Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

TRANSPIRASI DAN PROSES MEMBUKA DAN MENUTUP STOMATA

Dosen Pengampu :

1. Dr. Supriyatin, M.Si.


2. Nailul Rahmi Aulya, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :

Dea Kristia Madalena (1304621055)

Kelompok 3 (Kloter 1)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 2


DAFTAR TABEL............................................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 5
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................. 5
1.2. Tujuan Praktikum ....................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 7
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM.................................................................................. 10
3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ................................................... 10
3.2. Alat dan bahan ........................................................................................................... 10
1. Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer dan menghitung
luas daun ............................................................................................................................. 10
2. Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata................... 11
3.3. Cara Kerja .................................................................................................................... 11
a. Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer dan menghitung
luas daun ............................................................................................................................. 11
b. Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................... 14
4.1. Hasil............................................................................................................................... 14
a) Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer dan menghitung
luas daun ............................................................................................................................. 14
b) Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata................... 16
4.2. Pembahasan ............................................................................................................... 17
1. Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer ............................. 17
2. Pengukuran luas daun ............................................................................................ 19
3. Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata................... 20
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................................. 22
LAMPIRAN ................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 24
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Alat dan bahan Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer dan
menghitung luas daun ................................................................................................................. 10

Tabel 2. 1 Alat dan bahan struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata
.......................................................................................................................................................... 11

Tabel 3. 1 Hasil pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer .......................... 14

Tabel 4. 1 Hasil menghitung luas daun ................................................................................... 15

Tabel 5. 1 Hasil struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata ................. 16


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Diagram Photometer Sederhana ............................................................... 12

Gambar 2. 1 Stomata kondisi awal membuka ................................................................ 16

Gambar 3. 1 Stomata setelah ditetesi NaCl Menutup. .................................................. 16

Gambar 4. 1 Stomata setelah ditetesi akuades kembali membuka (sedikit). .... 17

Gambar 5. 1 Penampakan bagian atas daun ........................................................................... 17

Gambar 6. 1. Laju transpirasi pada menit ke-10 .................................................................... 23

Gambar 7. 1. Mengukur laju transpirasi pada alat potometer ............................................ 23

Gambar 8. 1. Mengukur berat daun 1 ....................................................................................... 23

Gambar 9. 1. Mengukur berat daun 2 ....................................................................................... 23


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama aktivitas vitalnya, sejumlah besar air dilepaskan oleh tumbuhan sebagai
uap air ke atmosfer. Proses keluarnya air dari tumbuhan dalam bentuk uap air disebut
transpirasi. Jumlah air yang dikeluarkan dari tumbuhan merupakan fenomena yang
khas, meskipun terdapat perbedaan antar spesies. Transpirasi dilakukan tumbuhan
melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Selain mengeluarkan air dalam bentuk uap,
tumbuhan juga dapat mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air, proses yang disebut
gutting, melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu lubang pada urat daun terminal yang
biasa terdapat pada tumbuhan. . spesies tumbuhan tertentu. Mengenai transpirasi,
organ tumbuhan terpenting yang melakukan proses ini adalah daun, karena pada daun
kita menemukan stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena
membantu mempercepat pengangkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh,
dan mengatur turgor sel yang optimal. Transpirasi diawali dengan penguapan air oleh
sel mesofil pada ruang antar sel daun (Wahab, 2013).

Pada epidermis terdapat lubang-lubang kecil yang dikelilingi oleh dua sel
khusus yang disebut sel penjaga. Sel penjaga mempunyai lubang yang disebut stomata.
Pada beberapa tumbuhan, stomata memiliki sel yang berdekatan. Sel-sel ini secara
morfologi berbeda dari sel-sel epidermis lainnya, karena sel-sel ini terdiri dari dua atau
lebih sel tetangga yang mengelilingi sel penjaga yang tampaknya terhubung secara
fungsional. Stomata dengan sel-sel yang berdekatan disebut stomata kompleks. Sel
tetangga biasanya berkembang dari sel progenitor di dekat mukosa stomata, namun
bisa juga berkembang dari sel yang berkerabat dengan sel induk. Proses membuka dan
menutupnya stomata salah satunya dapat dijelaskan dengan adanya proses perubahan
tegangan sel penutup. Perubahan ini dipengaruhi oleh keadaan cairan pelapis
(pelindung). Turgor tinggi ketika air masuk (hal ini terjadi ketika potensial air sel
penutup lebih rendah dibandingkan sel sekitarnya). Stomata terbuka karena air dari
sel tetangga memasuki sel yang menutupinya sehingga meningkatkan turgor. Jika air
dari sel penjaga mengalir kembali ke sel tetangganya, maka sel tetangganya akan
mengembang dan mendorong sel penjaga ke depan sehingga menyebabkan stomata
menutup (Harso, 2011).

Transpirasi adalah proses pengambilan air berupa uap air dari jaringan hidup
tumbuhan di permukaan tanah, melalui stomata, pori-pori epidermis, dan lentikula.
Transpirasi adalah keluarnya uap H₂O dan CO₂ yang terjadi pada siang hari saat cuaca
panas, melalui stomata (mulut daun) dan perforasi (bukaan batang). Transpirasi
terjadi melalui bagian tumbuhan yang terpapar udara luar, terutama melalui pori-pori
daun seperti stomata, pori-pori epidermis, dan pori lensa, melalui proses fisiologis
pada tumbuhan (Eka, 2012).

Setiap tumbuhan pasti mempunyai jaringan pengangkut yang paling penting,


antara lain xilem dan floem. Kedua jaringan ini mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses kehidupan tumbuhan dan berperan mengambil air dari dalam
tanah dan menyalurkannya ke seluruh bagian tumbuhan sehingga seluruh organ
tumbuhan dapat berkembang secara maksimal. Proses ini disebut transportasi pada
tumbuhan.

Tumbuhan juga melakukan transpirasi, melepaskan uap air melalui


stomatanya. Transpirasi merupakan salah satu mekanisme pengaturan fisiologis
tumbuhan yang berkaitan dengan berbagai kondisi tubuh dan lingkungan. Transpirasi
ini menyebabkan aliran air terjadi secara tidak langsung dari akar, batang, dan daun.
Aliran air ini akan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi proses penyerapan
dan pengangkutan air tanah ke dalam tubuh tumbuhan.

1.2. Tujuan Praktikum

1. Mengukur laju transpirasi dengan menggunakan Photometer dan


Hygrometer.
2. Mengukur luas daun
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi laju transpirasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi adalah hilangnya air tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui
stomata, kutikula atau lentikula. Ada dua jenis keringat, yaitu (1) Transpirasi
epidermis adalah penguapan air yang terjadi langsung melalui epidermis; dan (2)
transpirasi stomata, dimana kehilangan air terjadi melalui stomata. Kutikula daun
relatif kedap terhadap air, dan pada sebagian besar tumbuhan, transpirasi kutikula
hanya menyebabkan 10% atau kurang kehilangan air dari daun. Oleh karena itu,
sebagian besar air hilang melalui daun (Lakitan, 2007).

Ketersediaan air merupakan salah satu kemungkinan terjadinya cekaman


abiotic menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tumbuhan tidak
dapat bertahan hidup tanpa air, karena air merupakan unsur utama yang berperan
dalam proses fisiologis tumbuhan. Air adalah bagian dari protoplasma dan membentuk
85 hingga 90% dari total berat jaringan tanaman. Air juga merupakan peserta penting
dalam reaksi fotosintesis dan hidrolisis. Selain itu, air juga merupakan pelarut garam,
gas dan zat lain untuk diangkut antar sel jaringan untuk menjaga pertumbuhan sel dan
menjaga kestabilan bentuk daun. Air juga berperan dalam proses pembukaan dan
penutupan stomata (Nio, 2011).

Kekurangan air pada jaringan tanaman dapat menurunkan turgor sel,


meningkatkan konsentrasi makromolekul dan mempengaruhi membran sel serta
reaktivitas kimia air pada tanaman. Mengingat pentingnya peranan air, maka apabila
tanaman kekurangan air maka dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme
tanaman sehingga pada akhirnya mempengaruhi laju pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Stres air dapat menghambat aktivitas fotosintesis dan
distribusi zat anabolik pada organ reproduksi. (Kurniawan, 2014).

Laju transpirasi berhubungan dengan jenis tanaman dan populasinya pabrik.


Perbedaan antar jenis tumbuhan mempengaruhi laju transpirasi. Setiap vegetasi
mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur kanopi, fisiologi
tanaman, indeks luas daun dan konduktansi stomata mempengaruhi transpirasi.
Jumlah air tanah yang dapat diserap tanaman sangat bergantung pada struktur akar:
semakin tinggi akar menembus tanah, semakin banyak air yang dapat diserap
tanaman, sehingga semakin banyak pula air yang dikeluarkannya. Perbedaan struktur
tajuk dapat dilihat dari perbedaan struktur batang dan daun khususnya luas daun pada
pohon tersebut, dimana semakin tinggi indeks luas daun suatu pohon maka laju
transpirasinya akan semakin cepat, dan semakin tinggi pula pohon tersebut.
Perbedaan kehilangan air dan laju transpirasi kumulatif pada setiap jenis tanaman
disebabkan oleh karakteristik tanaman dan stomata, termasuk luas permukaan daun,
kepadatan dan lebar stomata. Transpirasi dikendalikan oleh pembukaan dan
penutupan stomata, transpirasi bervariasi tergantung jenis tanaman (Sugeng, 2016).

Perbedaan laju transpirasi pada tumbuhan C3, C4 dan CAM terletak pada
habitatnya dan stomatanya terbuka atau tertutup. Berdasarkan habitat ketiga jenis
tumbuhan tersebut, laju transpirasi tanaman C3 berukuran lebih kecil dibandingkan
tanaman C4 dan CAM. Penyebabnya adalah lingkungan hidup tumbuhan C3 memiliki
suhu yang lebih rendah sehingga proses transpirasi sangat lambat. Sedangkan
tanaman C4 memiliki suhu lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman C3
sehingga laju transpirasinya lebih cepat. Faktanya, suhu lingkungan CAM bahkan lebih
tinggi dibandingkan suhu lingkungan tanaman C3 dan C4. Namun jika kita mengamati
proses pembukaan dan penutupan stomata, kita melihat bahwa laju transpirasi
tertinggi terjadi pada tanaman C3 ketika stomata tetap terbuka. Pada tanaman C4,
stomata hanya terbuka separuh pada siang hari untuk menghindari percepatan
kehilangan air besar. Sedangkan pada tumbuhan CAM, stomata menutup pada siang
hari karena suhu malam hari lebih rendah dibandingkan suhu siang hari. Hal ini dicapai
dengan tanaman CAM yang menurunkan laju transpirasi (Miftahudin, 2012).

Stomata tanaman CAM terbuka pada malam hari Uap air dapat masuk tanpa
transpirasi, sedangkan pada siang hari stomata tertutup. Menutup stomata pada siang
hari merupakan adaptasi untuk mengurangi penguapan air bagi tanaman yang hidup
di daerah kering. Spesies CAM mengikat CO2 menjadi senyawa empat atom C seperti
tanaman C4, namun pengikatan CO2 terjadi pada malam hari saat kelembaban udara
tinggi sehingga stomata terbuka. Senyawa C4 akan melepaskan CO2 pada siang hari
sehingga dapat digunakan untuk fotosintesis. Salah satu alat transpirasi tumbuhan
yang terdapat pada permukaan daun adalah stomata. Secara umum stomata
merupakan tempat berlangsungnya penguapan air (transpirasi) (Dewi, 2015).

Tingkat berkeringat lebih sensitif terhadap pengobatan stres kekeringan dan


ujung pelepah berhubungan dengan ciri-ciri organ daun seperti jumlah stomata dan
lebar pori stomata. Penurunan kadar air dari kapasitas lapang hingga cekaman
kekeringan dengan kadar air 40% kapasitas lapang cenderung menurunkan laju
evapotranspirasi. Kemampuan tanaman CAM dalam membuka stomata pada malam
hari saat kelembaban udara cukup tinggi dapat meminimalkan risiko dehidrasi.
Stomata tanaman tipe CAM tetap terbuka sebentar pada awal periode cahaya untuk
menyerap CO2 dan membuka kembali pada akhir periode cahaya untuk menyerap
kembali CO2 ketika asam organik dalam vakuola habis (Dwi, 2012).
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum

Hari/Tanggal : Selasa, 26 September 2023

Waktu : 10.00 – 12.00 WIB

Tempat : Laboratorium Fisiologi Hewan, Kampus B, UNJ

3.2. Alat dan bahan

1. Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer dan


menghitung luas daun

Tabel 1. 1 Alat dan bahan Pengukuran transpirasi pada daun


dengan potometer dan menghitung luas daun

Alat Bahan
• Potometer dan hygrometer • Ranting tumbuhan tanpa
masing-masing 1 buah per bunga dan kutikula
kelompok • Plastisin
• Timbangan • Eosin
• Penggaris • Air
• Statif
• Stopwatch
• Pisau/gunting
2. Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata

Tabel 2. 1Alat dan bahan struktur stomata dan aktifitas membuka-


menutup stomata

Alat Bahan
• Mikroskop • Daun dari berbagai
• Kaca objek tanaman monokotil dan
• Cover glass dikotil
• Larutan NaCl 2M
• Stopwatch

3.3. Cara Kerja

a. Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer dan


menghitung luas daun

1. Pilih satu tumbuhan yang tangkainya dapat masuk ke dalam pipa


karet photometer, kemudian potong dan segera masukkan ke dalam
ember yang berisi air agar pada bekas potongan batang tidak
terdapat gelembung udara.
2. Buka sumbat photometer dan isi dengan air hingga penuh.
3. Potong pangkal tumbuhan 5 – 10 cm, usahakan daun tidak basah.
4. Masukkan pangkal tanaman ke dalam pipa karet dan olesi setiap
sambungan dengan plastisin. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan
hati-hati dengan menjaga tangkai tanaman agar tidak lepas kontak
dengan air.
5. Lakukanlah hal yang sama untuk kedua photometer yang lain.
Kemudian letakkan photometer pada 3 lokasi, yaitu tempat terbuka,
teduh dan tertutup (dalam ruangan).
6. Untuk mengukur kelembaban udara pada setiap temapat, gunakan
hygrometer.
7. Selanjutnya biarkan tumbuhan bertranspirasi. Bila terjadi
penyerapan air akibat adanya transpirasi, maka air akan bergerak
kearah tabung tanaman.
8. Untuk memudahkan pengamatan dapat menggunakan larutan eosin
sedikit, dengan cara menyuntikan pada pipa kapiler dengan
menggunakan siring.
9. Amati secara bersamaan ketiga photometer tersebut (dapat bekerja
sama dengan teman lain). Dan catat pergerakan eosin/gelembung
udara dari a-b, setiap 5 menit, selama 4/5 X pengamatan (20/25
menit).
10. Dengan mengetahui volume pipa kapiler sepanjang a-b ini. Maka
dapat diketahui jumlah air yang ditraspirasikan selama
pengamatan.
11. Bila pengamatan selesai, petiklah seluruh daun untuk diukur luas
totalnya. Sehingga dapat diketahui jumlah ml air yang
ditraspirasikan/satuan luas daun/satuan waktu pada setiap kondisi
lingkungan yang diamati tadi.
12. Pilihlah salah satu metode pengukuran luas daun, dan ukurlah luas
daun tumbuhan yang dipakai untuk pengukuran laju transpirasi.

Gambar 1. 1 Diagram Photometer Sederhana

b. Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata

1. Teteskan akuadest pada permukaan kaca objek.


2. Buat sayatan tipis permukaan epidermis atas dan bawah lembaran
daun dari jenis yang telah ditentukan, kemudian tempatkan pada
tetesan akuadest pada kaca objek, tentukan epidermis atas dan
epidermis bawah.
3. Tutup secara hati-hati dengan cover glass dan amati dibawah
mikroskop dengan perbesaran kecil (4x10).
4. Fokuskan pengamatan pada 1-2 stomata dan tingkatkan perbesaran
sampai 40x10, kemudian gambarkan struktur stomata yang
teramati dibawah mikroskop.
5. Tetesi salah satu bagian dengan NaCl dan dibagian sisi lainnya isap
akuadest menggunakan tissue sehingga akuadest diganti oleh NaCl
dan amati perubahan yang terjadi pada stomata.
6. Catat waktu yang diperlukan untuk proses yang terjadi dan amati.
7. Kemudian tetesi kembali dengan akuadest pada salah satu sisi
dengan menghisap NaCl pada sisi lainnya, amati perubahan yang
terjadi dan catat waktu yang diperlukan untuk perubahan tersebut.
Tempatkan pengamatan dengan Cahaya langsung agar stomata
memberikan respon dengan akuadest.
8. Gambarkan/dokumentasi kan proses yang terjadi dengan
berurutan.
9. Simpulkan percobaan tersebut
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

a) Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer dan


menghitung luas daun

• Tabel 3. 1 Hasil pengukuran transpirasi pada daun dengan


potometer

Panjang Pergerakan Air dari Pipa Kapiler (cm)

Waktu Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6


(Menit
ke-) Tertutup Teduh Terbuka

3 cm 2,3 cm 3.5 cm 1 cm 2,2 cm 3 cm


5

1 cm 0,4 cm 1 cm 1,5 cm 3,1 cm 1,5 cm


10

1,4 cm 2,1 cm 0.5 cm 0,9 cm 2,4 cm 1,3 cm


15

0,8 cm 0,8 cm 0.5 cm 1,6 cm 3,6 cm 2 cm


20

0,2 cm 0,7 cm 0.5 cm 1 cm 2,6 cm 0,7 cm


25

0,3 cm 0,2 cm 0.5 cm 0,3 cm 5,4 cm 1,5 cm


30

6,7 cm 6,5 cm 6.5 cm 6,3 cm 7,5 cm 10 cm


Total
• Tabel 4. 1 Hasil menghitung luas daun

Luas Daun (Cm2)

Daun Ke- Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6

Tertutup Teduh Terbuka


1 59,71 59,72 53,080 52,72 27,51 33,17

2 46,44 66,35 46,444 65,90 34,39 46,44

3 39,81 39,81 53,080 65,90 27,51 59,71

4 53,08 53,08 53,080 52,72 6,88 39,81

5 53,08 19,9 46,444 26,36 13,76 6,63

6 59,71 - 59,714 - 41,27 -

Rata-rata 51,97 47,77 51,794 52,72 25,22 37,15


Luas Daun
1 Tangkai

Jenis tumbuhan kelompok 1, 4, dan 5 : Dimocarpus Longan (Kelengkeng)


Jenis tumbuhan kelompok 2, 3, dan 6 : Annona squamosa (Srikaya)
b) Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata

• Tabel 5. 1 Hasil struktur stomata dan aktifitas membuka-


menutup stomata

Kondisi
Waktu
Stomata
Parameter (detik/ Dokumentasi
(membuka/
menit)
menutup)

Kondisi
membuka 0
stomata awal

Gambar 2. 1 Stomata kondisi awal


membuka

Perubahan
Stomata
Menutup 15 menit
Setelah
ditetesi NaCl

Gambar 3. 1 Stomata setelah


ditetesi NaCl Menutup.
Kondisi
Stomata
setelah
Membuka 10 menit
ditetesi
akuades
kembali. Gambar 4. 1 Stomata setelah
ditetesi akuades kembali membuka
(sedikit).

Sedangkan, pada pengamatan bagian atas daun Philodendron burle-marxii tidak


ditemukan adanya stomata. Berikut adalah gambar yang didapatkan

Gambar 5.1 Penampakan bagian atas daun

4.2. Pembahasan

1. Pengukuran transpirasi pada daun dengan potometer

Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui laju transpirasi


menggunakan alat potometer. Dengan mengambil ranting pohon berada
di sekitaran kampus. Kemudian memasukkan ranting pada lubang kecil
disamping tempat penampungan air, apabila ranting terlalu besar
gunting sampai ranting muat pada lubang tersebut. Selanjutnya
masukkan air dan pastikan tidak gelembung udara didalam pipa
potometer, selagi dituangkan air tutup pipa menggunakan jari dan
Ketika sudah penuh dan tidak ada gelembung udara jangan lepas jari
terlebih dahulu karena itu akan membuang air lagi, tetapi tutup
menggunakan plastisin pada pipa yang diisi ranting tumbuhan tadi
sampai tidak ada udara, kemudian baru tutup tampungan air nya
menggunakan tutup karet baru jari dilepas. Kemudian di cek ada atau
tidaknya kebocoran, jika sudah dipastikan tidak kebocoran masukkan
cairan eosin pada pipa sampai sebanyak garis biru yang paling ujung dari
pipa potometer, kemudian amati laju transpirasi nya selama 30 menit
dengan interval setiap 5 menit dilakukan pengecekan.
Ketika pemasangan alat kelompok 2 mengalami beberapa
kendala yaitu pada kendala pertama dikarenakan lupa menutup lubang
pipa pada tempat dimasukkan nya ranting tadi menggunakan plastisin,
sehingga membuat eosin terdorong keluar di menit 15. Kemudian pada
kendala yang kedua kemungkinan dikarenakan adanya pergeseran yang
lumayan kencang secara tidak sengaja di sekitar alat potometer
diletakkan sehingga membuat eosin keluar lagi. Kemudian sampai pada
pengulangan ketiga dapat mengalami laju transpirasi sampai 30 menit
dengan total laju nya 6,5 cm.
Pada laju transpirasi ini digunakan 2 jenis tumbuhan yaitu pada
kelompok 1, 4, dan 5 : Dimocarpus Longan (Kelengkeng) dan pada
kelompok 2, 3, dan 6 : Annona squamosa (Srikaya). Selanjutnya
dilakukan dengan adanya 3 perlakuan perbedaan yaitu perlakuan di
tempat tertutup yaitu kelompok 1 dan 2, tempat teduh kelompok 3 dan
4, dan tempat terbuka kelompok 5 dan 6. Jika dilihat dari hasil diatas laju
transpirasi paling cepat adalah pada penempatan terang pada kelompok
5 dan 6 dengan total laju pada kelompok 5 sepanjang 7,5 cm dan pada
kelompok 6 sepanjang 10 cm.
Pada suhu 33 derajat, hal ini sesuai dengan teori bahwa pada
suhu 33 derajat hasil akhir matte memiliki tingkat penguapan air yang
konstan. Sedangkan tempat gelap bersuhu 00 derajat dan tempat terang
bersuhu 35 derajat mempunyai laju keringat yang berbeda-beda. Di
tempat gelap kecepatannya relatif melambat, sedangkan di tempat
terang dengan suhu 35 derajat kecepatannya relatif meningkat dan tetap
konstan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa suhu dan kelembaban
lingkungan juga mempengaruhi laju berkeringat. Semakin tinggi suhu
lingkungan maka semakin tinggi pula laju keringat. Semakin rendah
kelembaban lingkungan maka semakin tinggi pula laju penguapannya.
Pergerakan uap air melalui udara dari daun akan mengurangi laju
kehilangan air bersih, sehingga transpirasi akan menurun seiring
dengan meningkatnya kelembapan udara, serta di depan. (Sugiarto,
2018).

2. Pengukuran luas daun

Setelah 30 menit observasi, cabang berangkat Belimbing wuluh


digunakan untuk mengukur laju transpirasi, daunnya akan Digunakan
untuk mengukur luas permukaan daun. Dalam kursus ini, Latihan
Gunakan cara penimbangan yaitu menggunakan timbangan dan alat
pengering daun (oven). Pada prinsipnya luas daun diperkirakan dengan
Rasio berat (gravitasi). Langkah kerja dapat dilakukan dengan 2 cara
Langkah pertama dapat dilakukan dengan menggambar daun dengan
perkiraan luas pada selembar kertas, membuat salinan (simulasi) daun
tersebut. Selanjutnya, salinan lembaran tersebut dipotong dari kertas
yang berat dan luas permukaannya diketahui. Luas daun kemudian
diperkirakan berdasarkan perbandingan berat daun salinan dengan
berat total kertas. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus
berikut: (Irwan, 2017).
Sesuai dengan data pada tabel didapatkan rata-rata luas daun
pada tanaman srikaya. Luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap
laju transpirasi. Hal ini karena daun yang luas memiliki jumlah stomata
yang banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju transpirasi
(Papuangan, 2014). Hal ini menjawab diskusi hubungan luas daun
dengan kecepatan laju transpirasi. Jadi semakin luas daun maka semakin
cepat laju transpirasinya.

Jika dilihat dari tabel hasil pengamatan, rata rata luas daun yang
paling besar adalah pada kelompok 3. Hal tersebut berbanding terbalik
dengan kecepatan laju transpirasinya, dikarenakan tempat pengamatan
yang dilakukan oleh kelompok 3 adalah tempat teduh yang mana suhu
dan intensitas cahaya juga berpengaruh untuk kecepatan laju
transpirasinya.

3. Struktur stomata dan aktifitas membuka-menutup stomata

Pada kegiatan ketiga, pengamatan dilakukan terkait aktivitas


stomata bertujuan mengetahui struktur stomata, proses membuka dan
menutupnya stomata dan menganalisis respon stomata terhadap NaCl
dan Aquades. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan daun
philodendron dengan menyayat epidermis daun menggunakan silet yang
ditetesi oleh NaCl dan Aquades secara bergantian dan diamati
menggunakan mikroskop.
Pada tabel 3. dapat diketahui bahwa kondisi stomata setelah
ditetesi NaCl, hal ini dikarenakan potensial osmosis lebih kecil dari pada
sitoplasma sel penjaga, sehingga NaCl yang masuk kedalam sel dan
menyebabkan tekanan turgor dalam sel penjaga menurun. Penurunan
Tekanan turgor ini menyebabkan sel penjaga "menutup" dan saling
berdekatan sehingga tidak ada celah dan rapat (stomata tertutup)
(Romdhoni, 2021). Sedangkan kondisi stomata setelah ditetesi Aquades
yaitu terbuka. Hal ini dikarenakan aquades dapat membust sel penjsgs
menjadi turgud sehingga stomata terbuka (Romdhoni, 2021).
BAB V

KESIMPULAN

1. Pada laju transpirasi terdapat factor salah satu nya yaitu intensitas cahaya

2. Luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap laju transpirasi. Hal ini
karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang banyak, sehingga
mengakibatkan tingginya laju transpirasi

3. Penurunan Tekanan turgor ini menyebabkan sel penjaga "menutup" dan saling
berdekatan sehingga tidak ada celah dan rapat (stomata tertutup) dan
sebaliknya.
LAMPIRAN

Gambar 6. 1. Laju transpirasi Gambar 7. 1. Mengukur laju


pada menit ke-10 transpirasi pada alat potometer

Gambar 8. 1. Mengukur Gambar 9. 1. Mengukur


berat daun 1 berat daun 2
DAFTAR PUSTAKA

Harso, Wahyu. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.


Laboratorium Biologi FmipaUniversitas Tadulako. Palu.

Lakitan, B. 2007, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.


Jakarta

Nio, S, A. dan Yunia, B. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator


Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11 (2): 167-173.

Kurniawan B, Fajriani S dan Ariffin. 2014. Pengaruh Jumlah Pemberian Air


Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tembakau
(Nicotiana Tabaccum L.). Jurnal Produksi Tanaman. Vol 2 (1) : 59-64.

Sugeng, P. dan Moh. Teguh, S, L. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum


dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar
Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. Jurnal
Penelitian Tanaman. Vol. 7 (1): 15-24.

Miftahudin. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar.


Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Dasar. Institut Pertanian Bogor

Dewi, N. P. S. R., E. Kriswiyanti dan P. K. Sutara. 2015. Hubungan Kekerabatan


12 Kultivar Brokoli (Brassica oleracea L.) berdasarkan Karakter
Anatomi Stomata. Simbiosis. Jurnal Fisiologi dan Anatomi. Vol 3 (1) : 291-
300.

Dwi. Z. 2012. Kajian Fisiologi Tanaman Lidah Buaya Dengan Pemotongan Ujung
Pelepah Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. Jurnal Perkebunan dan
Lahan Tropika. Vol 2 (1) : 1-8.

Sugiarto, A. (2018). Pengaruh Peningkatan Suhu Udara terhadap Laju


Transpirasi Bibit Lansium domesticum Corr. Skripsi. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.
Papuangan, Nurmaya., Nurhasanah., danDjurumudi, Mudmainah. (2014)Jumlah
dan Distribusi Stomata pada Tanaman Penghijauan diKota Ternate.
Jurnal Bioedukasi, 3(1): 287 – 292.

Anda mungkin juga menyukai