Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

TRANSPORT PADA TANAMAN

Dosen Pengampu :

Dr. Reni Indrayanti, M. Si


Pinta Omas Pasaribu, S. Si., M. Si

Disusun oleh:

Putri Mega Aulia - 1308619049

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
1
DAFTAR TABEL

Hal.

1. Tabel Rata-Rata Hasil Percobaan...............................................................................5

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Grafik Perubahan Suhu...............................................................................................5


2. Kondisi Amaranthus sp. pada tempat terang setelah 30 menit...................................6

LAMPIRAN

Hal.

1. Tabel Perubahan Suhu Udara......................................................................................8


2. Tabel Perubahan Kelembapan Udara..........................................................................8
3. Volume Air Yang Berkurang......................................................................................8
4. Tabel Luas Permukaan Daun......................................................................................8
5. Tabel Massa Daun Keseluruhan Dan Massa Daun Sampel........................................9
6. Hasil Pengamatan Menit Ke-30..................................................................................9

2
TRANSPORT PADA TANAMAN
Putri, M. A., Nazlihatunnisa, N.
1
Program Studi Biologi. FMIPA UNJ. Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur
Correspondent author; putrimegaaulia610@gmail.com

Abstrak

Tumbuhan memanfaatkan air sebagai bahan untuk menjalankan fungsi fisiologis


normal. Jumlah air yang berlebih pada tumbuhan akan ditranspirasikan keluar melalui
daun. Transpirasi adalah proses evaporasi air melalui stomata, kutikula dan lentisel
pada tumbuhan. Transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal tumbuhan.
Percobaan dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor internal berupa ukuran daun,
serta faktor eksternal berupa suhu dan kelembapan udara terhadap laju transpirasi
tumbuhan Amaranthus sp.. Perhitungan laju transpirasi dilakukan dengan rumus
Volume air yang berkurang/luas daun/waktu (30 menit). Dari hasil percobaan
didapatkan bahwa perlakuan pada tempat teduh memiliki laju transpirasi paling tinggi
sedangkan tempat gelap memiliki laju paling lambat. Dari analisis faktor yang
mempengaruhi transpirasi, disimpulkan bahwa suhu dan luas daun berbandig lurus
dengan tingkat dan laju trasnpirasi, sedangkan kelembapan udara berbanding terbalik
dengan tingkat dan laju trasnpirasi.

Kata Kunci: Kelembapan, Luas daun, Transpirasi, Suhu.

PENDAHULUAN

Dalam proses fisiologis, air dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bagi tumbuhan, air
memiliki fungsi sebagai pelarut dan medium untuk reaksi kimia, medium untuk
transport zat organik dan non organik, memberikan tekanan turgor pada tumbuhan
sehingga membantu perbesaran sel dan proses buka tutup stomata, berperan dalam
proses hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul koloid, sebagai bahan bagu dari
proses fotosintesis dan reaksi kimia lainnya dalam tumbuhan, berfungsi dalam
trasnpirasi untuk mendnginkan permukaan tumbuhan (Gardner dkk, 1991).
Tanaman menyerap air dalam jumlah cukup untuk menjalankan fungsi fisiologis
normal. Kelebihan air dalam tubuh tanaman akan lebih ditranspirasikan untuk menjaga
tekanan turgor di bagian dalam tumbuhan. Semakin besar kadungan air tanah maka
semakin besar pula transpirasi pada daun (Marjenah, 2010).
Transpirasi adalah proses evaporasi air melalui stomata, kutikula dan lentisel
pada tumbuhan. Ketika tumbuhan menangkap karbon dalam bentuk gas CO2 di
atmosfer, uap air keluar ke atmosfer. Transpirasi yang tinggi pada tumbuhan darat
dapat menyebabkan kehilangan air yang tinggi dan dapat menyebabkan tumbuhan layu
atau mati (Salisbury, 1985). Sebaliknya, transpirasi yang tinggi berarti jumlah nutrisi
yang masuk ke tumbuhan juga dalam jumlah tinggi dan air yang bergerak di dalam
tumbuhan menuju atmosfer membantu menjaga suhu internal tumbuhan.
Transpirasi dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi transpirasi diantaranya ukuran daun, tebal tipisnya daun, lapisan lilin
pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
3
sedikitnya stomata, bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro, 1994), termasuk pula
umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor
eksternal antara lain meliputi radiasi, suhu, kelembapan udara, angin dan kandungan air
tanah (Dardjat dan Arbayah, 1994), gradien potensial air tanah-jaringan-atmosfer dan
kadar toksin di lingkungan.
Menurut Goldworthy dan Fisher (1992:61-63), pembukaan stomata dipengaruhi
oleh karbondioksida, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun dan laju
fotosintesis. Mekanisme kontrol laju kehilangan air atau transpirasi dapat dilakukan
dengan cara mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat
mengurangi proses kehilangan air dan mengatur konduktivitas stomata. Tujuan
percobaan adalah: (1) Mengukur kecepatan transpirasi melalui daun, persatuan luas dan
satuan waktu tertentu; (2) Mengetahui faktor yang mempengaruhi transpirasi daun.

METODE

Tempat dan Waktu: Depok, 30 September 2021 dan Tangerang, 30 September 2021.

Alat dan Bahan


1. Gelas plastik dengan tutup
2. Timbangan, penggaris, jam.
3. Wadah plastik (ember), pisau.
4. Tumbuhan bayam.
5. Solasi

Pelaksanaan percobaan.
1. Batang bayam dipotong dalam wadah (ember) yang berisi air hingga tinggi totalnya
17 cm.
2. Air 200 ml dituangkan ke dalam gelas plastik da ditutup rapat, tepi tutup direkatkan
dengan solasi.
3. +/- 6 cm pangkal batang bayam dimasukkan melalui celah di bagian tengah tutup
gelas hingga menyentuh air, batang dijga agar tidak terputus kontak dengan air.
Celah antara lubang di tutup dan batang bayam ditutup dengan solasi.
4. Melakukan hal yang sama untuk kedua tumbuhan bayam yang lain, kemudian
meletakkan gelas berisi tumbuhan bayam pada 3 lokasi, yaitu tempat terbuka, teduh
dan dalam ruangan.
5. Tumbuhan dibiarkan bertranspirasi selama 30 menit.
6. Pengamatan dilakukan secara bersamaan pada ketiga perlakuan.
7. Mencatat suhu dengan termometer dan mengukur kelembaban udara pada setiap
tempat dihitung menggunakan aplikasi pada handphone setiap 5 menit.
8. Mengukur jumlah air yang berkurang pada setiap perlakuan
9. Seluruh daun diukur luas totalnya sehingga dapat diketahui jumlah ml air yang
ditraspirasikan/satuan luas daun/satuan waktu pada setiap kondisi lingkungan yang
diamati tadi.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tumbuhan Amaranthus sp. digunakan karena daunnya tidak mengandung


kutikula sehingga tidak mempengaruhi laju traspirasi. Gelas pada percobaan ditutup
dengan rapat dan direkatkan dengan solasi agar penguapan atau berkurangnya jumlah
air hanya dipengaruhi oleh proses transpirasi oleh tumbuhan. Pada percobaan, suhu
pada tempat terang mengalami fluktuasi dan penurunan yang cukup drastis karena hasil
pengukuran suhu ketika matahari terang dan tertutup awan jauh berbeda bila
dibandingkan dengan pengukuran suhu pada tempat teduh dan tempat gelap.

Grafik perubahan suhu


40
35 Suhu (oC) Terang A
30 Suhu (oC) Terang B Suhu (oC) Teduh A Suhu (oC) Tedu
25
Su

20
051015202530 Suhu (oC) Gelap A
Waktu Suhu (oC) Gelap B

Transpirasi terjadi karena adanya perbedaan potensial antara air dan atmosfer atau
udara. Pergerakan air dimulai ketika air diserap oleh rambut akar secara osmosis,
molekul air mengalami adhesi dengan dinding xilem, xilem mengalami perubahan
tekanan yang besar karena antar molekul air saling tarik menarik ketika air ada bagian
daun bertranspirasi secara berkelanjutan dan kembali ke atmosfer.
Luas daun dihitung dihitung dengan menggunakan rumus: A/B x 2 x (C x D cm) =
E cm. Dimana A adalah massa daun total dan B merupakan massa daun sampel, C dan
D merupakan panjang dan lebar daun. Laju transpirasi diukur menggunakan rumus:
Volume air yang berkurang/luas daun/waktu (30 menit). Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh data sebagai berikut.

Tabel rata-rata hasil percobaan


Perlakuan Suhu Kelembapan Volume massa Massa Luas Laju
(oC) udara (%) air yang total sample daun transpirasi
berkurang daun daun (cm2) (ml/
(ml) (g) (g) cm2/menit)
Terang 32.8 70.9 1.5 1.5 0.34 563.9 0.00009
Teduh 33.1 70.3 2 1.25 0.2 576 0.00012
Gelap 31.1 74.1 0.75 1.25 0.2 479.7 0.00005

Tempat terang memiliki laju transpirasi lebih lambat dibandingkan dengan tempat
teduh dan tepat gelap. Sedangkan, menurut David dan Anne (2013) semakin banyak
intensitas cahaya maka proses transpirasi berjalan lebih cepat karena banyak stomata
yang terbuka. Perbedaan hasil percobaan dan teori dapat disebabkan karena pada siang
hari tumbuhan menerima radiasi matahari, sebagian dari radiasi matahari ini akan
diserap tumbuhan. Jika serapan energi matahari tidak diimbangi dengan pembebasan
5
energi tersebut, maka suhu tumbuhan akan meningkat. Peningkatan suhu yang
berlebihan akan mengganggu metabolisme tumbuhan. Proses transpirasi membutuhkan
banyak energi dalam tahap penguapan molekul molekul air, untuk menguapkan 1 gr air
dibutuhkan energi > 580 kalori (Lakitan, 2007). Pada percobaan, akar dari tumbuhan
Amaranthus sp. yang digunakan telah dipotong, hal tersebut menyebabkan penyerapan
air oleh batang tidak maksimal sedangkan daun membutuhkan air dalam jumlah besar
untuk ditranspirasikan, hal ini menyebabkan stres pada tumbuhan berupa layu, sehingga
kemampuan transpirasinya berkurang.

Kondisi Amaranthus sp. pada tempat terang setelah 30 menit

Tempat teduh memiliki laju transpirasi yang tinggi karena berada pada suhu yang
cukup tinggi dan cenderung konstan, intensitas cahaya yang cukup terang tanpa
terpapar langsung di bawah cahaya matahari membuat tumbuhan pada tempat teduh
dapat bertranspirasi dengan baik. Tumbuhan Amaranthus sp. pada tempat teduh
memiliki luas daun yang paling besar dibandingkan dua perlakuan lainnya. Menurut
Marjenah (2010) laju transpirasi dipegaruhi oleh luas permukaan daun, semakin besar
uas permukaan daun maka bidng trasnpirasi semakin besar, sehingga laju transpirasiya
lebih besar bila dibandingkan dengan laju transpirasi pada daun berkuran kecil.
Tempat gelap memiliki transpirasi paling rendah diantara dua perlakuan lainnya.
hal ini dapat terjadi karena perlakuan tempat gelap diletakkan dalam rumah, dimana
tidak terkena cahaya matahari, suhu lebih rendah dan sirkulasi udara lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan tempat terang dan teduh yang dilakukan di luar rumah,
lingkungan dalam rumah memiliki kelembapan relatif yang lebih tinggi (Hens dkk,
2007). Kondisi lembab menyebabkan laju trasnpirasi melambat karena kadar air di
udara menjadi lebih tinggi, sehingga perbedaan potensial dalam tumbuhan dan atmosfer
menjadi lebih kecil. Menurut Kartasapoetra (1990), tingginya tingkat kelembapan udara
akan menghambat laju transpirasi oleh daun dan sehingga memperkecil penyerapan air
oleh tumbuhan.

KESIMPULAN

1. Laju trasnspirasi pada tempat terang sebesar 0.00009 (ml/ cm2/menit), pada tempat
teduh sebesar 0.00012 (ml/ cm2/menit), dan pada tempat gelap sebesar 0.00005 (ml/
cm2/menit).
2. Faktor yang mempengaruhi transpirasi diantaranya (1) suhu, semakin tinggi suhu
udara maka semakin besar transpirasi oleh daun; (2) Kelembapan, semakin tinggi
kelembapan udara maka beda potensial tumbuhan-atmosfer menjadi lebih kecil,

6
sehingga menghambat laju transpirasi; (3) luas daun, semakin besar luas daun maka
area transpirasi menjadi lebih luas dan laju trasnpirasi menjadi lebh tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Dardjat Sastramiharja dan Arbayah Siregar. (1996). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
David R. Holding and Anne M. Streich. (2013). Plant Growth Processes: Transpiration,
Photosynthesis, and Respiration. Journal University of Nebraska–Lincoln.
Dwidjoseputro. (1994). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gardner, P.F. B.R. Pearce., and L.R. Mitchell. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Hens, H., Janssens, A., Depraetere, W., Carmeliet, J. & Lecompte, J. (2007). Brick
cavity walls: A performance analysis based on measurements and simulations.
J.Build.Phys., 31(2), 95-124.
Kartasapoetra, Gunarsih Ance. (1990). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Lakitan, B. (2007). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Marjenah. (2010). Pengaruh kandungan air tanah terhadap pertumbuhan dan transpirasi
semai Shorea leprosula Miq. Jurnal Penelitian Dipterokarpa vol 4(1): 11-24.
Salisbury, F. B dan C. W. Ross. (1985). Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2 (terjemahan).
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

7
LAMPIRAN

Tabel Perubahan Suhu Udara


Suhu (oC)
Menit ke- Terang Teduh Gelap
A B A B A B
0 35 31 35 32 33 32
5 35 31 35 32 32 28
10 36 31 35 32 32 27
15 33 31 33 32 32 28
20 36 31 35 32 32 32
25 33 32 34 32 32 32
30 32 32 33 32 32 32
Jumlah 240 219 240 224 225 211
Rata-
32.8 33.1 31.1
rataTotal

Tabel Perubahan Kelembapan Udara


Kelembapan (%)
Menit ke- Terang Teduh Gelap
A B A B A B
0 78 65 78 63 78 62
5 78 64 78 63 78 79
10 78 64 78 63 78 82
15 78 64 78 63 78 79
20 78 64 78 62 78 63
25 78 63 78 62 78 63
30 78 63 78 62 78 63
Jumlah 546 447 546 438 546 491
Rata-
70.9 70.3 74.1
rataTotal

Tabel Volume Air Yang Berkurang


Tempat
Percobaan Terang (ml) Teduh (ml) Gelap (ml)
A 0 3 1.5
B 3 1 0
Rata-rata 1.5 2 0.75

Tabel Luas Permukaan Daun


Tempat
Percobaan Terang (cm) Teduh (cm) Gelap (cm)
A 960 643.5 475.6
B 167.8 508.4 483.8
Rata-rata 563.9 576 479.7

8
Tabel Massa Daun Keseluruhan Dan Massa Daun Sampel
Tempat
Terang Teduh (g) Gelap (g)
Percobaan
Total Sample Total Sample Total Sample
(g) (g) (g) (g) (g) (g)
A 2 0.4 1.5 0.3 1.5 0.3
B 1 0.3 1 0.1 1 0.1
Rata-rata 1.5 0.35 1.25 0.2 1.25 0.2

Hasil Pengamatan Menit Ke-30

Percobaan A B

Terang

Teduh

Gelap

Anda mungkin juga menyukai