I. Pendahuluan
Air merupakan salah satu komponen terpenting bagi kehidupan manusia tidak
terbantahkan. Air merupakan sumberdaya yang mutlak bagi kehidupan, bahkan sebagian
besar tubuh manusia atau sekitar 70% bagian tubuh manusia terdiri dari air, dimana air
merupakan unsur tebesar dari tubuh manusia.
Air mempunyai peran yang sangat penting dalam tubuh dan kehidupan, sehingga tidak
satupun fungsi tubuh dapat bekerja tanpa air, antara lain sebagai: Pembentuk sel dan
cairan tubuh, Pelarut, Media pengeluaran zat sisa, Bantalan, Pengatur suhu, Media
transportasi, dan pelumas
Halaman - 1
Air tersebar di seluruh tubuh manusia, antara lain paru (90%), darah (82%), kulit (80%),
otot (75%), otak (70%), dan tulang (22%). Organ tubuh yang paling penting dengan kadar
air, dan membutuhkan lebih dari 70% adalah: Otak dan Darah, dimana Otak terdiri dari
70-80% air dan Darah sekitar 82-85%.
Apabila tubuh kekurangan air, akibat kurang mengkonsumsi air minum, maka tubuh akan
menyeimbangkan diri, yaitu dengan mengambil (menyedot) air dari komponen tubuh
lainnya.
Darah
Darah yang disedot airnya akan menjadi kental, akibatnya, saat melewati ginjal
[tempat menyaring racun dari darah], Ginjal akan bekerja extra keras menyaring
darah. Dan karena saringan dalam ginjal halus, tidak jarang darah yang kental
bisa menyebabkan perobekan pada glomerulus ginjal. Akibatnya, air seni akan
berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya saringan ginjal.
Otak
Sel-sel otak adalah yang paling boros mengkonsumsi makanan dan oksigen, maka
lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Bila ditambah dengan penyakit jantung [yang juga kerjanya tambah berat bila darah
mengental], maka dapat terjadi serangan stroke.
Manfaat Air memang sangat banyak untuk kesehatan tubuh manusia, tanpa air manusia
tidak akan bisa hidup. Air bekerja dengan ajaib dan dengan begitu banyak manfaat. Air
minum akan memacu peningkatan pada kesehatan manusia. Para peneliti menemukan
bahwa minum air putih minimal 2 liter per hari untuk menjaga kesehatan tubuh. Manfaat
air untuk kesehatan memang tidak bisa terpisahkan.
Halaman - 2
Halaman - 3
potensial dapat menjadi rute penyakit akibat kontaminasi organisme patogen atau senyawa
racun (Toxic substances).
I.1.2 Peranan terhadap peningkatkan Standar Hidup (living standard)
Penyediaan air tidak terbatas kepada air minum saja, tetapi juga untuk penggunaan
berbagai macam keperluan hidup sehari-hari, termasuk untuk penggunaan industri. Dewasa
ini standar hidup masyarakat sudah meningkat dengan pesat, dan dengan adanya produk
barang-barang dan peralatan yang dapat memudahkan pekerjaan sehari-hari misalnya
mesin cuci, pencuci piring otomatis, alat penyejuk udara, WC bilas otomatis dan lain-lain,
maka suplai air bersih, khususnya denga sistem perpipaan adalah kebutuhan yang sangat
mutlak. Dalam kondisi seperti ini maka pengadaan sarana penyediaan air bagi masyarakat
adalah faktor vital dalam rangka meningkatkan standar hidup masyarakat.
Halaman - 4
Halaman - 5
tercemar oleh kotoran atau muntahan penderita ataupun tercemar oleh inang
atau pembawa bakteri kholera.
d. Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dengan waktu inkubasi antara 15 sampai
30 hari (biasanya 30 hari). Infeksi umumnya terjadi melalui mulut. Gejala
primairnya antara lain rasa mual, pusing disertai demam, dan rasa lelah/lemas
di seluruh tubuh. Gelaja spesifik antara lain terjadinya pembengkaan liver dan
timbul gejala sakit kuning. Sumber penularan yakni air minum atau makanan
yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus hepatitis A.
e. Poliomelistis Anterior Akut
Penyebabnya adalah virus polio, waktu inkubasi antara 3 sampai 21 hari,
biasanya antara 7 sampai 12 hari. Virus polio masuk melalui mulut dan
menginfeksi seluruh struktur tubuh, kemudian menjalar melalui simpul saraf
lokal, dan selanjutnya menyerang sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan
kelumpuhan. Beberapa gejala dapat terlihat antara yakni demam, rasa
meriang/tak enak badan, tenggorokan sakit, pusing-pusing dan terjadi kejang
mulut (bibir atas dan bawah tidak dapat digerakkan).
Sumber infeksi yakni virus polio yang terdapat pada tinja atau dahak penderita
atau virus yang terbawa oleh inangnya (carrier), dan penularan kadang-kadang
juga melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi (tercemar).
(2) Penyakit yang Berkaitan dengan Kebersihan
Diare atau sering disebut mencret adalah penyakit yang erat kaitannya dengan
kebersihan. Penyakit ini adalah salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di
negara berkembang, termasuk di Indonesia. Yang paling banyak terserang penyakit
ini umumnya adalah anak-anak balita, dan bila keadaannya parah seringkali dapat
menyebabkan dehidarasi, yang apabila tidak ditangani dengan segera dapat pula
menyebabkan kematian.
Bakteri patogen yang menyebabkan penyakit ini berasal dari tinja, dan masuk ke
tubuh manusia lewat mulut melalui makanan atau minumam atau melalui kontak
langsung.
Seringkali organisme penyebab infeksi enterik tersebut diakibatkan oleh kondisi
lingkungan rumah yang kotor dan tidak sehat. Hal tersebut juga sering diakibatkan
oleh pencucian tangan yang kurang bersih pada waktu buang kotoran, atau secara
lansung melalui inangnya misalnya oleh lalat. Banyak juga kasus terjadi akibat
makanan atau minuman yang dijual oleh penjaja atau warung-warung yang
kebersihannya kurang memandai.
Salah satu faktor yang penting untuk menganggulangan hal tersebut yakni dengan
cara meningkatkan kebersihan lingkungan, meningkatkan pelayanan air bersih yang
sehat, meningkatkan sistem pembuangan atau pengolahan kotoran manusia (tinja)
yang memenuhi syarat, serta dengan memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang pentingnya kebersihan.
Halaman - 6
(3) Bahaya oleh Zat Kimia Yang Ada Dalam Air Minum
Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat adanya kandungan zat
atau senyawa kimia dalam air minum, yang melebihi ambang batas konsentarsi
yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air minum ini dapat terjadi secara
alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah tangga,
industri dll.
Beberapa zat /senyawa kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia
misalnya: logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan hidrokarbon, zat-zat radio
aktif alami atau buatan dan sebagainya. Beberapa contoh senyawa kimia racun
yang sering ada dalam air minum antara lain:
a. Nitrat
Salah satu sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni akibat kegiatan
pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi
yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah
pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk
nitrogen (urea).
Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
methaemoglobinameia, yakni kondisi dimana haemoglobin di dalam darah
berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah menjadi kekurangan
oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat
mengakibatkan kematian khususnya pada bayi.
b. Fluorida (F)
Fluorida adalah senyawa kimia yang secara alami ada dalam air pada berbagai
konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih kecil 1,5 mg/l, sangat bermanfaat bagi
kesehatan khususnya kesehatan gigi, karena dapat mencegah kerusakan gigi.
Tetapi pada konsentrasi yang besar (lebih besar 2 mg/l), dapat menyebabkan
kerusakan gigi (fluorosis) yakni gigi menjadi bercak-bercak. Pemaparan fluorida
pada konsentrasi yang lebih besar lagi (3 - 6 mg/l), dapat menyebabkan
kerusakan pada struktur tulang. Oleh kerana itu, dosis fluorida dalam air minum
dibatasi maksimal 0,8 mg/l.
c. Air Raksa (Merkuri, Hg)
Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang
bersifat racun terhadap tubuh manusia. Bisanya secara alami ada dalam air
dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh
merkuri umumnya akibat buangan limbah yang berasal dari industri.
Pada tahun 1950an, kasus pencemaran oleh logam berar khususnya merkuri
telah terjadi di teluk Minamata, Jepang, dan telah meracuni penduduk di
daerah sekitar teluk Minamata tersebut. Logam merkuri atau air raksa (Hg)
dapat terakumulasi di dalam produk perikanan atau tanaman dan jika produk
tersebut dimakan oleh manusia akan dapat terakumulasi di dalam tubuh.
Akumulasi logam Hg ini dapat meracuni tubuh dan mengakibatkan kerusakan
permanen terhadap sistem saraf, dengan gejala sakit-sakit pada seluruh tubuh.
Halaman - 7
Oleh karena itu, di Jepang, penyakit karena kercunan merkuri (Hg) dinamakan
penyakit Itai-itai yang berarti sakit-sakit, atau sering disebut juga dengan
penyakit Minamata (Minamata Diseases).
Dari hasil peneletian, kasus penyakit di Minamata tersebut disebabkan karena
pencemaran air oleh limbah yang mengandung merkuri khlorida (HgCl) yang
dikeluarkan oleh pabrik-pabrik di sekitar telauk Minamata.
d. Kadmium
Konsentrasi kadmium (Cd) dalam air olahan (finished water) yang dipasok oleh
PAM umumnya sangat rendah, karena umumnya senyawa alami senyawa
kadmium ini jarang terdapat di dalam sumber air baku, atau jika ada
konsentrasinya di dalam air baku sangat rendah. Selain itu dengan pengolahan
air minum secara konvesional, senyawa kadmium ini dapat dihilangkan dengan
efektif.
Air minum biasanya mengandung kadmium (Cd) dengan konsentrasi 1 mg, atau
kadang-kadang mencapai 5 mg dan jarang yang melebihi 10 mg. Pada beberapa
wilayah tertentu yang struktur tanahnya banyak mengandung kadmium, air
tanahnya kadang juga mengandung kadmium dengan konsentrasi agak tinggi.
Konsentrasi kadmium dalam air minum yang cukup tinggi, kemungkinan juga
dapat terjadi pada wilayah yang dipasok dengan air dengan pH yang sedikit
asam. Hal ini disebabkan karena pada pH yang agak asam bersifat korosif
terhadap sistem plumbing atau bahan sambungan perpipaan yang
mengandung kadmium. Tingkat konsentrasi kadmium ini merupakan fungsi
berapa lama air kontak/berhubungan dengan sistem perpipaan (plumbing
system).
Keracunan oleh kadmium menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala
penyakit akibat keracunan senyawa merkuri (Hg) atau penyakit Minamata.
Berdasarkan baku mutu air minum yang dikeluarkan oleh WHO (1971), kadar
kadmium maksimum dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,01 mg/l.
e. Selenium
Selenium dalam air dengan konsentrasi yang agak tinggi biasanya terdapat di
daerah seleniferous. Di daerah seperti ini kandungan selinium dalam air tanah
(sumur) ataupun air permukaan dapat mencapai orde mg/l. Berdasarkan
penelitian terhadap tikus betina, LD50 akut melalui mulut untuk sodium
selenate yakni 31,5 mg/kg berat tubuh, dan berdasarkan pengetesan toksisitas
akut terhadap tikus, menunjukkan penurunan gerakan spontan, pernafasan
yang cepat dan hebat, diare dan selanjutnya mati karena susah bernafas. Gejala
sub-akut meliputi menurunnya laju pertumbuhan, terjadi hambatan terhadap
intake makanan, dan keluarnya cairan kotoran (tinja).
Setelah pemberian dosis terus-menerus selama satu bulan, terjadi anemia yang
disebabkan menurunya jumlah sel darah merah serta jumlah haemoglobin, dan
berdasarkan hasil pembedahan terjadi akumulasi sodium selenate pada hati,
ginjal, testis, paru-paru dan limpha.
Halaman - 8
Halaman - 9
karena kualitasnya yang baik. Jumlah tersebut kurang dari 1 % jumlah air, bahkan jumlah
yang dapat dimanfaatkan secara efektif jauh lebih kecil dari jumlah tersebut.
Tabel 1. Distribusi Air di Bumi
Halaman - 10
maka air hujan yang merupakan salahsatu proses pembersihan air dalam siklus hidrologi,
akan tercemar pula.
Halaman - 11
Konfigurasi atau susunan unit pengolah ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya:
Kualitas air baku dan kemungkinan fluktuasinya
Kualitas air terolah yang diinginkan
Kondisi sumberdaya manusia
Kondisi infrastruktur/penunjang
Teknologi pengolahan yang tersedia
Kelima faktor diatas pada dasarnya saling berkaitan dalam menentukan sukses atau
tidaknya konfigurasi unit pengolah yang akan diterapkan untuk mengolah air baku seperti
yang diinginkan.
Faktor pertama dan kedua, dari segi teknis paling menentukan unit apa yang akan
digunakan, sedangkan faktor berikutnya akan sangat menentukan dalam hal oparasional
dan keandalan operasi instalasi pengolah air minum (IPAM) yang direncanakan.
Kualitas air baku akan menentukan pengolahan apa saja yang diperlukan, sehingga kualitas
yang diinginkan dapat dicapai. Sedangkan sumber daya manusia, dalam hal ini ketrampilan,
kemudian infrastruktur penunjang seperti keberadaan pasokan listrik, dan akses untuk
spareparts, akan menentukan jenis unit pengolahan yang akan dipilih. Akhirnya, factor
terakhir merupakan pembatas yngharus dipertimbangkan yaitu sejauh mana teknologi yang
ada pada saat ini dapat digunakan untukpengolahan.
Pada akhirnya, menentukan konfigurasi unit pengolah yang akan diterapkan memerlukan
keakhlian dan pengalaman dari perancang IPAM.
Halaman - 12
Halaman - 13
Dengan fungsi unit-unit pengolahan yang beragam dengan batasan kemampuan tertentu,
maka dalam pengolahan air perlu dilakukan rangkaian penerapan dari beberapa unit
pengolahan. Penerapan unit pengolah dalam pengolahan air minum konvensional, secara
ringkas ditunjukan pada Tabel 3.
Pada tabel tersebut ditunjukan untuk mengolah air dengan kondisi parameter kualitas air
yang tertentu, ditunjukan unit pengolahan yang diperlukan atau penting (essential) dan unit
pengolahan yang dapat dijadikan pilihan (option).
Halaman - 14
Halaman - 15
Halaman - 16
Halaman - 17
Halaman - 18
Dalam menentukan konfigurasi suatu IPAM, beberapa langkah berikut dapat digunakan
sebagai panduan:
Lakukan evaluasi kualitas sumber air. Evaluasi sumber air dilakukan dengan
mengambil sample dan menganalisa parameter kualitas di laboratorium. Sampling
dan analisa paling tidak dilakukan untuk musim hujan dan musim kemarau, atau
musim dimana air mempunyai kualitas yang spesifik. Analisa dilakukan untuk
parameter yang selengkap mungkin. Dari analisa kualitas dapat diketahui
parameter kualitas apa yang melebihi persyaratan baku mutu sehingga harus
diolah.
Tentukan unit unit pengolah yang diperlukan. Pemilihan unit pengolah dapat
mengunakan table 1 sebagai acuan.
Lakukan simulasi skala laboratorium sebagai pengujian terhadap desain awal.
Hampir semua jenis pengolahan dapat disiulasikan dalam skala laboratorium, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Walaupun simulasi skala laboratorium
tidak harus dalam skala yang tepat, tetapi sangat disarankan karena akan memberi
masukan yang sangat penting dalam perencanaan nantiny. Beberapa jenis
pengolahan yang simulasinya dapat dilakukan dalam laboratorium dan sering
dilakukan antara lain sedimentasi, koagulasi-flokulasi, filtrasi, aerasi,
prechlorinasi/oksidasi, aerasi dan adsorpsi. Simulasi skala laboratorium untuk
proses pengolahan secara kimiawi umumnya tidak sulit dilakukan.
Pilihlah teknologi yang sesuai. Saat ini, beberapa teknologi unit pengolah tersedia.
Seperti misalnya, untuk pencampuran koagulan, dapat dipilih teknologi mekanis,
yaitu memanfaatkan tenaga listrik dalam bentuk putaran propeller yang digerakkan
motor untuk mengaduk koagulan, atau secara hidrolis, dimana pengadukan
memanfaatkan olakan air akibat terjunan air. Dalam hal ini pertimbangan mengenai
O&M serta kemampuan sumberdaya harus diperhitungkan. Faktor lain yang harus
diperhitungkan adalah ketersediaan dana.
Buatlah konfigurasi, dan sesuaikan dengan luas areal atau lahan yang tersedia.
Halaman - 19
umumnya bangunan pengambil air baku atau Bangunan Intake diperlukan. Bangunan
Intake dilengkapi dengn saringan untuk menghidari masuknya sampah dan dilengkapi
dengan pintu pengatur pengambilan air.
Karena kandungan lumpur dan kekeruhan yang seringkali cukup tinggi, maka kandungan
lumpur tersebut perlu diturunkan. Untuk itu unit prasedimentasi diperlukan, yang berfungsi
mengurangi kandungan lumpur kasar dan kekeruhan. Sedangkan untuk menghilangkan
partikel halus dan koloidal, diperlukan unit koagulator dan flokulator untuk membentuk
flok-flok dari partikel halus tersebut dengan membubuhkan koagulan. Partikel halus dan
koloidal tersebut digabungkan membentuk flok-flok yang dapat diendapkan dalam waktu
relatif cepat sehingga ekonomis.
Pada kondisi air yang mengandung besi atau mangan yang tinggi dapat digunakan unit
Aerasi. Pada unit ini oksigen diharapkan akan mengoksidasi besi dan atau mangan terlarut
sehingga menjadi besi dan atau mangan yang dapat diendapkan. Selain itu pada kondisi air
yang mengandung gas-gas terlarut seperti ammonia, atau karbon dioksida, juga dapat
digunakan unit Aerasi ini. Melalui unit Aerasi diharapkan gas-gas terlarut tersebut akan
digantikan oleh oksigen. Pada kondisi tertentu besi, mangan dan juga gas-gas terlarut dapat
disisihkan pada unit koagulasi-flokulasi yang disertai sedementasi, sehingga unit Aerasi ini
tidak diperlukan.
Flok-flok yang terbentuk setelah proses flokulasi diendapkan dalam unit sedimentasi. Tidak
semua flok dapat diendapkan oleh bak sedimentasi. Sisa flok yang tidak terendapkan
tersebut harus disisihkan oleh unit berikutnya, yaitu unit filter (saringan), yang dalam hal ini
adalah saringan pasir cepat (rapid sand filter). Air hasil filtrasi (filtrat) seharusnya sudah
jernih. Sebagian besar pencemar atau kotoran umumnya telah disisihkan setelah proses ini.
Kandungan logam berat dalam konsentrasi rendah umumnya dapat disisihkan oleh adsorpsi
yang terjadi pada flok.
Proses selanjutnya adalah desinfeksi untuk membunuh sisa mikroorganisme patogen.
Setelah air didesinfeksi, kadang-kadang masih diperlukan pengaturan pH atau netralisasi,
sehingga perlu dibubuhi basa atau asam sesuai keperluan. Meskipun demikian kadang-
kadang proses netralisasi didahulukan sebelum proses desinfeksi. Air produksi kemudian
ditampung dalam reservoir dan siap untuk didistribusikan kepada konsumen.
Dalam hal air baku telah tercemar oleh limbah domestik, seperti sungai-sungai yang
melintasi kota besar, maka kandungan organik dan surfaktant (misalnya: detergent) dalam
air baku cukup tinggi, proses atau unit pengolah karbon aktif, dapat digunakan agar proses
lebih efektif untuk menghilangkan kontaminan tersebut. Unit karbon aktif dapat dipasang
setelah atau sebelum filtrasi, tergantung jenis karbon yang digunakan. Karbon berbentuk
powder akan dicampur pada atau setelah koagulasi, sedangkan karbon aktif berbentuk
granular dapat dipasang setelah filter, dalam bentuk filter karbon aktif.
Tipikal konfigurasi unit pengolah air sungai secara lengkap ditunjukan pada Gambar 2.
Halaman - 20
Prasedimentasi
Aerasi Alkali
Ozon/Klor
Alkali
Koagulasi
Koagulan
Koagulan Aid
Flokulasi
Flokulan Aid
Sedimentasi
Karbon Aktif
Netralisasi
Netralisator
Pengolah Desinfeksi
Desinfektan
Lumpur
Dalam hal air sungai jernih atau kekeruhan rendah tapi mempunyai warna yang tinggi,
seperti misalnya air gambut, maka perlu ditambahkan kekeruhan tambahan yang berfungsi
sebagai kogulan aid. Tanah kaolin umum digunakan untuk hal ini. Karena air gambut juga
miskin dengan mineral dan kation, maka perlu ditambakan kation, seperti misalnya kapur
atau lempung sebelum proses koagulasi-flokulasi.
Pada unit Sedimentasi dihasilkan lumpur, dan lumpur tersebut dialirkan menuju
pengolahan lumpur. Pada unit Filtrasi dan Karbon Aktif ditimbulkan air limbah, yang dapat
dialirkan menuju penampung air limbah. Pada penampung air limbah, lumpur disipisahkan
untuk kemudian dialirkan menuju pengolah lumpur, sedangkan airnya dialirkan kembali
menuju unit Koagulasi.
Halaman - 21
Halaman - 22
Halaman - 23
Halaman - 24
Air Danau/waduk
Pada kasus dimana air waduk/danau cukup baik (masih oligotropis) maka pengolahan yang
umum digunakan berbasis pada saringan pasir lambat. Gambar 3 menyajikan konfigurasi
untuk IPAM yang menggunakan air waduk/danau sebagi air baku.
Prasedimentasi
Alkali
Aerasi
Ozon/Klor
Filter Lambat
Pengolahan Air
Karbon Aktif
Limbah
Netralisasi Netralisator
Pada kasus kondisi waduk telah tercemar, seperti: Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan
Waduk Jatiluhur di Jawa Barat, konfigurasi diatas tidak disarankan, namun konfigurasi
pengolahan air permukaan mungkin lebih disarankan.
Pada awalnya konfigurasi diatas dapat bekerja dengan baik di Jatiluhur, tetapi karena
pencemaran nutrient dari budidaya ikan menggunakan jaring apung dan karamba
menyebabkan kandungan nutrient (N,P, K dan S) menjadi terlalu tinggi sehingga memicu
pertumbuhan algae dengan pesat dipermukaan SPL yang menyebabkan seringnya filter
tersumbat oleh algae. Pada kasus waduk Saguling, airnya sudah tercemar berat oleh
buangan domestik dan industri, sehingga pada kedalaman beberapa meter kondisinya
sudah anaerob (tanpa oksigen) akibatnya air mengandung sulfide dan ammonium. Untuk
menyisihkan kedua zat tersebut yang sebagian dalam bentuk gas terlarut harus dilakukan
aerasi.
Air Tanah
Kualitas air tanah umumnya cukup baik. Walaupun relative jernih, air tanah seringkali
mengandung mineral terlarut yang cukup tinggi, sehinga daya hantar listriknya tinggi. Air
Halaman - 25
tanah dangkal lebih rawan terhadap pencemaran bila dibandingkan dengan air tanah
dalam/air tanah tertekan.
Secara umum air tanah yang bermasalah dapat dikelompokan kedalam 3 bagian, yaitu
Air tanah dengan kandungan organik, besi dan mangan tinggi,
Air tanah dengan kandungan mineral dan kesadahan tinggi
Air tanah dengan kandungan mineral dan zat terlarut yang sangat tinggi.
Air tanah dengan kandungan besi, mangan dan zat organik tinggi banyak ditemukan pada
akuifer bebas di daerah dengan permeabilitas rendah. Permeabilitas rendah menyebabkan
transfer oksigen atau udara menjadi sulit, sementara pada akuifer ini aktifitas
mikroorganisme cukup tinggi sehingga oksigen menjadi berkurang. Kondisi kurang atu tidak
ada oksigen menyebabkan kondisi reduksi terjadi. Kondisi reduksi menyebabkan besi dan
mangan terlarut. Contoh dari kondisi ini adalah air tanah dangkal di daerah dataran tinggi
Bandung yang merupakan bekas danau dan dahulu merupakan daerah persawahan yang
luas.
Konfigurasi pengolahan air tanah yang disarankan adalah seperti yang disajikan dalam
Gambar 4.
Alkali
Aerasi
Ozon/Klor
Kapur
Pelunakan
Soda Abu
Sedimentasi
Pengolahan Air
Filtrasi Klor
Limbah
Netralisasi Netralisator
Pengolahan
Lumpur Desinfeksi Desinfektan
Halaman - 26
Alkali
Aerasi
Ozon/Klor
Sedimentasi
Pengaturan pH Asam/Basa
Pengolahan Air
Penukar Ion
Limbah
Netralisasi Netralisator
Pengolahan
Lumpur Desinfeksi Desinfektan
Preklorinasi Klor
Alkali
Aerasi
Ozon/Klor
Sedimentasi
Pengolahan Air
Filtrasi
Limbah
Netralisasi Netralisator
Pengolahan
Lumpur Desinfeksi Desinfektan
Halaman - 27
Untuk beberapa daerah seperti daerah berkapur atau daerah pegunungan vulkanik,
kandungan mineral, terutama hasil pelarutan dalam bentuk kation seringkali cukup tinggi.
Selain itu beberapa gas yang tidak dikehendaki seringkali hadir di dalamnya dan terlarut
akibat tekanan air yang tinggi. Untuk itu diperlukan proses aerasi untuk melepaskan gas-gas
yang terlarut tersebut.
Mineral terlarut dalam bentuk kation logamnya biasanya cukup efektif bila disisihkan
dengan penukar ion (ion exchanger). Penggunaan ion exchanger disamping prosedurnya
sederhana, juga resin dari ion exchanger tersebut dapat diregenerasi kembali sampai batas-
batas tertentu. Cara lain untuk menyisihkan kation terlarut misalnya menggunakan cara
presipitasi, seperti misalnya proses pelunakan untuk menghilangkan kesadahan dengan
kapur soda.
Sedangkan untuk air tanah dengan kadar mineral atau padatan terlarut (TDS, total
dissolved solid) yang tinggi, tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai sumber air
baku air minum. Kalaupun digunakan sebagai air baku air minum, maka pengolahannya
akan bersifat spesifik. Teknologi membran R-O kemungkinan besar dapat mengolah air
dengan karakteristik tersebut.
Air asin dan payau
Air asin dan payau ditandai dengan kandungan garam yang tinggi. Garam yang merupakan
ion yang terlarut tidak bisa dikurangi dengan pengolahan berbasis koagulasi-flokulasi.
Untuk itu, proses desalinasi yang umumnya menggunakan teknologi membran R-O dan
Destilasi banyak digunakan. Meskipun teknologi membran R-O memerlukan energi yang
besar, namun konsumsi energi teknologi Destilasi sangat tinggi, dan umumnya hanya
digunakan pada PLTU karena dapat memanfaatkan panas yang terbuang dalam proses
pembangkitan uap pada PLTU tersebut.
Konfigurasi pengolahan air asin dan payau menggunakan teknologi membran umumnya
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu:
Pretreatment
Pengolahan dengan membran
Post treatment
Pretreatment meliputi pengurangan kadar padatan tersuspensi, seperti partikel kasar,
ganggang dsb. Untuk itu biasa digunakan saringan pasir dan mikrofilter. Sedangkan untuk
mengrangi tejadinya biofouling, dalam tahap pretreatment juga dilakukan prechlorinasi,
atau desinfeksi dengan cara yang lain, dan zat antiscaly.
Post-treatment dalam operasi R-O dimaksudkan untuk menghilangkan gas-gas terlarut yang
tidak dapat disisihkan oleh membran R-O seperti: hidrogen sulfida dan CO 2. Oleh karena itu
maka dapat dilengkapi dengan unit aerasi. Pada kondisi tertentu dimana pH tidak
Halaman - 28
memenuhi baku mutu mka seringkali juga diperlukan pengaturan pH. Untuk membunuh
bakteri pathogen maka dilengkapi dengan unit desinfeksi.
Konfigurasi pengolahan air asin dan payau menggunakan teknologi R-O ditunjukan pada
Gambar 5.
Anti -scaly
Pretreatment
Desinfektan
Ultra Filter
Karbon Aktif
Carbon Block
Membran R-O
Aerasi
Pengaturan pH Netralisator
Pembuangan
Air Limbah Desinfeksi Desinfektan
Halaman - 29
Pengolahan menggunakan membran R-O dapat digunakan untuk pengolahan air asin atau
air laut yang disebut Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), dan digunakan untuk pengolahan
air payau yang disebut Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO). Yang membedakan
keduanya adalah lubang pori dri membran yang digunakan, dimana ukuran lubang pori
yang digunakan untuk pengolahan air asin jauh lebih kecil dibandingkan untuk pengolahan
air payau.
Halaman - 30