Anda di halaman 1dari 11

Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.

2, Tahun 2018

KARAKTERISTIK COKELAT FILLING KACANG METE YANG


DIPENGARUHI JENIS DAN JUMLAH LEMAK NABATI
Asep Dedy Sutrisno
Yusep Ikrawan
Nurul Permatasari

Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Dr.Setiabudi No 93, Bandung, 40153,
Indonesia
E-mail : asepdedysutrisno@unpas.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui karakteristik cokelat filling kacang mete
(Anacardium occidentale L.) yang dipengaruhi jenis dan jumlah lemak nabati. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan jenis lemak nabati dan jumlah lemak nabati dalam pembuatan
cokelat filling kacang mete (Anacardium occidentale L.). Diharapkan dapat memberikan informasi pengembangan
teknologi, pengolahan dan wawasan yang luas dalam membuat produk cokelat filling kacang mete (Anacardium
occidentale L.), serta memberikan informasi mengenai pengaruh proses pengolahan terhadap neraca bahan komponen
lemak. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola faktorial 3 x 3 dalam Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dan ulangan yang dilakukan sebanyak tiga kali. Pola percobaan faktorial tersebut terdiri dari dua
faktor, yaitu : faktor A (jenis lemak nabati) terdiri dari 3 taraf yaitu : cocoa butter (a1), vegetable shortening (a2) dan
margarin (a3) dan faktor B (jumlah lemak nabati) terdiri dari 3 taraf yaitu: 25% (b1), 20% (b2) dan 15% (b3). Hasil
analisis dan perhitungan statistik pada penelitian utama menunjukkan faktor A (jenis lemak nabati) berpengaruh
terhadap kadar lemak, titik leleh, tekstur, titik beku, rasa, dan aroma. Faktor B (jumlah lemak nabati) berpengaruh
terhadap kadar lemak, titik leleh, dan tekstur. Interaksi antara faktor A (jenis lemak nabati) dan B (jumlah lemak nabati)
berpengaruh terhadap titik leleh.
Abstract
The purpose of this research was to learn and know characteristic chocolate filling cashew nut (Anacardium occidentale
L.) influenced by the type and amount of vegetable fat. This research was expected to provide information about the
effect of the type and amount of vegetable fat in the manufacture of chocolate filling cashew nut (Anacardium
occidentale L.). Expected to provide information about technology development, processing and extensive knowledge
in the manufacture of chocolate filling cashew nut (Anacardium occidentale L.), and provide information about the
effect of processing on fat component material. Experimental design used in this research was 3 x 3 factorial pattern in
randomized block design (RAK) and with three replications. The pattern of factorial experiment consisted of two
factors: A factor (type of vegetable fat) consists of 3 level were: cocoa butter (a1), vegetable shortening (a2) and
margarine (a3) and B factor (amount of vegetable fat) consists of 3 level were: 25% (b1), 20% (b2) and 15% (b3). The
result of statistical analysis in primary research shows that the A factor (type of vegetable fat) take effect to fat content,
melting point, texture, freezing point, taste and aroma. B factor (amount of vegetable fat) take effect to fat content,
melting point and texture. interaction between A factor (type of vegetable fat) with B factor (amount of vegetable fat)
take effect to melting point.
Keywords: Chocolate, vegetable fat.

1. Pendahuluan pedesaan. Untuk itu sejak tahun 1980 Pemerintah


Kakao telah dikenal di Indonesia sejak tahun memberikan prioritas terhadap produksi kakao sebagai
1560 tetapi baru menjadi komoditi yang penting sejak salah satu mata dagangan yang dikembangkan secara
tahun 1951. Produksi kakao Indonesia dihasilkan dari tepat (Siregar, Slamet dan Laeli, 2000).
perkebunan besar Negara dan swasta yang terdapat di Produksi kakao Indonesia setiap tahun selalu
daerah Sumatera Utara dan Jawa Timur, selain itu juga mengalami peningkatan, menurut data statistik sejak
produksi yang berasal dari perkebunan rakyat yang tahun 1987 hingga tahun 1992 rata-rata peningkatan
tersebar di daerah-daerah Maluku, Sulawesi Selatan, yang terjadi berkisar 25,63 % per tahun.
Kalimantan Timur, dan Irian Jaya. Meningkatnya usaha Pada awal abad ke-19 ditemukan cara
di bidang pembudidayaan kakao ini telah dapat memisahkan dan mengambil kandungan lemak dari biji
meningkatkan hasil devisa bagi Negara melalui ekspor kakao, sehingga diperoleh cocoa butter, bahan cocoa
dan mendorong ekonomi daerah terutama daerah powder, dan hasil pengolahan biji-biji kakao. Kemudian
disusul dengan pembuatan manisan dari kakao yaitu

91
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

kembang gula. Konon, pembuatan milk chocolate baru gizi yang hampir sama dengan mentega (Ketaren,
dimulai pada tahun 1876 di Negara Swiss (Sunanto, 1986).
1992). Jenis lemak nabati yang digunakan dalam
Produk cokelat cukup beraneka ragam, misalnya pembuatan cokelat memiliki sifat yang berbeda-beda
ada cokelat susu yang merupakan adonan cokelat manis, sehingga karakteristik produk cokelat yang dihasilkan
cocoa butter, gula, dan susu. Selain itu ada pula cokelat akan berbeda pula antara satu dan lainnya, baik secara
pahit (dark chocolate) yang merupakan cokelat alami organoleptik, fisika, maupun kimia.
dan mengandung sekitar 43 % padatan cokelat. Cokelat Cita rasa cokelat akan lebih khas bila
jenis ini bisa ditemukan pada beberapa produk cokelat ditambahkan bahan pengisi, jenis bahan pengisi yang
batangan (Khomsan, 2004). dapat ditambahkan adalah kacang-kacangan atau buah-
Konsumsi kakao Indonesia dalam bentuk buahan segar (Moeljianingsih, 2011). Kacang mete
olahan dibedakan menjadi konsumsi cokelat instan memiliki kandungan lemak yang tinggi yaitu sekitar
dan cocoa powder. Berdasarkan hasil SUSENAS dari 47% dan memiliki kandungan air ±5%, dengan
Badan Pusat Statistik, perkembangan konsumsi kakao kandungan lemaknya yang cukup tinggi maka akan
tahun 2002-2013 cukup berfluktuasi. Konsumsi menambah cita rasa dari produk akhir cokelat.
cokelat instan di Indonesia selama periode tersebut Kemudian kacang-kacangan memiliki kandungan air
meningkat sebesar 24,89% per tahun. Lonjakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan buah-buahan
konsumsi yang sangat signifikan terjadi pada tahun sehingga tidak akan mempengaruhi emulsi dalam
2012, dimana konsumsi cokelat instan mencapai adonan cokelat (Astawan, 2009).
54,6 gram/kapita atau naik 133,33% dibandingkan tahun Lemak merupakan fase utama dari cokelat,
sebelumnya (Pusat Data Sistem Informasi Pertanian, sehingga komponen lemak dalam produk cokelat adalah
2014). penting untuk diketahui. Komponen lemak dalam
Konsumsi masyarakat terhadap cokelat semakin produk akhir dipengaruhi oleh bahan baku yang
meningkat, hal ini karena rasa khas cokelat yang sangat digunakan, kemudian karena adanya proses pengolahan
lezat dan menarik, terlebih bila cokelat tersebut akan mengakibatkan perubahan komponen lemak baik
ditambahkan dengan bahan pengisi (filling) sebagai meningkat maupun menurun.
pelengkap. Tetapi daya beli masyarakat terhadap Di suatu industri pangan adalah penting untuk
cokelat olahan sebagian besar hanya bisa dijangkau oleh mengetahui pengaruh proses pengolahan terhadap
kalangan menegah ke atas, karena cokelat dengan mutu komponen kimia (lemak) dan penyusutan jumlah bahan
baik sebagian didatangkan dari luar negeri sehingga (lost) sehingga diperlukan kajian mengenai hal tersebut,
harga yang ditawarkan pun sangat tinggi dan tidak dapat salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. perhitungan neraca bahan komponen lemak.
Harga cokelat yang cukup tinggi ini dikarenakan
digunakannya lemak yaitu cocoa butter sebagai bahan 2. Metode Penelitian
utama, cocoa butter atau lemak kakao dalam pembuatan Bahan-bahan yang akan digunakan dalam
cokelat termasuk lemak nabati yang memiliki penelitian ini adalah vegetable shortening merek
kandungan lemak tinggi. Pusaka, cocoa powder bensdoorp, gula tepung, kacang
Pengganti cocoa butter walaupun memiliki mete yang diperoleh dari toko bahan kue sejati, cocoa
tingkat ketahanan berbeda dengan cocoa butter akan butter, margarin filma unsalted, cocoa butter substitute
tetapi dapat menghasilkan cokelat dengan kualitas baik yang diperoleh dari toko bahan kue Ny. Liem dan lesitin
tentunya dengan harga terjangkau dibandingkan cocoa kedelai dari toko brataco chemical.
butter (Saleh, 2005). Bahan analisis kimia yang digunakan dalam
Pengganti cocoa butter untuk pembuatan cokelat penelitian ini adalah aquades dan pelarut (N-Heksan).
diantaranya adalah lemak nabati yang memiliki titik Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian
leleh cukup tinggi (tidak cair di suhu ruang), seperti ini adalah timbangan digital, panci, kompor gas, alat
vegetable shortening dan margarin. pengaduk, mixer, concher, water bath, wadah plastik,
Vegetable shortening adalah lemak padat yang sendok, cetakan cokelat, alumunium foil, dan lemari
mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu dan pendingin.
umumnya berwarna putih. Pada umumnya vegetable Alat-alat yang digunakan dalam analisa kimia
shortening dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji dan fisika adalah penetrometer, timbangan digital,
kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah, kertas saring, alat ekstraksi soxhlet lengkap dengan
dan lain-lain (Winarno,1991). kondensor dan labu lemak, oven, desikator, penjepit
Margarin adalah emulsi air dalam minyak (W/O) cawan, pipet, botol semprot, erlenmeyer, batang statif,
yang mana tersebar dalam fase lemak semi-padat seperangkat alat pemanas, pipa kapiler, gelas kimia, dan
mengandung kristal-kristal lemak dan minyak cair. termometer.
Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari dua
karena memiliki rupa, bau, konsistensi rasa dan nilai tahap, yaitu penelitian pendahuluan yang bertujuan
untuk menganalisis kadar lemak dari setiap bahan baku,

92
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

data hasil analisis digunakan untuk perhitungan neraca yang digunakan di penelitian utama, uji organoleptik ini
bahan komponen lemak. Penelitian pendahuluan juga dilakukan dengan menggunakan metode hedonik,
dilakukan untuk mempersempit rentang jumlah lemak sehingga dapat diketahui apakah jumlah lemak yang
nabati yang digunakan dalam penelitian utama. Jumlah akan di gunakan tersebut disukai atau tidak oleh panelis.
lemak nabati yang digunakan dalam penelitian Parameter yang digunakan dalam penelitian
pendahuluan I (cocoa butter) yaitu 25% ; 30% ; 35%, pendahuluan ini adalah rasa, tekstur (mouth feel), aroma
untuk penelitian pendahuluan II (vegetable shortening) dan after taste (pahit). Pengujian dilakukan dengan
15% ; 20% ; 25% dan untuk penelitian pendahuluan III melibatkan 20 orang panelis.
(margarin) 5% ; 10% ; 15%, dari setiap penelitian
a. Respon Organoleptik Pendahuluan I
pendahuluan akan didapatkan satu jumlah lemak nabati
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk
terpilih berdasarkan uji organoleptik.
untuk uji organoleptik pendahuluan I ini adalah cocoa
Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui
butter dengan tiga jumlah variasi yaitu 35%, 30%, dan
karakteristik cokelat filling kacang mete yang
25%.
dipengaruhi jenis dan jumlah lemak nabati, selanjutnya
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Pendahuluan I
dilakukan rancangan perlakuan, rancangan percobaan,
rancangan analisis, dan rancangan respon.
Penelitian utama dilakukan dengan
menggunakan rancangan perlakuan yang terdiri dari dua
faktor yaitu jenis lemak nabati (A) yang terdiri dari 3
taraf yaitu cocoa butter, vegetable shortening, margarin Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah
dan jumlah lemak nabati (B) yang terdiri dari 3 taraf dilakukan diketahui bahwa dari penggunaan ketiga
yaitu jumlah lemak terpilih dari penelitian pendahuluan variasi jumlah lemak adalah tidak berbeda nyata untuk
I, II, III. Kemudian rancangan percobaan menggunakan semua atribut yaitu rasa, tekstur, aroma dan after taste.
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali Maka jumlah lemak terpilih ditentukan dengan melihat
ulangan (Gaspersz, 1990), rancangan analisis dengan nilai rata-rata yang menyatakan tingkat kesukaan
analisis variansi (ANAVA) dan rancangan respon kimia panelis, yaitu 25%.
(kadar lemak), respon fisika (titik leleh, tekstur, titik Panelis lebih menyukai produk cokelat dengan
beku), respon organoleptik metode uji hedonik (Kartika, jumlah lemak 25%, rasa dari produk cokelat lebih
B, 1987). disukai karena rasa khas cokelat lebih terasa. Hal ini
dikarenakan pada formulasi jumlah lemak 25%,
3. Hasil dan Pembahasan penggunaan cocoa powder lebih banyak daripada
Hasil Penelitian Pendahuluan formulasi lain yaitu 30%.
1. Analisis Kadar Lemak Sampel
Analisis kimia yang dilakukan di pendahuluan b. Respon Organoleptik Pendahuluan II
adalah analisis kadar lemak terhadap seluruh bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk
baku yang digunakan yaitu cocoa powder, cocoa butter, untuk uji organoleptik pendahuluan II ini adalah
vegetable shortening, margarin, cocoa butter substitute, vegetable shortening dengan tiga jumlah variasi yaitu
gula tepung, lesitin dan kacang mete. Hasil dari analsis 25%, 20%, dan 15%.
kimia ini akan digunakan dalam perhitungan neraca Berdasarkan hasil pengolahan data anava yang
bahan komponen lemak di penelitian utama. telah dilakukan diketahui bahwa dari penggunaan ketiga
variasi jumlah lemak adalah tidak berbeda nyata untuk
Tabel 1. Hasil Analisis Bahan Baku atribut tekstur (mouth feel), aroma dan after taste
Kadar (pahit), untuk atribut rasa berdasarkan tabel anava
Bahan (Sampel)
Lemak (%) adalah berbeda nyata sehingga dilakukan uji lanjut
Cocoa butter 88.82 duncan. Jumlah lemak yang terpilih adalah 20%, hal ini
karena penggunaan lemak 20% memiliki nilai yang
Vegetable Shortening 88.76
paling banyak disukai panelis dalam hal atribut rasa,
Margarin 77.89 tekstur dan after taste.
Cocoa Powder 22.2 Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Pendahuluan II
Gula Tepung 0.00
Cocoa Butter Substitute 73.85
Lesitin 70.55 Rasa, tekstur dan after taste dari produk cokelat
Kacang Mete 60.20 dengan menggunakan vegetable shortening 20% lebih
disukai, hal ini dikarenakan formulasi keseluruhan yang
2. Uji Organoleptik digunakan. Tekstur menjadi lembut dan tidak berpasir
Uji organoleptik di penelitian pendahuluan ini karena persentase penggunaa bahan padat (serbuk)
dilakukan untuk mendapatkan tiga jumlah lemak nabati seimbang, hal ini pula yang menyebabkan panelis

93
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

menyukai produk cokelat dari segi rasa dan after taste berpengaruh nyata terhadap kadar lemak produk
(pahit). cokelat. Berbeda dengan jenis lemak nabati (A) dan
jumlah lemak nabati (B) yang secara mandiri
c. Respon Organoleptik Pendahuluan III
memberikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk
produk cokelat.
untuk uji organoleptik pendahuluan III ini adalah
margarin dengan tiga variasi yaitu 15%, 10%, 5%. Tabel 6. Pengaruh Jumlah Lemak Nabati (B) terhadap
Kadar Lemak Cokelat
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptik Pendahuluan III
Jumlah Rata-Rata Taraf
Lemak (% Lemak) Nyata 5%
b1 (25%) 35.33 c
b2 (20%) 33.43 b
b3 (15%) 30.71 a
Menurut uji lanjut Duncan hasil uji organoleptik
dengan metode hedonik terhadap rasa, tekstur (mouth Kadar lemak dalam produk cokelat dengan
feel), aroma dan after taste (pahit) pada penelitian penambahan cocoa butter dan vegetable shortening
pendahuluan III terpilih jumlah lemak 15%, hal ini sebagai sumber lemak tidak berbeda nyata, hal ini
karena pada atribut rasa, tekstur dan after taste produk dikarenakan kadar lemak dari cocoa butter dan
mempunyai nilai yang paling disukai panelis. Lebih vegetable shortening yang digunakan tidak memiliki
disukainya perlakuan dengan jumlah 15% oleh panelis perbedaan yang besar pula yaitu 88.82% dan 88.76%.
ini dikarenakan formulasi keseluruhan yang digunakan. Sementara kadar lemak produk cokelat dengan
Pada formulasi jumlah lemak 15% after taste dari penambahan margarin memiliki perbedaan yang nyata,
produk cokelat tidak terlalu pahit dibandingkan dengan hal ini dikarenakan kadar lemak margarin sebagai bahan
formulasi lainnya, hal ini juga yang mempengaruhi baku relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan dua
penerimaan panelis terhadap rasa keseluruhan dari jenis lemak lainnya, yaitu 77.89%.
produk, kemudian tekstur dari produk cokelat tidak
terlalu padat dibandingkan dengan formulasi lainnya
sehingga tekstur (mouth feel) lebih disukai.
Hasil Penelitian Utama
1. Kadar Lemak
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua
bahan dengan kandungan yang berbeda-beda, tetapi
lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan
sengaja ke dalam bahan makanan dengan berbagai
tujuan. Penambahan lemak dimaksudkan untuk
Gambar 1. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak
menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita
Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap Kadar
rasa bahan pangan, seperti pada kembang gula.
Lemak Cokelat
Penambahan lemak dapat meningkatkan cita rasa dan
mutu dari suatu makanan, namun penggunaannya harus Berdasarkan histogram diatas, menunjukkan
tetap terkendali dan jumlahnya tidak berlebihan bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah lemak
(Winarno, 1991). yang digunakan maka kadar lemak produk cokelat juga
akan meningkat.
Tabel 5. Pengaruh Jenis Lemak Nabati (A) terhadap
Semakin meningkatnya kadar lemak dipengaruhi
Kadar Lemak Cokelat
oleh semakin tingginya jumlah lemak yang digunakan,
Taraf
Rata-Rata selain itu penggunaan bahan lainnya yang memiliki
Jenis Lemak Nyata
(% Lemak) kadar lemak cukup besar seperti cocoa powder (22.2%)
5%
dan kacang mete (60.2%) memberikan pengaruh yang
a1
34.18 B cukup besar pula terhadap kadar lemak produk.
(Cocoa Butter)
Kebanyakan konsumen menginginkan produk cokelat
a2 dengan kadar lemak yang rendah, sehingga jika ingin
(Vegetable 33.68 b memperoleh produk cokelat dengan kadar lemak yang
Shortening) rendah dapat menggunakan formulasi pada perlakuan
a3 a3b3 (margarin 15%), a2b3 (vegetable shortening 15%),
31.60 a
(Margarin) dan a1b3 (cocoa butter 15%).
Berdasarkan hasil analisis kadar lemak cokelat Kacang mete yang ditambahkan memberikan
untuk setiap perlakuan serta hasil sidik ragam pengaruh yang cukup besar terhadap kadar lemak dari
(ANAVA), menunjukkan bahwa interaksi antara jenis cokelat, terlebih bila cokelat tersebut mengalami
lemak nabati (A) dan jumlah lemak nabati (B) tidak penyimpanan. Selama penyimpanan, dapat

94
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

dimungkinkan terjadinya fat migration minyak / lemak pemanasan, lemak akan mengalami degradasi menjadi
yang terdapat dalam kacang mete terhadap cokelat asam lemak sehingga produk degradasi terbagi menjadi
sehingga kadar lemak cokelat menjadi berubah. dua yaitu hasil degradasi tidak menguap yang tetap
terdapat dalam bahan dan hasil degradasi yang dapat
menguap yang keluar bersama-sama dengan uap pada
waktu lemak dipanaskan. Pemanasan berkelanjutan
menyebabkan kadar lemak menurun, semakin tinggi
suhu yang digunakan, maka kerusakan lemak akan
semakin meningkat (Muchtadi, 1989).
Pemanasan yang dilakukan dalam pembuatan
cokelat akan menyebabkan pecahnya komponen-
komponen lemak menjadi produk volatil seperti aldehid,
keton, alkohol, asam, dan hidrokarbon yang sangat
mudah menguap dan berpengaruh terhadap
Gambar 2. Ilustrasi Fat Migration pembentukan flavor (Zogina, 2015).
Fat migration dapat menjadi penyebab terjadinya 3. Titik Leleh
gejala fat blooming seperti timbulnya bintik-bintik putih Titik leleh dari cokelat merupakan parameter
di permukaan cokelat, kenampakan menjadi kusam dan yang penting dalam menentukan kualitas dari prosuk
tidak mengkilap serta tekstur (hand feel) yang berpasir. cokelat, cokelat yang baik tidak cepat meleleh di suhu
Blooming terjadi apabila kristal lemak yang stabil ruang namun dapat cepat meleleh di suhu tubuh.
berubah menjadi tidak stabil. Perubahan ini Hasil penelitian bervariansi dari setiap perlakuan
mengakibatkan adanya ruang kosong antar kristal lemak untuk titik leleh cokelat. Dari hasil analisis titik leleh
sehingga terbentuk pipa kapiler, hal ini menyebabkan cokelat untuk setiap perlakuan serta hasil sidik ragam
kenampakan cokelat berubah menjadi kurang menarik, (ANAVA), menunjukkan bahwa interaksi antara jenis
lemak yang bermigrasi juga menggunakan pipa kapiler lemak nabati (A) dan jumlah lemak nabati (B)
yang terbentuk untuk dapat naik ke permukaan (Fakhmi, berpengaruh nyata terhadap titik leleh cokelat.
2016).
Tabel 8. Pengaruh Jenis Lemak Nabati dan Jumlah
2. Neraca Bahan Komponen Lemak Lemak Nabati terhadap Titik Leleh Cokelat
Perolehan kadar lemak produk cokelat dilakukan Faktor Jumlah Lemak Nabati (B)
dengan perhitungan neraca bahan komponen lemak,
Jenis
dimana data yang dibutuhkan untuk perhitungan
Lemak b1 b2 b3
didapatkan dari analisis kimia di penelitian pendahuluan
Nabati (25%) (20%) (15%)
serta persentase bahan dari setiap formulasi. Berikut
(A)
adalah perbandingan antara kadar lemak yang dihitung
a1 B C B
berdasarkan neraca bahan komponen lemak dan
(cocoa 29.89 33.67 35.22
berdasarkan analisis metode soxhlet.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Neraca Bahan Komponen butter) a B c
Lemak (%) a2 AB B A
Lemak (%) (vegetable 29.44 32.44 34.22
Perhitungan Analisis shortening) a B c
Perlakuan A A A
Neraca Metode a3
Bahan Soxhlet 29.11 31.44 34.44
(margarin)
a1b1 39.91 36.71 a B c
Keterangan :
a1b2 36.47 34.59 1.Huruf (kecil) dibaca horizontal, huruf yang berbeda menyatakan
a1b3 33.01 31.24 perbedaan yang nyata pada taraf 5%.
a2b1 39.80 35.91 2. Huruf (besar) dibaca vertikal, huruf yang berbeda menyatakan
perbedaan yang nyata pada taraf 5%.
a2b2 36.47 34.08
a2b3 33.06 31.06 Berdasarkan tabel 8, perlakuan jumlah lemak
a3b1 36.90 33.38 nabati (B) yaitu pada b1, b2 dan b3 menunjukkan
a3b2 34.18 31.62 perbedaan yang nyata terhadap titik leleh pada seluruh
a3b3 31.46 29.81 perlakuan jenis lemak nabati (A) baik pada a1, a2
maupun a3.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Perlakuan a1b1 menunjukan perbedaan yang
kadar lemak setiap perlakuan yang di analisis nyata terhadap titik leleh pada perlakuan a1b3 namun
menggunakan metode soxhlet lebih rendah dari kadar tidak berbeda nyata dengan perlakuan a1b2, kemudian
lemak yang diperoleh dengan cara perhitungan neraca perlakuan a1b2 tidak menunjukan perbedaan yang nyata
bahan komponen. Hal ini dikarenakan selama dengan a1b3.

95
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

Perlakuan a2b1 menunjukan perbedaan yang lemak dari tiga jenis lemak nabati yang digunakan
nyata terhadap perlakuan a2b3 dan a2b2. Selanjutnya dalam
perlakuan a3b1 menunjukan perbedaan yang nyata penelitian.
terhadap titik leleh a2b3, namun perlakuan a2b3 dan
Tabel 9. Perbandingan Komposisi Asam Lemak
a3b3 tidak menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
a3b3. Persentase (%)
Asam
Perbedaan titik leleh antar produk cokelat setiap Cocoa Vegetable
Lemak Margarin
formulasi dikarenakan kandungan asam lemak yang Butter Shortening
berbeda. Asam lemak yang menyusun suatu bahan Asam
- 0.11 0.31
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Titik leleh laurat
lemak sangat ditentukan oleh komposisi asam lemak Asam
0.1 4.46 2.76
dan tipe tri-acyl glycerol (Misnawi, 2008). miristat
Asam
25.4 33.14 35.12
palmitat
Asam
0.2 2 -
palmitoleat
Asam
33.2 22.98 13.7
stearat
Asam
32.6 31.37 25.4
oleat
Asam
2.8 0.9 6.09
linoleat
Gambar 3. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak Asam
0.1 - 0.09
Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap Titik Leleh linolenat
Cokelat Sumber: O’Brien, 2003 dalam Oddang A, 2013;
Berdasarkan histogram, menunjukkan bahwa Manurung, 2008; Wardhani dkk, 2009.
dengan semakin meningkatnya jumlah lemak yang Bentuk kristal penyusun lemak juga
digunakan maka titik leleh cokelat semakin rendah. Hal mempengaruhi titik leleh. Semakin stabil bentuk
ini dikarenakan adanya gejala eutectic, yaitu apabila dua kristalnya, titik leleh semakin tinggi. Terkait dengan
substansi lemak berbeda dicampur maka campuran bentuk Kristal lemak maka dalam pembuatan cokelat,
tersebut akan memadat dan mencair pada suhu yang proses tampering mutlak harus dilakukan (Misnawi,
lebih rendah dari kedua bahan pencampurnya (Misnawi, 2008).
2008), campuran lemak yang dimaksud dalam Tabel 10. Kristal Lemak dalam Cokelat dan Titik
penelitian ini adalah adanya penambahan cocoa butter Lelehnya
substitute pada setiap formulasi sebanyak 5%. No
Penggunaan jenis lemak nabati mempengaruhi Jenis Kristal Titik Leleh
Kristal
pula terhadap titik leleh, cokelat yang memiliki rata-rata I Gamma 17oC
titik leleh yang rendah adalah cokelat dengan II Alfa 21 oC
penambahan margarin, sementara cokelat yang memiliki III Beta Primer 1 26 oC
rata-rata titik leleh yang paling tinggi adalah cokelat IV Beta Primer 2 28 oC
dengan penambahan cocoa butter dan diikuti dengan V Beta 2 34 oC
vegetable shortening. Berdasarkan hasil penelitian yang VI Beta 1 36 oC
telah dilakukan, apabila ingin memperoleh produk
Sumber: Syamsir, 2011.
cokelat dengan titik leleh yang baik maka dapat
menggunakan formulasi pada perlakuan a1b3 (cocoa 4. Tekstur
butter 15%), a3b3 (margarin 15%), dan a2b3 (vegetable Tekstur adalah karakteristik intrinsik dari suatu
shortening 15%). citra yang terkait dengan tingkat kekerasan. Tekstur
Goh (2002) dalam Misnawi (2008) menyatakan adalah segi penting mutu makanan. Ciri paling penting
bahwa karakter campuran lemak dipengaruhi oleh untuk penilaian suatu makanan adalah kekerasan dan
derajat kejenuhan asam lemak penyusunnya dan kandungan air. Tekstur kadang-kadang lebih penting
panjang rantainya. Lemak dengan kandungan asam daripada bau, rasa, dan warna (deMan, 1997).
lemak jenuh yang tinggi memiliki titik cair yang lebih Tekstur (kekerasan) dari produk cokelat
tinggi. merupakan interpretasi dari titik leleh campuran lemak
Salah satu asam lemak jenuh paling berpengaruh dalam produk, penambahan dan peningkatan jumlah
yang menyusun campuran lemak produk cokelat adalah lemak secara langsung menurunkan kekerasan dari
stearat. Berikut adalah perbandingan kandungan asam produk cokelat.
Berdasarkan hasil analisis tekstur (kekerasan)
cokelat untuk setiap perlakuan serta hasil sidik ragam

96
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

(ANAVA), menunjukkan bahwa interaksi antara jenis polimorfis serta perubahan di dalam kecepatan
lemak nabati (A) dan jumlah lemak nabati (B) tidak kristalisasi (Lanning, 1981 dan Hogenbrik, 1984 dalam
berpengaruh nyata terhadap tekstur (kekerasan) cokelat. Misnawi, 2008).
Berbeda dengan jenis lemak nabati (A) dan jumlah
Tabel 13. Karakteristik Sensoris Kristal Cokelat
lemak nabati (B) yang secara mandiri memberikan
Berdasarkan Perbedaan Titik Leleh
pengaruh nyata terhadap tekstur (kekerasan) produk
cokelat. No Suhu
Efek Rasa
Tabel 11. Pengaruh Jenis Lemak Nabati (A) terhadap Kristal Leleh
Lunak, mudah hancur,
Tekstur Cokelat I 17oC
terlalu mudah lumer
Rata-Rata Taraf
Lunak, mudah hancur,
Jenis Lemak (mm/10det/ Nyata II 21 oC
100gram) 5% terlalu mudah lumer
a1 Padat, patah kurang
(Cocoa Butter)
0.77 a III 26 oC sempurna, terlalu
mudah lumer
a2 (Vegetable
0.87 ab Padat, patah kurang
Shortening)
IV 28 oC sempurna, terlalu
a3
0.95 b mudah lumer
(Margarin)
Mengkilap, padat,
V 34 oC renyah, leleh pada suhu
Tabel 12. Pengaruh Jumlah Lemak Nabati (B) terhadap
Tekstur Cokelat tubuh
Keras, sulit menjadi
Rata-Rata Taraf VI 36 oC
padat
JumlahLemak (mm/10det/ Nyata
100gram) 5% Sumber: Sunanto, 1992.
b1 (25%) 0.95 b Berdasarkan jenis kristal, kristal yang paling baik
b2 (20%) 0.85 ab dalam menyusun produk cokelat adalah kristal beta.
b3 (15%) 0.78 a Kristal beta ini memiliki struktur yang kecil sehingga
menghasilkan tekstur yang glossy dan mampu
membentuk kelompok kristal yang besar. Untuk
mendapatkan kristal yang stabil maka pembentukan
kristal membutuhkan waktu yang lebih lama. Ukuran
kristal yang terlalu besar akan menghasilkan produk
cokelat yang tidak padat dan mudah hancur saat
dipatahkan (Mulato dkk, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, apabila ingin memperoleh produk cokelat
Gambar 4. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak dengan tekstur yang baik (keras) maka dapat
Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap Tekstur menggunakan formulasi pada perlakuan a1b3 (cocoa
Cokelat butter 15%), a1b2 (cocoa butter 20%), dan a2b3
Berdasarkan histogram diatas, menunjukkan (vegetable shortening 15%).
bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah lemak 3) Titik Beku
yang digunakan maka kekerasan cokelat semakin lunak Tabel 14. Pengaruh Jenis Lemak Nabati (A) terhadap
(angka kekerasan semakin tinggi). Penggunaan jenis Titik Beku Cokelat
lemak nabati mempengaruhi pula terhadap kekerasan, Taraf
cokelat yang memiliki kekerasan paling lunak (angka Rata-Rata
Jenis Lemak o Nyata
kekerasan tinggi) adalah cokelat dengan penambahan ( C)
5%
margarin, sementara cokelat yang memiliki kekerasan a1
paling tinggi (angka kekerasan rendah) adalah cokelat 25.39 b
(Cocoa Butter)
dengan penambahan cocoa butter dan diikuti dengan a2
vegetable shortening. (Vegetable 24.67 b
Sama halnya dengan titik leleh, kekerasan Shortening)
cokelat juga dipengaruhi oleh asam lemak penyusunnya a3
serta karakteristik dari kristal lemak. Menurunnya 23.39 a
(Margarin)
kekerasan produk cokelat karena inkompabilitas lemak
Berdasarkan hasil analisis titik beku cokelat
terjadi melalui pembentukan kisi-kisi kristal yang tidak
untuk setiap perlakuan serta hasil sidik ragam
sempurna yang dapat meningkatkan mobilitas
(ANAVA), menunjukkan bahwa jumlah lemak nabati
pergerakan molekul, perubahan di dalam sturktur
(B) secara mandiri tidak memberikan pengaruh nyata

97
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

terhadap titik beku produk cokelat, sama halnya dengan bahan makanan akan mempengaruhi cita rasa yang
interaksi antara jenis lemak nabati (A) dan jumlah ditimbahkan oleh bahan tersebut. Rasa dipengaruhi oleh
lemak nabati (B) tidak berpengaruh nyata terhadap titik beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi
beku cokelat. Berbeda dengan jenis lemak nabati (A) dan interaksi komponen rasa lainnya. (Winarno, 1991).
yang secara mandiri memberikan pengaruh nyata Penilaian terhadap cita rasa menunjukan
terhadap titik beku produk cokelat. penerimaan konsumen terhadap suatu bahan makanan.
Penilaian terhadap citarasa pada umumnya dilakukan
Semakin panjang rantai asam lemak
dengan menggunakan alat indra pengecap manusia yaitu
penyusunnya, semakin tinggi titik lelehnya (Goh, 2002
lidah (Winarno, 1991).
dalam Misnawi, 2008) serta semakin mudah membeku
Berdasarkan data hasil perhitungan ANAVA
dan semakin sukar larut lemak tersebut.
Lampiran 10.A, menunjukkan bahwa jenis lemak
Asam-asam lemak sebagai komponen penyusun
nabati (A) berpengaruh nyata terhadap rasa produk
lemak dalam bahan baku (cocoa butter, vegetable
cokelat, sedangkan jumlah lemak nabati (B) dan
shortening, dan margarin) memiliki rantai asam lemak
interaksi antara jenis lemak nabati (A) dan jumlah
yang berbeda-beda sehingga akan berdampak pada titik
lemak nabati (B) tidak berpengaruh nyata terhadap rasa
beku dari masing-masing produk cokelat.
dari produk cokelat.
Tabel 15. Pengaruh Jenis Lemak Nabati (A) terhadap
Rasa Cokelat
Taraf
Jenis Lemak Rata-Rata Nyata
5%
a1 (Cocoa
4.52 b
Butter)
a2 (Vegetable
Gambar 5. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak 4.29 ab
Shortening)
Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap Titik Beku
a3 (Margarin) 2.17 a
Cokelat
Berdasarkan histogram diatas, menunjukkan Pada Tabel 15 diketahui bahwa penggunaan
bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah lemak cocoa butter (a1) sebagai sumber lemak menunjukan
yang digunakan maka titik beku cokelat semakin perbedaan yang signifikan dengan penggunaan margarin
rendah. Penggunaan jenis lemak nabati mempengaruhi (a3) terhadap rasa dari produk cokelat, akan tetapi tidak
pula terhadap titik beku, cokelat yang memiliki titik menunjukan perbedaan yang signifikan dengan
beku paling rendah adalah cokelat dengan penambahan penggunaan vegetable shortening (a2) terhadap rasa
margarin, sementara cokelat yang memiliki titik beku produk cokelat.
paling tinggi adalah cokelat dengan penambahan cocoa
butter dan diikuti dengan vegetable shortening.
Produk cokelat dengan jumlah lemak yang paling
kecil (b3) di semua jenis lemak yang digunakan
memiliki titik beku lebih tinggi dibandingkan dengan
kedua jumlah lemak lainnya (b2 dan b1), hal ini
dikarenakan kecepatan membeku dari produk cokelat
dengan jumlah lemak lebih kecil (b3) akan lebih cepat
dibandingkan dengan produk cokelat dengan jumlah
lemak yang besar (b2 dan b1) sehingga pada suhu yang
lebih tinggi produk cokelat (b1) telah membeku. Gambar 6. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak
Semakin banyak lemak yang digunakan dalam Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap Rasa
formulasi maka titik beku semakin rendah. Cokelat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Rasa merupakan faktor yang cukup penting
dilakukan, apabila ingin memperoleh produk cokelat
dari suatu produk makanan selain warna dan aroma,
dengan titik beku yang tinggi (beku di suhu ruang)
komponen yang dapat menimbulkan rasa diinginkan
maka dapat menggunakan formulasi pada perlakuan
tergantung dari senyawa penyusunnya. Misalnya
a1b3 (cocoa butter 15%), a1b2 (cocoa butter 20%), dan
bumbu-bumbu dan bahan tambahan lainnya yang
a2b3 (vegetable shortening 15%).
sengaja ditambahkan yang dapat memberikan rasa yang
5. Uji Organoleptik khas pada beberapa produk makanan (Saleh, 2005).
a. Rasa Rasa dominan yang timbul dari produk cokelat
Rasa merupakan faktor yang yang penting dari adalah rasa cokelat yang khas, rasa cokelat yang khas
suatu produk makanan, tekstur dan konsistensi suatu pada produk paling disukai adalah produk dengan

98
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

sumber lemak cocoa butter dan vegetable shortening, cokelat tinggi maka akan terasa gritty. Menurut Minifie
hal ini dikarenakan cocoa butter memeliki rasa khas (1989), ukuran partikel cokelat yang paling baik adalah
cokelat yang khas sehingga menjadikan produk akhir partikel dengan ukuran 30-40 mikron.
memiliki rasa khas cokelat yang lebih kuat, kemudian Berdasarkan data hasil perhitungan ANAVA
rasa dasar dari vegetable shortening adalah plain Lampiran 10.B, menunjukkan bahwa jenis lemak
sehingga tidak mengganggu rasa dari produk akhir nabati (A), jumlah lemak nabati (B), dan interaksi antara
cokelat dan penerimaan panelis terhadap produk jenis lemak nabati (A) dan jumlah lemak nabati (B)
cokelat. Produk cokelat yang menggunakan vegetable tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur (mouth feel)
shortening tidak memiliki perbedaan yang signifikan dari produk cokelat.
dengan produk cokelat yang menggunakan cocoa
butter. Sementara itu produk cokelat dengan
penggunaan margarin sebagai sumber lemak memiliki
rasa yang kurang baik, hal ini karena margarin memiliki
rasa khas tersendiri disebabkan komponen pangan lain
seperti zat pewarna (karoten), vitamin, air, pengawet,
dan emulsifier untuk menstabilkan emulsi yang
terbentuk (Ketaren, 1986).
Untuk menghasilkan rasa yang lebih baik selain
penambahan dari bahan-bahan yang digunakan juga
diperlukan statu proses pencampuran yang baik, dimana
pada proses pencampuran tersebut meliputi proses
pemanasan dan proses penghancuran, pada pembuatan Gambar 7. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak
produk cokelat proses pencampuran ini disebut proses Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap Tekstur
conching (Saleh, 2005). Cokelat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Penerimaan panelis terhadap produk cokelat
dilakukan, apabila ingin memperoleh produk cokelat seluruh formulasi tidak memiliki perbedaan yang
dengan rasa yang baik (keras) maka dapat menggunakan signifikan, hal ini dikarenakan tekstur berpasir produk
formulasi pada perlakuan a1b2 (cocoa butter 20%), cokelat tidak dipengaruhi oleh jenis dan jumlah lemak
a1b1 (cocoa butter 25%), dan a2b1 (vegetable nabati. Meskipun sifat waxy pada bahan baku lemak
shortening 25%). (cocoa butter, vegetable shortening, margarin) berbeda-
beda namun setelah menjadi produk perbedaannya tidak
b. Tekstur (Mouthfeel)
signifikan sehingga tingkat penerimaan panelis terhadap
Setiap bahan pangan memiliki tekstur yang
produk tidak jauh berbeda.
bermacam-macam. Hal ini tergantung kepada bahan
Cokelat harus dapat meleleh dalam mulut, yakni
baku, bahan penujang yang digunakan serta proses
ketika dimakan tanpa perlu meninggalkan kesan keras.
produksi yang dilakukan (Kartika, B., Hastuti, P,.
Tekstur seperti lilin (waxy mouth feel) menandakan
Supartono, W,. 1987).
bahwa cokelat mengandung sejumlah lemak. Cokelat
Parameter tekstur dibagi menjadi dua bagian,
merupakan dispersi partikel - partikel dari bubuk
yaitu finger feel dan mouth feel. Mouth feel adalah kesan
cokelat dan gula di dalam suatu fase cair lemak kakao.
kinestetik pengunyahan makanan dalam mulut yang
Pada suhu kamar partikel - partikel tersebut disekat oleh
mencakup kelompok kesan yang dinyatakan dengan
kristal-kristal lemak yang bertindak sebagai semen
istilah chewiness, fibrousness, grittiness, mealiness,
perekat. Oleh karena itu sifat-sifat fisik dan sensori
stickness, dan oiliness. Penilaian tekstur suatu bahan di
cokelat langsung berhubungan dengan kristalisasi lemak
mulut mulai dapat dirasakan ketika bahan dipotong,
kakao (Prasetya, 2009).
dikunyah, dan ditelan (Kramer, 1966)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Tekstur (mouthfeel) yang dijadikan parameter
dilakukan, apabila ingin memperoleh produk cokelat
adalah tekstur berpasir dan sifat waxy pada langit-langit
dengan tekstur (mouthfeel) yang lembut dan lebih
mulut ketika produk dikonsumsi. Tingkat kehalusan
disukai konsumen maka dapat menggunakan formulasi
merupakan salah satu parameter yang menentukan
pada perlakuan a1b2 (cocoa butter 20%), a3b1
karakteristik dari cokelat yang dihasilkan. Tingkat
(margarin 25%), dan a3b3 (margarin 15%).
kehalusan cokelat dipengaruhi oleh formulasi dan waktu
conching. Penggunaan waktu conching yang relatif c. Aroma
singkat akan menyebabkan bahan-bahan yang Aroma suatu bahan pangan merupakan fungsi
digunakan dalam pembuatan produk cokelat belum dari kandungan bahan yang dimilikinya. Aroma bahan
tercampur dengan sempurna sehingga akan pangan dapat menentukan kelezatan suatu bahan
menimbulkan tekstur yang tidak stabil (Saleh, 2005). pangan. Dalam hal ini aroma dipengaruhi oleh alat
Tingkat kehalusan yang yang rendah akan memberikan panca indera pencium (hidung). Pada umumnya aroma
efek smoothness pada cokelat. Jika tingkat kehalusan yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak

99
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

merupakan campuran dari empat aroma yaitu harum, lebih meningkatkan aroma khas cokelat (Widiantara,
asam, tengik dan hangus (Winarno, 1991). 2004).
Berdasarkan data hasil perhitungan ANAVA Proses conching yang dilakukan pada pembuatan
10.C, menunjukkan bahwa jenis lemak nabati (A) cokelat menggunakan suhu yang cukup tinggi yaitu
berpengaruh nyata terhadap aroma produk cokelat, 60oC dan dengan waktu 8 jam mengakibatkan cokelat
sedangkan jumlah lemak nabati (B) dan interaksi antara dengan penambahan margarin sebagai sumber lemak
jenis lemak nabati dan jumlah lemak nabati (B) tidak mejadi beraroma kurang baik. Hal ini karena margarin
berpengaruh nyata terhadap aroma dari produk cokelat. merupakan lemak nabati yang dihasilkan melalui proses
pencampuran antara minyak kelapa, minyak, sawit,
Tabel 16. Pengaruh Jenis Lemak Nabati (A) terhadap
stearin, dan bahan tambahan lainnya (Setiawan, 2002).
Aroma Cokelat
Adanya komponen minyak dalam margarin
Taraf mengakibatkan terjadinya perubahan aroma selama
Jenis Lemak Rata-Rata Nyata proses pengolahan khususnya conching. Pada lemak dan
5% minyak dikenal dua tipe kerusakan utama yaitu
a1 (Cocoa Butter) 4.46 b ketengikan dan hidrolisis. Ketengikan terjadi bila
a2 (Vegetable komponen cita rasa dan bau mudah menguap terbentuk
4.16 ab
Shortening) sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan
a3 (Margarin) 4.06 a minyak yang tak jenuh. Komponen-komponen ini
Berdasarkan Tabel 16 diatas, ditunjukan bahwa menyebabkan bau dan cita rasa yang tidak diinginkan
pada perlakuan a1 tidak berbeda nyata dengan dalam lemak dan minyak dan produk-produk
perlakuan a2, namun memiliki perbedaan yang mengandung lemak dan minyak (Raharjo, S, 2004
signifikan dengan perlakuan a3. Hal ini dikarenakan dalam Wardhani 2009).
setiap jenis lemak nabati yang digunakan dalam d. After Taste (Pahit)
penelitian ini memiliki aroma yang berbeda-beda, Berdasarkan data hasil perhitungan ANAVA
sehingga berdampak berbeda pula terhadap aroma dari 10.D, menunjukkan bahwa jenis lemak nabati (A)
produk akhir cokelat. Cocoa butter memiliki aroma tidak berpengaruh nyata terhadap after taste produk
khas coklat yang cukup kuat, vegetable shortening tidak cokelat, begitu pula dengan jumlah lemak nabati (B)
beraroma (plain) sementara margarin memiliki aroma dan interaksi antara jenis lemak nabati dan jumlah
khas tersendiri. lemak nabati (B) yang tidak berpengaruh nyata terhadap
after taste dari produk cokelat.

Gambar 8. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak


Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap Aroma Gambar 9. Histogram Hubungan antara Jenis Lemak
Cokelat Nabati dan Jumlah Lemak Nabati Terhadap After Taste
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Cokelat
dilakukan, apabila ingin memperoleh produk cokelat After tase dari dark chocolate yang lebih
dengan aroma cokelat yang khas dan lebih disukai dominan adalah rasa pahit karena bahan baku yang
konsumen maka dapat menggunakan formulasi pada digunakan adalah cocoa powder. Rasa pahit adalah cita
perlakuan a1b2 (cocoa butter 20%), a2b3 (vegetable rasa khas alami yang terasa dari dalam cokelat. Rasa
shortening 15%), dan a1b3 (cocoa butter 15%). tersebut berasal dari komponen-komponen alkaloid
Aroma yang timbul pada produk cokelat batang seperti theobromine, kafein, komponen fenolik,
dapat disebabkan dari proses conching. Dimana dari pyrazine beberapa peptida dan asam amino bebas. Rasa
proses conching inilah ditujukan untuk meningkatkan pahit cokelat seringkali rancu dengan rasa sepat karena
aroma khas cokelat dan juga dapat menghilangkan bau- orang tidak sepenuhnya mengerti sifat dan perbedaan
bau yang tidak dikehendaki. Penyebab timbulnya aroma antara kedua rasa tersebut, terlebih lagi tanin dan
dari proses conching, dapat disebabkan karena polifenol dalam cokelat sebegai komponen yang paling
penambahan zat-zat penambah cita rasa dan aroma, bertanggung jawab terhadap rasa sepat dan juga rasa
seperti cocoa powder dengan penambahan gula akan pahit (Armita, 2009).

100
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.2, Tahun 2018

After taste pahit cokelat dengan formulasi b3 Minyak Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian,
(15%) tidak begitu disukai panelis, hal ini karena pada Universitas HKBP, Medan.
formulasi jumlah lemak b3 (15%) penambahan cocoa 10. Minifie, W. Beinard, 1989. Chocolate, Cocoa, and
powder sebanyak 40% sehingga after taste dari produk Confectionery SainsTechnology. An Aspen
cokelat lebih pahit dari dua formulasi lainnya yaitu b1 Publication, London.
(25%) dan b2 (20%). Apabila ingin memperoleh produk 11. Misnawi. 2008. Karakteristik Campuran Lemak
cokelat dengan after taste pahit yang disukai konsumen Kakao dan Stearin Dalam Sistem Cokelat Susu.
maka dapat menggunakan formulasi pada perlakuan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
a2b1 (vegetable shortening 25%), a1b1 (cocoa butter Jember.
25%), dan a2b3 (vegetable shortening 15%). 12. Moeljianingsih. 2011. Pengaruh Penambahan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil Lesitin Terhadap Kualitas Permen Cokelat
kesimpulan sebagai berikut : Selama Penyimpanan Suhu Kamar.
1. Berdasarkan penelitian pendahuluan dengan uji 13. Muchtadi, D. 1989. Petunjuk Laboratorium
organoleptik, perlakuan jumlah lemak terpilih dari Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Institut Pertanian
penelitian pendahuluan I (cocoa butter) adalah 25%, Bogor, Bogor.
penelitian pendahuluan II (vegetable shortening) adalah 14. Mulato, S., Widyotomo, S., Handaka., (2002),
20%, dan penelitian pendahuluan III (margarin) adalah Desain teknologi pengolahan pasta, lemak, dan
15%. bubuk cokelat untuk kelompok tani,
2. Berdasarkan penelitian utama, jenis lemak nabati (A) http://pustaka.bogor.net/w261041.pdf. Diakses: 27
memberikan pengaruh nyata terhadap karakteristik Juni 2016.
produk meliputi respon kimia (kadar lemak), repon 15. Oddang, A. A. 2013. Analisis Kadar Asam
fisika (titik leleh, tekstur dan titik beku), respon Lemak Trans dalam Gorengan dan Miyak
organoleptik (rasa dan aroma). Jumlah lemak nabati (B) Bekas Hasil Penggorengan Makanan Jajanan di
memberikan pengaruh nyata terhadap karakteristik Lingkungan Whorkshop Universitas Hasanuddin
produk meliputi respon kimia (kadar lemak), respon Makasar. Jurnal Penelitian, Universirtas
fisika (titik leleh dan tekstur). Interaksi antara jenis Hasanuddin, Makasar.
lemak nabati (A) dan jumlah lemak nabati (B) 16. Pusat data Sistem Informasi Pertanian. 2014.
memberikan pengaruh nyata terhadap respon fisika (titik Outlook Komoditi Kakao. Kementrian Pertanian.
leleh). 17. Saleh, I. 2005. Pengaruh Penambahan Inulin
(Chicorium Intybus) Dan Waktu Conching
Daftar Pustaka Terhadap Karakteristik Produk Cokelat. Tugas
1. Armita. 2009. Tentang Cokelat. Akhir, Universitas Pasundan Bandung.
https://4rmita.wordpress.com/category/tentang- 18. Setiawan, E. 2002. Sifat Fisik, Kimia, dan
cokelat/page/6/. Diakses: 26 Juni 2016. Organoleptik Margarin Manis dengan
2. Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Penambahan Aspartam. Skripsi, Institut Pertanian
Kacang dan Biji-Bijian. Niaga Swadaya, Jakarta. Bogor.
3. Fakhmi, M. 2016. Perbedaan Lama dan Suhu 19. Siregar, T. H. S., Slamet. R., Laeli, N. 2000.
Tampering Terhadap Karakteristik Cokelat Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat.
Filling Selai Kacang. Tugas Akhir. UNPAS, Penerbit: PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Bandung. 20. Syamsir, E. 2011. Mengenal Proses Pembuatan
4. Gaspersz, V. 1990. Metode Perancangan Cokelat. http://ilmupangan.blogspot.co.id. Diakses:
Percobaan. Armico, Bandung. 1 Maret 2016.
5. Kartika, B., Hastuti, P,. Supartono, W,. 1987. 21. Wardhani, P, dkk. 2009. Analisis Tingkat
Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Kerusakan Lemak Nabati dan Lemak Hewani
Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada, Akibat Proses Pemanasan. Jurnal Penelitian, UIN
Yogyakarata. Syarif Hidayatullah, Jakarta.
6. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. 22. Widiantara, T. 2004. Peningkatan Karakteristik
Penerbit: Universitas Indonesia. Produk Cokelat Olahan Dengan Fortifikasi
7. Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Inulin dan Soy Powder. Tesis.UNPAS, Bandung.
untuk Kualitas Hidup. PT Gramedia Widia 23. Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi.
Sarana Indonesia, Jakarta. Penerbit: PT Gramedia Pstaka Utama, Jakarta.
8. Kramer, A dan Twigg, B. S. 1966. Fundamental 24. Zogina, N. M. B. 2015. Perbandingan Antara Soy
Of Quality Control The Food Industry. The AVI Powder Dengan Susu Bubuk Dan Konsentrasi
Publishing Company Inc. Grean Tea Terhadap Karakteristik Dark
9. Manurung, H. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Chocolate. Tugas Akhir, Universitas Pasundan,
Pengadukan pada Proses Kristalisasi dalam Bandung.
Pembuatan Pastry Shortening dari Fraksinasi

101

Anda mungkin juga menyukai