Anda di halaman 1dari 51

m.

agus fitra sf

nidya ayuza mutika

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi peri

kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung.

Oleh karna itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi

manusia untuk kebutuhan hidupdan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan

kesejahtraan manusia.

Sumber daya air dapat di manfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain;

untuk kepentingan rumah tangga (domestik), industri, pertaniaan, perikanan dan

sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air dan kemajuan tegnologi,

air permukaan dapat di manfaatkan lebih luas lagi antara lain untuk suber baku air

minum dan air industri.

Tanpa disadari pada saat ini kita telah membayar biaya yang cukup tinggi

untuk mendapatkan segelas air yang layak untuk kesehatan. Bagi Indonesia yang

merupakan negara agraris yang tengah merintis arah pembangunan nasionalnya

menuju era industrialisasi, peranan sumber daya air sangatlah menentukan. Di

samping itu, sejalan dengan pertambahan penduduk indonesia terus meningkat,

peranan sumber daya air tersebut dirasakan semakin menentukan dalam

kehidupan sehari-hari. Di lain pihak, keberadaan sumber daya air yang dapat

memenuhi kebutuhan penduduk dan kegiatan pembangunan di berbagai sektor


semakin mengkhawatirkan, hal ini di sebabkan oleh berbagai faktor seperti

pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang mengabaikan

kelestarian lingkungan , dan berubahnya fungsi-fungsi daerah-daerah tangkapan

air.

Untuk kelangsungan hidup perlu disadari bahwa sumber daya air, baik air

permukaan maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan dari manusia

dengan sebaik-baiknya, supaya mendapatkan manfaat yang optimum dari

keberadaan sumber daya air dan mencegah terjadiya kuantitas dan kualitas dari

sumber daya air. Dalam memnuhi kebutuhan akan air, manusia selalu

memerhatikan aspek kualitas dan kuantitas ai. Kuantitas air yang cukup di

mungkinkan karena adanya siklus hidrologi, yaitu siklus alami yang mengatur

tersedianya air permukaan dan air tanah.

A. Air dan Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut sebagai waterborne diases atau waterrelated deases. Terjadinya suatu

penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Berikut

beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen

penyebabnya.

a. Penyakit viral, misalnya, hepatitis viral, poliomielitis.

b. Penyakit bakterial, misalnya, kolera, disentri, tifoid, diare.

c. Penyakit protozoa, misalnya, amebiasis, giardiasis.


d. Penyakit helmintik, misalnya, askariasis, whip worm, hydatid diases.

e. Leptospiral, misalnya, weil’s diases.

Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air ini didalam penularannya

terkadang membutuhkan hospes, biasanya disebut sebagaia aquatik host. Hospes

aquatik tersebut berdasarkan sifat multiplikasinya dalam air terbagi menjadi dua,

yaitu:

a. Water multiplied

Contoh agen penyakit dari hospes semacam ini adalah skistosomiasis (vektor

keong)

b. Not multiplied

Contoh agen penyakit dari hospes ini cacing Guinea dan fish tape worm

(vektor cyclop).

Kira-kira terdapat 20 sampai 30 macam penyakit infeksi yang dapat di

pengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Biasanya penyakit-penyakit itu di

klasifikasikan menurut mikroba penyebabnya yaitu: virus, bakteri, protozoa, dan

cacing. Akan tetapi, cara ini tidak banyak menolong dalam memahami efek

perbaikan penyediaan air, sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan airdapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularanya.

Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Waterborne mechanism

Didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara

lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.

b. Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan

perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:

1. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

2. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.

3. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

Selain penyakit menular, pengganaan air juga dapat memicu terjadinya

penyakit tidak menular. Penyakit tidak menularterjadi karena telah

terkontaminasi zat-zat berbahaya atau beracun. Beberapa kasus keracunan

akibat mengkonsumsi air yang terkontaminasi diantaranya:

 Kasus keracunan kobalt (Co) yang terjadi di Nebraska (Amerika Serikat)

merupakan suatu contoh penyakit tidak menular yang diakibatkan

kontaminasi kobaltdi dalam air. Akiabat keracunan kobalt ini dapat

berupa gagal jantung, kerusakan kelenjar, kerusakan kelenjar gondok,

tekanan darah tinggi, dan pergelangan kaki membengkak.

 Penyakit Minamata, yang di sebabkan pencemaran pantai Minamata,

oleh mercury( air raksa). Sumber utama keracunan air raksa itu adalah

pembeungan limbah pabrik penghasil polivinil klorida yang

menggunakan mercury sebagai katalis. Di dalam air, mercury di ubah

menjadi Methyl Mercury oleh bakteri. Methyl Mercury akhirnya

terkontaminasi ikan di pantai yang dikonsumsi penduduk yang tinggal


diwilayah tersebut. Dengan adanya proses biologikal magnification

( akumulasi biologis) maka kadar air raksa yang terdapat di dalam ikan

yang terdapat dilaut tersebut menjadi berlipat ganda. Keracunan air raksa

menyebabkan cacat bawaan pada bayi. Keracunan ini menyebabkan 111

orang menjadi cacat dan 41 orang diantaranya menjadi meninggal.

 Keracunan cadmium dikota Toyama, Jepang. Keracunan ini

menyebabkan terjadinya pelunakan tulang, sehingga tulang-tulang

punggung menjadi sangat nyeri. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata

beras yang dimakan penduduk Toyama berasal dari tanaman padi yang

selama bertahun-tahun mendapatkan air yang telah tercemar Cadmium.

c. Water-based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab

yang menjalani sebagai siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai

intermediate host yang hidup didalam air.

d. Water-related insect vektor mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak

didalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini

adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever. Untuk mencegah

terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air, kalitas badan air harus

dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau

kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/

atau unsur pencemaran yang ditenggang keberadaanya di dalam air. Untuk

memenuhi hal ini, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas (mutu)
air berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tersebut. Dalam

peraturan pemerintah RI No.82 Tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui

pengujian parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi, dan

parameter radioaktivitas. Pengujian parameter fisika meliputipengukuran

temperatur air, pengukuran kadar residu terlarut dalam air dan kadar residu

tersuspensi dalam air. Pengujian parameter kimia dilakukan melalui

pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia organik didalam air.

Pengujian parameter mikrobiologi dilakukan melalui pengukuran kadar fecal

Coliform dan total coliform di dalam air. Adapun pengujian parameter

radioaktivitas dilakukan dengan pengukuran Groos-1 dan Groos B yang

terdapat didalam air.

B. Karakteristik Air

Air menutupi sekitas 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1368 juta

km3 (Angel dan Woseley 1992). Air terdapat dalam berbagair Bentuk, misalnya

uap air, es, cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai , danau, air

tanah (ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan iar didaratan

dihubungkan dengan laut dan admosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung

secara kontinue.

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia

yang lain. Karakteristik ini sebagai berikut.

a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 oC (32o F)-100oC, air

berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu
100oC merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat ini, air yang

terdapat didalam jaringan tubuh mahluk hidupmaupun air yang terdapat di

laut, sungai, danau, dan badan iar yang lainakan berada dalam bentuk gas atau

padatan; sehingga tidak akan terhadap kehidupan dimuka bumi ini, karna

sekitar 60%-90% bagian sel mahluk hidup adalah air.

b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai

penyimpanan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkan air tidak menjadi

panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat

mencegah terjadinya stres pada mahluk hidup karena adanya perubahan suhu

yang mendadak dan memelihara suhu bumiagar sesuai bagi mahluk hidup.

Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin

mesin.

c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan

(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini

memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses

prubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang

besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita

merasa sejukpada saat berkeringat. Sifat ini juga memerlukan salah satu

faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di

bumi.

d. Air merupakan pelarut yang baik, air mampu melarutkan berbagai jenis

senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalan jumlah yang

sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa hingga


35.000mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut

keseluruh jaringan tubuh mahluk hidupdan memungkinkan bahan-bahan

toksik yang masuk kedalam jaringan tubuh mahluk hidup dilarutkan untuk

dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai

pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke

badan air.

e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan

memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan

tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan iar memiliki

sifat membasahi suatu badan secara baik (higher wetting ability). Tegangan

permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu

kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang

kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat sebagai pelarut yang baik, air

dapat membawa nutrien dari dalam tanah kejaringan tumbuhan (akar, batang,

dan daun). Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme,

misalnya jenis-jenis insekta, dapat menyerap dipermukaan air.

f. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.

Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas

(massa/volume) yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian, es akan

mengapung di air, sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang

beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian dibawah

permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatiktetap

berlangsung. Sifat ini juga dapat mengakibatkan pecahnya pipa pada air saat
air didalam pipa membeku. Densitas ( berat jenis) air maksimum sebesar 1

gr/cm3 terjadi pada suhu 3,95oC, densitas air lebih kecil dari satu.

C. Klasifikasi dan sumber air

1. Klasifikasi/ penggolongan air

Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan

jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN.

Golongan-golongan air ini antara lain:

1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri

koliform dan patogen atau zat kimia beracun.

2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN<50/100 cc.

3. Air dengan penjernihan lengkap;MPN <5.000/100 cc

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap;MPN >5.000/100 cc.

5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN>250.000/100 cc.

MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari

bakteri koliform dalam 100 cc air.

2. Sumber air

Air yang diperuntukan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang

bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman ini, antara

lain:

a. Bebas dari kontaminasi kimia yang berbahaya dan beracun

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

c. Tidak berasa dan tidak berbau

d. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.


e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan

kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.

Air yan berada dipermukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasakan

letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan

air tanah.

a. Air angkasa (hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada

saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung

mengalami pencemaran ketika berada diatmosfer. Pencemaran yang berlangsung

di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,

misalnya karbondioksida, nitrogen dan amonia. Air hujan merupakan

penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika turun dan melalui udara

akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara. Dalam keadaan murni dan

sangat bersih. Diantara benda-benda yang terkait dari udara ini yaitu:

a. Gas (O2, CO2, H2, dan lain-lain)

b. Jasad-jasad renik

c. Debu

Kelarutan gas CO2 didalam air hujan akan membentuk asam karbonat (H2CO3)

yang menjadikan air hujan bereaksi dengan asam. Beberapa gas oksida dapat

berada pula dalam udara, diantaranya yang penting adalah oksida belerang
danoksida nitrogen (S2O3 dan N2O5). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air

hujan akan membentuk larutan asam sulfat dan larutan asam nitrat (H 2SO4 dan H2

NO3). Jadi setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air

murni lagi.

b. Air permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa, terjun, dan sumber permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan

yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan ini kemudian akan mengalami

pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainya. Air permukaan merupakan

salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus di

perhatikan, antara lain:

 Mutu atau kualitas baku

 Jumlah atau kuantitasnya

 Kontinuitasnya.

Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air

yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna,flora dan zat-zat lain.

Sumber-sumber air permukaan ,antara lain, sungai, selokan, rawa, parit,

bendungan, danau, laut, air terjun. Air terjun dapat dipakaia untuk sumber air di

kota-kota besar karena air tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan

jatuh secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak membutuhkan

purifikasi bakterial.
Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan dan parit mempunyai

persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar.

Sumber air yang berasal dari rawa , bendungan dan danau memiliki air yang tidak

mengalir, tersimpan dalam waktu lama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan

alam, misalnya, pembusukan tumbuh-tumbuhan, gangang, fungi dan lain-alin. Air

permukaan yang berasal dari air lautmengandung kadar garam yang tinggi

sehingga jika akan diguanakan untuk air minum,ini harus menjalani proses ion-

exchange.

Air yang berasal dari parit, selokan dan sungai mempunyai beberapa kesamaan

antara lain, mengalir sambil menghanyutkan bahan-bahan pencemar dan pengotor

air. Dari bahan pencemar dan pengotor ini dapat dibedakan benda-benda yang

melarut (zat warna, garam-garam), terapung (tinja, kayu-kayuan), melayang

(benda-benda koloid).

Air yang berasal dari rawa, bendungan dan danau merupakan air yang diam

dan tersimpam dalam waktu yang cukup lama. Air jenis ini biasanya mengandung

sisa-sisa pembusukan di alam seperti pembusukan akar-akar, rumput-rumput serta

mengandung algae, fungi. Tanin dan lignin didalam air rawa sebagai sisa

pembusukan rumput-rumputan dan akar kayu-kayuan. Air yang berasal dari aut

mengandung garam-garam dalam kadar yang cukup tinggi. Untuk memperoleh

air minumdari laut di perlukan usaha-usaha pemurnian air laut dengan jalan

penyulingan, penukran ion-ion dan sebagainya. Sistem ini menyangkut biaya yang

mahal.
c. Air tanah

Air tanah dibedakan atas dua macam, air lapisan (layer water) dan air celah

(fissure water). Air lapisan adalah air yang terdapat dalam ruaga antar butir-butir

tanah. Adapun air celah ialah air yang terdapat dalam retak-retak batuan di dalam

tanah.

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan

bumiyang kemudian mengalami perlokasiatau penyerapan kedalam tanah dan

mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air

hujan tersebut, di dalam perjalananya lebawah tanah menjadi lebih baik dan lebih

murni di bandingkan air permukaan.

Air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber air lain.

Pertama, air tanah biasanya terbebas dari kuman penyakitdan tidak perlu

mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup

tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah

juga mengalami beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber air lainnya.

Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsetrasi yang sangat tinggi.

Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium dan

logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk

menghisap dan mengalikan air ke atas permukaan di perlukan pompa.

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi yang

menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai

lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan

menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada


air ini menyebabkan air mengandug zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat

mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium dan logam berat seperti Fe dan

Mn. Akibatnya apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang

kita gunakan tidak akan berbusa dan bila di endapkan akan terbentuk endapan

semacam kerak.

Berdasarkan sifat dapat ditembus atau tidaknya oleh air, lapisan tanah

dibedakan menjadi lapisan permeable. Lapisan permeable adalah lapisan yang

dengan mudah dapat dilalui oleh air, misalnya lapisan pasir dan lapisan krikil.

Adapun lapisan impermeable adalah lapisan yang sulit ditembus oleh air. Lapisan

impermeable dibedakan pula menjadi dua macam yakni lapisan kedap air

(aquiciude) dan lapisan kebal air (aquifuge). Lapisan permeable yang jenuh akan

air tesebut lapiasan pengandung air atau akuifer.

Air tanah yang terdapat didalam akuifer dibedakan menjadi dua macam, yaitu

air bebas (free water) dan air terkekang (confinet water). Air bebas adalah air

tanah didalam akuifer yang tidak tertutup oleh lapisan impermeable, sedangkan air

terkekang ialah air tanh didalam akuifer yang tertutup oleh lapisan impermeable.

Air tanah dapat dimanfaat untuk kepentingan manusia dengan cara membuat

sumur atau pompa air. Sumur ini dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Sumur Dangkal

Merupakan cara mengambil air yang banyak di pakai di indonesia. Sumur

hendaknya terletak di tempat yang aliran air nya tidak tercemar. Bila di

sekeliling sumur terdapat sumber pencemaran air tanah, hendaknya sumur ini

berada di hulu aliran air tanh dan sedikitnya berjarak 10-15 meter dari sumber
pencamaran tersebut. Diperkirakan sampai kedalaman 3 meter tanah masih

mengandung kuman-kuman. Lebih dalam dari 3 meter sudah dapat dikatakan

tanah bersih dari kuman-kuman. Oleh karna itu, dinding dalam yang melapisi

sumur sebaiknya di buat sampai dengan 3 meter atau 5 meter.

2. Sumur dalam (sumur artesis)

Sumur dalam mempunyai permukaan air yang lebih tinggi dari permukaan air

tanah di sekelilingnya. Tingginya permukaan air ini disebabkan oleh adanya

tekakan didalam akuifer. air tanah berada didalam akuifer yang terdapat

diantara dua lapisan yang tidak tembus.

D. Kesadahan Air

Sifat kesdahan sering kali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air

bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit

garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus

sehingga biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi. Kesadahan pada air ini dapat

terjadi karena air mengandung:

1. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat.

2. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat,nitrat dan klorida.

3. Garam-garan besi, zink dan silika.

Kesadahan pada air ini dapat berlangsung sementara ( temporary) maupun

menetap (permanent). Didalam internasional standard of Drinking water tahun

1971 dari WHO, kesadahan air dinyatakan dalam satuan Milli-Equivalen per liter
(mEq/1). Selain itu, 1 mEq/1 dari ion penghasil kesadahan pada air sebanding

dengan 50 mg CaCO3 (50 ppm) didalam 1 liter air.

Berikut beberapa batasan kesadahan pada air:

1. Lunak <1 mEq/1 (50 ppm)

2. Agak keras 1-3 mEq/1 (50-150 ppm)

3. Keras 3-6 mEq/1 (150-300 ppm)

4. Sangat keras >6 mEq/I.

Air untuk keperluan minum dan masak hanya diperbolehkan dengan batas

kesadahan antara 1-3 ml Eq/1 (50-150 ppm).

Konsumsi air yang batas kesadahanya lebih dari 3 mEq/1 (150 ppm) akan

menimbulkan kerugian-kerugian sebagai berikut:

1. Pemakaiyan sabun yang meningkat karena sabunsulit larut dan sulit berbusa.

2. Air sadah bila dididihkan akan membentuk endapan dan kerak pada cerek

(boiler).

3. Penggunaan bahan bakar menjadi meningkat, tidak efisien, dan dapat

meledakkan boiler.

4. Biaya produksi yang tinggi (higt cost produktion) pada industri yang

menggunakan air sadah.

E. Siklus hidrologi

Hidrologi adalah suatu ilmu yang menelaah tentang masalah-masalah tehnik

keairan, berkenaan dengan persediaan dan peredaan atau sirkulasinya. Objek

telaah hidrologi meliputih aspek-aspek presipitasi, evaporasi, dan transpirasi,


aliran permukaan dan air tanah. Air selalu berada dalam daur hidrologi, sehingga

jumlahnya relatif tetap. Jumlah penyebaran air didunia dapat dilihat pada tabel 1

berikut:

Tabel 1 Distribusi air di dunia

Lolokasi Volume (km3) Persentase (%)


Samudra 1.323.000.000. 97,2

Laut danau asin 104.000. 0,008

Es glasir 30.500.000. 2,15

Air tanah 8.350.000 0,61

Air permukaan 67.000 0,05

Danau air tawar 125.000 0,009

Sungai (vol rata-rata) 1.670 0,0001

Atmosfer 12.900 0,001

Lain-lain 375.000 0,028


Total 1.362.000.000 100,000

Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar air didunia ini ditemukan

dalam bentuk air asin (97,208). Air tawar hanya 2,7% yang terdiri dari air

atmosfer, air permukaan, air tanah,da air salju atau es. Selanjutnya yang dimaksud

dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk air salju dan es. Di Indonesia

jumlah dan pemakaiyan air bersumber pada air tanah, air permukaan dan air

atmosfer, yang ketersiadaanya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering

dikenal dengan air hujan.

Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Secara umun, pergerakan

air di alam terdiri dari berbagai peristiwa, yaitu:


1. Penguapan air (evaporasi)

2. Pembentuan awan (kondensasi)

3. Peristiwa jatuhnya air kebumi/hujan (presipitasi)

4. Aliran air pada permukaan bumi dan didalam tanah.

Gambar 1 siklus Hidrologi

Lingkungan air disebut juga hidrosfer. Lingkungan ini sangat erat

berlangsung hanya bila kebutuhan air secara kulaitatif dan kuantitatif dapat

dipenuhi. Sekalipun air jumlahnya relaif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan

bersikulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut

siklus hidrologi. Secara umum, siklus air dan daur hidrologi dapat diterangkan

sebagai berikut;

Air dibumi mengalami sirkulasi yang terus-menerus sepanjang masa.

Menguap, mengembun, dan mengalir. Air menguap ke udara dari permukaan


bumi berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses, kemudian jatuh

kembali ke permukaan bumi dalam bentuk hujan. Baik hujan air ataupun hujan es

atau salju. Sebelum tiba dipermukaan bumi, sebagian langsung menguap kembali

ke udara dan sebagian sisanya tiba dipermukaan bumi, yakni kedaratan (termasuk

sungai dan danau) dan kelaut. Dari bagian yang tidak langsung menguap kembali

keudara tadi, tidak semuanya pula mencapai tanah, melainkan sebagian tertahan

oleh tumbuh-tumbuhan. Air yang tertahan oleh tumbuh-tumbuhan inisebgian akan

menguap ke udara, sebagian sisanya jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke

permukaan tanah.

Air hujan yang tiba dipermukaan bumi, sebagian menyusup masuk kedalam

tanah, bagian yang lainya masuk mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah, mengalir

kedaerah-daerah yang rendah dan kemudian masuk kesungai untuk akhirnya

bermuara kelaut. Sebagian air yang masuk kedalam tanah segera kembali keluar

memasuki sungai-sungaidan akhinya pun ke laut. Akan tetapi sebagian besar akan

tersimpan didalam tanah sebagai air tanah, kemudian dalam jangka waktu yang

lama keluar sedikit demi sedikit ke daerah-daerah yang rendah dipermukaan

tanah. Sementara itu butir-butir air yang mengalir kepermukaan tanah, yakni yang

tidak sampai masuk kedalam tanah tidak seluruhnya sampai kelaut. Dalam

perjalananya menuju laut sebagian menguap kembali keudara. Uap-uap air yang

naik ke atmosfer bumi kembali terbentuk menjadi awan dan kelak pun akan jatuh

berupa hujan. Kegiatan ini berlangsung terus menerus sepanjang masa tanpa

pernah berhenti. Proses mengembunya uap air menjadi hujan dan jatuh menuju

bumi dimanakan presipitasi (precipitasion). Proses menguapnya air dari daratan


dan lautan menuju atmosfer bumi dinamakan (evaporasi), sedangkan proses

menguapnya air dari tanaman disebut transpirasi (transpirasion), keduanya secara

bersama-sama disebut evapotranspirasi. Adapun proses masuknya iar kedalam

tanah yang menyusup melalui pori-pori tanah dinamakan infiltrasi (infiltrasion)

atau perlokasi (percolation). Aliran air di permukaan bumi dari daratan kesungai

kemudian akhirnya ke laut dinamakan aliran permukaan (surface stream flow).

Aliran air yang masuk kedalam tanah tetapi kemudian segera kembali keluar dan

menuju sungai disebut aliran intra (interflow). Air yang tersimpan didalam tanah

atau diantara lapisan-lapisan tanah dinamakan air tanah (groun water) secara

keseluruhan, sirkulasi air yang berlangsung di bumi ini mencakup semua proses

tadidan di sebut daur hidrologi (hidrological cycle). Siklus hidrologi merupakan

aspek penting untuk yang menyuplai daerah daratan dengan air. Selain itu, juga

siklus hidrologi merupakan salah satu poses alami untuk membersihkan air dari

pencemaran, dengan syarat bahwa kualitas sudah cukup bersih.

F. Neraca Air

Tak seorangpun dapat mendunga dengan tepat berapa jumlah air yang

berevaporasi dan berpresipitasi pada suatu titik waktu tertentu. Akan tetapi, ada

suatu konsesus dikalangan para ahli mengenai volume tahunan evaporasi dan

presipitasi dalam daur hidrologi.

Tabel 2 perkiraan volume tahunan air yang beravaporasi dan

berpresipitasi (dalam terameter kubik, 1015 liter)

Evaporasi Presipitasi
Dari laut 420 Tm3 Ke laut 380 Tm3
Dari darat 80 Tm3 Ke darat 120 Tm3
3
Jumlah 500 Tm Jumlah 500 Tm3
Konsensus tersebut menyepakati bahwa setiap tahunya diperkirakan sebanyak

500 Tm3 atau 5.1017 lietr air berevaporasi dan berpresipitasi. Selain itu, tabel

tersebut menjelaskan bahwa setiap tahun terdapat kelebihan presipitasi didaratan

sekitar (120-80=)40 Tm3. Sementara pada saat yang sama terjadi kelebihan

presipitasi didaratan inilah bersama-sama dengan air tanah dan dipompakan keluar

yang merupakan air yang digunakan sehari-hari.

Angka –angka yang tertera diatas bukanlah angka-angka yang konstan,

merupakan perkiraan rata-rata. Sirkulasi air yang sesungguhnya tidak merata,

tidak selalu sam jumlahnya. Seringkali bahkan terjadi perbedaan besar antara

tahunyang satu dan tahun lainya, dari satu musim ke musim berikutnya, juga

antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainya. Sirkulasi tersebut

dipengaruhi oleh kondis-kondis meteorologis dan kondis-kondis topografis, tetapi

kondisi meteorologis lebih menentukan. Perbedaan sirkulasi inilah yang

menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat ketersediaan air antara satu tempat

dengan tempat yang lainya, antara satu saan dengan saat lainya, sehingga timbul

berbagai macam kesulitan. Jika terjadi sirkulasi yang berlebihan, maka terjadi

banjir, sehingga diperlukan usaha pengendalianya. Akan tetapi, jika sirkulasi yang

kurang , maka diperlukan upaya pengadaan air dari sumber lain atau peningkatan

efisiensi penggunaaanya.

Dalam proses sirkulasi air di suatu wilayah untuk suatu priode tertentu,

terdapat hubungan keseimbangan antara air yang masuk kedalam dan keluar dari
wilayah tersebut. Hubungan keseimbangan antara aliran ke dalam dan aliran

keluar ini dinamakan neraca air, antara lain:

1. Presipitasi

Presipitasi merupakan suatu proses pengembunan uap air menjadi hujan dan

jatuh menuju bumi. Jumlah presipitasi biasanya dinyatakan dengan dalamnya

presipitasi atau intensitas curah hujan (mm/jam). Jadi, intensitas curah hujan

adalah jumlah curah hujan dalam waktu relatif singkat. Biasanya diukur dalam

jangka waktu dua jam. Intensitas curah hujan sekaligus juga mencerminkan

derajat hujan yang bersangkutan, hubunganya berbanding lurus. Dengan

demikian, semakin besar angka intensitasnya semakin tinggi derajat hujan

tersebut. Intensitas curah hujan juga mencerminkan sifat hujanya, hubunganya

pun berbanding lurus. Akan tetapi derajat hujan dan sifat hujan mempunyai pola

hubungan yang sam terhadap intensitas curah hujan.

2. Evaporasi dan transpirasi

Evaporasi adalah proses menguapnya air dari permukaan daratan dan

permukaan lautan menuju atmosfer bumi. Adapun transpirasi adalah proses

menguapnya iar dari tanaman menuju atmosfer bumi. Besar kecilnya evaporasi di

pengaruhi oleh faktor-faktor suhu, air , suhu udara, kelembapan tanah, kecepatan

angin, tekanan udara, dan sinar matahari berbanding luas dengan besarnya

evaporasi. Sementara kelembapan tanah, kecepatan angin dan kelembapan udara

berbanding terbalik dengan besarnya evaporasi dinyatakan dalam satuan mm/hari.


Perhitungan besarnya transpirasi biasanya juga dinyatakan dalam satuan mm/hari.

Besar kecilnya transpirasi dipengaruhi oleh faktor-faktor kadar kelembabant tanah

dan jenis tanamanya. Evapotranspirasi/ atau evaporasi dan transpirasi merupakan

faktor dasar yang penting untuk menentukan kebutuhan air dalam satuan rencana

irigasi. Perhitungan evapotranspirasi dapan dilakukan dengan menggukankan sutu

alat yang dinamakan lysimeter.

3. Infiltrasi/perlokasi

Jika curah hujan tiba dipermukaan tanah, maka sebagian akan terserap masuk

kedalam tanah dan sebagian lagi akan bergerak mengalir dipermukaan tanah. Air

yang masuk kedalam tanah sebagian aan segera kembali keluar menjadi aliran

intra (interflow), sedangkan sebagian lainya masuk lebih dalam mengisi celah-

celah atau lapisan tanah menjadi air tanah (ground water). Semnentara itu, curah

hujan yang tidak masuk kedalam tanah, yang langsung bergerak mengalir di

permukaan tanah, akan menjadi limpasan permukaan (surface runoff). Proses

masuknya iar kedalam tanah dinamakan infiltrasi atau perlokasi.

Kapasitas infiltrasi air atau curah hujan berbeda-beda antara satu tempat dan

tempat lain, tergantung pada kondisi tanahnya. Apabila tanahnya cukup

permeable, cukup mudah ditembus air, maka laju infiltrasinya akan tinggi.

Semakin tinggi tingkat permeabilitas tanah semakin tinggi pula laju infiltrasinya.

Secara terperinci, faktor-faktor yang memengaruhi infiltrasi sebagai berikut:

a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebalnya lapisan yang jenuh.

b. Kelembaban tanah pada lapisan atas (top soil).


c. Pemampatan oleh curah hujan.

d. Penyumbatan oleh bahan-bahan halus.

e. Pemampatan oleh manusia dan hewan.

f. Struktur tanah.

g. Tumbuh-tumbuhan.

h. Udara yang terdapat di dalam tanah.

G. Pengolahan Air Bersih

Supaya memenuhi syarat-syarat air untuk minum, air baku yang berasal

dari alam harus diolah terlebih dahulu. Cara pengolahannya tergantung dan jenis

air baku yang dipakai. Air permukaan dapat diandalkan kontinuitasnya dan

banyaknya, karena itu air permukaan banyak dipakai untuk bahan baku air

minum. Pengolahan air permukaan di bagi ke dalam dua pola besar proses

purifikasi, yaitu:

Purifikasi skala besar,

Purifikasi skala rumah tangga melalui proses-proses berikut:

1. Purifikasi Skala Besar

Purifikasi air dalam skala besar dilakukan di daerah perkotaan. Proses

semacam ini biasa dilakukan di instalasi penjernihan air bersih (PAM) melalui

tahap berikut:

a. Pembuangan Benda-benda yang Terapung, Melayang, dan Mengendap

Air permukaan yang dipakai (sungai, danau, dan sebagainya) sering

mengandung benda-benda terapung (tinja, kayu-kayuan, bangkai binatang),


melayang (kertas, daun-daun), dan mengendap (batu-batuan, pasir).

Benda-benda seperti di atas disingkirkan terlebih dahulu agar tidak

mengganggu proses penjernihan air selanjutnya. Untuk ini dipakai saringan ruji.

Saringan ruji merupakan batang besi yang tersusun seperti ruji jendela. Air

dialirkan melalui ruji besi ini. Pada saringan ini benda-benda yang tertahan pada

ruji-ruji diangkat dan dibuang dengan penggaruk besi serupa cakar. Air yang

masih keruh dialirkan ke dalam bak pengendapan lumpur.

b. Pengendapan Lumpur: Tanpa Bantuan Koagulan dan dengan Bantuan

Koagulan

Di dalam bak pengendapan lumpur air dialirkan perlahan-lahan. Untuk

tujuan ini, maka bak dibuat lebar-lebar dan cukup dalam sehingga lumpur sempat

mengendap dan air menjadi agak jernih. Jika diduga air mengandung kuman

terlalu banyak sering dilakukan desinfeksi pada tahap ini. Tindakan ini dikenal

sebagai klorinasi awal (pre-klorinasi).

Untuk mengendapkan lumpur sering kali cara mengalirkan air perlahan-

lahan kurang efektif, terutama bila terdapat banyak koloid yang melayang-layang

dalam air. Di samping koloid, tanah hat dan beberapa zat warna menjadikan air

keruh. Dalam keadaan ini dipakai koagulan untuk membantu pengendapan.

Koagulan yang sering dipakai adalah tawas atau alumunium sulfat. Proses

koagulasi mempunyai tahap-tahap sebagai berikut:

1. Netralisasi pertama

Ion-ion positif alumunium yang dibubuhkan ke dalam air akan


menetralkan muatan negatif yang terdapat dalam koloid tanah hat halus atau

zat warna. Supaya terjadi kontak yang benar-benar antara koagulan dan zat-zat

pengeruh, maka diperlukan pengadukan air kuat-kuat. Setelah netral maka

terbentuklah gumpalan-gumpalan halus yang masih sukar mengendap, karena

tawas menimbulkan suasana asam maka gumpalan-gumpalan halus (flok)

masih bermuatan positif.

2. Netralisasi kedua

Gumpalan-gumpalan (flok) masih menetralkan koloid-koloid yang

bermuatan negatif, sambil membentuk flok-flok yang lebih besar. Supaya

gumpalan dapat saling melekat sesamanya perlu diaduk pelan-pelan agar

gumpalan tidak pecah.

3. Adsorpsi permukaan

Di antara gumpalan-gumpalan (flok) terjadi daya lekat (adsorpsi) antara

sesamanya sehingga terjadi gumpalan yang lebih besar sehingga dapat

mengendap. Ketika saling mengendap, banyak zat-zat yang melekat, termasuk

kuman-kuman. Bila dilakukan desinfeksi pada tahap ini, kuman ini tidak dapat

dicapai oleh desinfektan yang dibubuhkan. Setelah proses koagulasi, air

dibiarkan dahulu beberapa saat atau dialihkan pelan-pelan untuk memberi

kesempatan flok-flok mengendap. Air yang agak jernih masih perlu disaring

karena masih terdapat flok-flok halus, lumpur halus yang melayang-layang.

c. Penyaringan (filtration)

Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dan proses


purifikasi air. Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri

sampai sekitar 98-99% dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan

melalui slow sand filter (filter biologis) dan rapid sand filter (filter mekanis).

Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Sampai saat ini, kedua metode tersebut masih digunakan sebagai metode standar

dalam proses purifikasi air.

Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil, sedangkan

rapid sand filter biasanya dipakai untuk proses ourifikasi air dalam skala besar

terutama untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.

1) Slow Sand (Biological) Filter

Pada tahun 1804, Scotland dan London di Inggris, merupakan kota yang

pertama kali menggunakan metode slow sand filter untuk melakukan proses

purifikasi pada air. Pada abad ke- 19, metode tersebut telah digunakan secara luas

di seluruh penjuru dunia dan saat ini masih digunakan sebagai metode standar

untuk proses purifikasi air. Komponen-komponen di dalam metode slow sand

filter, antara lain:

 Supernatant water

Supernatant water adalah air baku yang ditampung di atas lapisan pasir dengan

ketinggian bervariasi antara 1 sampai 1,5 m.

Ketinggian permukaan air ini harus dipertahankan tetap dalam keadaan konstan

agar:
o Tekanan yang ada dapat membuat air meresap di sela-sela lapisan pasir.

o Air yang akan diolah tetap tinggal selama 3 sampai 12 jam untuk menjalani

proses purifikasi parsial berupa sedimentasi dan oksidasi sehingga partikel-

partikel padat dalam air akan mengendap dan berkumpul menjadi satu.

 Sand bed

Sand bed adalah bagian terpenting dan proses purifikasi dan berfungsi sebagai

filter. Tebal lapisan pasir kira-kira 1,2 meter. Pasir yang digunakan dipilih

secara selektif dengan ukuran diameter antara 0,15-0,35 mm dan harus bersih

dan lumpur dan benda-benda organik. Di bawah lapisan pasir terdapat lapisan

batu koral yang berfungsi sebagai penyanggah lapisan pasir di atasnya. Lapisan

pasir setebal 1 m3 akan membentuk permukaan seluas 15.000 m². Air meresap

melalui sand bed dengan sangat lambat, memakan waktu sekitar 2 jam atau

lebih. Proses purifikasi yang terjadi berupa penyaringan mekanis, sedimentasi,

absorpsi, oksidasi, dan bacterial activa. Kecepatan filtrasi berkisar antara 0,1 -

0,4 m3/jam/m².

Pada sand bed yang baru dipakai hanya terjadi proses filtrasi secara mekanis

dan belum terjadi filtrasi secara biologis setelah permukaan atas lapisan pasir

dilapisi suatu lapisan tipis yang disebut lapisan Schmut Zdecke atau Zoogleal.

Lapisan tipis dan bersifat gelatinous ini terdiri atas anyaman alga dan beberapa

mikroorganisme seperti plankton, diatom, dan bakteri. Lapisan ini merupakan

lapisan vital sand bed dan proses pembentukan lapisan vital yang berlangsung

dengan sempurna disebut sebagai proses pemalangan filter. Proses pematangan

tersebut membutuhkan waktu sekitar beberapa hari sementara tebal lapisan


yang menutupi bagian atas sand bad berkisar antara 2-3 cm. Lapisan vital ini

merupakan jantung metode slow sand filter yang berguna untuk mengikat

bahan-bahan organik dan bakteri serta untuk mengoksidasi amonium menjadi

nitrat.

 Under drainage sistem

Di bagian bawah dan filter box terdapat under drainage sistem yang terdiri atas

pipa-pipa berlubang yang berfungsi sebagai saluran keluar (outlets) air yang

telah menjalani proses filtrasi.

 Sistem kontrol katup filter

Outlet dilengkapi dengan katup pengatur yang berfungsi sebagai alat pengatur

dan untuk mempertahankan kecepatan filtrasi. Resistensi dalam filter box

diukur dengan Venturimeter. Jika resistensi meningkat, katup pengatur secara

perlahan akan membuka sehingga kecepatan filtrasi dapat dipertahankan antara

0,1 -0,4 m3/m²/jam.

Contoh sederhana slow sand filter dapat dilihat dalam Gambar 2 yang

menyajikan sebuah drum bekas dengan kapasitas 200 liter.


Gambar 2 Skema Sederhana Slow Sand Filter

Dalam keadaan normal, slow sand filter dapat dipakai terus selama

beberapa minggu bahkan sampai berbulan-bulan tanpa perlu dibersihkan. Pada

kondisi saat resistensi filter box terus meningkat sementara kecepatan filtrasi

menurun walau katup pengatur telah dibuka sepenuhnya, bagian atas dan lapisan

sand filter perlu dibersihkan dan dikeruk sampai 1-2 cm. Pembersihan itu

dilakukan dengan cara membuang airnya terlebih dahulu dan kemudian mengganti

pasir yang lama dengan yang baru.

Dalam pembersihan slow sand filter yang telah dioperasikan sampai

beberapa tahun atau lebih, pengerukan yang dilakukan akan mengurangi ketebalan

pada lapisan sand bed sekitar 0,5-0,8 m. Dengan demikian, lapisan pasir yang ada

perlu diganti dengan yang baru.

Adapun keuntungan yang diperoleh dan penggunaan metode slow sand


filter antara lain:

a. Mudah dibuat dan dioperasikan.

b. Biaya pembuatannya lebih murah dibandingkan biaya pembuatan rapid sand

filter.

c. Proses filtrasi baik fisik, kimiawi, maupun biologis yang terjadi cukup tinggi

pengurangan jumlah bakteri setelah proses filtrasi mencapai 99,9-99,999%

khusus E. coli mencapai 99-99,9%.

2) Rapid sand Filter

Amerika Serikat pada tahun 1885 merupakan negara pertama yang

menggunakan metode rapid sand filter untuk proses purifikasi air. Saat ini,

terdapat beberapa tipe rapid sand filter:

a. Gravity type (Paterson ‘s filter);

b. Pressure type (Candy’s filter).

Beberapa tahapan yang terjadi di dalam proses purifikasi air dengan

menggunakan metode rapid sand filter yaitu:

a. Koagulasi (coagulation)

Dalam proses koagulasi ini, air sungai yang telah tersedot diberi zat koagulasi

kimia, misalnya alum (Al2[SO4]3 atau alumunium sulfat), dengan d; -sj

bervariasi antara 5-40 mg/I bergantung pada turbiditas, warna, suhu, la-pH

airnya.
b. Pencampuran (mixing)

Air yang telah diberi alum dimasukkan dalam bak pencampur dan diputar

sedemikian rupa selama beberapa menit sehingga terjadi diseminasi alum di

dalam air.

c. Flokulasi (flocculation)

Di dalam bak flokulasi, air yang telah bercampur dengan alum diputar pelan-

pelan selama 30 menit untuk mengendapkan alumunium hidroksida yang

berbentuk benda berwarna putih dalam air.

d. Sedimentasi (sedimentation)

Sedimentasi adalah pengendapan flokulat bersama dengan zat berkisar antara

2-6 jam dan paling tidak 95% flokulat itu harus telah diendapkan sebelum air

dialirkan ke dalam bak rapid sand filter.

Setiap unit bak penyaringan (filter bed) memiliki permukaan seluas 80-90 m²

(900 kaki2), Ukuran efektif butir pasir yang digunakan berkisar antara 0,6-2,0

mm. Tinggi bak penyaringan adalah 1 m dan di bawah lapisan pasir terdapat

batu-batu koral berdiameter 30-40 cm yang berfungsi sebagai penyanggah

lapisan pasir di atasnya. Di bagian dasar bak penyaringan terdapat saluran pipa

outlet yang berlubang-lubang. Ketinggian air di atas lapisan pasir berkisar

antara 1,0-1,5 m dan kecepatan filtrasi antara 5 sampai 15 m 3/m2/jam. Proses

filtrasi yang berlangsung cukup tinggi dan dapat mengurangi jumlah bakteri

sampai 98-99%.
e. Filtrasi (filtration)

Sisa-sisa flok alum yang tidak mengendap pada proses sedimentasi akan

menutupi permukaan lapisan pasir menyerupai lapisan Zoogleal yang terbentuk

pada metode slow sand filter. Lapisan ini berfungsi untuk mengikat bakteri

yang ada dalam air. Oksidasi zat amonia akan terjadi pada saat air melalui

filter.

Gambar 3 Alur Proses Purifikasi dengan Rapid Sand Filter

3) Back Washing

Back washing merupakan metode pembersihan filter dengan cara

mengalirkan air kembali melalui lapisan sand bed. Proses ini memerlukan waktu

yang relatif singkat, kurang lebih 15 menit. Pada beberapa tipe rapid sand filter,

seperti Candy’s Filter, bak penyaringan perlu diberi tekanan udara agar proses

back washing dapat dilaksanakan.

Tabel 2 Perbandingan antara Slow Sand Filter dan Rapid Sand Filter
№ Spesifikasi Slow sand filter Rapid sand filter
1 Ruangan Perlu ruangan besar Perlu ruangan kecil

2 Kecepatan filtrasi 0,1-0,4 m3/m2/jam 5-15 m3/m²/jam

3 Butir pasir efektif 0,15-0,35 mm 0,6-2,0 mm

4 Preliminary Treatment Plain coagulation Koagulasi kimia

5 Pembersihan filter Pengerukan lapisan atas Back washing

6. Operasi Sederhana Perlu tenaga terdidik

7. Efek turbiditas Baik Baik

8. Menghilangkan warna Sedang Baik

9. Menghilangkan bakteri 99,9 98-99,9%

Pada beberapa tempat pengolahan air minum, dipakai juga semacam

pompa yang akan mempercepat aliran air melalui pasir. Saringan pasir cepat ini

dilengkapi juga dengan sistem yang memungkinkan mencuci pasir yang sudah

kotor. Sistem ini dikenal sebagai backwash sistem.

d. Desinfeksi dengan klorinasi

Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang

telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses

purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air

kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena

sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawa-

senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas

klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan


kloramin. Berikut beberapa kegunaan klorin:

a. Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal.

b. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida.

c. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.

d. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang

dapat mengubah bau dan rasa pada air.

e. Dapat membantu proses koagulasi.

1. Cara Kerja Klorin

Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian

dinetralisasi oleh sifat basa dan air sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen

dan ion hipoklorit. Perhatikan reaksi kimia berikut.

Klorin sebagai desinfektan terutama bekerja dalam bentuk asam hipoklorit

(HOC1) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OC1’). Klorin dapat

bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika berada dalam air dengan pH

sekitar 7. Jika Nilai pH air lebih dan 8,5, maka 90% dan asam hipoklorit itu akan

mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat desinfektan

yang dimiliki klorin menjadi lemah atau berkurang.

2. Prinsip-prinsip Pemberian Klorin


Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan

proses klorinasi, antara lain:

a. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat

proses klorinasi.

b. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan efektif

mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen dan

meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.

c. Tujuan khlorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas

sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety (nilai

batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman patogen yang

mengontaminasi pada saat penyimpanan dan pendistribusian air.

d. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai

untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan

untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/i dalam air.

3. Metode Klorinasi

Pemberian klorin pada desinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa

cara yaitu dengan pemberian:

a. Gas klorin

Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah, kerjanya

cepat, efisien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati
karena gas ml beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi

berbahan gas klorin ini disebut sebagai chlorinating equipments. Alat yang sering

dipakai adalah Paterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan

mengatur pemberian gas klorin pada persediaan air.

b. Kloramin

Kloramin dapat juga dipakai dan merupakan persenyawaan lemah dan

klorin dan amonia. Zat ini kurang memberikan rasa klorin pada air dan sisa klorin

bebas di dalam air lebih persisten walau kerjanya lambat dan tidak sesuai untuk

klorinasi dalam skala besar.

c. Perklorin.

Perklorin sering juga disebut sebagai High Test Hypochlorite. Zat ini

merupakan persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang dilepaskan di

dalam air.

4. Pemeriksaan Konsentrasi Klorin

Tidak batas (breakpoint) konsentrasi kolrin bebas dalam air kurang lebih

**pemeriksaan Orthotolidine Arsenite (OTA test). Berikut beberapa pemeriksaan

yang berkaitan dengan pemastian ada tidaknya klorin dalam air.

a. Orthotolidine Arsenite Test

Orthotolidine Arsenite Test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk

mengetahui adanya klorin bebas di dalam air. Reagennya berupa bahan Analyticat
Grade Ortholidine yang dilarutkan dalam 10% asam hipoklorit.

Cara pemeriksaannya memasukkan sebanyak 0,1 ml larutan OT ke dalam

1 ml sampel air dan diperhatikan reaksi yang terjadi. Jika mengandung klorin,

sampel air itu akan berubah warna menjadi kuning, perubahan warna itu

kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tersedia. Kelemahan uji ini

adalah bahwa warna kuning dapat dihasilkan baik oleh sisa klorin bebas maupun

oleh klorin yang terikat (combined chlorine) sehingga pemeriksaan lebih lanjut

perlu dilakukan.

b. Orthotolidine Arsenite Test (OTA Test)

Merupakan modifikasi dan OT Test di atas. Uji ini dapat memisahkan dan

bereaksi dengan klorin bebas. Hal yang paling penting adalah bahwa uji ini dapat

menentukan konsentrasi atau kadar klorin yang bebas di dalam air.

5. Dampak Klorinasi Air

Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan

organik dengan konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik

yang mudah menguap (volatile halogenated organics), biasa disingkat dengan

VHO. Senyawa-senyawa VHO tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk

trihalornethane (THM). Trihalomethane (THM) dapat ditemukan pada jenis air

berikut.

a. Air minum
Pada hasil pemeriksaan terhadap air minum yang menjalani proses

klorinasi; baik dengan gas klorin, natrium hipoklorit (NaCIO), maupun dengan

klor dioksidasi (ClO2), ditemukan adanya senyawa THM. Padahal, sebelum

menjalani proses klorinasi, kandungan bahan organik air tersebut telah

dihilangkan dan hasil analisis sebelumnya menunjukkan ketiadaan THM. Kadar

THM maksimum yang terdeteksi adalah 41,8 g/1.

b. Air kolam renang

Pada pemeriksaan terhadap air kolam renang yang telah menjalani

desinfeksi, juga didapat senyawa THM dengan kadar yang ternyata lebih tinggi

daripada kadar THM dalam air minum. Kondisi ini akibat lebih besarnya

kandungan bahan organik dalam air kolam renang, selain bahan organik juga

didapat dan keringat dan urine orang yang berenang). Kadar TFIM maksimum

dalam udara di atas permukaan kolam renang mencapai 787 g/m3.

c. Air permukaan dan air tanah

Air tanah di beberapa wilayah mengandung bahan organik dalam

konsentrasi yang tinggi yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam tubuh

manusia lebih dari 50,6% THM akan diubah menjadi CO), tetapi kondisi ini

bergantung pada kepekaan individu. Dampak yang paling cepat pada kesehatan

adalah hilangnya kesadaran, yang dapat diikuti dengan keadaan koma dan

kematian. Kadar total THM 30 g/I dalam air minum telah direkomendasikan

dengan konsumsi rata-rata 2 liter/hari.


Seperti dikatakan di atas, proses klorinasi pada air yang mengandung

bahan organik dapat mengakibatkan terbentuknya trihalomethane (THM) yang

berbahaya bagi kesehatan. Untuk menurunkan konsentrasi THM dalam air yang

akan menjalani klorinasi harus dihilangkan dahulu penyebabnya, yaitu zat-zat

organik. Selain itu, dapat juga dilakukan penggantian desinfektan yang tidak

menyebabkan terbentuknya THM.

Berikut beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk menghilangkan

penyebab terbentuknya THM.

1. Memindahkan proses klorinasi ke bagian paling akhir agar kandungan bahan

organik dalam air sudah hilang sebelum proses.

2. Jika klorirasi dilakukan setelah proses koagulasi dan pengendapan atau setelah

proses pelunakan dan pengendapan, proses-proses tersebut perlu diperbaiki

untuk mengoptimalkan penghilangan bahan-bahan organik.

3. Optimalisasi proses-proses pendahuluan sebelum proses klorinasi untuk

menghilangkan bahan-bahan organik.

4. Penggunaan adsorben (karbon aktif) untuk menghilangkan bahan-bahan

organik sebelum proses klorinasi.

5. Memperbaiki kualitas air baku atau memilih sumber alternatif yang tidak

mengandung bahan organik dalam konsentrasi tinggi.

6. Penggunaan kombinasi cara-cara tersebut dan juga cara mereduksi dosis klorin,

jika dapat, sebaiknya dilakukan tanpa memengaruhi efek desinfeksi.


Dalam keadaan darurat, untuk mengatasi masalah sumber air minum yang

terkontaminasi THM, air tersebut harus direbus dahulu sebelum dipakai sebagai

air minum, THM akan hilang bila air direbus sampai mendidih selama 3-5 menit.

Berkaitan dengan penggantian jenis desinfektan, beberapa desinfektan

alternatif berikut dapat menghasilkan THM dalam konsentrasi yang sangat kecil

atau bahkan tidak ada sama sekali.

1. Klorin bebas, klorin dioksida.

2. Kloramin.

3. Ozon.

6. Ozon

Penggunaan ozon untuk proses purifikasi air telah dilakukan oleh beberapa

negara. Ozon memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam organik

dalam skala yang luas selain juga kemampuan untuk memecahkan dinding sel

mikroorganisme. Kemampuannya yang terakhir itu menyebabkan penggunaan

ozon sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam air.

Kemampuannya itu menyebabkan ozon banyak dimanfaatkan dalam

instalasi pengolahan air. Berikut beberapa keuntungan di dalam penggunaan ozon.

1. Sebagai desinfektan berspektrum luas.

2. Menghilangkan bau, warna, dan rasa.


3. Menambah kandungan oksigen dalam air.

4. Proses desinfeksi cepat.

5. Dalam konsentrasi rendah masih bisa berfungsi.

6. Tidak membentuk senyawa beracun dalam air.

7. Tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pengangkutan bahan

bakunya.

Adapun kerugian di dalam penggunaan ozon. antara lain:

1. Biaya tinggi, terutama pada penyediaan alatnya.

2. Harus memiliki pembangkit ozon dengan sumber energi listrik yang besar.

3. Perawatan dan operasional cukup rumit.

4. Sisa ozon tidak dapat dipertahankan pada air untuk waktu lama.

5. Lebih mahal dibandingkan dengan klorin.

e. Penyimpanan

Setelah disaring air disimpan dalam reservoir yang besar untuk mencegah

adanya kuman patogen yang masih hidup dalam air, maka air akan didesinfeksi

sebelum didistribusikan ke penduduk.

f. Distribusi

Air yang sudah jernih dan aman akan dialirkan melalui pipa-pipa ke rumah

penduduk. Dalam distribusi ini perlu diperhatikan adanya waktu-waktu dalam

sehari di mana pemakaian air memuncak dan menurun. Cuaca yang panas atau

dingin akan memengaruhi fluktuasi pemakaian air. Selama seminggu juga

terdapat perbedaan jumlah pemakaian dari hari ke hari. Yang penting dalam
distribusi ini adalah memenuhi kebutuhan yang ***

2. Purifikasi Air Skala Rumah Tangga

Uraian di bawah ini berkaitan dengan beberapa contoh yang lazim kita

temukan dalam purifikasi air skala rumah tangga.

a. Purifikasi Air di Rumah

Ada tiga metode yang sering dipakai untuk melakukan purifikasi air di

rumah. Ketiganya dapat digunakan secara sendiri atau kombinasi sebagai berikut.

1. Pemasakan

Memasak air merupakan cara yang paling baik untuk melakukan proses

purifikasi air di rumah. Agar lebih efektif, air dibiarkan tetap mendidih antara 5-

10 menit. Dalam kisaran waktu tersebut, proses pendidihan diharapkan telah

mematikan semua kuman, spora, kista, atau telur selain menjadikan air bersifat

steril. Di samping itu, proses pendidihan juga dapat mengurangi kesadahan

sementara (temporary hardness) air karena penguapan CO2 dan pengendapan

CaCO5.

2. Desinfeksi Kimia

a. Bubuk pemutih (kaporir, CaOCl2)

Bubuk pemutih (bleaching powder) merupakan bubuk berwarna putih

dengan bau seperti klorin dan harus disimpan di tempat gelap, kering, dan tertutup

rapat. Wadahnya terbuat dan bahan antikarat. Pada air yang mengalami tingkat
pencemaran cukup parah dan berwarna keruh, pemberian klorin secara langsung

kurang baik dan tidak efektif.

b. Larutan klorin

Larutan klorin dapat dibuat dan bubuk pemutih dengan cara sebagai

berikut. Sebanyak 4 kg bubuk kaporit yang mengandung 25% klorin dicampur

dengan 20 liter air, yang berarti terdapat 5% klorin dalam larutan ini. Seperti

halnya bubuk kaporit, larutan ini juga mudah rusak jika terkena sinar matahari dan

tidak dapat disimpan lama.

c. High Test Hypochiorite (HTH)

High Test Hypochiorite juga disebut sebagai perkloron yang merupakan

persenyawaan kalsium dengan kadar klorin 60-70%. Zat ini lebih stabil

dibandingkan dengan bubuk kaporit dan mudah disimpan.

d. Tablet klorin

Tablet klorin dapat berupa tablet Halazone, Chlor de chlor, dan

hydrochionazone yang banyak dijual di pasaran. Tablet klorin cukup baik jika

dipakai sebagai desinfektan air dalam skala kecil. Sebanyak 100 mg klorin dapat

dipakai untuk mendesinfeksi 2 galon air yang memiliki turbiditas 500 ppm dan

residual chlorine bebas dalam air 2 mg/I.

e. Iodine
Iodine merupakan desinfektan yang paling baik terutama untuk proses

desinfeksi air dalam skala kecil, tetapi harganya cukup mahal jika akan digunakan

sebagai desinfektan air dalam skala besar. Sebanyak 2 tetes iodine 2% dalam

larutan etanol sudah cukup untuk mendesinfeksi/liter air yang jernih. Untuk

mendapatkan efek desinfektan yang efektif membutuhkan waktu sekitar 20-30

menit.

f. Kalium permanganat (KMNO4)

Kalium permanganat adalah zat oksidan yang kuat tetapi tidak tepat jika

dipakai untuk mendesinfeksi air. Walau efektif terhadap Vibrio cholerae, zat ini

kurang efektif terhadap mikroorganisme lain di samping dapat menimbulkan

perubahan warna, rasa, dan bau pada air sehingga kurang disukai untuk

mendesinfeksi air.

g. Filtrasi

Air dalam skala kecil dapat difiltrasi dengan menggunakan ceramic filter

semacam Pasteur Chamberland Filter, Berkefeld Filter, dan Katadyn Filter.

Chamberland Filter memiliki suatu bagian berbentuk him dan terbuat dan

porselen, sementara Berkefeld Filter memiliki suatu bagian yang terbuat dan

Kieselgurf atau Infusorial Earth, sedangkan Katadyn Filter dilapisi dengan silver

catalyst. Filter-filter tersebut hanya dapat menyaring bakteri tetapi tidak dapat

menyaring virus.

b. Desinfeksi Air Sumur


Metode yang paling efektif dan murah untuk melakukan proses des infeksi

pada air sumur adalah dengan menggunakan bubuk pemutih (bleaching powder).

Langkah-langkah di dalam mendesinfeksi air sumur, antara lain:

1) Menentukan/mengukur volume air yang terdapat di dalam sumur dengan:

a. Mengukur dalamnya permukaan air (h) meter.

b. Mengukur penampang sumur (d) meter.

c. Substitusi h dan dalam rumus:

2) Menentukan kadar kaporit yang diperlukan untuk mendesinfeksi sumur.

Umumnya diperlukan sekitar 2,5 g kaporit untuk mendesinfeksi 1.000 liter air

atau 0,7 mg klorin per 1 liter air.

3) Melarutkan kaporit di dalam air.

Sebanyak 100 g kaporit dimasukkan ke dalam ember yang berisi air

secukupnya dan dibuat menjadi pasta tipis. Ke dalam campuran itu

ditambahkan air 3/4 ember dan diaduk perlahan sampai rata. Biarkan selama 5-

20 menit untuk mengendapkan zat kalsium yang terdapat dalam kaporit. Air

yang terdapat di atas endapan dipindahkan ke ember lain, endapan kalsium

yang ada bila dimasukkan ke dalam air sumur akan menimbulkan kesadahan

pada air.

4) Memasukkan larutan klorin ke dalam sumur.


Ember yang berisi larutan klorin diderek ke bawah sumur sampai berada jauh

di bawah permukaan air. Air sumur diaduk dengan menggerakkan ember ke

arah vertikal dan lateral beberapa kali sampai larutan klorin bercampur rata

dengan air sumur.

5) Periode kontak.

Air sumur yang sudah menjalani proses khlorinasi dibiarkan sampai 30 menit

atau lebih sebelum air dapat ditimba untuk dikonsumsi.

6) Orthotolidine Arsenite Test

Setelah 30 menit dan periode kontak, residual chlorine yang bebas dalam air

dapat diperiksa dengan menggunakan OTA Test. Jika ternyata kadar klorin

bebas kurang dan 2 mg/1, proses klorinasi perlu diulang kembali sebelum

sumber air digunakan. Pada saat terjadi epidemik kolera, sumur yang ada perlu

didesinfeksi setiap hari.

Desinfeksi air sumur juga dapat dilakukan dengan metode double pot. Metode

double pot merupakan suatu cara desinfeksi yang sederhana dan efektif yang

dipakai saat keadaan darurat ketika diperlukan adanya dosis klorin yang

mantap dalam air sumur untuk beberapa waktu 2-3 minggu. Metode ini banyak

dipakai dan sukses di beberapa negara. Berikut prosedur desinfeksi yang

menggunakan metode double pot.

1. Buat campuran 1 kg kaporit dan 2 kg pasir kasar dengan penampang efektif 2


mm.

2. Masukkan campuran itu ke dalam pot kecil sampai pada batas 3 cm di bawah

lubang, kemudian masukkan pot itu ke dalam pot besar.

3. Tutup mulut pot besar itu dengan polietilen foil dan hubungkan dengan tali.

4. Celupkan double pot itu ke dalam air dengan kedalaman kurang dan 1 meter di

bawah permukaan air. Jaga agar pot tetap pada posisi tersebut dengan mengikat

tali yang tersambung padanya.

Metode ini terbukti sangat efektif selama 2-3 minggu untuk sumur

keluarga kecil yang mengandung air 4.500 liter dengan jumlah pemakaian antara

360-450 liter/hari.

Gambar 4 Desinfeksi Sumur dengan Metode Double Potensial

Keterangan:
1. Polietilen foil

2. Tali

3. Pot besar  25 cm dan tinggi 30 cm

4. Pot kecil  16 cm dan tinggi 28 cm

5. Lubang  1 cm

6. Kaporit dan pasir kasar

Kesadahan pada air dapat dihilangkan. Metode yang dapat digunakan

untuk menghilangkan kesadahan tersebut, antara lain:

a) Pemasakan

Pemasakan air menyebabkan terlepas atau dikeluarkannya CO2 dan dalam air

dan terbentuknya endapan CaCO3 yang tidak terlarut.

Cara ini sangat mahal jika digunakan untuk skala yang besar.
Gambar 5 Metode Menghilangkan Kesadahan pada Air

b) Penambahan kapur (Metode Clark).

Penambahan kapur pada air yang sifat kesadahannya sementara dapat

mengabsorbsi CO2 dan mengendapkan CaCO3 yang tidak terlarut. Caranya,

kapur (quick lime) seberat 1 ons dimasukkan ke dalam setiap 700 galon air

untuk setiap derajat kesadahan air (14,25 ppm).

c) Penambahan natrium karbonat dapat menghilangkan kesadahan sementara atau

menetap.

Reaksi berikut berlangsung di dalam penambahan natrium karbonat:

d) Proses pertukaran basa (base exchange process).

Dalam melakukan pelunakan terhadap persediaan air ukuran besar, digunakan

proses permutit. Natrium permutit merupakan persenyawaan kompleks dan

natrium, alumunium, dan silika Pada proses permutit akan terjadi pertukaran

kation Na dengan ion Ca dan Mg di dalam air. Semua ion Ca dan Mg akan

dilepas melalui reaksi pertukaran basa (base exchange) dan natrium permutit

akhirnya akan menjadi kalsium dan magnesium permutit. Dengan demikian, air
dapat dilunakkan sampai zero hardness (tingkat kesadahan nol).

Air dengan tingkat kesadahan nol akan bersifat korosif. Dengan demikian,

harus diperhatikan bahwa proses perlunakan air ini perlu dilakukan sampai ke

batasan agak keras, 1 - 3 mEq/1.

Anda mungkin juga menyukai