Anda di halaman 1dari 30



KONFIGURASI UNIT PENGOLAHAN

I. Pendahuluan
Air merupakan salah satu komponen terpenting bagi kehidupan manusia tidak
terbantahkan. Air merupakan sumberdaya yang mutlak bagi kehidupan, bahkan sebagian
besar tubuh manusia atau sekitar 70% bagian tubuh manusia terdiri dari air, dimana air
merupakan unsur tebesar dari tubuh manusia.
Air mempunyai peran yang sangat penting dalam tubuh dan kehidupan, sehingga tidak
satupun fungsi tubuh dapat bekerja tanpa air, antara lain sebagai: Pembentuk sel dan
cairan tubuh, Pelarut, Media pengeluaran zat sisa, Bantalan, Pengatur suhu, Media
transportasi, dan pelumas

Halaman - 1


Air tersebar di seluruh tubuh manusia, antara lain paru (90%), darah (82%), kulit (80%),
otot (75%), otak (70%), dan tulang (22%). Organ tubuh yang paling penting dengan kadar
air, dan membutuhkan lebih dari 70% adalah: Otak dan Darah, dimana Otak terdiri dari
70-80% air dan Darah sekitar 82-85%.
Apabila tubuh kekurangan air, akibat kurang mengkonsumsi air minum, maka tubuh akan
menyeimbangkan diri, yaitu dengan mengambil (menyedot) air dari komponen tubuh
lainnya.
 Darah
Darah yang disedot airnya akan menjadi kental, akibatnya, saat melewati ginjal
[tempat menyaring racun dari darah], Ginjal akan bekerja extra keras menyaring
darah. Dan karena saringan dalam ginjal halus, tidak jarang darah yang kental
bisa menyebabkan perobekan pada glomerulus ginjal. Akibatnya, air seni akan
berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya saringan ginjal.
 Otak
Sel-sel otak adalah yang paling boros mengkonsumsi makanan dan oksigen, maka
lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Bila ditambah dengan penyakit jantung [yang juga kerjanya tambah berat bila darah
mengental], maka dapat terjadi serangan stroke.

Manfaat Air memang sangat banyak untuk kesehatan tubuh manusia, tanpa air manusia
tidak akan bisa hidup. Air bekerja dengan ajaib dan dengan begitu banyak manfaat. Air
minum akan memacu peningkatan pada kesehatan manusia. Para peneliti menemukan
bahwa minum air putih minimal 2 liter per hari untuk menjaga kesehatan tubuh. Manfaat
air untuk kesehatan memang tidak bisa terpisahkan.

I.1 Peran Air Minum


Pada tahun 1893, H.F. Mills telah melakukan pengolahan (penyaringan) air sungai
Merrimack di Amerika (USA), dan pada tahun yang sama J.J. Reincke mengolah air sungai
Elbe untuk mensuplai kota Hamburg. Sejak saat itu diketahui bahwa suplai air bersih
setelah pengolahan atau penyaringan dapat menurunkan angka kematian (mortality) secara
umum, dan juga dapat menurunkan angka kematian akibat infeksi interik. Phenomena
tersebut dinamakan phenomena Mills-Reincke, dan setelah itu, kebutuhan akan
pengolahan air bersih telah diketahui secara luas, dan selanjutnya telah menciptakan
kemungkinan untuk promosi penyediaan air bersih di seluruh dunia.
Pembangunan sarana air bersih di suatu wilayah/daerah, dapat menurunkan beberapa
infeksi enterik yakni infeksi oleh mikrobakteria, misalnya kolera, desentri, thypus dan
lainnya. Meskipun demikian adanya suplai air bersih dengan kulaitas yang kurang
memenuhi standar atau air bersih yang tercemar baik secara biologis ataupun kimia, dapat
mengakibatkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat atau penduduk secara luas
dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu sistem penyediaan air bersih harus dapat
memasok air untuk masyarakat dengan kualitas yang memenuhi standar kesehatan.

Halaman - 2


Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, pencemaran oleh mikroorganisme


(bakteri atau virus) terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus
yang sering terjadi, dan saat ini pencemaran oleh faktor kimia dan fisika misalnya
pencemaran oleh senyawa polutan mikro yang bersifat mutagenik dan/atau penyebab
kanker (carcinogenic) perlu segera diwaspadai. Hal tersebut sering muncul akibat cepatnya
laju urbanisasi dan industrialisasi, dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang
kurang ramah terhadap lingkungan ataupun terhadap kesehatan masyarakat.
Meskipun demikian telah terbukti bahwa penyediaan air bersih untuk masyarakat
memainkan peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau
kesehatan masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menurunkan angka pederita
penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan
standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.

I.1.1 Peranan terhadap penurunan Penyakit


Telah diketahui secara luas bahwa dengan adanya suplai air bersih yang sehat, dapat
menurunkan angka penderita penyakit, khususnya penyakit yang berhubungan dengan air
(waterborne deseases), tidak hanya kolera, desentry dan thypus, tetapi juga trachoma,
beberapa penyakit kulit dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit. Di
negara maju dimana suplai air bersih masyarakat sudah hampir 100 %, maka jumlah
penyakit akibat infeksi penyakit enterik misalnya kolera, desentry, thypus dan sejenisnya
dapat ditekan dengan tajam. Hal ini juga karena ditunjang dengan adanya kemajuan medis
serta pengembangan obat-obatan. Walaupun demikian telah diyakini bahwa kontribusi
yang terbesar yakni adanya suplai air bersih yang sehat untuk kehidupan sehari-hari dengan
sistem yang sangat baik.
Di Jepang misalnya, jumlah konsumsi air bersih per kapita adalah 365 l/hari dan jumlah
suplai air bersih dengan sistem perpipaan mencapai 13 milyard M 3 untuk tahun fiskal 1977.
Prosentase pelayanan di daerah pedesaan lebih kecil dibandingan di daerah perkotaan.
Di Kota-kota besar di Jepang hampir seluruh penduduk telah menikmati pelayanan air
bersih dengan sistem perpipaan (water works system). Dengan kondisi yang demikian,
berdasarkan statistik (1977), jumlah penderita (pasien) kholera dan polio nol, desentry 737,
thypus 340 dan parathypus sebanyak 77 pasien. Laju kematian (mortality) bayi 8,9 per 1000
kelahiran. Usia hidup rata-rata orang Jepang adalah 72,69 tahun untuk laki-laki dan 77,96
tahun untuk perempuan, yang merupakan angka tertinggi di dunia. Apabila dibandingkan
dengan di Indonesia, untuk kota Jakarta misalnya, berdasarkan data tahun 1984 – 1988,
kapasitas produksi air bersih oleh PAM adalah 10,485 M 3/detik, melayani sekitar 45 - 50 %
dari sekitar 8 juta penduduk Jakarta (1989), jumlah penderita penyakit yang berhubungan
dengan air (waterborne deseases) rata-rata, yakni Kholera, disentry dan thypus masing-
masing yakni 2.146, 15.131 dan 2.220 penderita.
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa dengan adanya sistem penyediaan air bersih yang
dapat melayani sebagian besar/seluruh masyarakat, maka jumlah penderita penyakit,
khususnya yang berkaitan dengan air dapat diturunkan dengan tajam. Hal tersebut tentu
saja perlu ditunjang dengan sistem sanitasi lingkungan yang baik pula.
Selain hal tersebut, penyediaan air bersih dengan kualitas yang buruk dapat mengakibatkan
dampak buruk bagi kesehatan masyarakat, karena sistem suplai air bersih tersebut secara

Halaman - 3


potensial dapat menjadi rute penyakit akibat kontaminasi organisme patogen atau senyawa
racun (Toxic substances).
I.1.2 Peranan terhadap peningkatkan Standar Hidup (living standard)
Penyediaan air tidak terbatas kepada air minum saja, tetapi juga untuk penggunaan
berbagai macam keperluan hidup sehari-hari, termasuk untuk penggunaan industri. Dewasa
ini standar hidup masyarakat sudah meningkat dengan pesat, dan dengan adanya produk
barang-barang dan peralatan yang dapat memudahkan pekerjaan sehari-hari misalnya
mesin cuci, pencuci piring otomatis, alat penyejuk udara, WC bilas otomatis dan lain-lain,
maka suplai air bersih, khususnya denga sistem perpipaan adalah kebutuhan yang sangat
mutlak. Dalam kondisi seperti ini maka pengadaan sarana penyediaan air bagi masyarakat
adalah faktor vital dalam rangka meningkatkan standar hidup masyarakat.

I.2 Kesehatan berkaitan dengan Air


Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum
dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya
langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat mengkonsumsi air
yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau
melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk berbagai kegiatan
sehari-hari untuk misalnya mencuci peralatan makan dll, atau akibat penggunaan air untuk
rekreasi. Bahaya terhadap kesehatan masyarakat dapat juga diakibatkan oleh berbagai
dampak kegiatan industri dan pertanian. Sedangkan bahaya tak langsung dapat terjadi
misalnya akibat mengkonsumsi hasil perikanan dimana produk-produk tersebut dapat
mengakumulasi zat-zat pulutan berbahaya.
Pencemaran air oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat
terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan dari pusat
pengolahan ke konsumen. Di beberapa negara yang sedang membangun, termasuk di
Indonesia, sungai, danau, kolam (situ) dan kanal, sering digunakan untuk berbagai
kegunaan, misalnya untuk mandi, mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran
(tinja), sehingga badan air menjadi tercemar berat oleh virus, bakteri patogen serta parasit
lainnya.
Disamping hal tersebut diatas, resiko kesehatan juga dapat diakibatkan oleh polusi senyawa
kimia yang tidak menimbulkan gejala yang segera (acute), tetapi dapat berpengaruh
terhadap kesehatan akibat pemaparan yang terus menerus pada dosis rendah, serta
seringkali tidak spesifik dan sulit untuk dideteksi. Sebagai contoh misalnya senyawa
trihalomethan (THHs) atau senyawa khlorophenol yang dapat terjadi akibat hasil samping
proses khlorinasi pada proses pengolahan air minum.
(1) Penyakit Yang Berhubungan dengan Air (Waterborne Deseases)
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air telah dikenal sejak lama.
Pencemaran air minum oleh air limbah dan/atau oleh kotoran manusia (tinja), yang
mengandung organisme yang dapat menimbulkan penyakit, virus, bakteria patogen
dan sebagainya, dapat menyebar dengan cepat ke seluruh sistem jaringan
pelayanan air minum tersebut, serta dapat menyebabkan wabah atau peledakan
jumlah penderita penyakit di suatu wilayah dalam waktu singkat.

Halaman - 4


Beberapa ciri khusus penyebaran penyakit-penyakit tersebut antara lain: proses


penularan umumnya melalui mulut; terjadi di daerah pelayanan yang airnya
tercemar; penderita umumnya terkonsentrasi pada suatu wilayah secara temporer;
penderitanya tidak terbatas pada suku, umur, atau jenis kelamin tertentu;
meskipun sulit mendeteksi bakteri patogen dalam air, tetapi dapat di perkirakan
melalui pemeriksaan/pendeteksian bakteri coli yang disebabkan oleh pencemaran
tinja; dan waktu inkubasi biasanya sedikit lebih panjang dibandingkan apabila
keracunan oleh makanan. Beberapa penyakit yang paling sering berjangkit antara
lain:
a. Dysentery
Penyebabnya adalah beberapa jenis bakteri dysentery baccilus, waktu inkubasi
1 - 7 hari, biasanya sekitar 4 hari atau kurang. Gejala penyakitnya antara lain:
bakteri dysentery yang masuk melalui mulut akan tumbuh di dalam perut
besar, dan berubah secara lokal ke kondisi sakit misalnya timbulnya bisul pada
selapur lendir (mucous membrane). Gejala utama yakni mencret, mulas,
demam, rasa mual, muntah-muntah, serta berak darah campur lendir. Infeksi
penyakit ini dapat berjangkit sepanjang tahun. Penderita dan carriernya adalah
sumber penuranan yang utama, dan penularannya dapat terjadi melalui
makanan, air minum atau kontak langsung.
b. Thypus dan Paratyphus
Penyebabnya adalah jenis bacillus typhus dan parathyphus, dengan waktu
inkubasi antara 1 sampai 3 minggu. Bakteri penyakit tersebut masuk melalui
mulut dan menjangki pada struktur lympha (getah bening) pada bagian bawah
usus halus, kemudian masuk ke aliran darah dan akan terbawa ke organ-organ
internal sehingga gejala muncul pada seluruh tubuh misalnya: seluruh badan
lemas, pusing, hilang nafsu makan, dan timbul deman serta badan menggigil.
Pada penderita yang serius sering timbul gejala pendarahan usus. Suhu badan
berfluktuasi dan akan turun perlahan-lahan setelah infeksi berjalan tiga atau
empat minggu, dan gejala umum juga hilang. Untuk penyakit paratyphus,
gejalanya hampir sama, hanya lebih lunak.
Sumber penularan yang utama adalah penderita itu sendiri atau carriernya, dan
penularan dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteria yang ada
di dalam tinja penderita melalui air minum, makanan atau kontak langsung.
c. Kholera
Penyebabnya adalah bakteri patogen jenis vibrio cholerae, dan waktu
inkubasinya antara beberapa jam sampai lima hari. Bakteri vibrio cholerae yang
masuk melalui mulut akan berkembang di dalam usus halus (small intestine),
dan menghasilkan exotoxin yang menyebabkan rasa mual. Gejala yang penting
yakni mencret atau diare dengan warna putih keruh dan muntah-muntah.
Kadang-kadang juga terjadi dehidrasi, dan pada kasus yang serius kemungkinan
dapat menyebabkan penderita menjadi koma. Keadaan kritis tersebut dapat
dihindari apabila dilakukan penanganan yang sesuai. Sumber utama
penunularan yakni air minum atau makanan yang terkontaminasi atau

Halaman - 5


tercemar oleh kotoran atau muntahan penderita ataupun tercemar oleh inang
atau pembawa bakteri kholera.
d. Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dengan waktu inkubasi antara 15 sampai
30 hari (biasanya 30 hari). Infeksi umumnya terjadi melalui mulut. Gejala
primairnya antara lain rasa mual, pusing disertai demam, dan rasa lelah/lemas
di seluruh tubuh. Gelaja spesifik antara lain terjadinya pembengkaan liver dan
timbul gejala sakit kuning. Sumber penularan yakni air minum atau makanan
yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus hepatitis A.
e. Poliomelistis Anterior Akut
Penyebabnya adalah virus polio, waktu inkubasi antara 3 sampai 21 hari,
biasanya antara 7 sampai 12 hari. Virus polio masuk melalui mulut dan
menginfeksi seluruh struktur tubuh, kemudian menjalar melalui simpul saraf
lokal, dan selanjutnya menyerang sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan
kelumpuhan. Beberapa gejala dapat terlihat antara yakni demam, rasa
meriang/tak enak badan, tenggorokan sakit, pusing-pusing dan terjadi kejang
mulut (bibir atas dan bawah tidak dapat digerakkan).
Sumber infeksi yakni virus polio yang terdapat pada tinja atau dahak penderita
atau virus yang terbawa oleh inangnya (carrier), dan penularan kadang-kadang
juga melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi (tercemar).
(2) Penyakit yang Berkaitan dengan Kebersihan
Diare atau sering disebut mencret adalah penyakit yang erat kaitannya dengan
kebersihan. Penyakit ini adalah salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di
negara berkembang, termasuk di Indonesia. Yang paling banyak terserang penyakit
ini umumnya adalah anak-anak balita, dan bila keadaannya parah seringkali dapat
menyebabkan dehidarasi, yang apabila tidak ditangani dengan segera dapat pula
menyebabkan kematian.
Bakteri patogen yang menyebabkan penyakit ini berasal dari tinja, dan masuk ke
tubuh manusia lewat mulut melalui makanan atau minumam atau melalui kontak
langsung.
Seringkali organisme penyebab infeksi enterik tersebut diakibatkan oleh kondisi
lingkungan rumah yang kotor dan tidak sehat. Hal tersebut juga sering diakibatkan
oleh pencucian tangan yang kurang bersih pada waktu buang kotoran, atau secara
lansung melalui inangnya misalnya oleh lalat. Banyak juga kasus terjadi akibat
makanan atau minuman yang dijual oleh penjaja atau warung-warung yang
kebersihannya kurang memandai.
Salah satu faktor yang penting untuk menganggulangan hal tersebut yakni dengan
cara meningkatkan kebersihan lingkungan, meningkatkan pelayanan air bersih yang
sehat, meningkatkan sistem pembuangan atau pengolahan kotoran manusia (tinja)
yang memenuhi syarat, serta dengan memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang pentingnya kebersihan.

Halaman - 6


(3) Bahaya oleh Zat Kimia Yang Ada Dalam Air Minum
Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat adanya kandungan zat
atau senyawa kimia dalam air minum, yang melebihi ambang batas konsentarsi
yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air minum ini dapat terjadi secara
alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah tangga,
industri dll.
Beberapa zat /senyawa kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia
misalnya: logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan hidrokarbon, zat-zat radio
aktif alami atau buatan dan sebagainya. Beberapa contoh senyawa kimia racun
yang sering ada dalam air minum antara lain:
a. Nitrat
Salah satu sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni akibat kegiatan
pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi
yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah
pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk
nitrogen (urea).
Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
methaemoglobinameia, yakni kondisi dimana haemoglobin di dalam darah
berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah menjadi kekurangan
oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat
mengakibatkan kematian khususnya pada bayi.
b. Fluorida (F)
Fluorida adalah senyawa kimia yang secara alami ada dalam air pada berbagai
konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih kecil 1,5 mg/l, sangat bermanfaat bagi
kesehatan khususnya kesehatan gigi, karena dapat mencegah kerusakan gigi.
Tetapi pada konsentrasi yang besar (lebih besar 2 mg/l), dapat menyebabkan
kerusakan gigi (fluorosis) yakni gigi menjadi bercak-bercak. Pemaparan fluorida
pada konsentrasi yang lebih besar lagi (3 - 6 mg/l), dapat menyebabkan
kerusakan pada struktur tulang. Oleh kerana itu, dosis fluorida dalam air minum
dibatasi maksimal 0,8 mg/l.
c. Air Raksa (Merkuri, Hg)
Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang
bersifat racun terhadap tubuh manusia. Bisanya secara alami ada dalam air
dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh
merkuri umumnya akibat buangan limbah yang berasal dari industri.
Pada tahun 1950an, kasus pencemaran oleh logam berar khususnya merkuri
telah terjadi di teluk Minamata, Jepang, dan telah meracuni penduduk di
daerah sekitar teluk Minamata tersebut. Logam merkuri atau air raksa (Hg)
dapat terakumulasi di dalam produk perikanan atau tanaman dan jika produk
tersebut dimakan oleh manusia akan dapat terakumulasi di dalam tubuh.
Akumulasi logam Hg ini dapat meracuni tubuh dan mengakibatkan kerusakan
permanen terhadap sistem saraf, dengan gejala sakit-sakit pada seluruh tubuh.

Halaman - 7


Oleh karena itu, di Jepang, penyakit karena kercunan merkuri (Hg) dinamakan
penyakit Itai-itai yang berarti sakit-sakit, atau sering disebut juga dengan
penyakit Minamata (Minamata Diseases).
Dari hasil peneletian, kasus penyakit di Minamata tersebut disebabkan karena
pencemaran air oleh limbah yang mengandung merkuri khlorida (HgCl) yang
dikeluarkan oleh pabrik-pabrik di sekitar telauk Minamata.
d. Kadmium
Konsentrasi kadmium (Cd) dalam air olahan (finished water) yang dipasok oleh
PAM umumnya sangat rendah, karena umumnya senyawa alami senyawa
kadmium ini jarang terdapat di dalam sumber air baku, atau jika ada
konsentrasinya di dalam air baku sangat rendah. Selain itu dengan pengolahan
air minum secara konvesional, senyawa kadmium ini dapat dihilangkan dengan
efektif.
Air minum biasanya mengandung kadmium (Cd) dengan konsentrasi 1 mg, atau
kadang-kadang mencapai 5 mg dan jarang yang melebihi 10 mg. Pada beberapa
wilayah tertentu yang struktur tanahnya banyak mengandung kadmium, air
tanahnya kadang juga mengandung kadmium dengan konsentrasi agak tinggi.
Konsentrasi kadmium dalam air minum yang cukup tinggi, kemungkinan juga
dapat terjadi pada wilayah yang dipasok dengan air dengan pH yang sedikit
asam. Hal ini disebabkan karena pada pH yang agak asam bersifat korosif
terhadap sistem plumbing atau bahan sambungan perpipaan yang
mengandung kadmium. Tingkat konsentrasi kadmium ini merupakan fungsi
berapa lama air kontak/berhubungan dengan sistem perpipaan (plumbing
system).
Keracunan oleh kadmium menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala
penyakit akibat keracunan senyawa merkuri (Hg) atau penyakit Minamata.
Berdasarkan baku mutu air minum yang dikeluarkan oleh WHO (1971), kadar
kadmium maksimum dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,01 mg/l.
e. Selenium
Selenium dalam air dengan konsentrasi yang agak tinggi biasanya terdapat di
daerah seleniferous. Di daerah seperti ini kandungan selinium dalam air tanah
(sumur) ataupun air permukaan dapat mencapai orde mg/l. Berdasarkan
penelitian terhadap tikus betina, LD50 akut melalui mulut untuk sodium
selenate yakni 31,5 mg/kg berat tubuh, dan berdasarkan pengetesan toksisitas
akut terhadap tikus, menunjukkan penurunan gerakan spontan, pernafasan
yang cepat dan hebat, diare dan selanjutnya mati karena susah bernafas. Gejala
sub-akut meliputi menurunnya laju pertumbuhan, terjadi hambatan terhadap
intake makanan, dan keluarnya cairan kotoran (tinja).
Setelah pemberian dosis terus-menerus selama satu bulan, terjadi anemia yang
disebabkan menurunya jumlah sel darah merah serta jumlah haemoglobin, dan
berdasarkan hasil pembedahan terjadi akumulasi sodium selenate pada hati,
ginjal, testis, paru-paru dan limpha.

Halaman - 8


Bedasarkan penelitian toksisitas baik akut maupun sub-akut dari selenium


tersebut maka WHO menetapkan kadar maksimun selenium yang dibolehkan
dalam air minum yakni 0,01 mg/l.
f. Trihalomethan
Saat ini salah satu masalah yang dijumpai dalam air minum adalah masalah
polutan mikro yang terjadi akibat hasil samping proses khlorinasi.
Senyawa tersebut adalah trihalomethan atau disingkat THMs. Senyawa THMs
ini adalah senyawa derivat methan (CH 4) yang mana tiga buah atom Hidrogen
(H) nya diganti oleh atom halogen yakni khlor (Cl), Brom (Br) dan iodium (I).
Beberapa senyawa THMs yang sering dijumpai dalam air minum antara lain:
khloroform (CHCl3), dibromokhloromethan (CHBr2Cl), bromoform (CHBr3) dan
lain-lainnya.
Adanya senyawa trihalomethan dalam air minum pertama kali diungkapkan
oleh J. Rook pada sekitar tahun 1972. Pada tahun 1975 Rook
mempresentasikan hasil penelitiannya tentang beberapa faktor yang
menyebabkan terbentuknya senyawa THMs dalam air minum. Rook
menyatakan bahwa senyawa THMs terbentuk akibat reaksi antara senyawa
khlorine dengan senyawa alami seperti senyawa humus dalam air baku.
Setelah penemuan Rook, Environmental Protection Agency (EPA) Amerika
Serikat mempresentasikan hasil penelitian yang dilakukan oleh “National
Organic Reconnaissance Survey (NORS) yang menyatakan bahwa THMs
ditemukan hampir di seluruh air miunm (finished water) dan hanya sedikit
ditemukan pada air bakunya.
Pada tahun 1976, National Cancer Institute mengumumkan bahwa senyawa
khloroform yang merupakan senyawa-senyawa THMs yang sering dijumpai
dalam air minum, dengan dosis yang cukup tinggi dapat menyebabkan kanker
pada tikus.
Sekarang ini, hampir tidak ada keraguan lagi bahwa senyawa THMs khususnya
khloroform adalah senyawa yang sangat potensial dapat menyebabkan kanker.
Oleh karena itu, konsentrasi senyawa THMs dalam air maksimum yang
dibolehkan umumnya adalah 0,01 mg/l, bahkan ada beberapa standar
menetapkan konsentrasi maksimum THMs dalam air minum lebih kecil dari
yang tersebut diatas.

II. Keberadaan Air


Menurut Lamb (1985), jumlah air dibumi diperkirakan 1.362 x 10 6 km3, dimana sebagian
besar yaitu sekitar 97% atau sekitar 1.323 x 10 6 km3 berada di samudera yang merupakan
air laut.
Sebagian besar (97,2 %) air di Bumi terdapat dalam bentuk air laut, sedangkan sisanya
dalam bentuk lain. Umumnya air tawar dalam bentuk permukaan seperti danau, sungai dan
air tanah digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih bagi keperluan manusia,

Halaman - 9


karena kualitasnya yang baik. Jumlah tersebut kurang dari 1 % jumlah air, bahkan jumlah
yang dapat dimanfaatkan secara efektif jauh lebih kecil dari jumlah tersebut.
Tabel 1. Distribusi Air di Bumi

Lokasi Volume (Km3) % total

Samudera 1.323.000.000 97,2


Laut, danau asin 104.000 0,008
Es, gletser 30.500.000 2,15
Air tanah 8.350.000 0,61
Air permukaan, rawa 67.000 0,05
Danau air tawar 125.000 0,009
Sungai 1.670 0,0001
Atmosfir 12.900 0,001
Lain-lain 375.000 0,028
Total 1.362.000.000 100,0
Sumber : Lamb, James C., 1985
Sistem penyediaan air minum dengan skala produksi menengah atau besar, umumnya
menggunakan sumber air permukaan, seperti sungai, danau atau bendungan (waduk),
sedangkan untuk skala menengah dan kecil, menggunakan air tanah. Sistem penyediaan air
minum secara individual, umumnya memanfaatkan sumber air tanah dangkal. Bila dilihat
dari distribusi air tawar yang dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk air bersih atau
air mnum, air tanah mempunyai kontribusi yang cukup penting, tetapi penggunaan secara
besar-besaran terbatas oleh kendala teknologi dan dampak lingkungan.
Secara ringkas dapat dikemukakan disini, bahwa tidak semua sumber daya air dapat
dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Hal ini disebabkan oleh kualitas air, kendala
teknologi, biaya dan dampak lingkungan yang disebabkan oleh pemanfaatannya. Sebagai
contoh, untuk air tanah, eksploitasi air tanah hanya terbatas pada kedalaman hingga 1000
sampai maksimum 2000 m, karena aspek teknologi dan kemungkinan buruknya kualitas air
yang diperoleh. Selain itu, eksploitasi secara besar-besaran atau berlebihan akan
mengakibatkan turunnya muka air dan penurunan lahan (land settlement). Untuk air
permukaan, pemanfaatan sungai menghadapi kendala kontinuitas aliran, kualitas, dan efek
terhadap kehidupan biota pada hilir aliran.
Air dalam bumi mengalami dinamika dalam suatu siklus yang disebut sebagai siklus atau
daur hidrologi. Berdasarkan siklus tersebut, jumlah air dianggap tetap. Secara umum proses
dalam siklus hidrologi dapat dimulai dari penguapan air laut (evaporasi) dan air yang ada
didaratan (evapotranspirasi). Uap air tersebut akan membentuk awan yang terkondensasi
membentuk hujan (presipitasi). Hujan tersebut sebagian jatuh dilaut, dan sebagian jatuh
didaratan. Air hujan yang jatuh didaratan sebagian akan mengalami peresapan kedalam
tanah, membentuk air tanah, sebagian lagi mengalir kepermukaan menuju sungai atau
badan air permukaan lainnya dalam bentuk run-off.
Siklus hidrologi merupakan suatu proses alami untuk membersihkan air, dengan catatan
bahwa udara tidak tercemar atau kualitasnya cukup baik (bersih). Apabila udara tercemar,

Halaman - 10


maka air hujan yang merupakan salahsatu proses pembersihan air dalam siklus hidrologi,
akan tercemar pula.

Gambar 1. Siklus Hidrologi

III. Unit Pengolahan


Unit pengolahan dimaksudkan untuk mengolah air baku, yang mempunyai kualitas air
tertentu, menjadi air yang mempunyai kualitas sebagaimana yang diinginkan. Air baku
merupakan air alam mempunyai kualitas yang sangat spesifik tergantung dari kondisi alam
lingkungannya, dan hampir tidak dapat dijumpai dalam kondisi murni.
Oleh karena itu perlindungan terhadap sumber air menjadi hal yang sangat penting dalam
melestarikan kualitas air. Air di alam akan membutuhkan pengolahan dengan tingkat
pengolahan tertentu untuk dapat mencapai standar air minum, dimana tingkat pengolahan
tersebut tergantung dari sifat dan kondisi air alam yang akan diolah.
Setiap unit pengolah didesain atau direncanakan dengan fungsi tertentu dan kondisi
tertentu. Bak prasedimentasi misalnya, didesain untuk mengendapkan partikel partikel
kasar atau lumpur kasar yang biasanya berada dalam air sungai, terutama pada musim
hujan, Pada musim kemarau dimana air sungai umumnya jernih, kemungkinan bak
prasedimentasi tidak digunakan. Contoh lain, misalnya unit penyaring, yang dalam bidang
pengolahan air minum dapat dibagi menjadi dua, yaitu saringan pasir cepat (SPC) dan
saringan pasir lambat (SPL). SPC didesain untuk menyaring flok yang tidak terendapkan oleh
bak sedimentasi, sedangkan SPL didesain untuk menyaring air permukaan yang relatif tidak
mengandung kekeruhan yang tinggi, seperti air waduk atau air danau.
Mengingat karakteristik dari kualitas air baku yang diolah yang umumnya spesifik dan
kemampuan atau fungsi masing-masing unit pengolah juga berbeda, maka unit pengolah
dan susunan atau konfigurasi unit pengolah yang diperlukan untuyk masing-masing air baku
sangat mungkin berbeda.

Halaman - 11


Konfigurasi atau susunan unit pengolah ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya:
 Kualitas air baku dan kemungkinan fluktuasinya
 Kualitas air terolah yang diinginkan
 Kondisi sumberdaya manusia
 Kondisi infrastruktur/penunjang
 Teknologi pengolahan yang tersedia

Kelima faktor diatas pada dasarnya saling berkaitan dalam menentukan sukses atau
tidaknya konfigurasi unit pengolah yang akan diterapkan untuk mengolah air baku seperti
yang diinginkan.
Faktor pertama dan kedua, dari segi teknis paling menentukan unit apa yang akan
digunakan, sedangkan faktor berikutnya akan sangat menentukan dalam hal oparasional
dan keandalan operasi instalasi pengolah air minum (IPAM) yang direncanakan.
Kualitas air baku akan menentukan pengolahan apa saja yang diperlukan, sehingga kualitas
yang diinginkan dapat dicapai. Sedangkan sumber daya manusia, dalam hal ini ketrampilan,
kemudian infrastruktur penunjang seperti keberadaan pasokan listrik, dan akses untuk
spareparts, akan menentukan jenis unit pengolahan yang akan dipilih. Akhirnya, factor
terakhir merupakan pembatas yngharus dipertimbangkan yaitu sejauh mana teknologi yang
ada pada saat ini dapat digunakan untukpengolahan.
Pada akhirnya, menentukan konfigurasi unit pengolah yang akan diterapkan memerlukan
keakhlian dan pengalaman dari perancang IPAM.

III.1 Unit Pengolah dan fungsinya


Sebelum menentukan konfigurasi unit pengolah, perlu diketahui terlebih dahulu fungsi dari
unit pengolah dan unit penunjang lainnya yang lazim dalam pengolahan air minum. Unit
pengolah yang dimaksud adalah unit yang mempunyai kemampuan mengolah air, baik
secara fisik maupun kimia atau keduanya (fisik-kimia), sehingga kulitas air dapat
ditinkatkan. Sedangkan unit penunjang adalah unit yang diperlukan dalam rangkaian
pengolahan dalam suatu instalaisi yng mempunyai fungsi penting. Beberapa bagian dari
unit penunjang seringkali disebut sebagai unit operasi
Jenis unit pengolah yang umum digunakan dalam pengolahan air minum konvensional,
secara ringkas ditunjukan pada Tabel 2.
Kemampuan unit pengolah ditampilkan secara individu, dan bilamana diperlukan informasi
mengenai pengolahan pendahuluan yang perlu diterapkan agar hasilnya optimal juga
diberikan.

Tabel 2. Unit Pengolah dan fungsinya

Halaman - 12


No Unit Pengolah Fungsi Keterangan


1 Bak Prasedimentasi  Mengendapkan partikel atau  Digunakan bila air baku menggunakan
lumpur kasar air sungai dengan kekeruhan tinggi
 Mengurangi beban unit
koagulasi/bahan kimia
2. Koagulasi  Mencampur koagulan dan  Digunakan bila air mengandung
koagulan aid partikel koloid, seperti umumnya air
 Destabilisasi partikel koloid permukaan (sungai, danau dan rawa)
baik anorganik, seperti tanah  Penggunaan koagulan aid bila air
liat, maupun makromolekul mengandung partikel kolod yang
organik. rendah/kekeruhan rendah.
 Seringkali diperlukan pengaturan nilai
pH air antara 6 sd. 7 atau penambahan
alkalinitas
3. Flokulasi  Menggabungkan flok-flok  Flok dapat berfungsi sebagai sorber
halus dari proses destabilisasi bagi kandungan logam yang terlarut
koloid dalam koagulasi dalam konsentrasi rendah
menjadi flok besar yang dapat
diendapkan
 Menggabungkan presipitat
besi yang halus setelah aerasi
menjadi flok
4 Sedimentasi  Mengendapkan flok-flok
besar yang terbentuk dari unit
koagulator- flokulator
sebelum disaring
5 Filter Cepat (Rapid  Menyaring flok halus yang  Dapat menggunakan single media atau
Sand Filter) tidak dapat diendapkan oleh double media
bak sedimentasi  Tidak efektif tanpa didahului oleh
proses flokulasi
6 Filter lambat (Slow  Menyaring partikel halus  Zat organic dikurangi oleh adanya
Sand Filter)  Mengurangi kadar organic lapisan aktif pada lapisan atas media
terlarut dan besi yang mengandung mikroorganisme
 Hanya digunakan untuk air baku
dengan kekeruhan rendah (<10 NTU)
seperti air sungai pegunungan yang
mempunyai DAS yang baik atau air
waduk yang jernih
7 Desinfeksi  Membunuh atau mengurangi  Dapat dilakukan dengan berbagai cara,
mikroorganisme patogen dan seperti dengan pembubuhan kaporit,
cysta dari air hasil olahan gas chlor, ozon dan sinar UV
 Dipasang pada akhir proses, atau
bersamaan dengan
netralisasi/chemical conditioning
8 Pelunakan  Menurunkan kesadahan tinggi  Dilakukan dengan pembubuhan kapur
yang biasanya terdapat pada dan soda
air tanah
9. Penukar ion (ion  Mengurangi ion terlarut  Terutama digunakan untuk
Exchanger) dengan mekanisme mengurangi kation seperti Ca2+, Mg2+
pertukaran ion oleh resin (kesadahan) dan besi atau mangan
terlarut
 Dapat menggunakan resin sintetik

Halaman - 13


No Unit Pengolah Fungsi Keterangan


(resin polymer) maupun penukar ion
alami seperti zeolite
 Umumnya dipasang setelah filter
10 Netralisasi/conditioning  Mengatur nilai pH dari air  Dapat dilakukan dengan penambahan
hasil pengolahan hingga zat kimia seperti kapur, Na-bikarbonat,
memenuhi persyaratan baku untuk pH asam, dan asam sulfat atu
mutu asam chlorida untuk air basa
11 Aerasi/deaerasi  Menambah kadar oksigen  Aerasi umumnya digunakan untuk
(aerasi) atau mengeluarkan menambah oksigen untuk oksidasi besi
gas terlarut yang tidak dan mangan terlarut, sedangkan
dikehendaki (deaerasi) deaerasi untuk mengeluarkan gas yang
tidak dikehendaki seperti amonia, CO2
agresif dan sulfida.
 Sering didahului dengan prechlorinasi
12 Adsorpsi  Berfungsi mengadsorpsi  Biasanya menggunakan karbon aktif.
senyawa organik terlarut  Dapat dibubuhkan dalam bentuk
seperti hidrokarbon, pestisida powder dibuat saringan untuk bentuk
dan detergen granular
 Zeolit dapat digunakan sebagai sorber,
terutama untuk kation dan nutrient
terlarut
 Umumnya digunakan setelah unit filter
13 Pembubuhan Bahan  Membubuhkan bahan kimia  Umumnya bahan kimia yang
Kimia tertentu untuk membantu dibubuhkan diperlukan untuk
proses pengolahan membantu proses seperti misalnya
pembubuhan KMnO4 pada proses
penyisihan Besi dan Mangan
 Pembubuhan bahan kimia untuk
menghindari tumbuhnya biofouling
pada pengolahan mengggunakan
membran Reverse Osmosis
15 Pengolahan Air Asin  Pengolahan yang diperlukan  Umumnya digunakan membran
atau Patau untuk mengolah air yang Reverse Osmosis atau Destilasi
mempunyai kandungan
mineral tinggi seperti air laut
ataua air payau

Dengan fungsi unit-unit pengolahan yang beragam dengan batasan kemampuan tertentu,
maka dalam pengolahan air perlu dilakukan rangkaian penerapan dari beberapa unit
pengolahan. Penerapan unit pengolah dalam pengolahan air minum konvensional, secara
ringkas ditunjukan pada Tabel 3.
Pada tabel tersebut ditunjukan untuk mengolah air dengan kondisi parameter kualitas air
yang tertentu, ditunjukan unit pengolahan yang diperlukan atau penting (essential) dan unit
pengolahan yang dapat dijadikan pilihan (option).

Tabel 3. Penerapan Unit Pengolahan

Halaman - 14


Parameter Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus


Parameter Konsentrasi S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
Coliform, MPN Per 0-20 E
100 ml Rata-rata 20-100 O O O O E
bulanan 100-5000 E E E O E
> 5000 E O E E E O
0-10 O
10-200 O E
Turbidity, NTU > 200 O O E
20-70 E O O
Warna, mg/l Pt-Co > 70 O E O
Rasa & Bau Terasa O O O O E
CaCO3, mg/l > 200 E E E E
< 0,3 O O E
0,3-1,0 O E E O
Fe & Mn,mg/l > 1,0 E E E E O O
0-250 E E E E O O
200-500 O
Chloride, mg/l >500 E
Senyawa Phenol, 0-0,005 O O O O
mg/l > 0,005 E E O E O
E E E O
Bahan Kimia Lain O O O O
Keterangan:
S : Screen RSF : Rafid Sand Filtration E : Essential
PC : Prechlorination SSF : Slow Sand Filtration O : Optional
PS : Presedimentation SCT : Special Chemial Treatment
A : Aeration AC : Activated Carbon
LS : Lime softening P : Post Chlorination
SC : Special Chlorination SWT : Salt Water Treatment
CS : Coagulation & Sedimentation

Sumber: Babbit, 1976


Terdapat 3 (tiga) tahapan proses untuk menghilangkan parameter pencemar dalam air
yaitu:
(1) Pra Pengolahan
Merupakan pengolahan air baku sebelum air baku diolah pada unit-unit
pengolahan utama yang umum digunakan seperti koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi dan desinfeksi yang terjadi pada akhir pengolahan.
Pra pengolahan diutamakan untuk menurunkan parameter tertentu yang dapat
mengganggu proses pada pengolahan utama.
Screening, pre-klorinasi, prasedimentasi dan aerasi merupakan unit-unit pra
pengolahan.
(2) Pengolahan Utama
Pengolahan utama meliputi pengolahan yang secara umum diperlukan untuk
mengolah air baku untuk air minum seperti penurunan kesadahan, koagulasi dan
flokulasi yang diikuti oleh proses sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
(3) Pengolahan Khusus
Pengolahan khusus adalah tambahan yang benar-benar diperlukan untuk kondisi
air baku yang spesifik, seperti misalnya: karbon aktif untuk menurunkan bau dan
rasa atau juga senyawa fenol atau senyawa kimia lainnya.
Selain mengacu pada model prediksi di atas, penentuan jenis pengolahan untuk suatu air
baku juga dapat mengacu pada persyaratan lainnya, seperti ditunjukan pada Tabel 4.
Tabel 4. Persyaratan Penerapan Metoda Pengolahan

Halaman - 15


Filtrasi dua Filtrasi Filtrasi in


Konvensional
Parameter tahap Langsung line
Turbiditas (NTU) < 5000 < 50 < 15 <5
Warna < 1000 < 50 < 20 < 15
Coliform (#/mL) < 107 < 105 < 103 < 103
5 3 2
Alga (ASU/mL < 10 < 5 x 10 < 5 x 10 < 102
Albestos Fiber (#/mL) < 1010 < 108 < 107 < 107
Rasa dan Bau (TON) <30 <10 <3 <3
Sumber: Kawamura, 1990
Pengolahan air minum juga dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
(1) Metode Konvensional
Metode konvensional ini merupakan pengolahan air minum yang umum digunakan
yang terdiri dari proses utama berupa: unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan
filtrasi. Pada metoda ini juga dapat dilengkapi dengan unit netralisasi dan
desinfeksi.
(2) Filtrasi Dua Tahap
Metode fltrasi dua tahap ini melibatkan proses koagulasi, flokulasi dan filtrasi,
tanpa unit sedimentasi. Proses filtrasi yang digunakan adalah dua tahap, dimana air
hasil filtrasi akan diolah pada proses flitrasi berikutnya (tahap kedua).
(3) Direct Filtration
Metode Direct Filtration (Filtrasi Lansung) ini menggunakan proses koagulasi,
flokulasi dan langsung unit filtrasi tanpa unit sedimentasi. Pada metoda ini
digunakan Clarifier setelah unit filtrasi, dan supernatan dari clarifier ini disirkulasi
menuju proses flokulasi.
(4) In-line Filtration
Metode ini sama dengan Direct Filtration tetapi supernatan dari clarifier disirkulasi
ke unit koagulasi.

III.2 Unit Penunjang


Selain unit-unit pengolahan, yang merupakan unit utama, terdapat juga unit penunjang.
Unit penunjang merupakan unit yang kadang-kadang diperlukan untuk mendukung unit
pengolahan yang diperlukan. Selain itu mungkin diperlukan juga pengolahan air limbah dan
lumpur, yang ditimbulkan dari instalasi pengolahan air minum.
Unit pengolah dan unit penunjang tersebut adalah unit pengolah yang umum digunakan
utuk pengolahan air minum dimana air tawar digunakan sebagai air baku. Untuk air baku air
asin atau air payau yang mengandung padatan terlarut tinggi seperti air laut dengan kadar
garam yang tinggi, maka teknologi diatas harus dilengkapi dengn teknologi desalinasi. Salah
satu teknologi desalinasi yang penting adalah teknologi membran, dimana untuk air asin
atau payau, penggunaan membran reverse osmosis (RO) banyak digunakan.
Tabel 5. Unit Penunjang

Halaman - 16


No Unit Fungsi Keterangan


1 Intake  Mengambil air baku  Digunakan untuk air baku yang
berasal dari air permukaan
2 Bangunan penangkap  Menangkap air tanah yang  Biasanya berbentuk sumuran,
Air (bronkaptering) berasal dari mata air atau atau infiltration gallery
rembesan
3 Bak Pelarut dan  Melarutkan bahan kimia dan  Digunakan bila instalasi
Pembubuh Bahan penampung larutan bahan pengolahan memerlukan
Kimia kimia yang akan dibubuhkan pembubuhan bahan kimia
pada instalasi pengolahan air
 Bak pelarut diperlukan bila
bahan kimia yang digunakan
berasal dari bahan kimia yang
berbentuk padatan
4 Pompa  Pompa pembubuh untuk  Pompa pembubuh umumnya
memompakan larutan bahan digunakan pada instalasi
kimia dari bak pembubuh pengolahan yang memerlukan
menuju instalasi pengolahan pembubuhan bahan kimia
 Pompa aliran proses untuk  Pompa aliran proses digunakan
memompakan air dalam untuk memberikan tekanan
proses pengolahan atau energi yang diperlukan
pada sistem
5 Lime saturator  Menjenuhkan kapur sebelum  Tidak diperlukan bila netralisasi
dibubuhkan, dan menggunakan Na-bikarbonat
mengendapkan kotoran atau NaOH
(impurities) dari kapur
6 Clearwell (penampung  Penampung sementara air  Seringkali tidak dibuat bila IPAM
air olahan) atau olahan, dan mensuplai menggunakan distribusi dengan
Menara instalasi kebutuhan operasional pompa
instalasi seperti pencucian
filter dan kebutuhan sanitasi.
7 Reservoir  Menampung air yang  Bisa dalam bentuk reservoir
diproduksi/diolah sebelum bawah tanah atau permukaan
didistribusikan tanah (ground reservoir, atau
reservoir menara (elevated
reservoir)
8 Pengolahan air limbah  Mengurangi kadar air dalam  Digunakan sebagai pengolahan
lumpur hasil endapan air limbah, seperti: vacuum filter
sebelum penanganan lebih
lanjut
9 Pengolahan lumpur  Mengeringkan lumpur  Digunakan sebagai pengolahan
lumpur, seperti: sludge dying
bed

Halaman - 17


IV. KONFIGURASI UNIT PENGOLAH


Unit pengolahan dimaksudkan untuk mengolah air baku, yang mempunyai kualitas air
tertentu, menjadi air yang mempunyai kualitas sebagaimana yang diinginkan. Air baku
merupakan air alam mempunyai kualitas yang sangat spesifik tergantung dari kondisi alam
lingkungannya, dan hampir tidak dapat dijumpai dalam kondisi murni.
Air di alam akan membutuhkan pengolahan dengan tingkat pengolahan tertentu untuk
dapat mencapai standar air minum, dimana tingkat pengolahan tersebut tergantung dari
sifat dan kondisi air alam yang akan diolah. Oleh karena itu proses pengolahan yang
digunakan tergantung dari kualitas air baku.

IV.1 Dasar Penentuan Konfigurasi


Menentukan konfigurasi unit pengolah dalam suatu IPAM bukanlah pekerjaan yang mudah.
Untuk menentukan konfigurasi, yang berarti menentukan jenis dan urutan unit pengolah,
diperlukan keahlian dan pengalaman yang cukup sehingga hasilnya memuaskan. Sebagian
bahkan menganggap menentukan konfigurasi juga termasuk seni merancang.
Dalam menentukan unit-unit pengolahan yang akan digunakan, dipertimbangkan pula
besarnya pengaruh proses pengolahan yang akan digunakan terhadap parameter-
parameter kualitas air yang akan diolah, seperti ditunjukan pada Tabel 4.
Besarnya pengaruh ditandai dengan jumlah tanda plus (+) yang dibatasi sampai 4 plus
sebaliknya rendahnya pengaruh ditandai dengan tanda minus (-). Pengaruh tidak langsung
ditunjukan dengan memberikan tanda kurung ( ).
Tabel 6. Unit Pengolahan yang umum pada Pengolahan Konvensional
SPC tanpa Koa- SPC dengan Koa-
Koagulasi- Pelunakan- flokulasi & flokulasi &
Parameter Aerasi Sedimentasi Sedimentasi sedimentasi sedimentasi Klorinasi
Bakteri 0 ++ ++++ 1,2 ++++ ++++ ++++
Warna 0 +++ 0 ++ ++++ 0
Turbiditas 0 ++++ ++2 +++3 ++++ 0
Bau & Rasa ++4 + ++2 ++ ++ ++++5
---6
Kesadahan + ---7 ++++11 0 --7 0
Korosifitas +++ 8
---10 0 --10 0
---8
Fe & Mn +++ +12 ++ ++++12 ++++12 0
1 : Nilai pH yang sangat tinggi akibat pengolahan soda yang berlebihan
2 : Dengan kandungan pada pengendapan
3 : Filter dapat cepat tersumbat dengan kekeruhan tinggi
4 : Tidak termasuk kandungan klorofenol
5 : Jika dilakukan Break Point Chlorination atau superklorinasi yang diikuti dengan deklorinasi
6 : Jika tidak dilakukan Break Point Chlorination pada saat terdapat bau dan rasa
7 : Beberapa koagulan mengubah karbonat jadi sulfat
8 : Dengan menghilangkan karbon bikarbonat
9 : Ditambahkan oksigen jika kurang
10 : Beberapa koagulan menghasilkan karbondioksida
11 : Variabel, beberapa logam diikat pada saat pH tinggi
12 : Setelah aerasi.

Sumber: Gair and Geyer, 1968

Halaman - 18


Dalam menentukan konfigurasi suatu IPAM, beberapa langkah berikut dapat digunakan
sebagai panduan:
 Lakukan evaluasi kualitas sumber air. Evaluasi sumber air dilakukan dengan
mengambil sample dan menganalisa parameter kualitas di laboratorium. Sampling
dan analisa paling tidak dilakukan untuk musim hujan dan musim kemarau, atau
musim dimana air mempunyai kualitas yang spesifik. Analisa dilakukan untuk
parameter yang selengkap mungkin. Dari analisa kualitas dapat diketahui
parameter kualitas apa yang melebihi persyaratan baku mutu sehingga harus
diolah.
 Tentukan unit unit pengolah yang diperlukan. Pemilihan unit pengolah dapat
mengunakan table 1 sebagai acuan.
 Lakukan simulasi skala laboratorium sebagai pengujian terhadap desain awal.
Hampir semua jenis pengolahan dapat disiulasikan dalam skala laboratorium, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Walaupun simulasi skala laboratorium
tidak harus dalam skala yang tepat, tetapi sangat disarankan karena akan memberi
masukan yang sangat penting dalam perencanaan nantiny. Beberapa jenis
pengolahan yang simulasinya dapat dilakukan dalam laboratorium dan sering
dilakukan antara lain sedimentasi, koagulasi-flokulasi, filtrasi, aerasi,
prechlorinasi/oksidasi, aerasi dan adsorpsi. Simulasi skala laboratorium untuk
proses pengolahan secara kimiawi umumnya tidak sulit dilakukan.
 Pilihlah teknologi yang sesuai. Saat ini, beberapa teknologi unit pengolah tersedia.
Seperti misalnya, untuk pencampuran koagulan, dapat dipilih teknologi mekanis,
yaitu memanfaatkan tenaga listrik dalam bentuk putaran propeller yang digerakkan
motor untuk mengaduk koagulan, atau secara hidrolis, dimana pengadukan
memanfaatkan olakan air akibat terjunan air. Dalam hal ini pertimbangan mengenai
O&M serta kemampuan sumberdaya harus diperhitungkan. Faktor lain yang harus
diperhitungkan adalah ketersediaan dana.
 Buatlah konfigurasi, dan sesuaikan dengan luas areal atau lahan yang tersedia.

IV.2 Konfigurasi Pengolahan Air


Konfigurasi unit pengolahan air merupakan rangkaian unit atau proses pengolahan yang
diperlukan atau digunakan dalam pengolahan air. Rangkaian unit pengolahan tersebut
disesuaikan dengan besaran atau tingkat pengolahan yang diperlukan. Secara umum tingkat
pengolahan yang diperlukan tergantung dari kualitas air baku dan kualitas air olahan yang
diharapkan. Meskipun demikian konfigurasi pengolahan ini dapat dihadapkan pada
beberapa alternatif. Dalam pemilihan alternatif konfigurasi pengolahan mungkin
memerlukan keahlian dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: teknis,
ekonomis, sosial, dll.
Air sungai
Karakteristik air sungai adalah adanya fluktuasi kualitas yang tinggi antara musim hujan dan
musim kemarau. Pada musim hujan kekeruhan tinggi akibat banyaknya lumpur yang
terbawa dan banyak partikel halus yang tersuspensi. Dalam hal air baku berasal dari sungai,

Halaman - 19


umumnya bangunan pengambil air baku atau Bangunan Intake diperlukan. Bangunan
Intake dilengkapi dengn saringan untuk menghidari masuknya sampah dan dilengkapi
dengan pintu pengatur pengambilan air.
Karena kandungan lumpur dan kekeruhan yang seringkali cukup tinggi, maka kandungan
lumpur tersebut perlu diturunkan. Untuk itu unit prasedimentasi diperlukan, yang berfungsi
mengurangi kandungan lumpur kasar dan kekeruhan. Sedangkan untuk menghilangkan
partikel halus dan koloidal, diperlukan unit koagulator dan flokulator untuk membentuk
flok-flok dari partikel halus tersebut dengan membubuhkan koagulan. Partikel halus dan
koloidal tersebut digabungkan membentuk flok-flok yang dapat diendapkan dalam waktu
relatif cepat sehingga ekonomis.
Pada kondisi air yang mengandung besi atau mangan yang tinggi dapat digunakan unit
Aerasi. Pada unit ini oksigen diharapkan akan mengoksidasi besi dan atau mangan terlarut
sehingga menjadi besi dan atau mangan yang dapat diendapkan. Selain itu pada kondisi air
yang mengandung gas-gas terlarut seperti ammonia, atau karbon dioksida, juga dapat
digunakan unit Aerasi ini. Melalui unit Aerasi diharapkan gas-gas terlarut tersebut akan
digantikan oleh oksigen. Pada kondisi tertentu besi, mangan dan juga gas-gas terlarut dapat
disisihkan pada unit koagulasi-flokulasi yang disertai sedementasi, sehingga unit Aerasi ini
tidak diperlukan.
Flok-flok yang terbentuk setelah proses flokulasi diendapkan dalam unit sedimentasi. Tidak
semua flok dapat diendapkan oleh bak sedimentasi. Sisa flok yang tidak terendapkan
tersebut harus disisihkan oleh unit berikutnya, yaitu unit filter (saringan), yang dalam hal ini
adalah saringan pasir cepat (rapid sand filter). Air hasil filtrasi (filtrat) seharusnya sudah
jernih. Sebagian besar pencemar atau kotoran umumnya telah disisihkan setelah proses ini.
Kandungan logam berat dalam konsentrasi rendah umumnya dapat disisihkan oleh adsorpsi
yang terjadi pada flok.
Proses selanjutnya adalah desinfeksi untuk membunuh sisa mikroorganisme patogen.
Setelah air didesinfeksi, kadang-kadang masih diperlukan pengaturan pH atau netralisasi,
sehingga perlu dibubuhi basa atau asam sesuai keperluan. Meskipun demikian kadang-
kadang proses netralisasi didahulukan sebelum proses desinfeksi. Air produksi kemudian
ditampung dalam reservoir dan siap untuk didistribusikan kepada konsumen.
Dalam hal air baku telah tercemar oleh limbah domestik, seperti sungai-sungai yang
melintasi kota besar, maka kandungan organik dan surfaktant (misalnya: detergent) dalam
air baku cukup tinggi, proses atau unit pengolah karbon aktif, dapat digunakan agar proses
lebih efektif untuk menghilangkan kontaminan tersebut. Unit karbon aktif dapat dipasang
setelah atau sebelum filtrasi, tergantung jenis karbon yang digunakan. Karbon berbentuk
powder akan dicampur pada atau setelah koagulasi, sedangkan karbon aktif berbentuk
granular dapat dipasang setelah filter, dalam bentuk filter karbon aktif.
Tipikal konfigurasi unit pengolah air sungai secara lengkap ditunjukan pada Gambar 2.

Halaman - 20


Prasedimentasi

Aerasi Alkali
Ozon/Klor

Alkali
Koagulasi
Koagulan
Koagulan Aid
Flokulasi
Flokulan Aid

Sedimentasi

Pengolahan Air Filtrasi


Limbah

Karbon Aktif

Netralisasi
Netralisator

Pengolah Desinfeksi
Desinfektan
Lumpur

Gambar 2. Tipikal konfigurasi unit pengolah air sungai lengkap

Dalam hal air sungai jernih atau kekeruhan rendah tapi mempunyai warna yang tinggi,
seperti misalnya air gambut, maka perlu ditambahkan kekeruhan tambahan yang berfungsi
sebagai kogulan aid. Tanah kaolin umum digunakan untuk hal ini. Karena air gambut juga
miskin dengan mineral dan kation, maka perlu ditambakan kation, seperti misalnya kapur
atau lempung sebelum proses koagulasi-flokulasi.
Pada unit Sedimentasi dihasilkan lumpur, dan lumpur tersebut dialirkan menuju
pengolahan lumpur. Pada unit Filtrasi dan Karbon Aktif ditimbulkan air limbah, yang dapat
dialirkan menuju penampung air limbah. Pada penampung air limbah, lumpur disipisahkan
untuk kemudian dialirkan menuju pengolah lumpur, sedangkan airnya dialirkan kembali
menuju unit Koagulasi.

Halaman - 21


Halaman - 22


Gambar 3. Contoh-contoh konfigurasi unit pengolah air sungai

Halaman - 23


Halaman - 24


Air Danau/waduk
Pada kasus dimana air waduk/danau cukup baik (masih oligotropis) maka pengolahan yang
umum digunakan berbasis pada saringan pasir lambat. Gambar 3 menyajikan konfigurasi
untuk IPAM yang menggunakan air waduk/danau sebagi air baku.

Prasedimentasi

Alkali
Aerasi
Ozon/Klor

Filter Lambat

Pengolahan Air
Karbon Aktif
Limbah

Netralisasi Netralisator

Pengolahan Lumpur Desinfeksi Desinfektan

Gambar 4. Tipikal konfigurasi unit pengolah untuk air waduk/danau

Pada kasus kondisi waduk telah tercemar, seperti: Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan
Waduk Jatiluhur di Jawa Barat, konfigurasi diatas tidak disarankan, namun konfigurasi
pengolahan air permukaan mungkin lebih disarankan.
Pada awalnya konfigurasi diatas dapat bekerja dengan baik di Jatiluhur, tetapi karena
pencemaran nutrient dari budidaya ikan menggunakan jaring apung dan karamba
menyebabkan kandungan nutrient (N,P, K dan S) menjadi terlalu tinggi sehingga memicu
pertumbuhan algae dengan pesat dipermukaan SPL yang menyebabkan seringnya filter
tersumbat oleh algae. Pada kasus waduk Saguling, airnya sudah tercemar berat oleh
buangan domestik dan industri, sehingga pada kedalaman beberapa meter kondisinya
sudah anaerob (tanpa oksigen) akibatnya air mengandung sulfide dan ammonium. Untuk
menyisihkan kedua zat tersebut yang sebagian dalam bentuk gas terlarut harus dilakukan
aerasi.
Air Tanah
Kualitas air tanah umumnya cukup baik. Walaupun relative jernih, air tanah seringkali
mengandung mineral terlarut yang cukup tinggi, sehinga daya hantar listriknya tinggi. Air

Halaman - 25


tanah dangkal lebih rawan terhadap pencemaran bila dibandingkan dengan air tanah
dalam/air tanah tertekan.
Secara umum air tanah yang bermasalah dapat dikelompokan kedalam 3 bagian, yaitu
 Air tanah dengan kandungan organik, besi dan mangan tinggi,
 Air tanah dengan kandungan mineral dan kesadahan tinggi
 Air tanah dengan kandungan mineral dan zat terlarut yang sangat tinggi.
Air tanah dengan kandungan besi, mangan dan zat organik tinggi banyak ditemukan pada
akuifer bebas di daerah dengan permeabilitas rendah. Permeabilitas rendah menyebabkan
transfer oksigen atau udara menjadi sulit, sementara pada akuifer ini aktifitas
mikroorganisme cukup tinggi sehingga oksigen menjadi berkurang. Kondisi kurang atu tidak
ada oksigen menyebabkan kondisi reduksi terjadi. Kondisi reduksi menyebabkan besi dan
mangan terlarut. Contoh dari kondisi ini adalah air tanah dangkal di daerah dataran tinggi
Bandung yang merupakan bekas danau dan dahulu merupakan daerah persawahan yang
luas.
Konfigurasi pengolahan air tanah yang disarankan adalah seperti yang disajikan dalam
Gambar 4.
Alkali
Aerasi
Ozon/Klor

Kapur
Pelunakan
Soda Abu

Sedimentasi

Pengolahan Air
Filtrasi Klor
Limbah

Netralisasi Netralisator

Pengolahan
Lumpur Desinfeksi Desinfektan

a. Pengolahan Air Tanah Kesadahan Tinggi menggunakan Pelunakan

Halaman - 26


Alkali
Aerasi
Ozon/Klor

Sedimentasi

Pengaturan pH Asam/Basa

Pengolahan Air
Penukar Ion
Limbah

Netralisasi Netralisator

Pengolahan
Lumpur Desinfeksi Desinfektan

b. Pengolahan Air Tanah Kesadahan Tinggi menggunakan Penukar Ion

Preklorinasi Klor

Alkali
Aerasi
Ozon/Klor

Sedimentasi

Pengolahan Air
Filtrasi
Limbah

Netralisasi Netralisator

Pengolahan
Lumpur Desinfeksi Desinfektan

Halaman - 27


c. Pengolahan Air Tanah Besi dan Mangan Tinggi


Gambar 5. Tipikal konfigurasi unit pengolah air tanah

Untuk beberapa daerah seperti daerah berkapur atau daerah pegunungan vulkanik,
kandungan mineral, terutama hasil pelarutan dalam bentuk kation seringkali cukup tinggi.
Selain itu beberapa gas yang tidak dikehendaki seringkali hadir di dalamnya dan terlarut
akibat tekanan air yang tinggi. Untuk itu diperlukan proses aerasi untuk melepaskan gas-gas
yang terlarut tersebut.
Mineral terlarut dalam bentuk kation logamnya biasanya cukup efektif bila disisihkan
dengan penukar ion (ion exchanger). Penggunaan ion exchanger disamping prosedurnya
sederhana, juga resin dari ion exchanger tersebut dapat diregenerasi kembali sampai batas-
batas tertentu. Cara lain untuk menyisihkan kation terlarut misalnya menggunakan cara
presipitasi, seperti misalnya proses pelunakan untuk menghilangkan kesadahan dengan
kapur soda.
Sedangkan untuk air tanah dengan kadar mineral atau padatan terlarut (TDS, total
dissolved solid) yang tinggi, tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai sumber air
baku air minum. Kalaupun digunakan sebagai air baku air minum, maka pengolahannya
akan bersifat spesifik. Teknologi membran R-O kemungkinan besar dapat mengolah air
dengan karakteristik tersebut.
Air asin dan payau
Air asin dan payau ditandai dengan kandungan garam yang tinggi. Garam yang merupakan
ion yang terlarut tidak bisa dikurangi dengan pengolahan berbasis koagulasi-flokulasi.
Untuk itu, proses desalinasi yang umumnya menggunakan teknologi membran R-O dan
Destilasi banyak digunakan. Meskipun teknologi membran R-O memerlukan energi yang
besar, namun konsumsi energi teknologi Destilasi sangat tinggi, dan umumnya hanya
digunakan pada PLTU karena dapat memanfaatkan panas yang terbuang dalam proses
pembangkitan uap pada PLTU tersebut.
Konfigurasi pengolahan air asin dan payau menggunakan teknologi membran umumnya
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu:
 Pretreatment
 Pengolahan dengan membran
 Post treatment
Pretreatment meliputi pengurangan kadar padatan tersuspensi, seperti partikel kasar,
ganggang dsb. Untuk itu biasa digunakan saringan pasir dan mikrofilter. Sedangkan untuk
mengrangi tejadinya biofouling, dalam tahap pretreatment juga dilakukan prechlorinasi,
atau desinfeksi dengan cara yang lain, dan zat antiscaly.
Post-treatment dalam operasi R-O dimaksudkan untuk menghilangkan gas-gas terlarut yang
tidak dapat disisihkan oleh membran R-O seperti: hidrogen sulfida dan CO 2. Oleh karena itu
maka dapat dilengkapi dengan unit aerasi. Pada kondisi tertentu dimana pH tidak

Halaman - 28


memenuhi baku mutu mka seringkali juga diperlukan pengaturan pH. Untuk membunuh
bakteri pathogen maka dilengkapi dengan unit desinfeksi.
Konfigurasi pengolahan air asin dan payau menggunakan teknologi R-O ditunjukan pada
Gambar 5.

Anti -scaly
Pretreatment
Desinfektan

Ultra Filter

Karbon Aktif

Carbon Block

Membran R-O

Aerasi

Pengaturan pH Netralisator

Pembuangan
Air Limbah Desinfeksi Desinfektan

Gambar 6. Konfigurasi pengolah air asin/payau mengunakan membran R-O

Halaman - 29


Gambar 7. Contoh Konfigurasi pengolah air asin/payau mengunakan membran R-O

Pengolahan menggunakan membran R-O dapat digunakan untuk pengolahan air asin atau
air laut yang disebut Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), dan digunakan untuk pengolahan
air payau yang disebut Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO). Yang membedakan
keduanya adalah lubang pori dri membran yang digunakan, dimana ukuran lubang pori
yang digunakan untuk pengolahan air asin jauh lebih kecil dibandingkan untuk pengolahan
air payau.

Halaman - 30

Anda mungkin juga menyukai