Anda di halaman 1dari 19

lOMoARcPSD|30200188

lOMoARcPSD|30200188

MAKALAH
ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN

Oleh Kelompok 1:
1. Ni Kadek Yuniari (223213431)
2. Ni Putu Intan Darmayanti (223213433)
3. Fildatus Solehah (223213435)
4. Wayan Okta Styasa Putra (223213448)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES WIRA


MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2022/2023
lOMoARcPSD|30200188

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-

Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Keperawatan Dewasa

Sistem Kardiovaskular tepat waktu. Penulisan makalah berjudul “ANATOMI DAN

FISIOLOGI PERNAPASAN” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak.

kami menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada

bagian isi. Penulis menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan

makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Akhir

kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia akademik, dan

kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian

karya tulis ini.

Denpasar, 16 September 2023

Penulis
lOMoARcPSD|30200188

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................5
C. TUJUAN MASALAH..................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................................6
A. Anatomi Sistem Pernapasan.........................................................................................................6
1. Pengertian Respirasi.....................................................................................................................6
1. Sistem Respirasi Atas...............................................................................................................6
a. Hidung...............................................................................................................................6
b. Faring.................................................................................................................................7
c. Laring................................................................................................................................7
d. Trakea................................................................................................................................7
2. Sistem Respirasi Bawah...........................................................................................................7
a. Bronkiolus..........................................................................................................................7
b. Bronkiolus Terminalis........................................................................................................8
d. Bronkiolus Respiratori.......................................................................................................8
e. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar.................................................................................8
f. Alveoli................................................................................................................................8
g. Paru....................................................................................................................................8
h. Pleura.................................................................................................................................8
B. Fisiologis Sistem Pernapasan.......................................................................................................9
a. Ventilasi.............................................................................................................................9
b. Difusi................................................................................................................................10
c. Transportasi................................................................................................................................11
d. Perfusi.........................................................................................................................................12
e. Proses Oksigen Sel.....................................................................................................................12
a) Sistem Respirasi...............................................................................................................12
f. Tanda dan Gejala Kecukupan Oksigen.......................................................................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15
lOMoARcPSD|30200188

A. LATAR BELAKANG BAB I


PENDAHULUAN
Pernapasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut
inspirasi dan menghembuskan udara disebut ekspirasi.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara
yang masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya
CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk
kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra)  ke aorta  seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini
terjadi oksidasi atau pembakaran. Sebagai ampas atau sisanya dari pembakaran adalah
CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi
kanan atau atrium dekstra)  ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui
arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel
alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan
sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju
paru-paru (sampai alveoli).
Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan,
sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka
begitu seterusnya. Jika makanan masuk kedalam laring maka kita mendapat serangan
batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring. Selain itu dibantu oleh
adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran dan benda asing.
Adanya benda asing atau kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada selaput lendir
dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk. Akibatnya benda asing
dan kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian
tersebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.
Sistem respirasi berperan dalam keseluruhan proses terjadinya pemindahan oksigen
(O2) dari atmosfer (lingkungan luar) ke dalam jaringan tubuh yang bertujuan untuk
menunjang proses metabolisme sel dan homeostatis serta pengeluaran karbondioksida
(CO2) dari jaringan tubuh ke atmosfer sebagai sisa dari oksidasi. Proses metabolisme sel
memerlukan O2 terus-menerus sebagai penghasil energi. Sistem respirasi juga berperan
dalam menjaga homeostasis kadar CO2 dan O2 tubuh.
lOMoARcPSD|30200188

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi sistem pernapasan?

2. Bagaimana fisiologis sistem pernapasan?

C. TUJUAN MASALAH
a. Mengetahui anatomi sistem pernapasan?

b. Mengetahui fisiologis sistem pernapa


lOMoARcPSD|30200188

BAB II
TINJAUAN TEORI
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

A. Anatomi Sistem Pernapasan


1. Pengertian Respirasi
Pernapasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Anatomi sistem
pernapasan terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Sistem Respirasi Atas
Sistem respirasi atas meliputi :
• Hidung
Hidung terdiri dari bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal hidung
yaitu menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
lOMoARcPSD|30200188

Bagian internal hidung yaitu rongga berlorong yang dipisahkan menjadi


rongga hidung kanan dan kiri oleh septum (pembagi vertikal yang sempit).
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Permukaan mukosa hidung dilapisi
oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak
ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai
saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru, sebagai penyaring
kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam
paru- paru.
• Faring
Faring (tenggorok) merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan
rongga hidung dan mulut ke laring. Faring dibagi menjadi 3, yaitu nasal
(nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring). Fungsi faring adalah
untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif.
• Laring
Laring (organ suara) merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea. Laring terdiri atas epiglotis (daun katup
kartilago yang menutupiostium ke arah laring selama menelan), glotis (ostium
antara pita suara dalam laring), kartilago tiroid (kartilago terbesar pada trakea,
sebagian dari kartilago ini membentuk jakun), kartilago krikoid (satu-satunya
cincin kartilago yang komplit dalam laring), kartilago aritenoid (digunakan
dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid), pita suara (ligamen yang
dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara). Fungsi laring
yaitu untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi jalan napas
bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu.
• Trakea
Ujung trakea (batang tenggorok) bercabang menjadi dua bronkus yang disebut
karina.

2. Sistem Respirasi Bawah


• Bronkus
Bronkus terbagi menjadi 2, yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus lobaris
kanan (3 lobus) terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian
lOMoARcPSD|30200188

terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat
yang memiliki arteri, limfatik dan saraf.
• Bronkiolus
Bronkiolus mengandung kelenjar sub mukosa yang memproduksi lender yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
• Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang mana
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
• Bronkiolus Respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
• Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar. Dan kemudian menjadi alveoli
• Alveoli
Alveoli merupakan tempat pertukaran gas O2 dan CO2. Alveoli terdiri atas 3
tipe, yaitu sel alveolar tipe I (sel epitel yang membentuk dinding alveoli), sel
alveolar tipe II (sel yang aktif secara metabolik), sel alceolar tipe III (makrofag
yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan).

• Paru
Paru merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut dan terletak dalam
rongga dada (toraks). Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru memiliki apeks
dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus
tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya.
• Pleura
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis.
Pleura terbagi menjadi 2, yaitu pleura parietalis (yang melapisi rongga dada)
dam pleura viseralis (yang menyelubungi setiap paru-paru). Diantara pleura
terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
lOMoARcPSD|30200188

mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekananan dalam rongga pleura


lebih rendah dari tekanan atmosfir. Hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.

3. Fisiologis Sistem Pernapasan


Respirasi (pernapasan) adalah proses pengambilan oksigen dari lingkungan dan
pengeluaran karbondioksida dari dalam tubuh makhluk hidup. Sistem pernapasan
setiap makhluk hidup berbeda tergantung pengkalifikasiannya. Namun, pembahasan
makalah ini hanyalah mencakup tentang sistem pernapasan pada manusia.
Tujuan dari respirasi adalah menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbondioksida. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, respirasi dapat
dibagi menjadi 4 kejadian fungsional mayor, yaitu :

a. Ventilasi
Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli
paru. Paru dapat berekspansi dan berkontraksi dalam 2 cara, yaitu dengan
pergerakan ke atas dan ke bawah dari diafragma untuk memperpanjang atau
memperpendek rongga dada dan dengan elevasi dan depresi tulang rusuk untuk
meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior dari rongga dada.
Ada 4 tekanan yang mempengaruhi ventilasi pulmonal, yaitu :
a) Tekanan Atmosfer
Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara atmosfer pada benda dipermukaan
bumi. Pada ketinggian permukaan laut  760 mmHg.
b) Tekanan Pleura
Tekanan cairan diruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada.
Tekanan pleura yang normal pada awal inspirasi (-5 cm air) merupakan nilai
isap (tekanan negative) mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai
istirahat.
Pengembangan rangka dada akan menarik paru kearah luar dengan kekuatan
lebih besar  tekanan jadi lebih negative (-7 cm air).
c) Tekanan Alveoli
Tekanan alveoli bersifat positif dalam keadaan tidak ada udara masuk atau
keluar dari paru yaitu saat akhir ekspirasi biasa, tekanan alveoli ini sama
dengan tekanan atmosfer. Tekanan alveoli harus lebih rendah dari tekanan
udara luar saat permulaan inspirasi. Pada akhir inspirasi maksimal, tekanan
lOMoARcPSD|30200188

alveoli menjadi lebih tinggi dari udara luar dan saat ini dimulailah proses
ekspirasi.
d) Tekanan Transpulmonal
Perbedaan yang ada diantara tekanan alveolus dan pleura pada
permukaan luar paru  nilai daya lenting (elastic).
Ventilasi Alveolus adalah kecepatan udara yang baru masuk pada area
ini. Perbaruan udara secara terus-menerus dalam area pertukaran gas,
merupakan sebuah penampung pada jaringan elastin (elastic). Keelastikan paru
ini beragantung pada dua faktor, yaitu jaringan ikat elastik paru (Setiap jaringan
ikat ini mengandung serat-serat elastin yang kemudian elastin itu membentuk
jaringan yang memperkuat elastisitasnya yang membungkus paru) dan
tegangan permukaan alveolus (Ditimbulkan oleh lapisan tipis cairan yang
melapisi bagian dalam alveolus, dari gaya tarik tak seimbang antara ikatan
molekul air dipermukaan yang lebih kuat dibanding dengan udara diatas
permukaan. Terdapat cairan dalam elveoli ini yang membuat tegangan
permukaanya menjadi naik).
b. Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Difusi akan
terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai
keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak
ada perbedaan konsentrasi. CO2 lebih mudah berdifusi dibandikan O2. gas
pernafasan yang berhenti memungkinkan terjadinya pengikatan / berdifusi ke
dalam pembuluh darah dan memasukkan gas pernafasan ke dalam tubuh sehingga
bisa berguna.
Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membrana respirasi sama
dengan difusi gas melalui air dan berbagai jaringan. Jadi, faktor yang menentukan
betapa cepat suatu gas melalui membrana tersebut adalah :

a) Ketebalan Membrana
Sering terjadi kecepatan difusi melalui membrana tidak proporsional terhadap
ketebalan membrana sehingga setiap faktor yang meningkatkan ketebalan
melebihi 2 – 3 kali dibandingkan dengan yang normal dapat mempengaruhi
secara sangat nyata pertukaran gas pernafasan normal.
lOMoARcPSD|30200188

b) Luas Permukaan Membrana


Khusus pada olahragawan, luas permukaan membrana respirasi sangat
mempengaruhi prestasi dalam pertandingan maupun latihan. Luas permukaan
paru-paru yang berkurang dapat berpengaruh serius terhadap pertukaran gas
pernafasan pada manusia, misalnya kakunya alveolus pada penderita TBC.

1. Koefisien Difusi Gas dalam Substansi Membrana


Dalam hal koefisien difusi masing-masing gas kaitannya dengan
perbedaan tekanan ternyata CO2 berdifusi melalui membrana kira-kira 20
kali lebih cepat dari O2. Dan Koefisien difusi O2 dua kali lebih cepat dari
N2.
2. Perbedaan Tekanan Antara Kedua Sisi Membrana
Dalam hal perbedaan tekanan gas, tekanan gas parsial menyebabkan gas
mengalir melalui membrana respirasi. misalnya diudara PO2 160 mmHg di
Alveolus hanya 105 mmHg, maka terjadilah aliran dari udara ke alveolus ,
begitu seterusnya. Dengan demikian, bila tekanan parsial suatu gas dalam
alveoli lebih besar dibandingkan dengan tekanan gas dalam darah pada O2
maka terjadilah difusi O2 dari alveoli ke arah darah. Tetapi bila tekanan
gas dalam darah lebih besar dibandingkan dengan dalam alveoli seperti
halnya CO2 maka difusi terjadi dari darah ke dalam alveoli.

c. Transportasi
Gas yang telah berdifusi kedalam darah dapat mengalami beberapa kejadian,
yaitu ada yang larut dalam plasma dan masuk kedalam eritrosit dan berikatan
dengan Hb.
Dengan eritrosit oksigen diangkut kejaringan oleh sirkulasi sistemik, dan
karbondioksida juga diangkut oleh eritrosit diangkut dari jaringan ke alveoli
melalui sirkulasi pulmonum. Setelah oksigen berdifusi masuk ke dalam melalui
kapiler pulmonum. Saat masuk oksigen itu mengalami beberapa kejadian 3 %
larut dalam plasma dan 97 % masuk kedalam eritrosit dan berikatan dengan Hb.
a) Efek Bohr
lOMoARcPSD|30200188

Longgarnya ikatan oksigen dengan Hb dijaringan tampaknya dipengaruhi oleh


konsentrasi karbondioksida didaerah itu. Di jaringan karena kadar
karbondioksida tinggi akibat sisa metabolism, oksigen segera dilepaskan.
Sedangkan didalam kapiler di alveoli, karena karbondioksida rendah karena
sudah berdifusi kedalam alveoli, maka oksigen diikat kuat oleh Hb.
b) Peran Hb
Menjaga/mempertahankan dan menstabilkan kadar oksigen jaringan.
Pengangkutan karbondioksida dari jaringan ke alveoli : Karbondioksida yang
dilepaskan oleh sel sebagai sisa metabolism akan berdifusi keluar melewati
membrane sel sehingga PCO2 jaringan menjadi lebih tinggi dari tekanan
karbondioksida darah.

c) Efek Haldane
Efek yang ditimbulkan oleh ikatan Hb dengan oksigen terhadap pengeluaran
karbondioksida dari darah dan dibuang ke alveoli yaitu melepaskan oksigen
saat tekanan oksigen jaringan mulai berasa dalam level 25 mmHg,
Mempertahankan oksigen jaringan saat konsentrasi oksigen darah berubah
drastis.
d. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi,
dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi
dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan
alveolus. Sirkulasi paru bersifat flexible dan dapat mengakodasi variase volume darah
yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
volume atau tekanan darah sitemik.
e. Proses Oksigen Sel
Oksigen adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Penyampaian oksigen ke
jaringan tubuh ditentukan oleh :
a) Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma,
isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak.
lOMoARcPSD|30200188

Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, difusi paru dan difusi.

1. Sistem Kardiovaskular
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung
untuk memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah masuk ke atrium kiri
dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta
melalui katup aorta. Kemudia dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi
sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk
vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari
atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis
kemudian keluar ke arteri pulmonaris melalui katup pulmonaris untuk
kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah
mengalir di dalam vena pulmonaris kembali ke atrium kiri dan bersirkulasi
secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada
kemmpuan transpor gas oksigen dan karbondioksida.
2. Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah
dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan Hb dan 3% oksigen larut dalam
plasma. Setiap sel darah merah mengandung mengandung 280 juta molekul
Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam Hb berikatan dengan
satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin. Reaksi pengikatan Hb
dengan O2 adalah adalah Hb+O2-HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2
dipengaruhi pleh suhu, pH, konsentrasi, 2,3 difosfogliserat dalam darah
merah. Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan
mempengaruhi transpor gas

f. Tanda dan Gejala Kecukupan Oksigen


a) Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan atau defisiensi oksigen karena
berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis
dalam jaringan dan organ. Secara umum, hipoksia dibagi dalam 4 jenis, yaitu :
- Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik)
lOMoARcPSD|30200188

Yaitu bila PO2 darah dari arteri berkurang .


- Hipoksia anemik
Yaitu bila PO2 darah arteri normal namun jumlah hemoglobin yang tersedia
untuk mengangkut O2 berkurang. Saat istirahat, hipoksia akibat anemia
tidaklah berat karena terdapat peningkatan kadar 2,3-BPG di dalam sel darah
merah, kecuali bila defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun begitu,
penderita anemia dapat mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan
aktivitas fisik karena adanya keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan
pengangkutan O2 ke jaringan yang aktif.
- Hipoksia stagnan atau iskemik
Yaitu, bila aliran darah ke jaringan sangat rendah sehingga O2 yang
dihantarkan ke jaringan tidak cukup, meskipun PO2 dan konsentrasi
hemoglobin normal. Hipoksia akibat sirkulasi yang lambat merupakan
masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan
mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada
gagal jantung kongestif. Pada jeadaan normal, aliran darah ke paru-paru sangat
besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka panjang untuk menimbulkan kerusakan
yang berarti.

- Hipoksia histotoksik
Yaitu, bila jumlah O2 yang dihantarkan ke jaringan memadai, namun oleh
karena kerja suatu agen toksik, sel jaringan tak mampu menggunakan O2
diberikan. Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan
paling sering disebabkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat
sitokrom oksidase dan mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau
nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja
dengan membentuk methemoglobin, yang akan bereaksi dengan sianida,
menghasilkan sianmethemoglobin, yakni suatu senyawa non-toksik.
Kemampuan pengobatan dengan menggunakan senyawa ini tentu saja terbatas
pada jumlah methemoglobin yang dapat terbentuk dengan aman. Pemberian
terapi oksigen hiperbarik juga dapat bermanfaat.
b) Hipokapnia
Hipokapnia adalah penurunan kadar CO 2 dalam darah, biasanya terjadi akibat
hiperventilasi (pernafasan cepat) dan penghembusan CO2 mnyebabkan terjadinya
lOMoARcPSD|30200188

alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih). Saat melakukan hiperventilasi volunter,


PCO2 darah arteri akan turun dari 40 mmHg sampai serendah 15 mmHg,
sementara PO2 alveolus meningkat sampai 120-140 mmHg.
Tanda dan gejala yang sering berkaitan dengan hipokapnia adalah sering
mendesah dan menguap, pusing, palpitasi, tangan dan kaki kesemutan dan baal,
serta kedutan otot. Hipokapnia hebat (PaCO 2 < 25 mmHg) dapat menyebabkan
kejang.
c) Hiperkapnia
Hiperkapnia adalah peningkatam kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering
disertai dengan hipoksia. Jika CO2 berlebih akan meningkatkan respirasi dan
konsentrasi ion hydrogen yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam
berlebihan). Retensi CO2 di dalam tubuh (hiperkapnia) pada awalnya akan
merangsang pernapasan. Retensi CO2 dalam jumlah yang lebih besar
menimbulkan gejala akibat depresi system saraf pusat : gangguan mental
(confusion), penurunan ketajaman sensorik, dan kemudian koma dengan depresi
pernapasan serta kematian. Pada penderita dengan gejala tersebut didapatkan
peningkatan PCO2 yang tinggi, asidosis respiratorik berat, dan kadar HCO3 plasma
yang dapat melebihi 40 meq/L. Sejumlah besar HCO 3 akan diekskresikan, namun
HCO3 yang direabsorpsi lebih banyak lagi sehingga HCO 3 plasma meningkat dan
mengkompensasi sebagaian asidosis.
CO2 jauh lebih mudah larut dibandingkan O2 sehingga hiperkapnia jarang
sekali menjadi masalah pada penderita fibrosis paru. Namun, keadaan ini timbul
pada ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, dan apapun penyebabnya, ventilasi
alveolus menjadi tidak adekuat pada berbagai bentuk kegagalan pompa.
keadaannya diperberat bila pembentukan CO2 meningkat. Contohnya, pada
penderita demam, terjadi peningkatan pembentukan CO 2 sebesar 13% untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 1oC, dan tingginya asupan karbohidrat meningkatkan
pembentukan CO2 akibat peningkatan RQ. Pada keadaan normal, ventilasi
alveolus bertambah dan lebih banyak CO 2 yang diekspirasikan, namun CO2 akan
menumpuk jika ventilasi terganggu.
Penyeabab utama hiperkapnia adalah penyakit obstruktif saluran napas, obat-
obat yang menekan fungsi pernapasan, trauma dada atau pembedahan abdominal
yang mengakibatkan pernapasan menjadi dangkal, dan kehilangan jaringan paru.
Tanda klinik yang dikaitkan dengan hiperkapnia adalah : kekacauan mental yang
lOMoARcPSD|30200188

berkembang menjadi koma, sakit kepala (vasodilatasi serebral), asteriksis atau


tremor kasar pada tangan yang teregang (flaping tremor), dan volume denyut nadi
yang penuh disertai tangan dan kaki yang terasa panas dan berkeringat (akibat
vasodilatasi perifer karena hiperkapnia). Hiperkapnia kronik akibat penyakit paru
kronik dapat mengakibatkan pasien sangat toleran terhadap PaCO 2 yang tinggi,
sehingga pernapasan terutama dikendalikan oleh hipoksia. Dalam keadaan ini, bila
diberikan oksigen, pernapasan akan dihambat sehingga hiperkapnia bertambah
berat.
d) Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain
meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yasng sebanding dengan
kemampuan bufer jaringan dan ginjal.
Tanda dan gejala hipoventilasi yaitu pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi,
penurunan kemampuan mengikuti instruksi, disritmia jantung, ketidakseimbangan
elektrolit, konvulsi, koma, henti jantung.
e) Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah pernafasan cepat dan dalam. Alkalosis respiratorik
adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat
dan menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Biasanya disebabkan oleh tekanan psikis / stres psikis misalnya histeria, takut
yang berlebihan, sedih yang berlebihan atau marah. Napas yang berlebihan
menyebabkan perubahan kimiawi darah yaitu meningkatkan level pH menjadi
alkalis. Penyebab terjadinya hiperventilasi adalah pernafasan yang sangat cepat
dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah. Jika cemas berkurang dan napas kembali normal,
maka hiperventilasi akan mereda. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah
kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik : rasa nyeri, sirosis hati,
kadar oksigen darah rendah, demam, over doosis aspirin.
Tanda-tanda yang pasti yaitu terlihat bernapas cepat dengan tarikan napas
yang dalam. Tanda-tanda yang mungkin ada yaitu kecemasan, Sskit kepala,
perilaku mencari perhatian (misal berteriak-teriak), kram pada tangan dan kaki,
tangan terasa kaku, kesemutan, bergetar, jari-jari tangan menguncup dan lentik,
biasanya tidak bisa digerakkan.
lOMoARcPSD|30200188

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, paru-paru, tulang rusuk, otot interkosta,
bronkus, bronkeolus, alvelus, dan diagfragma. Dalam mekanismenya, udara disedot
dalam paru-paru melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang rawan
supaya menjadi kuat dan senantiasa terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan
bronkus kiri yang disambungkan kepada paru-paru. Kedua brongkus bercabang lagi
kepada bronkiol dan alveolus pada ujung bronkiol. Alveolus mempunyai penyesuaian
berikut untuk memudahkann pertukaran gas.
lOMoARcPSD|30200188

DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Penerbit


EGC

Uliyah, Musrifatul.(2008).Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan.Jakarta:


Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai