Anda di halaman 1dari 3

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi perikehidupan

manusia, serta untuk memaju-kan kesejahteraan umum, sehingga air me-rupakan modal dasar dan
faktor utama pem-bangunan. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum,
masak,mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya (Soemirat, 2002: 152).

Rata-rata kebutuhan air di Indonesia adalah 60 liter perkapita perhari, yang meli-puti untuk kebutuhan
mandi sebesar 30 liter, mencuci 15 liter, masak 5 liter, kemudian untuk kebutuhan minum 5 liter dan
lain-lain 5 liter, keadaan tersebut dipengaruhi oleh adanya musim, karena pada musim kemarau
dimungkin-kan kebutuhan menurun seiring menurunnya persediaan air yang ada (Junaedi, 2004: 1).
Sedangkan proporsi air didalam badan mencapai sekitar 70% dari berat badan dan berada di ba-gian
tubuh yang sangat vital, pada otak terdapat sekitar 90%, diorgan jantung 75%, di paru-paru sekitar 86%,
di hati 86%, ginjal 83%, pada otot terdapat 75% dan dikomponen darah sekitar 90%, tulang 22% dan gigi
75% (Amirta, 2007). Kekurangan air dapat menyebabkan dehidrasi dan dapat mendatangkan penyakit
kematian (Junaedi, 2004).

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang selama hidupnya selalu
memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar 55-60
% berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65 %, dan untuk bayi sekitar 80 % (Soemirat, 2000).
Menurut WHO, tiap orang di Negara-negara maju memerlukan air antara 60-120 liter per hari,
sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan air antara 30-60
liter per hari (Depkes RI, 2008).Air digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari seperti minum,
mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum, termasuk untuk masak, air
harus mempunyai persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit pada manusia (Soemirat,
2000).Air secara terus-menerus mengalami proses daur ulang memberi peluang bagi manusia untuk
dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air di bumi yaitu air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari 3
jenis sumber air tersebut air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan sebagai sumber air
minum, mandi, dan mencuci sehari-hari, baik di desa maupun di perkotaan. Hal ini dapat dipahami
karena air tanah dan air permukaan keberadaanya mudah didapat.

Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari tersebut masih banyak yang belum
memenuhi persyaratan kesehatan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air sangat penting agar
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu
langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air mencakup
kualitas fisik, kimia, dan biologi

Syarat Fisika

Air berkualitas perlu memenuhi beberapa syarat fisika seperti:


Jernih alias tidak keruh – umumnya disebabkan oleh butiran koloid tanah liat.

Tidak berwarna dan tidak mengandung bahan-bahan berbahaya pada kesehatan.

Tawar – apabila secara fisik air memiliki rasa asin, manis atau pahit, dapat diartikan bahwa air tidak layak
konsumsi.

Tidak berbau – kondisi air yang bau mengindikasikan adanya penguraian bahan organik oleh
mikroorganisme air.

Suhu normal – memastikan suhu air tidak panas yang kerap disebabkan oleh pelarutan zat kimia pada
saluran pipa dan berujung pada resiko kesehatan.

Nilai kandungan Total Dissolve Solid atau disingkat TDS (zat padat) tidak melebihi 1000 untuk air bersih
dan 100 untuk air minum.

Syarat Kimiawi

Ada pula beberapa syarat kimiawi yang perlu diperhatikan yakni:

pH (derajat keasaman) – tingkat keasaman pada air umumnya dikarenakan adanya pelarutan gas oksida
(karbon dioksida), sehingga disyaratkan kandungan pH mencapai 6 hingga 8 agar senyawa kimia tidak
berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan.

Besi (Fe) – kondisi air yang memiliki kandungan besi lebih dari 0,1 mg dapat dicirikan dengan warna air
yang cenderung kuning dan rasa khas seperti logam. Hal ini dapat beresiko pada gangguan dalam tubuh.

Kesadahan – kesadahan ditimbulkan oleh adanya kandungan sulfat dan karbonat , klorida dan nitrat dari
magnesium, kalsium, besi dan aluminium. Tingkat kesadahan dalam air dipastikan tidak melebihi 500
mg/l karena dapat menimbulkan terbentuknya lapisan kerak putih pada alat dapur, korosifitas pada pipa
air hingga kondisi perut mual.

Nitrat dan Nitrit – pencemaran kedua zat ini bersumber dari tanah maupun tanaman, yang apabila
terkandung pada air dalam jumlah berlebihan akan menghalangi aliran oksigen di dalam tubuh.

Timbal (Pb) – pencemaran air dapat ditimbulkan oleh logam timbal (Pb) yang kemudian memicu resiko
gangguan ginjal, hati, otak hingga kematian sehingga patut untuk dihindari.

Syarat Mikrobiologi

Memastikan air minum tidak terkontaminasi oleh bakteri E.coli (Escherichia Coli) yang merupakan
bakteri patogen penyebab gangguan pencernaan seperti diare dan muntaber. Beberapa Coliform lain
yang patut dihindari adalah Salmonella Typhi yang memicu terjadinya demam typoid (tifus). Bila bakteri
ini masuk melalui mulut dan tersebar di dalam tubuh, hal ini dapat berujung pada gangguan pencernaan
yang ditandai dengan gejala seperti demam, sakit kepala, sakit perut dan penurunan nafsu makan.

Melaksanakan uji kelayakan air bersih sesuai standardisasi yang telah ditetapkan oleh pihak Dinas
Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup sangatlah penting, guna menjamin bahwa setiap lapisan
masyarakat berhak memperoleh air bersih sebagai pemenuhan kebutuhan hidup dan terbebas dari
ancaman kesehatan. Implementasi DWP merupakan salah satu komitmen yang diharapkan dapat
menjadi sarana terpenuhinya tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) disertai dengan
tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam pengambilan langkah preventif pada pencemaran air dalam
kehidupan sehari-hari seperti pengurangan pemakaian deterjen, menghindari pembuangan sampah ke
sungai, tidak mengeksploitasi sumber mata air, mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis
sebagai konservasi air bawah tanah hingga penggunaan air secara wajar (tidak berlebihan).

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air telah dikenal sejak lama. Pencemaran air minum oleh
air limbah dan atau oleh kotoran manusia (tinja), yang mengandung mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit, virus, bakteria pathogen dan sebagainya, dapat menyebar dengan cepat ke
seluruh sistem jaringantubuh, serta dapat menyebabkan wabah atau peledakan jumlah penderita
penyakit di suatu wilayah dalam waktu singkat. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air antara
lain Disentri, Typus, Parathyphus, Cholera, Hepatitis A, Poliomelistis Anterior Acute, Diare, Penyakit Kulit

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2014-1-1-13201-811410111-bab1-15082014081727.pdf

http://eprints.ums.ac.id/22647/4/BAB_I.pdf

Soemirat, J. 2002. Kesehatan Lingkungan, Yogyakar-ta: UGM Press

Junaedi. 2004. Pertumbuhan Bakteri Pada Air Minum Dalam Kemasan Galon Isi Ulang Merk Zammin
Pada Tingkat Konsumen Dengan Praktik Higiene Yang Berbeda Dikelurahan Tembalang Kota Semarang
2004. Semarang: Undip Press

www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuKesmas/BAB1.pdf

https://thewaterproject.org/water-scarcity/health-implicatios-of-e-coli

https://www.academia.edu/9496338/STANDAR_KUALITAS_AIR_MINUM_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai