PENDAHULUAN
Tabel
Rincian Kegiatan Kuliah Lapangan
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
2.1 Profil atau Sejarah UMKM
Staf UPTD Litbang keramik Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Pak
Jujun Junaedi menceritakan bahwa pertama masuk keramik ke Plered pada tahun
1904. Pada waktu itu warga membuat segumpal tanah agar dapat difungsikan. Dulu
saat pertama masuk bahan keramiknya itu tanah putih, namun setelah dilakukan
penelitian dan lainnya ternyata tanah liat di Plered juga bisa digunakan, dari situlah
tanah liat berwarna cokelat asal plered menjadi bahan baku gerabah keramik Plered.
Gedung yang digunakan sebagai tempat produksi gerabah keramik tersebut
diresmikan pada tahun 1950 oleh Wakil Presiden RI pertama, Mochammad Hatta.
Gedung tersebut merupakan Gedung bersejarah atas perkembangan keramik di
Plered, pengelolaan Gedung itu dibawah Provinsi Jawa Barat dan para pengrajin
masih tetap mempertahankan membuat gerabah keramik secara manual. Salah
satunyya membuat gentong dan jolang besar berukuran tinggi 170cm dan diameter
150cm untuk dikirim ke Jakarta pada momen Game of The New Emerging Force
yang digagas Presiden RI pertama, Ir Soekarno pada 1963. Hingga saat ini gerabah
keramik semakin dikenal hingga ke mancanegara. Gerabah keramik ini sebagian
besar mata pencaharian warga Desa Anjun.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh UPTD Litbang Keramik Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Purwakarta pada tahun 2002,
diketahui jumlah unit usaha yang berada pada sentra industri kecil keramik Plered,
terutama di Desa Anjun, sebanyak 127 unit usaha dan mempekerjakan 1.400 orang.
Nilai ekspor produk keramik pada tahun 2001 mencapai Rp. 1,2 milyar atau 26.7%
dari nilai total produksi sebesar Rp. 4,5 milyar. Sementara itu data pada tahun
2003 – 2004 di Desa Anjun Plered, jumlah pengusaha kerajinan keramik sebesar 264
unit dan melibatkan lebih dari 30 karyawan dengan nilai produksi untuk ekspor
berkisar 8,5 milyar. Sampai sampai saat ini mulai dari tahun 1999 setiap tahunnya
lebih dari 60 kontainer yang dikirimkan ke manca negara Amerika Serikat dan Eropa
serta sebagian negara Asia dan Autralia. Negara tujuan ekspor keramik ini antara
lain Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Belanda, Kanada, Saudi,
Arabia, Amerika Serikat dan Latin, Inggris, Spanyol, Italia, dan manca negara
lainnya.
Jenis produk pada sentra keramik ini meliputi produk-produk terracotta/ gerabah,
stoneware dan porselen. Bahan baku yang diperlukan didatangkan dari Desa Citeko
yang berjarak kurang lebih tiga kilometer dari lokasi sentra industri kecil keramik
tersebut. Beberapa BUMN yang pernah membantu pemodalan industri kecil keramik
di Plered antara lain PT BRI, PT BNI 46, PT Sucofindo, PT Pupuk Kujang, Perum
Otorita Jatiluhur, PT Jasa Marga dan PT Semen Cibinong. Selain sentra industri
kecil keramik, di Kecamatan Plered juga terdapat sentra industri kecil bata dan
genteng yang berpusat di Desa Citeko dan Desa Pamayonan. Pada tahun 2001,
jumlah unit usaha Industri kecil bata dan genteng keramik mencapai 313 unit dan
mempekerjakan 116.850 orang. Nilai produksi industri genteng keramik pada tahun
tersebut mencapai Rp. 44,9 milyar.
TELUR ASIN:
Awal nya kita jual keliling keliling dan sekarang hanya diwarung atau dipasar
dan bisa pesan langsung ataupun bisa pesan lewat social media.
2.9 Luas Area Distribusi
KERAMIK:
Keramik plered sudah mempunyai luas area distribusi ke manca negara Amerika
Serikat dan Eropa serta sebagian negara Asia dan Autralia. Negara tujuan ekspor
keramik ini antara lain Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Belanda,
Kanada, Saudi, Arabia, Amerika Serikat dan Latin, Inggris, Spanyol, Italia, dan
manca negara lainnya.
Keramik plered sendiri yang di lam negri luas distribusinya sudah di daereh
Cirebon, Brebes, Klampok, Malang, Yogyakarta, dan Surabaya.
Keramik plered juga utama di distribusikan di daerah purwakarta menuju bandung.
TELUR ASIN:
Warung
Pasar
Social media
2.10 Daerah Pemasaran
KERAMIK:
Keramik Plered biasa dijual di toko-toko sekitaran daerah tempat produksi
atau di daerah purwakarta, biasanya perajin keramik ini mempunyai toko
sendiri atau bisnis keluarga secara turun menurun. Pemasaran keramik Plered
juga dijual ke beberapa kota lain, termasuk Jakarta. Sebagian bahkan
menembus pasar ekspor ke sejumlah negara di daratan China, maupun Eropa,
seperti Belanda dan Rusia. Terobosan agar jumlah ekspor meningkat pada
2020 ini, perajin mulai mengikuti pameran keramik tingkat nasional
disamping itu mereka juga gencar melakukan promosi melalui media sosial
atau web resmi.
TELUR ASIN:
Daerah Pemasaran untuk Telur Asin adalah di warung-warung sekitaran
tempat produksi, selain itu telur asin juga dijual di pasar-pasar yang ada di
Purwakarta dan bahkan juga dipasarkan di luar daerah Purwakarta atau diluar
provinsi hingga pulau.
2.11 Kendala Pemasaran
KERAMIK:
Kendala Pemasaran yang ada pada UMKM Keramik Plered ini adalah
lemahnya manajemen dan pengetahuan masyarakat atau perajin keramik
untuk tetap bisa memasarkan Keramik. Di Plered, para perajinnya terbagi dua,
yaitu yang berorientasi ekspor dan domestik. Namun, karena terjadi
penurunan order dari luar, perajin yang berorientasi ekspor mulai merambah
ke pasaran domestik sehingga semakin ketat persaingan di antara mereka.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan membuat pusat
penelitian dan pengembangan (Litbang) Keramik yang secara rutin
mendatangkan ahli-ahli desain dari ITB, guna memberikan bimbingan.
TELUR ASIN:
Kendala Pemasaran yang ada pada Industri Telur Asin adalah harga bahan
baku yang meningkat setiap saat manakala terjadi kegagalan panen padi.
Lonjakan harga bahan baku memaksa produsen untuk menaikkan harga, akan
tetapi kenaikan harga dapat menyebabkan konsumen beralih ke produk
pangan lain.
2.12 Perkembangan Omzet
KERAMIK:
Harga Keramik Plered yang dijual ini bergantung pada bentuk keramik dan
tingkat kerumitan pembuatannya. Biasanya keramik-keramik yang dijual di
Plered dibanderol dengan harga Rp 10.000 hingga ratusan juta rupiah. Dalam
sebulan setiap perajin mendapat omzet yang berbeda-beda, bergantung pada
banyaknya pembeli pada bulan tersebut namun umumnya perajin bisa
mendapat omzet dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya
dalam usaha keramik ini.
TELUR ASIN:
Pendapatan yang didapat pada Telur Asin per butir telur umumnya adalah Rp
2.000. Setiap harinya satu penjual bisa menjual telur asin sebanyak 300 butir.
Sehingga Pendapatan atau omzet perbulan dalam usaha Telur Asin adalah bisa
mencapai puluhan juta rupiah, namun hal ini tidak mungkin sama setiap
bulannya atau tidak menutup kemungkinan juga penjual bisa mengalami
kerugian, hal tersebut bergantung pada kondisi telur, cuaca pada bulan
tersebut dan juga banyaknya pembeli serta pesaing.
2.13 Jumlah Karyawan
Karyawan yang dipekerjakan dalam membuat produk keramik ada sekitar 6 –
10 orang pengrajin
Dalam ukm telor asin ada sekitar 2-5 orang untuk membuat telor asin tersebut.
2.14 Kendala Umum Usaha
Kendala usaha keramik adalah dari sumber-sumber pemerintah Kabupaten
Purwakarta diperoleh informasi bahwa upaya peningkatan mutu, kualitas dan
nilai tambah produk keramik telah banyak dilakukan, mulai dari penyuluh
baik secara langsung maupun tidak langsung, maupun melalui program-
program percontohan. Dinas Perindustrian dan Penanaman Modal Kabupaten
Purwakarta telah memberikan bantuan teknis cara-cara pengolahan bahan
mentah menjadi bahan baku (tanah super) yang baik agar diperoleh hasil tanah
dengan kualitas yang benar-benar super, juga cara-cara melakukan
pemrosesan tanah tersebut hingga menjadi genteng atau keramik. Tetapi
karena Etos Kerja dan Kultur Budaya para pengusaha kecil yang ingin kerja
cepat dan serba murah, akhirnya cara-cara tersebut banyak diabaikan.
Misalnya proses pengolahan tanah yang membutuhkan 20% campuran silika
(Si02) dan kapur (CaCO3) hanya diberikan 12 – 15% saja. Atau proses
pengeringan serta proses pembakaran terkadang dilakukan dengan terburu-
buru sehingga banyak tanah yang rusak atau produk yang pecah. Banyak
pengusaha kecil keramik dan genteng yang merasa sok tahu karena industri
yang dijalankannya merupakan industri yang cukup tua dan telah diusahakan
secara turun-temurun, sehingga meeka cenderung tidak mau mempehatikan
penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan. Selain itu, para pengusaha keramik
dan genteng di Plered juga menghadapi kendala akibat kepercayaan pelanggan
yang rendah karena para pengusaha tersebut sulit memenuhi tenggat waktu
(delivery time) produksi, serta sulit untuk mempertahankan kualitas produk
yang dikirimkan dalam skala besar agar tetap bagus (terkadang sebagian
bagus dan sebagian lagi buruk).
Kendala usaha yang dihadapi oleh industri telur asin adalah harga bahan baku
yang meningkat setiap saat manakala terjadi kegagalan panen padi. Lonjakan
harga bahan baku memaksa produsen untuk menaikkan harga, akan tetapi
kenaikan harga dapat menyebabkan konsumen beralih ke produk pangan lain.
Selain masalah harga kendala pemasaran yang lain adalah persepsi
masyarakat akan bahaya dari konsumsi garam yang berlebihan. Telur asin
yang memiliki kandungan garam yang cukup tinggi menjadi makanan yang
cukup dijauhi oleh mereka yang ingin mengurangi konsumsi garamnya.