tanaman dan bila air yang sudah yang dapat menyebabkan gastric ulcer
terkontaminasi ini digunakan untuk irigasi (Brzozowski dkk 2005), atau bahkan dapat
atau menyiram tanaman, tentunya akan menjadi komplikasi kanker (Dinubile dkk,
berpotensi menimbulkan penyakit pada 2005).
tanaman dan hal ini merugikan petani. Pada wanita, C. albicans sering
Dua jenis khamir yang ditemukan menimbulkan vaginitis dengan gejala
merupakan khamir yang membahayakan, utama fluor albus yang sering disertai rasa
karena khamir tersebut dapat menimbulkan gatal. Infeksi ini terjadi akibat tercemar
penyakit pada manusia, terutama Candida setelah defekasi, tercemar dari kuku atau
albicans. Candida dikenal sebagai fungi air yang digunakan untuk membersihkan
dimorfik yang secara normal ada pada diri; sebaliknya vaginitis Candida dapat
saluran pencernaan, saluran pernafasan menjadi sumber infeksi di kuku, kulit di
bagian atas dan mukosa genital pada sekitar vulva dan bagian lain.

Noverita 16
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kehadiran khamir Rhodotorulla hialin sampai kecoklatan. Vesikula


juga merupakan suatu permasalah yang berbentuk bulat sampai semi bulat. Fialid
cukup penting untuk diwaspadai.. Khamir duduk pada metule, konidia berbentuk
ini sebelumnya diyakini bersifat bulat sampai semi bulat, berwarna coklat
nonpathogenik, atau hanya bersifat tua – hitam, dan berornamen.
virulensi rendah, kini ditemukan penyebab Menurut Samson dkk. (1981),
penting morbiditas dan kematian, terutama Koloni A.niger pada media Czapek Agar
pada pasien dengan penyakit yang suhu 250C umur 7 hari mencapai diameter
mendasarinya parah dan membahayakan 4 – 7 cm, terdiri dari masa koloni yang
pertahanan tuan rumah. Khamir kompak berwarna putih dan kuning pada
Rhodotorula, sebagian besar terkait dengan permungkaan bawah koloni, yang akan
kasus fungemia, yang memenuhi syarat berobah warna menjadi coklat gelap
sebagai semacam pathogen pada pria sampai hitam setelah terbentuk
konidiospora (konidia). Kepala konidia
Deskripsi kapang dan khamir radiat. Tangkai konidia (konidiofor)
berdinding halus, hialin, tetapi sering
Aspergillus niger berwarna coklat. Vesikel bulat sampai semi
bulat, berdiameter 50 – 100 µm. fialid
Koloni Aspergillus niger pada saat duduk pada metule, berukuran 7,0 – 9,5 x 3
muda berwarna putih, dan akan berubah – 4 µm. Metule hialin sampai coklat, sering
menjadi berwarna hitam setelah terbentuk bersekat, berukuran 15 – 25 x 4,5 – 6,0 µm.
koniospora.(gambar 1). Kepala konidia konidia bulat sampai semi bulat, diameter
(Conidialhead) berwarna hitam, berbentuk 3,5 - 5µm, coklat, dengan ornamen.
bulat (radiate). Kodiofor berdinding halus,

Gambar 1. Bentuk makroskopis dan mikroskopis Aspergillus niger

Aspergillus flavus bulat. Fialid langsung duduk pada vesikula


atau pada metule, konidia berbentuk bulat
Koloni Aspergillus flavus pada saat hingga semi bulat, berwarna hijau pucat.
muda berwarna putih, dan akan berubah Menurut Samson dkk, (1999), koloni
menjadi berwarna hijau kekuningan setelah kapang A. flavus berwarna hijau
membentuk konidia (gambar 2). Kepala kekuningan. Kepala konidia khas
konidia berwarna hijau kekuningan hingga berbentuk bulat, kemudian merekah
hijau tua kekuninggan, berbentuk bulat, menjadi beberapa kolom, dan berwarna
konidiofor berdinding kasar, hialin.. hijau kekuningan hingga hijau tua
Vesikula berbentuk bulat hingga semi kekuningan. Konidiofor berwarna hialin,

Noverita 17
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

kasar. Vesikula berbentuk bulat hingga Konidia berbentuk bulat hingga semibulat,
semi bulat, berdiameter 25 – 45 µm. Fialid dimeter 3 - 6µm, hijau dan berduri.
duduk lansung pada vesikel atau metule,
berukuran 6 – 10 x 4,5 – 5,5 µm.

Gambar 2. Bentuk makroskopis dan mikroskopis A. Flavus

Aspergillus fumigatus konidiofor yang terbentuk dari miselia


yang ada di agar dan juga dari miselium
Koloni saat muda berwar putih dan aerial. Kepala konidia berbentuk kolumnar.
dengan cepat berubah menjadi hijau seiring Konidiofor pendek, berdinding halus, dan
dengan terbentuknya konidia (gambar 3). berwarna hijau (khusus pada bagian atas).
Kepala konidia berbentuk kolumnar, Vesikula berbentuk gada yang lebar,
koniofor pendek, berdinding halus, diameter 20 – 30 µm. Fialid terbentuk
berwarna hijau. Vesikula berbentuk gada, langsung pada vesikula, seringkali
berwarna hijau. Konidia bulat sampai semi berwarna hijau, berukuran 6 – 8 x 2 – 3
bulat, berwarna hijau, berdinding kasar. µm. Konidia berbentuk bulat hingga semi
Menurut Samson dkk (1999), bulat, dimeter 2,5 – 3 µm, berwarna hijau,
kapang A.fumigatus mempunyai koloni dan berdinding kasar hingga berduri.
berwarna hijau tua karena lebatnya

Gambar 3. Bentuk makroskopis dan mikroskopis A. fumigatus

Curvularia sampai coklat muda seiring dengan


terbentuknya konidia. Konidiofor coklat,
Koloni saat muda berwarna putih umumnya sederhana, menghasilkan
dan dengan cepat berubah menjadi krem konidia (makrokonidia) pada bagian ujung.

Noverita 18
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Konidia gelap, dengan bagian-bagian sel berwarna coklat, dengan konidia yang
yang bercahaya, terdiri dari 3 sampai 5 sel, menempel pada bagian ujung atau pada
bentuk fisiform (Gambar 4). percabangan simpodial baru. Konidia
Menurut Barnet dan Hunter (1998), (porospores) gelap, bagian ujung sel
kapang Curvularia memiliki konidiofor konidia bercahaya, terdiri atas 3 sampai 5
sel. Bersifat parasit atau saprofit.

Gambar 4. Bentuk makroskopis dan mikroskopis Curvularia sp

Candida albicans semu. Blastospora berbentuk bulat, lonjong


atau bulat lonjong (Gambar 5)
Pertumbuhan koloni khamir ini Menurut Lodder (1970),
pada medium agar Sabouraud Dekstrosa, pertumburan khamir C.albicans pada
umumnya berbentuk bulat dengan media Sabaroud dextrose agar atau
permukaan sedikit cembung, halus, licin glucose-yeast extract- peptone water
dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat berbentuk bulat atau oval dengan ukuran
terutama pada koloni yang telah tua. Warna (3,5-6) x (6-10) μm. Koloni berwarna krem,
koloni putih kekuningan dan berbau asam agak mengkilat dan halus. Pada media
seperti aroma tape. cornmeal agar dapat membentuk
C. albicans merupakan khamir clamydospora dan lebih mudah dibedakan
dimorfik karena mampu tumbuh dalam melalui bentuk pseudomycelium. Pada
dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel pseudomycelium terdapat kumpulan
tunas yang akan berkembang menjadi blastospora,terdapat pada bagian terminal
blastospora, berkecambah membentuk hifa atau interkalar.

Gambar 5. Bentuk makroskopis dan mikroskopis C. Albicans

Noverita 19
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Eupenicilium sp kecoklatan. Hifa bersekat, Konidiofor


tunggal (mono-nematous) atau budled
Koloni saat muda berwarna (symnematous, pada bagian ujung
putih dan dengan cepat berubah menjadi konidiofor terbentuk fialid yang
hijau seiring dengan terbentuknya mendukung konidia. Menghasilkan spora
konidia. Permukaan bawah koloni seksual berupa askospor di dalam askus
(reverse side) koloni berwarna merah (gambar 6).

Gambar 6. Bentuk makroskopis Eupenicilium sp

Penicilium sp tepung, permukaan hijau kebiru-biruan


yang dikelilingi oleh pinggiran berwarna
Koloni tumbuh lambat, saat muda putih. Selanjutnya Barnett dan Hunter
berwarna putih dan berubah menjadi hijau (1998), konidiofor muncul dari miselium
kebiruan seiring dengan terbentuknya satu persatu atau kadang-kadang dalam
konidia (gambar 3). Tekstur koloni seperti synnemata, bercabang pada bagian ujung,
beludru (velvety), dengan tetes eksudat penicillate, yang akhirnya terkumpul
berwarna hialin. Hifa kapang ini bersekat. dalam bentuk fialid. Konidia (phialospora)
Menurut Samson dkk.(1981), pertumbuhan hialin atau dalam masa sel yang berwarna,
koloni kapang yang termasuk marga satu sel, umunya bulat atau oval,
Penicillium lambat, diameter koloni dapat membentuk rantai basipetal.
mencapai 52 mm setelah sepuluh hari
inokubasi. Koloni datar, dengan lapisan

Gambar 7.Bentuk makroskopis Penicillium sp

Noverita 20
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Rhizoctonia solani Rhizoctonia merupakan salah satu jenis


patogen yang paling umum menyerang
Koloni saat muda berwarna putih bibit tanaman kehutanan di persemaian.
dan dengan cepat berubah menjadi hitam, Kapang patogen ini termasuk suku
tekstur seperti kapas, padat. Miselim hialin Agonomycetaceae, ordo Agonomycetales
sampai gelap (hitam). Miselium biasanya dan kelas Deuteromycetes. Rhizoctonia
panjang, bersepta dan bercabang- dikenal sebagai myselia sterelia, karena
cabang. Tubuh buah aseksual dan tidak menghasilkan konidia (Alexopoulus,
konidia tidak ditemukan (gambar 8). 1996).

Gambar 8. Bentuk makroskopis Rhizoctonia solani.

KESIMPULAN 4. Jenis lain yang ditemukan adalah;


Penicillium, Eupenicillium dan
Setelah dilakukan identifikasi Aspergillus niger berpotensi dalam
kapang dan khamir penyebab penyakit bidang industri dan pangan, namun
manusia sporanya dapat sebagai penyebab alergi.
pada sumber air minum penduduk dari
Sungai Ciliwung dan sumber air
sekitarnya, maka diperoleh kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
sebagai berikut;
1. Dari sepuluh titik pengambilan sampel Alexopoulos CJ, Mims CW, dan Blackwell
(lima titik di sumber air minum dan lima M. Introductory Mycology, Fourth
titik di air sungai), ditemukan sebanyak Edition, John Wiley & Sons, Inc.
sebanyak 9 jenis fungi, yang terdiri dari 1996.
7 jenis isolat kapang dan 2 jenis isolat
khamir. Bae Gv, Lee Hw, Chang Se, Moon Kc, Lee
2. Empat jenis diantaranya adalah jenis Mw, Choi Jh And Koh Jk.
kapang dan khamir yang Clinicopathologic Review 0f 19
membahayakan bagi kesehatan manusia, Patients With Systemic Candidiasis
yaitu; Aspergillus flavus, Aspergillus With Skin Lesions. Int J Dermathol.
fumigates, Candida albicans dan 44(7): 550-5. .2005.
Rhodotorulla sp.
3. Dua jenis merupakan kapang pathogen Barnett,H.L. dan Hunter, B.B. Ilustrated
pada tanaman, yaitu; Curvularia sp. dan Genera of Imperfect Fungi. Fourth
Rhizocsolenia solani Edition. APS Pres. America. 1998.

Noverita 21
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Brzozowski T, Zwolinska-Weislo M, Annu Rev Microbiol (Epub Ehead


Konturek PC, Kwiecien S, of print). 2004.
Drozdowicz D, Konturek Sj, Stachura Lodder J. The yeast. A taxonomic study.
J, Budak A, Bogdal J, Pawlik Ww Nort-Holland Publishing Company.
And Habn Eg.. Influence of gastric 1970.
colonization with Candida albicans
on ulcer healing in rats: effect of Manfoeld,D. Mikotoksin Pangan. Pusat
ranitidine, aspirin and probiotic Antar Universitas Pangan dan Gizi.
therapy. Scand J Gastroenterol. Universitas Gajah Mada. Kanisius.
40(3): 286-96. 2005 Yokyakarta.1993

Brown M.R., Thompson C.A dan Moor L dan Landecker. Fundamentals of


Mohamed F.M. Systemic Candidiasis The Fungi, Fourt Edition,Pratice Hall,
In An Apparently Immunocompetent Inc. New Jersey, 1996
Dog. J Vet Diagn Invest. 2005, 17(3):
272-6 Priatni.S. Hati Hati Gunakan Bahan
Biologi. Peneliti Bidang Bahan Alam
Dinubile MJ, Bille D, Sable CA a dan Pangan dan Farmasi. Lembaga Ilmu
Rtsonis NA.. Invasive candidiasis in Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2006.
cancer patients: observations from a
randomized clinical trial. J Infect. Samson R.A., Hoekstra E.S. dan Van
2005. 50(5): 443-9. Oorschot C.A. Introduction To Food-
Borde Fungi.Centraalbureau Voor
http://www.kafemuslimah.com/article_deta Schimmelcultures. 1981.
il.php?id=764,Candida albicans dan
Keputihan, 2008. Suryawirya, U. Mikrobiologi Air. Penerbit
Alumni. Bandung.1993.
Gandjar I, Sjamsuridzal W dan Oetari A.
Mikologi Dasar dan Terapan. Wardhana W.A. Dampak pencemaran
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, lingkungan. ANDI. Yogyakarta.
2006. 2001.

Kumamoto C. A dan Vinces M.D. Wilson C.. Recurrent Vulvovaginitis


Alternative Candida albicans Candidiasis; An Overview Of
lifestyles: growth on the surfaces. Traditionaland Alternative Therapies.
Adv Nurse Pract. 13(5): 24-9. 2005

Noverita 22

Anda mungkin juga menyukai