D
I
S
U
S
U
N
OLEH : KELOMPOK 6
FITRIA SUSANTI
AIDA FITRIA
DEDI IRFANDI
Pengendalian Vektor
A. Pengertian
dalam kesehatan masyarakat adalah malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah
dan pes. Penyakit pes hanya terdapat di daerah Boyolali, sedang ketiga penyakit
tingkatan yang satu dan yang lainnya sangat jauh berbeda. Berdasarkan tempat
2. Tingkatan di luar tempat berair, yaitu di udara dan daratan sebagai nyamuk jantan
dan betina.
kecocokkan antara perilaku vektor yang menjadi sasaran dan metode pengendalian
yang diterapkan. Bionomik vektor dan spesies tertentu hanya berlaku bagi spesies ini
ulat, merupakan hama yang merusak tanaman di pertanian rakyat dan mengakibatkan
kerugian yang tidak sedikit. Adapun di sektor kesehatan, beberapa penyakit yang
ditularkan melalui serangga sebagai vektor masih terus mewabah, seperti malaria,
pengendalian vektor:
populasi atau densitas vektor dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan
e) Lingkungan fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri dari materi
menyusun alam ini, termasuk juga dalam lingkungan ini adalah proses-proses
h) Nyamuk adalah serangga yang termasuk dalam kelas insekta, ordo diphtheria, dan
famili culicidae.
i) Lalat adalah jenis serangga pengganggu yang termasuk dalam genus Musca sp.
panjang) terhadap tanah, air, dan tumbuh tumbuhan untuk mencegah menurunkan
l) Indeks vektor adalah populasi tertentu dan suatu vektor yang tidak dapat
menularkan penyakit.
a) Masalah yang nyata, yaitu keadaan yang nyata-nyata menyimpang sebagai akibat
dan adanya vektor itu. Contohnya: Terjadinya kasus penyakit demam berdarah
pemukimnya.
b) Masalah yang potensial, artinya masalah sebenarnya belum tampak nyata tetapi
potensial untuk timbul setiap saat atau pada waktunya nanti apabila kondisinya
wilayah permukiman.
c) Masalah yang semu yang ditimbulkan lebih oleh si pemukim itu sendiri. Di sini
terlibat apa yang disebut “nilai ambang toleransi” pemukim terhadap keberadaan
1) Tingkat bahaya, kerugian atau gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh vektor
tersebut.
Berbeda dengan masalah vektor hama dalam dunia pertanian yang dampak
“bahaya”, “gangguan” atau “keterangan” jelas tidak dapat dinilai secara moneter.
populasi hama itulah yang menjadi kunci bagi timbulnya masalah. Peluang
terjadinya bahwa atau gangguan agaknya amat kecil bilamana tingkat populasinya
amat rendah. Apabila pemikiran ini dapat diterima, maka kata kunci datum
tidak mengganggu.
kesehatan meskipun dengan beberapa catatan. Oleh karena itu, sifat-sifat populasi
dan efisien.
B. Bionomik Vektor
kadang-kadang antara tingkatan yang satu dan tingkatan berikutnya terlihat sangat
Jadi untuk kelangsungan hidup nyamuk sangat diperlukan air. Apabila tidak
1) Telur.
2) Larva (jentik).
3) Kepompong (pupa).
Setelah satu-dua hari telur berada di dalam air, maka telur akan menetas
menjadi larva (jentik). Jentik muda ini sangat halus seperti jarum. Waktu yang
diperlukan untuk pertumbuhan jentik sampai menjadi nyamuk dewasa antara enam-
delapan hari tergantung atas suhu, kesediaan makanan, serta spesies nyamuk.
atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong akan dibentuk
alat-alat tubuh nyamuk dewasa serta alat kelamin untuk penentuan jenisnya.
Tingkatan kepompong ini memakan waktu antara satu sampai dua hari.
Setelah cukup waktunya, maka dan kepompong akan keluar nyamuk dewasa
yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk menghirup udara,
maka beberapa lama kemudian nyamuk ini telah mampu terbang, nyamuk akan
meninggalkan habitat berair untuk meneruskan hidupnya di habitat yang tidak berair.
Pada umumnya nyamuk betina hanya kawin satu kali selama hidupnya.
Biasanya perkawinan terjadi setelah 2428 jam setelah keluar dan kepompong.
2. Perilaku Nyamuk
Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan selalu ada variasi.
Variasi tingkah laku akan terjadi di dalam spesies tunggal baik di daerah yang sama
maupun yang berbeda. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
perubahan lingkungan baik alamiah maupun karena hasil samping kegiatan manusia.
Jika kita tinjau tentang kehidupan nyamuk, maka ada tiga macam tempat yang
diperlukan untuk siklus kelangsungan hidup nyamuk. Hubungan antara ketiga tempat
Perilaku mencari darah nyamuk dapat dilihat dan berbagai segi, yaitu:
Nyamuk pada umumnya mencari darah pada malam hari, sebagian spesies
nyamuk aktif mencari darah siang hari seperti nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang
aktif mencari darah malam hari, ternyata setiap spesies berbeda dan mempunyai sifat
tertentu. Ada spesies yang aktif mulai dan senja hingga menjelang tengah malam,
ada pula yang aktif mulai menjelang tengah malam hingga pagi hari, dan ada pula
Apabila metode yang sama kita adakan penangkapan nyamuk baik di dalam
atau di luar rumah, maka dan hasil penangkapan ini dapat diketahui ada dua
golongan nyamuk:
berikut:
d. Frekuensi Menggigit
Kita semua telah mengetahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin
satu kali saja selama hidupnya. Untuk memperbanyak keturunannya, nyamuk betina
hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap beberapa hari
sekali nyamuk akan mencari darah tergantung dan spesies dan sangat dipengaruhi
Ada banyak cara untuk mengukur umur populasi nyamuk. Salah satu cara yang
paling praktis, tetapi telah cukup meyakinkan yaitu dengan melihat berapa persentase
jumlah nyamuk “parous” dan jumlah yang diperiksa. Penentuan umur nyamuk ini
kaitannya dengan penularan malaria, data umur nyamuk juga dapat sebagai
pengabutan).
5. Distribusi Musiman
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi
musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umum populasi vektor akan
pola distribusi musiman tertentu. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, pada
6. Penyebaran Vektor
yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara
yaitu:
7. Perilaku Beristirahat
telur.
2) Beristirahat yang hanya sementara, yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif
mencari darah.
Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab, dan
aman untuk beristirahat, tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap spesies ternyata
mempunyai perilaku yang berbeda. Ada spesies yang hanya hinggap di tempat-
tempat dekat tanah, tetapi ada pula spesies yang hinggap di tempat-tempat yang
tempat berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Ada
spesies yang senang dengan tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung, tetapi
ada pula yang senang dengan tempat-tempat teduh. Spesies yang satu memilih
tempat perindukan cukup baik di air payau (campuran air tawar dengan air laut),
spesies lainnya hana mau berkembang biak di air tawar. Aedes aegypti senang
meletakkan telur di air tawar yang bersih dan tidak langsung menyentuh tanah,
Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan
suatu survei yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat
a. Temperatur
3) Gonotropic cycle.
4) Lama hidup nyamuk, bila temperatur selalu lebih dan 27-30°C, umur nyamuk
Lembab nisbi mempengaruhi distribusi dan lama hidup nyamuk. Hutan lebih
c. Curah Hujan
d. Sinar
C. Ekologi Vektor
vektor dan sejenisnya, dengan makhluk lain yang tidak sejenis dan dengan alam
lingkungannya yang nonbiologis. Salah satu bentuk hubungan ini dapat dijelaskan
Dengan demikian, sebenarnya ada suatu sistem yang terlibat, yakni sistem
mempelajari ekologi vektor pada akhirnya harus bisa diperoleh satu atau lebih
Penting untuk mengetahui produksi dan cara pengendalian larva tepat. Hal ini
melibatkan studi tentang mikrohabitat. Untuk yang nyamuk Aedes aegypti yang
membiak terutama pada habitat yang buatan manusia (man-made), hal ini tampaknya
sederhana. Jenis air yang disukai adalah air jernih, sehingga dengan mengurangi
sebanyak mungkin kontainer berisi air atau yang akan diisi air pada musim
kontainer air (water container) adalah kaleng-kaleng bekas, botol, ban bekas, drum,
tanggul bambu, cekungan pada saluran air atap terbuat dan seng, tempat minum
Namun untuk vektor lain, misalnya Anopheles farauti di Irian Java, dapat
membiak pada berbagai mikrohabitat yang luas, misalnya got dan parit, genangan air
sementara, rawa, kolam ikan, kolam dengan tanaman kangkung, dan lain-lain.
Menurut Hess & Hayes (1970), pengetahuan tentang pola kontak antara suatu
vektor dan binatang vertebrata dari mana vektor mengambil darah sebagai
ditularkan vektor. Dapat juga pengetahuan seperti ini bermanfaat untuk memahami
Penilaian kuantitatif tentang kontak antara pejamu dan vektor ada suatu
tempat dan waktu, dapat bermanfaat untuk menduga kemungkinan bahaya epidemi
mencari makan dan vektor dan tersedianya pejamu pada tempat dan waktu kegiatan
vektor. Umumnya nyamuk vektor malaria, salah satu aspek penting dan kebiasaan
mencari darah mangsa kepada suatu vertebrata tertentu walaupun terdapat pejamu
alternatif.
(biting rate) yakni jumlah betina yang tertangkap dengan umpan manusia per orang
per jam pemaparan. Dengan membandingkan berbagai angka gigitan dan dengan
tersedianya pejamu alternatif, maka dapat diketahui kesukaan pejamu suatu vektor.
Bila vektor yang kontak dengan manusia dengan maksud mengambil darah
mangsa adalah vektor yang infektif, maka angka gigitan yang diperoleh mungkin
Cara lain untuk mengetahui kesukaan pejamu ialah dengan test precipitin,
yakni dengan menentukan jenis darah yang terdapat di dalam perut vektor yang
ditangkap pada tempat istirahatnya yang alamiah. Jenis jumlah pejamu yang tersedia
bagi vektor pada waktu kebiasaan mencari darah mangsa penting diketahui untuk
dapat menghitung forage ratio, yakni rasio antara persentase darah mangsa diambil
dan sesuatu penjamu tertentu terhadap persentase dan pejamu tertentu tersebut dalam
populasi total pejamu yang tersedia. Bila nilai forage ratio adalah satu berarti vektor
tidak selektif dalam mencari darah manusia. Bila nilai forage ratio kurang dari satu,
berarti vektor tidak menyukai pejamu. Bila nilai forage ratio lebih dari satu, berarti
ternyata bahwa nyamuk Culex p. fatigans mempunyai forage ratio 7 terhadap anjing,
berarti binatang tersebut adalah sangat disukai vektor (actual host preference).
musim. Karena itu, kontak vektor pejamu mempunyai pola musiman, yang
pada siang hari di tempat-tempat yang sepi, gelap, dingin, dan basah. Perhitungan
Cara ini baik untuk jenis Anopheline. Tempat istirahatnya bisa di dalam rumah,
kandang kerbau, kandang ayam, di bawah jembatan, di dalam gua, dan lain-lain.
tempat mana sebaiknya digunakan suatu insektisida yang mempunyai efek residu
pada penyemprotan. Selain itu juga, penting untuk mengetahui hal-hal tertentu
tentang nyamuk dewasa misalnya, angka infeksi (infection rates) dan analisis darah
media isotop kepada vektor, kemudian dilepas dan ditangkap kembali pada berbagai
yakni jarak terbang di mana 90% dari vektor yang dilepas dapat ditangkap kembali.
Jarak terbang 50 (Flight Distance 50 = FD 50) berarti jarak terbang di mana 50%
dari vektor yang dilepas dapat ditangkap kembali. Lebih penting dan segi
epidemiologi adalah jangkauan terbang efektif (Effective Flight Range) yakni jarak
dari habitat larva di mana vektor betina berada dalam jumlah yang cukup untuk
penyakit.
dipengaruhi oleh tenggelam dan terbitnya matahari, demikian juga waktu istirahat
tersebut.
turunnya hujan, perubahan suhu, dan kelembaban relatif. Selanjutnya hal ini dapat
mempengaruhi jumlah populasi. Misalnya, jumlah telur yang pecah dari Aedes
Aegipty ketika musim dingin di Bangkok lebih rendah daripada ketika musim panas.
Stadium larva dan Culex p. fatigans di New Delhi ketika musim dingin lebih lama
berlangsungnya (21 hari) daripada ketika musim panas (11 hari), jumlah habitat larva
bertambah pada permulaan musim hujan dalam hal Aedes Aegipty. Namun bila
hujan deras sekali populasi cenderung menurun karena banyaknya habitat larva yang
juga ada variasi antar—tahunan. Karena itu bilamana mungkin studi ekologi sektor
D. Epidemiologi Vektor
penyakit, di antaranya faktor cuaca, vektor, reservoir, geografis, dan faktor perilaku.
1. Cuaca
penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu ditemukan terbatas pada daerah geografis
tertentu juga karena mereka membutuhkan reservoir dan vektor untuk kelangsungan
hidupnya. Iklim dan variasi musim dapat mempengaruhi kehidupan agen penyakit,
reservoir, dan vektor. Selain itu, perilaku manusia juga dapat meningkatkan
2. Vektor
Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dan satu hewan ke
hewan lain atau ke manusia disebut sebagai vektor. Arthropoda merupakan, vektor
penting di dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk
merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkan ensefalitis pada
manusia. Nyamuk mengisap darah dan reservoir yang terinfeksi. Agen penyakit ini
jaringan hewan dan dapat ditularkan antarhewan oleh vektor. Rat fleas, body lice,
dan wood tick adalah vektor artropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang
disebabkan ricketsia.
3. Reservoir
tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropod borne disease
adalah hewan yang dapat hidup bersama dengan patogen. Binatang pengerat dan
serigala, dan manusia merupakan reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,
4. Geografis
geografis tempat reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit
bergantung pada iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) dan fauna lokal.
bakteri yang memiliki bentuk penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan tungau yang terinfeksi oleh acketsia. Tungau tersebut termasuk jenis
tungau kayu dan ricketsia yang dibawanya kemudian ditularkan pada tungau anjing
dan terbawa sampai ke bagian timur Amerika Serikat. Penyakit tersebut lebih sering
terjadi di timur Amerika Serikat dan sangat jarang ditemukan di wilayah utara atau
barat.
contoh, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty selama
musim penghujan karena musim ini merupakan saat terbaik bagi nyamuk untuk
berkembang biak. Dengan demikian, wabah penyakit dengue ini terjadi antara akhir
5. Perilaku Manusia
timbulnya gejala penyakit disebut sebagai masa inkubasi atau incubation period.
Khusus pada arthropodborne disease terdapat dua periode masa inkubasi, periode
1) Inokulasi (Inoculation)
Inokulasi adalah masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari
artropoda ke dalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada
membran mukosa.
2) Infestasi (Infestation)
vektor disebut sebagai masa inkubasi ekstrinsik, sementara waktu yang diperlukan
untuk berkembang dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik.
manusia berkisar antara 12-30 hari bergantung pada jenis plasmodium malaria.
Vektor atau manusia akan disebut sebagai definitive host atau intermediate
host bergantung pada apakah dalam tubuh vektor atau manusia tersebut terjadi
perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual agen penyakit apabila yang
berlangsung adalah siklus seksual, vektor atau manusia itu disebut sebagai
definitive host. Contoh, parasit malaria menjalani siklus seksual dalam tubuh
nyamuk Anopheles dan menjalani siklus aseksual pada tubuh manusia. Dengan
1) Kontak Langsung
Artropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu
orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh, skabies dan pedikulus.
penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat.
dan manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial. atau eksudat.
Kontaminasi dapat terjadi pada permukaan tubuh artropoda saja, tetapi dapat juga
berasal dari agen yang ditelan dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan
bakteri entenik yang ditularkan oleh lalat rumah. Di antara bakteri semacam itu.
Salmonella typhusa. spesies lain dan salmonella, E. coli. dan Shigella dysentri
merupakan agen penyakit yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat
rumah dapat men jadi vektor agen penyakit tuberkulosis, antraks, tularemia dan
brucellosis.
a) Propagative
c. Cyclo-developnzental
dalam tubuh artropoda. Contoh, parasit filaria pada nyamuk Culex dan cacing pita
pada cyclops.
dengue hemorrhagic fever, kita perlu mengetahui cara penularan penyakit ini.
Diagram cara penularan penyakit ini dapat dilihat pada halaman 118.
Beberapa tahun terakhir ini, beberapa virus ditularkan oleh artropoda secara
biologis. Virus ini masuk dalam kelompok Arbovirus. Lebih dari 100 jenis virus
kelompok ini telah dapat dibedakan. Organisme ini bersifat ultra mikroskopik dan
merupakan parasit obligat pada sel-sel host. Sebagian besar virus kelompok ini
memanfaatkan nyamuk sebagai vektor alamiahnya. Virus paling penting adalah virus
tick fever, dan Sandfly fever. Arthropodborne virus berkembang di daerah tropis dan
yang disebarkannya.
Nyamuk
1. Malaria
Vektor siklik satu-satunya untuk penyakit malaria pada manusia dan pada
kera adalah nyamuk Anopheles. Sementara itu, penyakit malaria pada burung dapat
tetapi banyak dan spesiesnya yang bukan vektor alami. Sekitar 110 spesies nyamuk
merupakan spesies yang penting di dalam menularkan malaria dan dapat ditemukan
di mana-mana atau secara setempat. Sifat suatu spesies untuk dapat menularkan
b) Lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan walau jumlah populasi
sesuai, perlu dicatat persentase nyamuk yang terkena infeksi setelah menghisap darah
penderita malaria. Penentuan nama spesies nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan
dengan melihat daftar indeks infeksi alami, biasanya sekitar 1-5% dan nyamuk betina
c) A. fluviutilis (India).
2. Filariasis
dan Brugia malayi. Jumlah spesies Anopheles, Aedes, Culex, dan Mansonia cukup
banyak, tetapi kebanyakan dari spesies ini tidak penting sebagai vektor alami.
penggigit di lingkungan perumahan dan perkotaan yang berkembang biak dalam air
setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, merupakan vektor umum penyakit
Pasifik Selatan. Nyamuk ini hidup di luar kota di semak-semak (tidak pernah dalam
rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon. Walau
mengisap darah dan binatang peliharaan mamalia dan unggas, nyamuk ini lebih
3. Demam Kuning
Demam kuning (yellow fever) yang merupakan penyakit virus dengan angka
kematian tinggi, telah menyebar dan tempat asalnya di Afrika Barat ke daerah tropis
dan subtropis lainnya di dunia. Nyamuk yang menggigit atau mengisap darah
penderita penyakit ini, dalam tiga hari pertama akan menjadi infektif selama hidup
nyamuk tersebut setelah virus yang ada dalam tubuhnya menjalani masa multiplikasi
selama 12 hari. Vektor penyakit ini adalah spesies nyamuk dan genus Aedes dan
Haemagogus. Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit demam kuning epidemik.
Nyamuk ini hidup di sekitar daerah perumahan dan berkembang biak dalam berbagai
macam tempat penampungan air sekitar rumah. Larvanya tumbuh subur sebagai
pemakan zat organik yang terdapat di dasar penampungan air bersih (bottom feeders)
virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus
penyakit ini membutuhkan masa multiplikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk
menjadi infektif. Penyakit ini khususnya ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes,
5. Ensefalitis Virus
Berbagai tipe penyakit ensefalitis ditularkan oleh nyamuk spesies Culex dan
Di Amerika Serikat bagian tengah clan barat, penyakit ensefalitis St. Louis
ditularkan terutama oleh nyamuk Culex tarsalis dan C. pipiens. Reservoir utama
Lalat
hari, dan lalat dewasa dapat hidup selama kira-kira satu bulan. Larva lalat ini
Lalat merupakan vektor mekanis bakteri paten, protozoa, dan telur serta larva
cacing. Luasnya penularan, penyakit yang disebabkan oleh lalat di alam sulit
penyakit spirokaeta.
phiebotoinus, penyakit yang disebabkan oleh virus dan banyak ditemukan di daerah
Mediterrania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P papataci, yang menjadi
bartonellosis muncul di Amerika Selatan bagian barat laut sebagai demam akut
penyakit carrion dan dalam bentuk kronisnya sebagai granulema verrucosa. Basil
manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit terdapat tujuh spesies dan lalat ini
yang menjadi vektor infeksi trypanosonia pada hewan peliharaan. Vektor untuk
bertindak sebagai penyebab pembawa parasit ini, terutama Glossina palpalis. Lalat
ini banyak terdapat di sepanjang tepi-tepi sungai yang mengalir di bagian barat dan
tengah Afrika. Lalat ini mempunyai jangkauan terbang sampai mencapai 3 mil.
Sementara itu, vektor utama untuk penyakit tidur sleeping sickness) di Gambia
tachhinoides.
4. Black flies (Lalat Hitam)
vektor yang penting walau dapat menularkan onkosersiusis pada ternak dan penyakit
protozoa pada burung. Salah satu karakteristik gejala onkosersiasis adalah kebutaan
dan berkenaan dengan itu, hal ini merupakan penyebab kedua yang menyebabkan
kebutaan di dunia.
1. Head Lice, Body Lice, dan Crab Lice (Tuma Kepala, Tuma Badan, dan Tuma
Kemaluan)
Tuma badan (body lice) merupakan vektor tifus epidemik dan epidemik
relapsing fever di Eropa dan Amerika Latin. Tuma tipe ini akan terinfeksi Rickettsia
Rickettsia tersebut kemudian berkembang biak dalam epitel lambung tengah tuma
dan dikeluarkan bersama tinja. Tuma tetap infektif selama hidupnya. Infeksi pada
manusia biasanya terjadi karena adanya kontaminasi tinja atau badan tuma yang
terkoyak pada luka gigitan, kulit yang lecet, atau lapisan mukosa.
seluruh tubuh tuma yang menjadikan tuma tetap infektif selama hidupnya. Demam
parit, suatu penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia dan juga ditularkan oleh tuma
walau tidak berakibat fatal, pernah berjangkit sebagai penyakit epidemik selama
2. Fleas (Pinjal)
Pinjal (flea) hanya penting dalam dunia kedokteran jika berhubungan dengan
penularan penyakit sampar dan tifus endemis. Pinjal dapat juga bertindak sebagai
Pinjal juga dapat bertindak sebagai vektor mekanis berbagai penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau virus, khususnya karena kontaminasi dengan tinjanya.
hospes perantara untuk cacing pita pada anjing, sedangkan Dipylidium caninum
merupakan hospes perantara untuk cacing pita pada tikus. Kedua cacing pita tersebut
3. Penyakit Sampar
Penyakit sampan ditularkan oleh pinjal tikus dan spesies Xenopsylla cheopis
merupakan vektor yang paling penting. Pinjal ini mudah menularkan penyakit dan
tetap infektif untuk waktu yang lama dan tersebar luas. Spesies lain penting hanya
untuk suatu daerah tertentu di berbagai bagian dunia. Pinjal spesies Pulex irritans
pernah dilaporkan menularkan penyakit sampan dan penderita yang meninggal akibat
penyakit ini dan merupakan vektor sampan yang penting di daerah Andes, Chili.
Penyakit sampar hutan syliaticplague di Asia. Afrika dan Amerika Utara disebabkan
typhi. Organisme ini ditularkan dan tikus ke tikus lain dan dari tikus ke manusia oleh
pinjal spesies Xenopsylla cheopis dan Nosopsyllus fasciatus. Satu kali mengisap
darah penderita penyakit ini dapat menyebabkan pinjal infektif selama hidupnya.
Rickettsia prowuzeki var typhi dikeluarkan bersama tinja. Infeksi dapat terjadi karena
luka gigitan atau kulit lecet yang terkontaminasi oleh tinja infektif atau tinja pinjal
yang terkoyak.
yang ternyata tidak patogen bagi manusia. Kebanyakan reduviid mampu menularkan
penyakit, tetapi hanya beberapa spesies saja yang merupakan vektor yang efektif
vektor yang paling penting adalah Triatorua infestans, Panstrongyhrs megistus dan
Rhodnius prolixus.
Ticks (Sengkenit)
Sengkenit telah dikenal sebagai vektor penyakit sejak tahun 1893, ketika
penular demam Texas pada lembu. Beberapa spesies sengkenit tidak saja dapat
tetapi juga melalui telur, kepada generasi sengkenit berikutnya. Penularan penyakit
besar.
Sengkenit dapat menjadi vektor berbagai macam penyakit pada manusia,
misalnya saja penyakit Rickettsia, penyakit virus, dan penyakit bakteri, serta
penyakit spirokaeta.
Tungau (Mites)
Tungau adalah vektor untuk penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang
limfadenitis, splenomegali, dan suatu eritema yang pada manusia menyebabkan luka
bernanah yang disertai dengan merah sekali. Tungau yang menjadi vektor utama
penyakit pada stadium larva sedangkan larva tungau merupakan parasit pada tikus
ladang di Jepang dan beberapa tikus rumah seperti tikus ladang di Taiwan dan di
melekatkan diri pada pekerja di ladang. Penyakit larva generasi kedua mampu
menginfeksi manusia ini dapat ditularkan dan generasi ke generasi dan dengan
demikian.
Cyclops
d. Penyakit Rickeffsia
o F Russian typhus
Vektor penyakit ini antara lain sengkenit dan genus Dermacentor (D. andersoni.
e. Penyakit Virus
o Louping ill
o Virus Powasson
o Tularemia
Rhipicephalus appendiculatus.
E. Strategi Pengendalian
1) Pengendalian lingkungan
hidup artropoda.
2) Pengendalian biologi
3) Pengendalian genetik
Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan, di antaranya
masing atropoda.
1) Pengendalian Nyamuk
digunakan, antara lain tindakan antilarva, tindakan terhadap nyamuk dewasa, dan
tindakan terhadap gigitan nyamuk. Untuk tindakan antilarva, metode berikut ini
dapat diterapkan:
o Pengendalian lingkungan
o Pengendalian kimia
o Pengendalian biologi
o Residual sprays
o Space sprays
insektisida.
o Pengendalian genetik
distortion.
berikut ini.
o Pelaksanaan screening
a) Residual sprays
Bahan kimia yang dipakai dalam penyemprotan residual, antara lain DDT 5%,
b) Baits
Untuk baits, bahan kimia yang dipakai, antara lain diazinon, malathion, dan
dichlorvos.
c) Cords dan ribbons
Cord dan Ribbons dapat mengandung bahan diazinon, fenthion, atau dimethoate.
d) Space Sprays
BHC.
e) Larvacid
Untuk larvasida, bahan kimia yang dapat dipakai, antara lain diazinon 0,5%,
flies) adalah penggunaan insektisida dan pelaksanaan sanitasi lingkungan. DDT 1-2
g/m² dan Lindane 0,25 g/m² dapat digunakan sebagai insektisida untuk
destruction atau lomba pemusnahan lalat tsetse secara besar-besaran di benua Afrika,
dan pengendalian genetik. DDT 25% dan Dieldrin 18-20% dapat digunakan sebagai
5) Pengendalian Tuma
insektisida, dalam hal ini DDT dan Malathion (0,5%) atau dengan menerapkan
bahan kimia, antara lain benazyl benzoate 25%, BHC 0,5%-l0%, tetmosol 5%, dan
7) Pengendalian Pinjal
yang dapat dilakukan, antara lain melalui penggunaan insektisida, dalam hal ini
DDT, Diazinon 2%, dan Malathion 5%; penggunaan repellent (misalnya, diethyl
(rodent).
disebabkan oleh sengkenit (ticks) dan tungau (mites). Insektisida yang dapat
digunakan untuk mengendalikan populasi sengkenit dan tungau ini, antara lain DDT,
9) Pengendalian Cyclops
ppm, lime (batu kapur), dan Abate (1 mg/liter), dan pengendalian biologis, yaitu
bahwa suatu populasi hama tidak mungkin dapat diberantas habis (eradikasi total),
kecuali di dalam suatu lokasi yang amat terbatas dan benar-benar terisolasi dan
populasi-populasi lainnya. Selama lapangan atau areal yang kita hadapi masih berupa
lingkungan yang mempunyai hubungan bebas secara fisik, biologis serta sosial
pertimbangan yang akan dijadikan pedoman operasional. Secara wajar saja, agar
upaya kita itu dapat efektif dan efisien, maka tindakan kita harus tertuju kepada
stadium hama yang paling rawan (terhadap tindakan itu), mudah dilaksanakan, tidak
memerlukan biaya terlalu besar, aman bagi manusia maupun makhluk bukan sasaran,
serta dapat diterima oleh kalangan masyarakat. Satu hal lagi yang perlu ditambahkan
adalah bahwa tindakan ini seyogyanya tidak akan mengganggu kelestarian dan
jangka panjang.
cara-cara apa yang akan digunakan, disesuaikan dengan spesies hama yang akan
ditindak serta dengan situasi dan kondisi setempat, jika hal ini dapat dipahami, maka
berarti strategi dan taktik pengendalian hama permukiman di berbagai lokasi atau
suatu lokasi tertentu akan lebih mudah dan efektif apabila yang dijadikan sasaran
adalah stadium pradewasanya, misalnya jentik nyamuk atau belatung lalat. Untuk
lokasi lainnya mungkin hanya dewasanya saja atau kedua-duanya dapat ditindak
fisik seperti kawat kasa mungkin lebih tepat bagi permukiman tertentu.
Dalam hubungan ini, maka informasi menyeluruh tentang vektor sasaran serta
keadaan setempat perlu dikuasai apabila hasil maksimal ingin dicapai. Ideanya,
Mengenal siapa yang akan menambah kepercayaan pada din petugas, sehingga ia
tidak membabi buta dalam tindakannya nanti. Dengan demikian, organisme bukan
Mengenal daur hidup, habitat, waktu dan perilaku makan. waktu dan perilaku
beristirahat, jarak terbang dan lain sebagainya akan sangat membantu dalam
upaya pengendalian. Informasi mengenai hal itu semua mutlak diperlukan apabila
Sekiranya ada cara lain, alangkah baiknya jika cara itu ditempuh, setidaknya
4. Memilih pestisida.
keracunan langsung pada para pemukim maupun makhluk bukan sasaran lainnya;
generasi.
Dalam hal alternatif pestisida yang dipilih, maka masih ada satu persoalan lagi
kapan waktunya, dengan cara apa, formulasi mana yang paling tepat, serta siapa
yang akan melakukannya. Apa pun yang dipilih semuanya harus mengacu kepada
pedoman yang telah disepakati tadi, yaitu: efektif, efisien, aman, murah, mudah,
Cara ini mencakup segala usaha yang tidak menggunakan bahan kimia. Bila
dilihat dan efek samping terhadap lingkungan cara ini paling aman, tidak merusak
menerus dengan makin banyaknya hambatan yang makin dialami, baik hambatan
Dalam garis besar pemberantasan nonkimia dibagi menjadi tiga cara, yaitu:
1) Pengelolaan Lingkungan
a) Modifikasi lingkungan
Cara ini misalnya, dengan mengatur sistem irigasi, penimbunan tempat-tempat
yang dapat menampung air hingga air menggenang atau mengalirkan air yang
b. Manipulasi lingkungan
Dengan cara ini keadaan lingkungan diubah sedemikian rupa sehingga menjadi
yang mengapung (ganggang dan lumut) dan lagoon, akan mengubah lagoon
perubahan kadar garam air menjadi tawar atau terlalu asin juga merupakan cara
yang berkembang biak di air payau. Pemutusan pengairan secara berkala juga
dipelihara dengan baik akan membuat tempat perindukan yang ideal untuk
lingkungan menjadi tempat yang tidak cocok untuk berkembang biak nyamuk.
zoofilik.
Percobaan untuk mengetahui efikasi cara ini sudah banyak dilakukan tetap
b) Predator
Dari banyak predator ikan pemakan jentik merupakan salah satu predator yang
efektif. Cara ini dapat dilaksanakan secara aktif oleh masyarakat meskipun
Bactimos Briquet. Yang terakhir efek residual cukup lama (tiga Minggu), tetapi
karena memerlukan laboratorium yang lengkap, biayanya cukup besar. Salah satu
yang telah disterilkan. Jantan steril ini diharapkan mengawini betina di alam.
Karena betina hanya kawin sekali, maka jika kebetulan kawin dengan jantan steril
Penggunaan insektisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting
a. Dosis Insektisida
Dosis adalah jumlah insektisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan vektor tiap satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah
insektisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
b. Konsentrasi Insektisida
insektisida:
1) Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu insektisida dalam
2) Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya insektisida dalam cc atau gram setiap liter
pelarut.
merupakan salah satu program pengendalian yang ditularkan vektor (vector borne
suatu spesies nyamuk vektor dan pada kondisi satu daerah saja. Adapun di Indonesia
yang merupakan negara kepulauan, kemungkinan kepekaan nyamuk vektor pun
Pengendalian vektor malaria sampai saat ini masih belum berhasil. Masalah
c. Alat Semprot
sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter,
mist blower (low volume), swing fog (fogging), dan atomizer (ultra low volume)
d. Ukuran Droplet
Mist : 50-100 m
Aerosol : 0,1 - 50 m
Fog : 5-15 m
e. Ukuran Partikel
Smoke : 0,001-0,1 m
f. Ukuran Molekul
F. Taksonomi Insektisida
membatasi penggunaannya.
Adalah bahan kimia mudah menguap dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui
yang menjadi sasaran, misalnya larvasida yang membunuh stadium larva, adultisida
yang membunuh stadium dewasa, ovisida yang membunuh telur. Repellent adalah
bahan yang menerbitkan bau yang menolak serangga. Misalnya diethyl toluamide
dipakaikan pada kulit yang terpapar dan pada pakaian untuk mencegah serangan oleh
nyamuk dan lain-lain artropoda. Repellent tidak perlu membunuh serangga, tetapi
a) Kelompok Mineral
Minyak tanah, minyak diesel telah lama dipakai sebagai larvasida. Minyak
memiliki bagian yang toksik dan mudah menguap yang dapat menembus trachea
pada larva dan pupa dan menghasilkan pengaruh anesthesi. Di samping itu,
minyak juga memiliki bagian yang tidak memiliki efek toksik langsung, yang
b) Kelompok Botanikal
Kelompok ini hanya mempunyai tiga elemen, yakni karbon, hidrogen, dan
insektisida yang boleh dipakai di dalam rumah, seperti di dapur dan kamar makan
biji bunga chrysanthemum. Pada insektisida yang digunakan dengan cara semprot
detik, namun tidak mematikan. Karena itu, banyak macam formulasi aerosol
dalam aerosol juga ditambahkan suatu bahan sinergis, yakni piperonyl butoxide
insektisida kelompok ini juga mempunyai elemen-elemen lain yakni oksigen dan
terhadap susunan saraf pusat. Karena itu, gejala keracunan muncul dalam empat
Insektisida dan kelompok ini yang pertama kali dipasarkan adalah Dichloro
dan pertanian di seluruh dunia. Bahan kimia ini termasuk insektisida keras, karena
misalnya di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, maka program pengendalian
cara kimia beralih kepada penggunaan insektisida yang lunak atau non-persistent,
yang mengganggu. Ada dua insektisida dan kelompok ini yang mudah terurai
(biodegradable) dan tidak disimpan dalam tubuh manusia, yakni Lindane dan
Methoxychior.
Lindane adalah 99% gamma isomer murni dan benzene hexachionide. Digunakan
tangga dan aerosol karena toksisitas yang rendah terhadap manusia, dikeluarkan
d. Kelompok Organophosphate
hydrocarbon.
ruang dengan cara ULV (Ultra Low Volume) untuk mengendalikan nyamuk
Karena efeknya lambat terhadap serangga, maka bisa ditambah pyrethrin untuk
e) Kelompok Carbamate
elemen chlorine ataupun phosphor. Cara kerjanya hampir sama saja dengan
f) Kelompok Fumigant
Fumigant adalah gas yang membunuh sel tubuh dan jaringan sesudah
menerbitkan gas HCN bilamana bubuk terpapar dengan uap air udara. Bubuk ini
biasanya disemburkan ke lubang tikus. Gas HCN lebih ringan dari udara dan
mudah terbakar.
manusia, maka perlu diperhatikan cara penggunaan yang aman dan setiap
Agar usulan program dapat diterima perlu ada alasan yang kuat yang
tampak dalam perencanaan. Di antara hal-hal yang perlu ada dalam perencanaan
a) Identifikasi Masalah
b) Studi Kelayakan
Berhubung jarang terdapat dua situasi pengendalian vektor yang sama, maka
sering kali suatu metode yang terpilih dicoba di lapangan pada suatu skala
kecil.
Perkiraan perlu dibuat tentang dampak negatif dan dampak positif dan
risiko toksik.
yakni: 1) faktor luar (exogenous) dan populasi yang berpengaruh terhadap besarnya
populasi vektor yang bersangkutan; 2) faktor peubah yang terdapat di dalam populasi
vektor itu sendiri (endogenous) yang berpengaruh terhadap jumlah individu populasi.
Faktor luar ini dalam argumentasi yang klasik menurut Nicholson Basiley dibagi
Andrewartha, Birch dan Davidson tidak perlu dipilah-pilah seperti ini karena di alam
1. Faktor Exogenous
iklim.
random.
supplement).
4) Ruang: habitat yang paling disukai sebagai ruang lingkup dalam kehidupan
2. Faktor Endogenous
3) Perilaku agresif.
4) Perubahan yang bersifat genetik akibat emigrasi total.
c. Interaksi Sosial
2) Kompetensi intraspesifik.
3) Perilaku agresif.
d. Dispersal
Pieridae.
kurang lebih: “menjaga agar populasi hama tidak meningkat terlalu tinggi sehingga
sebagai tindakan represif maupun preventif. Akibatnya seperti disebut di awal tadi,
semua teknik yang ada dalam suatu program terpadu untuk mengendalikan populasi
hama sedemikian rupa sehingga hama itu tidak menimbulkan kerugian sementara
Reynolds, 1966; NAS, 1969). Pengertian itu dipertajam oleh Rabb (1972) yang
apabila populasi itu berada di bawah tingkat “ambang ekonomi” yaitu tingkat
populasi hama yang kerusakan yang diakibatkannya masih dapat ditoleransi dan segi
ekonomi. Maksudnya adalah selama kerusakan atau kerugian yang diakibatkan oleh
hama itu sedemikian kecil sehingga tidak seimbang dengan besarnya biaya
pengendalian, maka populasi hama itu masih disebut terkendali. Penambahan kata
saja, untuk mengingatkan agar berbagai macam pendekatan pengendalian itu diikat
dalam satu program terkoordinasi dengan tujuan dan sasaran yang jelas. Produk dan
Dalam pada itu, perlu sekali lagi ditekankan bahwa agar program IPM dapat
mencapai hasil maksimal, ada beberapa ha! yang harus dipahami benar yaitu:
d) Ikhwal lingkungan yang dihadapi, khususnya kondisi struktural dan tata ruangnya.