Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

PABRIK GULA BUNGAMAYANG


PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII
DESA NEGARA TULANG BAWANG KECAMATAN
BUNGAMAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA
OLEH :
FITRIANI KASIM
F361140021

DOSEN:
Prof. Dr. Ir. TUN TEDJA IRAWADI, MS

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI


PERTANIAN SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
I.

PENDAHULUAN

Keberadaan industri gula di Indonesia memegang peranan penting


bagi masyarakat Indonesia dan sektor industri lainnya karena gula
merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan bagi tubuh
manusia, dan juga diperlukan bahan baku bagi industri lain seperti
industri tepung, makanan serta industri pengolahan dan pengawetan
makanan. Pada tahun 2001, impor gula mencapai 1,5 juta ton atau sekitar
50 persen dari kebutuhan dalam negeri.

Kini Indonesia telah menjadi

negara pengimpor gula terpenting di dunia setelah Rusia.

Impor yang

tinggi serta harga internasional yang murah telah mempersulit posisi


sebagian besar pabrik gula (PG) atau firms untuk bertahan dalam Industri
Gula Nasional (IGN), apalagi untuk berkembang.
Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan gula serta mengurangi ketergantungan gula impor dan ikut
mewujudkan program swasembada gula, salah satunya yaitu dengan
pendirian Pabrik Gula Bungamayang.
Pabrik gula Bungamayang terletak di Desa Negara Tulang Bawang,
Kecamatan Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara, 157 km dari
Bandar Lampung sebagai ibukota kabupaten.
Pembangunana kebun dan pabrik dirintis sejak tahun 1982 dan
giling perdana dilaksanakan pada tahun 1984. Sejarah pabrik gula
Bungamayang adalah: sejak tahun 1982 sampai 1989, manajemen
dikelola oleh PTP XXI-XXII (Persero). Tahun 1990 sampai 1995, manajemen
dikelola oleh PTP XXXI (Persero). Tahun 1995 sampa 1996, manajemen
dikelola oleh PTP X-XXXI (Persero) masing-masing dipimpin oleh Kuasa
Direksi. Dan pada tanggal 11 Maret 1996, manajemen dikelola oleh PTPN

VII (Persero) yang merupakan penggabungan antara PTP XXXI (Persero),


PTP X (Persero) dan PTP XXIII (Persero).
PTPN VII (Persero) bergerak dibidang usaha agribisnis perkebunan
dengan komoditas karet, kelapa sawit, teh dan tebu. Usaha ditumbuhkan
dengan jalan mengembangkan usaha berbasis inti yang mengarah ke
integrasi vertikal. Wilayah kerja PTPN VII (Persero) meliputi Provinsi
Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.

II. PROFIL PERUSAHAAN


1. Visi dan Misi
Visi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah menjadi perusahaan
agribisnis berbasisi karet, kelapa sawit, the dan tebu yang tangguh,
tumbuh serta berkarakter global. Tangguh artinya memiliki daya saing
yang prima, melalui peningkatan produktivitas, mutu, skala ekonomi
usaha dan dukungan industry hilir. Karakter global artinya mempunyai
karakteristik perusahaan berkelas dunia dengan proses bisnis dan kinerja
yang prima serta menghasilkan produk yang berstandar Internasional.
Misi perusahaan yaitu :

1. Menjalankan usaha perkebunana karet, kelapa sawit, the dan tebu


denan menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan yang
efektif serta ramah lingkungan.
2. Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis inti
(karet, kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi
terbarukan.
3. Mengembangkan tata kelola usaha yang efektif
4. Mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.
5. Memelihara dan meningkatkan stakeholders velue.
2. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan lima tahun kedepan adalah :
1. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan agribisnis sector
perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat, kuat dan
tumbuh berkesinambungan dalam skala usaha yang ekonomis.
2. Menjadi perusahaan yang berkemampulabaan (profitable), makmur
(wealthy),

dan

berkelanjutan

(sustainable),

sehingga

dapat

berperan lebih jauh dalam akselerasi pembangunan regional dan


nasional.
3. Letak Geografi dan Topografi
Pabrik gula Bungamayang terletak di Desa Negara Tulang Bawang,
Kecamatan Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara, 157 km dari
Bandar Lampung sebagai ibukota kabupaten. Dengan ketinggian 10 -50
meter diatas permukaan laut dengan topografi bergelombang dengan
kemiringan 0-8 % pada 104 57 Bujur Timur dan 4 22 Lintang selatan.

4. Jenis Tanah dan Iklim


Jenis tanah
pH
Ketebalan Top Soil
Kedalaman Air Tanah
Curah Hujan
Hari Hujan
Kelembaban Udara

:
:
:
:
:
:
:

Podzolik merah kuning (Ultisol dan Oxisol)


4,5 5,0
15 30 cm
40 -50 cm
2300 mm per tahun
150 hari per tahun
83 %

5. Luas Areal yang Diusahakan


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Penggunaan Areal
Tanaman KTG
Pembibitan
Implasemen
Kebun Percobaan
Jalan A/C
Jalan Kontrol
Saluran Pipa Gas
Rawa/Lebung
Bero
Sengketa
Total

6. Sumber Daya Manusia


Komposisi Pekerja atas Dasar Strata

Luas (ha)
7.637,80
935,30
206,59
77,52
47,89
790,65
14,37
4.778,47
347,13
4.636,00
19.671,72

No.
1
2

Uraian
Pimpinan
Pelaksan
a
Jumlah

2009
65
560

2010
63
533

Tahun
2011
103
605

625

596

708

2012
75
623

2013
91
529

698

620

7. Sasaran Produksi
Pabrik Gula Bungamayang merupakan salah satu unit produksi
dilingkungan PTPN VII (Persero) yang mengusahakan komoditi tebu yang
terdiri dari tebu sendiri (TS), tebu rakyat (TR), tebu seinduk (WATU dan
Bekri), Tebu Rakyat Bebas (TRB) serta unit pengolahan (Pabrik Gula).
Sasaran Produksi RKAP Tahun 2014

Uraian

TS

Tebu

TR

TRB

Seinduk
944,0
67.800

4.300,0
312.76

3.431,1
250.47

16.342,1
1.214.08

76,0

71,8

2
72,7

2
73,0

0
74,3

tebu/ha)
Rendemen (%)
Hablur (Ton)

8,59
50.059,0

7,88
5.344,0

7,85
24.536,

7,81
19.561,

8,20
99.501,7

Gula (Ton)

50.209,2

5.360,0

9
24.610,

9
19.620,

99.800,2

Luas (Ha)
Tebu Digiling (ton)
Protas

(Ton

7.667,0
583,046

Total

III. PROSES PENGOLAHAN GULA PASIR


Pabrik Gula (PG) Bunga Mayang merupakan industri yang mengolah
bahan baku tebu untuk menghasilkan produk tunggal berupa gula kristal

putih (SHS). Gula produk ini dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat
maupun digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain, karena itu mutu
gula harus dijaga dengan baik.

Mutu gula yang baik dipengaruhi oleh

mutu bahan baku dan proses yang selalu terjaga agar sesuai standar yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.

Tujuan dari analisis adalah untuk

mengetahui kualitas produk gula yang didapat yaitu gula SHS atau produk
gula kristal putih kualitas pertama dan untuk menganalisis tentang
kelayakan gula dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara langsung
kualitas gula yang ditentukan oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia).

Proses produksi gula pasir di PG PTPN VII Bunga mayang

disajikan pada Gambar 1.


Tahapan produksi di PG PTPN VII Bunga Mayang dilalui mulai dari
bahan baku masuk pabrik hingga menjadi produk adalah stasium gilingan,
stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasium masakan dan stasiun
putaran. Bahan baku tebu masuk ke dalam proses pertama kali melalui
stasiun gilingan yang sebelumnya melewati stasiun persiapan. Stasiun
gilingan bertujuan untuk memisahkan nira dari tebu semaksimal mungkin
dengan teknik pemerahan yang seefisien mungkin dan kehilangan nira
dalam ampas sekecil mungkin. Hasil dari tahapan proses ini berupa
ampas tebu yang disajikan pada Gambar 2.
Nira yang keluar dari stasiun gilingan terdiri dari brix dan air, yang
kemudian menuju stasiun pemurnian. Tujuan dari proses pemurnian
adalah

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula pasir di PG PTPN VII

Gambar 2. Ampas Tebu Hasil Samping Penggilingan di PG PTPN VII


untuk memisahkan unsur bukan gula selai air dari nira mentah dengan
cara seefisien mungkin dan menjaga kehilangan gula sekecil mungkin.
Melalui cara ini diusahakan untuk menghilangkan kotoran dalam nira
mentah sebanyak mungkin tanpa adanya kerusakan dari sukrosa. Sistem
pemurnian yang dipakai di PG PTPN VII Bunga Mayang adalah sulfitasi
alkalis ganda dengan adanya penambahan gas SO 2 sebanyak dua kali,
yaitu di bejana sulfitasi nira mentah dan di bejana sulfitasi nira kental.

Hasil dari stasiun pemurnian adalah nira encer dan hasil sampingnya
berupa blotong. Blotong ditampung ke truk-truk pabrik dan digunakan
sebagai pupuk. Lahan perkebunan tebu yang memanfaatkan blotong PG
disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemanfaatan Blotong untuk Kesuburan Lahan Perkebunan Tebu


Setelah dari stasiun pemurnian, nira encer menuju ke stasiun
penguapan dimana proses yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan air dari suatu bahan.

Dalam stasiun ini diharapkan air

dihilangkan hingga kadarnya dalam nira hanya tinggal 30-35%. Proses


penguapan menyebabkan nira menjadi kental dan pekat, mendekati
konsentrasi jenuhnya.
penguapan

adalah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses


proses

penguapan

berlangsung

singkat

dan

mempunyai kecepatan penguapan yang tinggi. Keadaan seperti ini akan


menjaga agar tidak terjadi kerusakan sukrosa.
Setelah dari stasiun penguapan, nira masuk ke untreated syrup
tank, lalu dipanaskan di juice heater untuk mempersiapkan nira sebelum
masuk ke reaktor pemroses.

Di dalam reaktor pemroses yang bersuhu

75-80oC, nira dicampur dengan asam phosphat dan susu kapur. Kemudian
nira

hasil

reaksi

diumpankan

ke

aerator

yang

berfungsi

untuk

menambahkan udara ke dalam nira hasil reaksi tersebut supaya buih dan
kotoran mengambang.

Nira kental yang dihasilkan stasiun penguapan menuju ke stasiun


masakan yang berfungsi untuk mengambil sukrosa dalam bentuk kristal
yang sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya serta
mencegah terjadinya kerusakan maupun kehilangan sukrosa baik oleh
mikroorganisme, suhu, pH serta lamanya proses.

Proses pemasakan

dilakukan

masakan

pada

suatu

alat

yang

disebut

pan

dengan

menggunakan tekanan hampa. PG PTPN VII Bunga Mayang menggunakan


sistem masakan ACD, dimana kristal A digunakan sebagai produk,
sedangkan kristal C dan D sebagai pemasukan bibit. Stasiun kristalisasi di
PG PTPN VII Bunga Mayang disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun Kristalisasi PG PTPN VII Bunga Mayang


Proses masakan menghasilkan satu massa campiran antara kristal
gula dan larutan jenih dengan sukrosa.

Sehingga untuk mendapatkan

kristal yang murni maka campuran antara kristal gula dan larutan jenuh

harus

dipisahkan

dengan

cara

penyaringan

menggunakan

gaya

sentrifugal. Stasiun puteran bertujuan untuk memisahlan kristal gula dan


larutan gula yang terdapat pada masequite. Proses pemutaran masequite
dari masakan A dan masakan D dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan
untuk masakan C dilakukan 1 kali.
Proses pemutaran pertama terhadap masequite diperoleh stroop A
dan gula A.

Gula A (kristal) kemudian dicuci dengan air agar mudah

dipompa ke puteran kedua. Pada proses pemutaran kedua ini dihasilkan


klare A dan gula SHS I (gula produk).

Masequite C pada proses

pemutarannya menghasilkan stroop C dan gula C (kristal).

Sedangkan

proses pemutaran yang pertama terhadap masequite D akan diperoleh


stroop D (biasa dikenal sebagai tetes atau molases) dan gula D1
(kristal) yang kemudian ditambah air bersuhu 50 oC untuk dipompakan ke
putaran kedua. Pada proses pemutaran kedua ini akan dihasilkan klare D
dan gula D2 (kristal) (Gambar 4).
Gula produk SHS yang berasal dari puteran SHS masih dalam
keadaan panas dan basah, sehingga diperlukan suatu alat untuk
mengeringkan dan juga mendinginlan gula tersebut yang berada pada
stasiun penyelesaian.

Tujuan dari stasiun penyelesaian ini adalah

menghasilkan Gula Kristal Putih I (SHS I) yang siap jual dalam keadaan
kering, memiliki ukuran seragam sebagai gula produk (0,8-1,1 mm) dan
dikemas dalam tempat yang aman dari kerusakan.

Setelah keluar dari

puteran SHS, gula kristal yang masih basah turun ke talang goyang yang
selanjutnya dibawa ke gudang pengeringan gula.
Kristal gula yang keluar dari alat pengering dialirkan ke pipa
pendingin. Pipa pendingin berakhir di corong alat pengering yang menuju

ayakan getar.

Gula yang telah kering tersebut kemudian disaring

berdasarkan perbedaan ukuran bahan pada ayakan getar yang memakai


2 tingkat ayakan.

Dua tingkat ayakan dalam proses penyaringan ini

terdiri dari saringan gula produk dan saringan gula halus yang ukurannya
berbeda.
Gula yang tidak tersaring pada saringan gula produk disebut gula
krikilan (gula kasar), sedangkan gula yang tidak tersaring pada saringan
gula halus disebut gula produk dan yang tersaring disebut gula halus.
Gula krikilan dan gula halus ditampung dan dilebur lagi untuk dijadikan
gula produk.

Gula produk diisikan ke karung plastik dengan bobot

kemasan 50 kg di mana terdapat 2 lapis kemasan yang dipakai, yaiu


berupa kantung plastik bening sebagai kemasan primer yang berada di
dalam karung plastik sebagai kemasan sekunder.

Setelah itu karung

dijahit dan dikirim ke gudang. Produk gula pasir PG PTPN VII Bunga
Mayang disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Produk dan Penggudangan Gula Pasir di PG PTPN VII Bunga


Mayang

IV. FAKTOR PELUANG, KEKUATAN DAN MASALAH YANG DIHADAPAI


PABRIK GULA BUNGAMAYANG

Faktor Peluang

1. Lingkungan

sekitar

yang

didominasi

oleh

warga

pendatang/transmigran dengan latar belakang bidang pertanian


mempermudah alih teknologi/budidaya tanaman tebu berkembang
dengan pesat.
2. Budidaya gotong royong yang sudah melekat/menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari para transmigran menjadikan lahan usaha yang
semula berupa hutan belukar berubah dalam waktu singkatmenjadi
lahan produktif dengan tanaman tebu.
3. Dengan kesadaran yang tinggi untuk mengubah nasib dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan keluarga menjadi modal besar untuk
mempermudah pembentukan kelompok-kelompok tani, menerima
serta mempraktekkan petunjuk teknis dari petugas PG Bunga Mayang.
4. Adanya bantuan alat-alat berat dari PG Bungamayang untuk perbaikan
jalan dan jembatan guna mendukung kelancaran angkutan angkutan
terbang ke PG Bungamayang.
5. Persyaratan kredit yang cukup sederhana dan cepat dari pihak Bank
penyandang dana serta dukungan perusahaan inti (PTPN VII) sebagai
avails.
6. Kepastian pasar
7. Harga gula yang menarik
Faktor Kekuatan
1. Setiap

peserta

TR

menyerahkan

sertifikasi/surat

berharga

lain

sebagai jaminan/agunan ke PG Bungamayang, selain tanaman tebu


atau hasil glanya.
2. Adanya ikatan kontrak dan pengawasan yang ketat terhadap
a.
b.

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


Pendaftaran peserta dan survey kelayakan lahan
Bibit yang ditanam berasal dari PG Bungamayang dan varietasnya
sesuai rekomendasi dari Litbang

c.

Pemeliharaan atau kultur teknis mengikuti petunjuk dari petugas PG

d.

Bungamayang
Analisa kemasakan dan penentuan jadwal tebang dilakukan oleh PG
Bungamayang sesuai hasil scoring hasil analisa kemasakan.

Masalah yang Dihadapi


1. Belum tersedianya embung-embung penampungan air, pompa irigasi
terutama untuk penanaman pada saat musim kering.
2. Infrastruktur jalan dan jembatan didaerah-daerah terpencil yang
masih sangat minim.
3. Persaingan tenaga kerja untuk perawatan tanaman maupun panen
sebagai akibat perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat.
4. Tingkat kesejahteraan petani sudah meningkat dan kesulitan
mendapatkan tenaga kerja kasar maka petani beralih kekomoditas
tanaman keras.
5. Tata niaga penjualan gula dan tetes milik petani tidak kondusif karena
persaingan yang tidak sehat antar tengkulak sehingga menghambat
proses penjualan gula dan tetes, yang berakibat harga penjualan
yang tidak wajar

V. DAMPAK KEBERADAAN PABRIK GULA BUNGAMAYANG

Keberadaan PG Bungamayang menyebabkan peningkatan kegiatan


ekonomi yang ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi, ditunjukkan adanya pertumbuhan pasar,
pertokoan, berdirinya bengkel mobil/motor, dan adanya perusahaan
truck dan bus jurusan Bungamayang-Rajabasa Bandar Lampung,
serta industry-industri rumah tangga lainnya.
2. Meningkatkan kesejahteraan petani dan

masyarakat

sekitar

ditunjukkan antara lain :


- Petani umumnya sudah memiliki rumah permanen, alat-alat
elektronik, komunikasi, sepeda motor, peternakan sapi/ayam dan
-

kolam ikan.
Masyarakat

umumnya

sudah

menyekolahkan

anaknya

ke

perguruan tinggi di Bandar Lampung dan pilau Jawa, mempunyai

usaha-usaha antara lain : tahu, tempe, makanan kecil dan


penjahit pakaian.
3. Corporate Social Responsibility
1. Bantuan dana pembangunan infrastruktur daerah sekitar PG
Bungamayang seperti desa Isorejo
2. Pemberian bantuan dana acara-acara

daerah

sekitar

PG

Bungamayang
3. Bantuan dana untuk penanaman pohon dalam rangka Program
Penanaman stu milyar pohon di wilyah UU Bungamayang Tahun
2011-2012.
4. Bantuan pembuatan sumur bor desa-desa di Negara Tulang
Bawang (12 desa)
Kontribusi Terhadap Daerah
PTPN

VII

(Persero)

PG.

Bungamayang

telah

memberikan

kontribusinya kepada pemerintah pusat maupun daerah antara lain


melalui pajak dan retribusi.
Selain

itu

dalam

rangka

membantu

pemerintah

mengurangi

pengangguran, PTPN VII (persero) PG Bungamayang yang merupakan


perusahaan yang padat karya memerlukan tenaga kerja yang tidak
sedikit,

maka

untuk

pemenuhan

tenaga

kerja

tersebut

memanfaatkan tenaga kerja dari daerah sekitar PG Bungamayang.

dengan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Profil Perusahaan Tahun 2014. Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Perkebunana Nusantara VII. Pabrik Gula
Bungamayang. Lampung Utara

Anda mungkin juga menyukai